Anda di halaman 1dari 7

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan system neurologist

“Tumor otak”

Disusun oleh:

Anita afriani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


Jl. Raya jombang No.56, Bintaro Jaya (Sektor IX), Jakarta Selatan
Telp. 021-706 15668 , Fax. 021- 746 61272
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker otak atau tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial
dan menepati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor ini selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk
kedalam jaringan.
Tumor otak ini dapat terjadi pada semua kelompok rasial dan prevalensi yang sama.
Insiden tertinggi pada tumor otak terjadi pada decade kelima, enam dan ketujuh
dengan tinggi insidens terjadi pada pria. Terpajan zat kimia tertentu yang meliputi
akrionitril, tinta, pelarut dan minyak pelumas mungkin meningkatkan resiko, tetapi ini
belum dapat dipastikan. Kemungkinan ini juga ada pengaruh genetic, yaitu keluarga
dengan penyakit Von Hippel-Lindau, sclerosis tuberculosis dan neofibromatosis
mempunyai peningkatan insiden terjadinya tumor otak.
Tumor-tumor otak dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar yaitu :
Tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti meningioma dura
Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf kranial seperti neuroma akustik .
Tumor yang berasal di dalam jaringan otak seperti jenis glioma.
Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya.
Pertimbangan klinis yang relevan terdiri dari lokasi dan karakter histologik tumor.
Tumor mungkin jinak atau maligna. Namun bila tumor jinak di dalam daerah vital,
tumor ini mempunyai efek yang sama seriusnya dengan tumor maligna.
Tumor otak menyebabkan ganguan neurologist progresif. Ganguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor ganguan fokal disebabkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Ganguan terjadi apabila terdapat penekanan pada aringan otak dan infiltrasi atau infasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Peningkatan tekanan
intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor bertambahnya massa dalam
tengkorak otak, terbentuky edema disekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Kenaikan tekanan intrakranial yang tidak diobati menyebabkan herniasi
unkus da serebelum. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan
intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresip, hipertensi sistemik dan gangguan
pernafasan.
MANIFESTASI KLINIK
Tumor otak menyebabkan manifestasi klinik terbesar diebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang
menganggu bagian spesifik dari otak. Gejala yang umumnya timbul akibat
peningkatan tekanan intrakranial adalah sakit kepala, muntah dan papiledena.
Nyeri kepala.
Barangkali nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-
kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih
berat oleh aktivitas yang biasanya dapat meningkatkan tekanan intracranial seperti
membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar (bab). Nyeri kepala yang
dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka
nyeri dalam rongga intracranial. Struktur ini termasuk arteri, vena, sinus-sinus vena
dan saraf otak.
Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pada pusat muntah pada medulla oblongata
akibat terjadinya peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat proyektil.
Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, hal ini mengisyaratkan
peningkatan TIK. Menyertai papiledema dapat terjadi ggn penglihatan, termasuk
pembesaran bintik mata dan amaurosis fugaks (saat dimana penglihatan berkurang)
Gejala terlokalisasi
Tanda dan gejala lain dari tumor otak cenderung mempunyai nilai lokasi dimana
tumor tersebut yang dapat mengganggu fungsi dari bagian-bagian tersebut.
Tumor korteks motorik; menyebabkan gerakan seperti kejang pada satu sisi tubuh
yang disebut kejang jaksonian.
Tumor lobus oksipital; menimbulkan manifestasi visual , hilangnya pandangan pada
setengah lapangan pandang pada sisi yang berlawanan dengan tumor dan halusinasi
penglihatan.
Tumor serebelum; menyebabkan pusing, ataksia atau gaya berjalan yang
sempoyongan dengan cenderung jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
Tumor lobus frontal; sering menyebabkan ggn kepribadian, perubahan status
emosional serta tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri serta menggunakan bahasa cabul.
Tumor sudut serebelopontin; biasanya diawali pada saraf akustik dan memberi
rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak yaitu
:
Tinitus dan kelihatan vertigo, serta diikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah
terjadinya tuli (ggn fungsi saraf cranial VIII)
Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dgn saraf
cranial V)
Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial VII)
Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
Tumor intracranial dapat mengakibatkan ggn kepribadian, konfusi ggn fungsi bicara
dan gangguan gaya berjalan terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling
sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan, karena tumor-tumor tersebut berada
pada daerah tersembunyi dari otak (daerah ang fungsinya tidak dapat ditentukan dgn
pasti). Perkembangan dan gejala menentukan apakah tumor tsb berkembang atau
menyebar.

EVALUASI DIAGNOSTIK
Untuk membantu menenyukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan
kepadatan jejas tumor, serta meluasnya edema serebral sekunder. MRI membantu
mendiagnosis tumor potak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil,
alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang
otak dan daerah hipofisis. Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat
digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. Angiografi serebral memberikan
gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. EKG dapat
mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. Penelitian
pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas,
karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur selsel kedalam cairan
serebrospinal.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokus pada :
Bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan berjalan
Beradaptasi terhadap kelemahan
Melihat kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang
Riwayat gizi :
Kaji asupan diit, intoleransi terhadap makanan serta makanan yg disukai
Pengukuran antropometrik untuk mengkaji hilangnya lemak subkutan dan massa
tubuh kering (tanpa lemak)
Pengukuran biokimia (albumin, transferin, jumlah limfosit total, nilai kreatinin dan tes
urine) untuk mengkaji keadaan malnutrisi dan ggn imunitas sel serta keseimbangan
elektrolit.
Kakeksia (keadaan lemah dan kurus) yang ditandai dengan anoreksia, nyeri,
penurunan BB, ggn metabolisme, kelemahan otot, malabsorbsi dan diare.
Kaji gejala-gejala yang menyebabkan stress pada pasien
Kaji dampak penyakit pasien terhadap keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Cemas b/d diagnosis, prognosisi yang buruk, kemoterapi dan kemungkinan efek
sampingnya.
Tujuan : klien mengatakan cemas menurun hingga tkt yg dpt diatasi
Intervensi :
Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
R/ mencegah cemas
Lakukan tindakan yang membuat nyaman
R/ meningkatkan relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap ekspresi perasaan dan kekuatiran klien
R/ menciptakan suasana saling percaya
Berikan info nyata ttg penyakit, pengobatan dan prognosis
R/ pengetahuan ttg apa yg diharapkan dapat menurunkan cemas

2.Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan pengobatannya


Tujuan : klien mempunyai pengetahuan yg tepat ttg proses penyakit dan
menggambarkan program penyakit
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini ttg kanker yg dideritanya
R/ data akan memberikan dasar untuk penyuluhan
Gambarkan proses penyakit sesuai kebutuhan
R/ membantu klien dalam memahami proses penyakit
Berikan info ttg terapi dan pilihan pengobatan serta keuntungan dari setiap pilihan
R/ membantu klien dalam mmbuat keputusan pengobatan
3.Risti terhadap cidera b/d kejang
Tujuan : kejang teratasi tanpa adanya trauma fisik
Intervensi :
Arahkan gerakan anggota tubuh dan kepala
R/ mencegah trauma
Longgarkan pakaian klien
R/ mencegah kerusakan atau abrasi pada kulit
Pertahankan jalan napas
R/ mencegah obstruksi jalan napas
Tetap berada bersama klien selama serangan kejang
R/ memberi kenyamanan dan perasaan aman bagi klien
Kolaborasi obat-obat anti konvulsan
R/ meningkatkan control terhadap kejang
4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah, dan anoreksia
Tujuan :
Intervensi :
Kai masukan makanan serta makanan yang disediakan
R/ memberi info harian untuk perencanaan
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ mencegah mual dan muntah
Anjurkan klien untuk mencoba makanan yang berbeda jika ada perubahan pada
pengecapan
R/ kemoterapi dapat menyebabkan perubahan pada pengecapan
5.Intoleran aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : klien mempertahankan tingkat aktivitas optimal dan memaksimalkan
energi dengan istirahat

Intervensi :
Kaji pola istirahat/adanya keletihan pada klien
R/ menentukan data dasar untuk membantu pasien dgn keletihan
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan adanya keterbatasan
R/membantu klien dalam koping dengan keletihan
Anjurkan klien untuk merencanakan periode istirahat sesuai kebutuhan sepanjang hari
R/ meningkatkan istirahat yang adekuat
Anjurkan latihan ringan
R/ dapat meningkatkan pola istirahat
6.Risti infeksi b/d imunosupresi
Tujuan : penurunan potensial thd infeksi
Intervensi :
Pantau TTV
R/ demam dapat mengidentifikasi adanya inf
Kaji kemungkinan adanya kerusakan kulit dan membran mukosa
R/ kulit dan membran mukosa memberi jalan pertama thd masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh
Kolaborasi antibiotic, antijamur dan antimicrobial ssi kebutuhan
R/ mencegah dan menangani sumber-sumber infeksi
7.Ggn citra tubuh b/d alopesia (efek samping kemoterapi)
Tujuan : klien mengungkapkan pengertian thd efek kemoterapi dan mendiskusikan
tindakan-tindakan untuk meminimalkan dampaknya terhadap gaya hidup.
Intervensi :
Kaji dampak alopesia terhadap gaya hidup klien
R/ memberikan info untuk menformulasikan asuhan
Anjurkan klien untuk mencukur rambutnya
R/ meminimalkan syok terhadap alopesia
Identifikasi tindakan untuk meminimalkan dampak alopesia seperti pemakaian wig
atau topi dsb
R/ meningkatkan control diri terhadap kehilangan
Dorong klien untuk menggunakan rambut palsu sebelum rambut aslinya tumbuh
kembali
R/ meningkatkan kepercayaan diri klien dalam berhubungan dgn lingkungan sosial.
Diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul antara lain :
Perubahan proses piker
Gangguan pertukaran gas b/d dispnea
Kerusakan integritas kulit b/d kakeksia
Deficit volume cairan b/d muntah, demam dan asupan cairan yang kurang

Anda mungkin juga menyukai