Anda di halaman 1dari 10

RESUME TUMOR PADA SARAF PUSAT DAN TETANUS

“untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical


bedah II”

Dosen Mata Kuliah: Nurohmat,SKM.,M.H

Hari/tanggal: Senin,13-09-2021

Kelas: D3kp2b

Di Susun Oleh:

DELA AGUSTIANI (2006037)

Program Studi DIII Keperawatan

Politeknik Negeri Indramayu

Jl.Lohbener lama no.08, Legok, Kec.Lohbener, Jawa Barat


45252 TELEPON: (0234)5746464

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
dengan judul yaitu “RESUME TUMOR PADA SARAF PUSAT DAN
TETANUS”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua
ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari tugas ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar tugas ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
RESUME TUMOR PADA SARAF PUSAT DAN TETANUS

A. TUMOR PADA SARAF PUSAT


a) PENGERTIAN
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa
dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak merupakan kondisi yang ditandai dengan
tumbuhnya sel-sel abnormal di dalam atau di sekitar otak.
Sel-sel abnormal itu tumbuh tak wajar dan tidak terkendali.
Namun, tumor di dalam otak ini tidak selalu berubah menjadi
tumor ganas atau kanker.Tingkatan tumor otak terbagi dari
tingkat 1-4. pengelompokkannya berdasarkan perilaku tumor
tersebut. Misalnya, dinilai dari kecepatan pertumbuhan dan
cara penyebarannya. Untuk tingkat 1 dan 2, tumor otak
tergolong jinak, dan tidak berpotensi menjadi ganas.
Sementara itu pada tingkat 3 dan 4 berbeda lagi. Di tingkat
ini, tumor biasanya berpotensi menjadi kanker. Oleh sebab
itu, kondisi ini sering disebut sebagai tumor otak ganas atau
kanker otak.Tumor otak adalah penyakit yang timbul akibat
tumbuhnya jaringan abnormal di otak. Tergantung jenisnya,
tumor otak ada yang bersifat jinak maupun ganas.Munculnya
tumor di otak bisa berasal dari jaringan otak itu sendiri (atau
disebut tumor otak primer), bisa juga berasal dari kanker
pada organ lain yang menyebar ke otak (tumor otak
sekunder).Tumor otak adalah proliferasi dan pertumbuhan
tak terkendali sel-sel di dalam dan di sekitar jaringan otak.

b) ETIOLOGI
Tumbuhnya tumor otak disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik
di dalam sel otak. Penyebab perubahan genetik ini masih belum diketahui.
Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
seseorang terkena tumor otak, yaitu::

a. Herediter
b. Sisa-sisa embrional
c. Radiasi
d. Virus
e. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyebab pasti pembentukan tumor otak tidak diketahui. Diduga radiasi


ionisasi dapat menyebabkan pertumbuhan tumor. Radiasi ionisasi adalah
energi radiasi tinggi yang menyebabkan kerusakan pada molekul DNA,
sehingga menyebabkan mutasi yang menyebabkan kanker.Kebiasaan
hidup berisiko, seperti merokok dan konsumsi alkohol, turut berperan.
Faktor risiko lain adalah genetik dan hormonal, zat karsinogenik, dan zat
kimia tertentu (pestisida, herbisida).

c) PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor :

 Gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan


intracranial.Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan
pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.Perubahan
suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak
 Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya
edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan


edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Perubahan fisiologi
lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel.
Setelah itu terjadi angiogenesis, metastasis, dan akhirnya dapat
menimbulkan edema otak dan peningkatan intrakranial.

d) GEJALA KLINIS
 Gejala Serebral Umum

Dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia),


yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah
tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial,
kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan
depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.

 Nyeri Kepala

Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%


gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan
episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada
malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana
terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan
psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.

 Muntah dan kejang


Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual.Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak
pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi intrakranial lain.

 Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK)

Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang


timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini
perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman
herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI
oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa
gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum, dan
craniopharingioma.

e) DIAGNOSA

Untuk mendiagnosis tumor otak, dokter akan mengawali dengan


wawancara medis dan pemeriksaan fisik seputar keluhan yang dialami
pasien. Di samping itu, dokter juga akan melalukan pemeriksaan saraf
seperti pemeriksaan kekuatan otak, pendengaran atau penglihatan,
hingga saraf wajah.Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan
penunjang untuk melihat ada tidaknya tumor dalam otak. Pemeriksaan
yang dilakukan

 Anamnesis

 Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Penunjang:

 Elektroensefalografi (EEG)

 Foto polos kepala

 Arteriografi

 Computerized Tomografi (CT Scan)

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul sebagai berikut;

• Abses intraserebral

• Epidural hematom

• Hipertensi intrakranial benigna

• Meningitis kronik

B. TETANUS
a) PENGERTIAN
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh
akibat infeksi kuman. Kaku dan tegang seluruh tubuh ini
terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kematian.
Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21 hari setelah
terinfeksi.Kuman atau bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka pada kulit, dan akan mengeluarkan racun untuk
menyerang saraf. Bakteri ini bernama Clostridium tetani,
yang banyak ditemukan pada tanah, debu, atau kotoran
hewan. Tetanus didefinisikan sebagai penyakit akut yang
ditandai dengan spasme dan rigiditas otot yang disebabkan
oleh infeksi Clostridium tetani. Gejala tetanus bervariasi
mulai dari kesulitan membuka mulut (trismus), kesulitan
menelan (disfagia), kaku kuduk, opistotonus, hingga spasme
laring yang dapat menimbulkan gagal napas. Gejala-gejala
tersebut ditimbulkan akibat toksin yang diproduksi oleh
bakteri anaerob Clostridium Tetani yang masuk melalui luka.

b) ETIOLOGI

Etiologi tetanus adalah bakteri anaerob obligat Clostridium


Tetani yang dapat membentuk spora. Bakteri ini berbentuk
basil Gram positif dan selalu bergerak. Bakteri Clostridium
Tetani berukuran lebar 0.3-0.5 µm dan panjang 2-2.5 µm.
Bakteri Clostridium Tetani dapat ditemukan di tanah, debu,
usus hewan (domba, sapi, anjing, kuda), serta pada feses
manusia dan hewan. Bentuk spora Clostridium Tetani dapat
bertahan dalam bentuk dorman selama bertahun-tahun,
spora tersebut tahan terhadap sinar matahari, pemanasan
hingga ±20 menit, serta desinfektan.

Saat masuk ke dalam luka, spora Clostridium Tetani akan


berubah menjadi bentuk vegetatif yang akan menghasilkan
toksin. Bakteri akan bermultiplikasi pada luka dengan kondisi
anaerob dan suhu optimal antara 33-37oC. Inaktivasi bentuk
spora dari bakteri ini membutuhkan waktu 15-24 jam
menggunakan larutan phenol 5%, formalin 3%, chloramine
1%, atau hidrogen peroksida 6%. Tetanus juga dapat terjadi
pada bayi yakni tetanus neonatorum yang terjadi pada
persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril.
Tetanus tidak menular dari satu manusia ke manusia lain.

c) PATOFISIOLOGI
Patofisiologi tetanus dimulai dengan masuknya spora bakteri Clostridium
Tetani melalui luka sebagai port d’entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik
dan luka yang terinfeksi merupakan luka yang lebih berisiko menimbulkan
tetanus. Pada luka-luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang kemudian
menjadi lingkungan optimal bagi proses germinasi (spora berubah menjadi
bentuk vegetatif) dan multiplikasi bakteri Clostridium Tetani. Pada proses
tersebut bakteri Clostridium Tetani akan memproduksi 2 jenis toksin, yakni
tetanospasmin dan tetanolisin.Clostridium Tetani juga merupakan bakteri
yang menyebabkan terjadinya tetanus neonatorum. Peran Tetanospasmin
dalam Patofisiologi Tetanus yaitu tetanospasmin merupakan toksin yang
menimbulkan gejala klinis pada pasien tetanus. Tetanospasmin
merupakan polipeptida yang terdiri dari rantai berat (100.000 Da) dan
rantai ringan (50.000 Da). Rantai berat akan memfasilitasi masuknya
toksin ke dalam sel saraf, sedangkan rantai ringan akan bekerja pada
presinaps. Tetanospasmin akan berikatan dan melalui proses internalisasi
dengan ujung saraf motor perifer kemudian akan memasuki akson dan
ditranspor secara retrograd ke inti sel saraf di dalam batang otak dan
medula spinalis.

d) GEJALA KLINIS

Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya muncul


dalam 4-21 hari setelah terkena kuman tetanus. Segera temui dokter jika
Anda mengalami luka dan tidak mendapat antiracun tetanus, terutama jika
muncul beberapa gejala seperti:

-Demam

-Pusing

-Berkeringat berlebihan

-Jantung berdebar

Terlebih lagi sudah muncul gejala yang khas untuk tetanus, antara lain:

-Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)

-Otot leher atau otot perut terasa kaku

-Sulit menelan

-Sulit bernapas
e) DIAGNOSA

Diagnosis tetanus yang utama adalah melalui anamnesis dan


gejala klinis. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 3-21 hari
sejak inokulasi spora pada luka. Interval median dari kejadian
luka dan timbulnya gejala tetanus adalah 7 hari. Pada beberapa
kasus gejala dapat timbul paling cepat <2 hari dari kejadian
luka.Anamnesis terhadap pasien yang dicurigai menderita
tetanus meliputi riwayat kejadian luka yang meliputi kapan
terjadinya, mekanisme terjadinya luka, dan perawatan luka yang
telah dilakukan. Selain daripada itu, hal yang perlu ditanyakan
adalah kapan gejala pertama kali muncul sejak terjadinya luka,
riwayat operasi atau prosedur medis (misalnya: sirkumsisi,
pencabutan gigi, persalinan, dan sebagainya), dan port d’entree
lain seperti penggunaan jarum suntik atau otitis media supuratif
kronis berulang.

Anda mungkin juga menyukai