Anda di halaman 1dari 16

BAB II

Daftar Pustaka

1. Definisi
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf
pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau, 2012).
Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak benigna dan
maligna. tumor otak benigna umumnya ektrasaksial, yaitu tumbuh dari meningen,
saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi
otak. meskipun dinyatakan benigna secara histologis, tumor ini dapat mengancam
nyawa karena efek yang ditimbulkan. tumor maligna sendiri umumnya terjadi
intrasaksial yaitu berasal dari parenkim otak. tumor maligna dibagi menjadi tumor
maligna primer yang umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna sekunder
yang merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lain (Ginsberg, 2011)
Pada kasus kanker, terdapat sekumpulan sel normal atau abnormal yang tumbuh tak
terkontrol membentuk massa atau tumor. Pada saat tumor otak terjadi, pertumbuhan
sel yang tidak diperlukan secara berlebihan menimbulkan penekanan dan kerusakan
pada sel-sel lain di otak dan mengganggu fungsi otak bagian tersebut. tumor tersebut
akan menekan jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan oleh karena tekanan
berlawanan oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta area sekitar
saraf. Sebagai hasilnya, tumor akan merusak jaringan otak (Cook & Freedman,
2012).
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,sehingga organ
tersebut dapat mengalami gangguan)jinak maupun ganas,yang tumbuh diotak
meningen dan tengkorak (Ariyani, 2012).
2. Etiologi

Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu tumor otak adalah:

a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada Meningioma, Astrocytoma dan Neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Struge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manisfestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-
bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat
pada neoplasma ( Mehta, 2011).
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada Kraniofaringioma, terotoma intracranial dan kordoma (Mehta ,
2011)
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi (Mehta , 2011 )
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat (Mehta ,
2011)
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan (Stark-Vance, et al., 2011).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Ariani (2012) adalah:
1) Nyeri kepala.
2) Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
3) Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak
terkoordinasi,hilangnya keseimbangan.
4) Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
5) Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal tumbuh, keletihan
(sering tidur siang), koma, perilaku ganjil (pandangan kosong, gerakan otomatis).
4. Klasifikasi
Klasifikasi Tumor Otak Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma (grade I)
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya
tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan
CT scan otak.
b. Malignant
 Astrocytoma (grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma : Tumor ini dapat timbul sebaga dapat timbul sebagai gangguan
kejang i gangguan kejang parsial yang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun.
Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat
peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang
paling bersifat kemosensitif. kemosensitif.
 Apendymoma : Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-
anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi
tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

2. Berdasarkan Lokasi

a. Tumor Supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi :

1. Glioma :

 Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak
dan sering menyebar kesisi otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum.
 Astroscytoma
 Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler
dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak
orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater
yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari
membran araknoid. Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal
dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan
dura.
3. Tumor Infratentorial

4. Schwanoma akustikus

5. Tumor metastasisc
6. Hemangioblastoma Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.

5. Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
1) Edema serebral
2) Hidrosefalus
3) Herniasi otak
4) Epilepsi
5) Metastase ketempat lain

6. Patofisiologi dan Pathway

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif . faktor – faktor yang


menyebabkan tumor otak yaitu genetik , lingkungan , virus , trauma , radiasi dan bahan
kimia . tumor otak tumbuh dan timbul perbedaan tekanan osmotik pada edema sekitar
tumor terjadi kerusakan saluran darah otak ke obstruksi vena dan edema dan trjadi
peningkatan TIK maka penurunan asupan makanan menurun maka terjadi defisit nutrisi .
timbulah perubahan masa dalam tengkorak lalu gangguan fokal otak menjalar ke suplai
darah terjadi nekrosis jaringan darah maka terjadi risiko perfusi serebral tidak efektif .
Pada gangguan neurologis terjadi pembedahan , proses berpikir terganggu dan pola nafas
berubah maka terjadi nyeri akut . gangguan neurologis terjadi penurunan kekuata otot ,
nyeri , kekuatan otot menurun maka gangguan mobilitas fisik
Pathway

Genetik Lingkungan Virus Trauma Radiasi Bahan kimia

Tumor otak

Berproliferasi / tumbuh

Timbul perbedaan tekanan osmotik

Edema sekitar tumor


perubahan masa dalam
tengkorak
Kerusakan saluran darah otak
Gangguan Neurologis
Gangguan fokal otak
Obstruksi vena & edema

Pembedahan
Perubahan suplai darah

Peningkatan TIK
Proses berfikir
nekrosis jaringan darah terganggu

Penurunan Asupan Makanan

Pola nafas
Risiko perfusi berubah
serebral tidak efektif
Defisit Nutrisi Tekanan darah meningkat

Nyeri akut
Penurunan

Kekuatan otot

Gangguan Kekuatan otot


Nyeri
mobilitas fisik menurun

7. Penatalaksanaan ( Medis dan keperawatan )


a. Medis
b. Rontgen foto (X-ray)
kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda peninggian
tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
c. Angiografi
suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam pembuluh darah
leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah (vaskularisasi) otak.
 Computerized Tomography (CT-Scan kepala)
Memberikan informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan
untuk kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober,
2010).
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Membuat diagosa yang lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak
tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien itu
( Satyanegara, 2010).
 Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
 Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
 Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

Keperawatan
 Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk mengontrol edema
otak atau akumulasi cairan,
 Diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak,
 Analgesik untuk mengurangi rasa sakit,
 Antasida untuk mengurangi stres ulkus
 Antikonvulsan untuk mengurangi kejang.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama , usia , jenis kelamin , pendidikan , pekerjaan , dan identitas
penanggung jawab.

b. Keluhan Utama

Kaji keluhan yang dirasakan pasien mengandung unsur PQRST


(Paliatif/Provokatif , Quality , Regio , Skala , dan Time)

c. Riwayat Kesehatan

1.) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji status pasien saat dilakukan pengkajian mulai dari keluhan hingga
ke rumah sakit.

2.) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji penyakit yang pernah dialami,riwayat kesehatan dahulu terutama


yang berkaitan dengan gangguan tumor otak . Ataupun riwayat dirawat
di rumah sakit atau pembedahan.

3.) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada


penyakit keturunan di keluarga pasien.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


1.) Pola nutrisi/metabolism
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan
gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi
makanan yang mengganggu tumor otak
2.) Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau tidaknya
inkontinesia , retensi dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.
3.) Pola Aktivitas/olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh
kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang memengaruhi kebiasaan
pasien
4.) Pola Istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami

e. Pemeriksaan fisik

1.) Kaji tanda-tanda vital meliputi :

a.) Tekanan darah (Normal : 144/74 mmHg)

b.) Suhu (Normal : 36,5-37,5֯C)

c.) Respirasi (12-20x/menit)

d.) Nadi (Normal :60-100 x/menit)

2.) Abdomen

Tidak nyeri tekan , bising usus , tidak ada lesi

3.) Genetalia wanita

Inflamasi , nodul , lesi , adanya sekret dari meatus , keadaan atropi


jaringan vagina

4.) Genatalia laki-laki

Kebersihan,adanya lesi,adanya pembesaran skrotum

5.) Intake dan output cairan

a.) Kaji intake dan outuput cairan dalam sehari (24 jam)

Untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh dan


memudahkan kontrol terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit
b.) Kebiasaan minum dirumah

c.) Intake cairan infus,oral

d.) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan


cairan dan frekuensi nya.

e.) Output urine dari urinal , cateter bag , sistostomi

f.) Karakteristik urine : Warna,kejernihan,bau,kepekatan

2. Diagnosa Keperawatan

 Resiko perfusi serebral tidak efektif (D.0054)

Definisi berisiko penurunan sirkulasi darah ke otak

Faktor Risiko :

1). Tumor otak

2). Cedera kepala

3). Hipertensi

4). Neoplasma otak

5). Infark miokard akut

6). Diseksi arteri

7). Infeksi otak ( mis. Meningitis , ensefalitis , abses serebri)

 Defisit nutrisi ( D.0019)

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme

Penyebab :

1. Ketidakmampuan menelan makanan

2. Ketidakmampuan mencerna makanan

3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi


4. Peningkatan kebutuhan metabolisme

5. Faktor ekonomi ( mis, finansial tidak mencukupi )

6. Faktor psikologis ( mis. Stres , keengganan untuk makan

Batasan karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif

( tidak tersedia )

Objektif

1). Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

1). Cepat kenyang setelah makan

2). Kram / nyeri abdomen

3). Nafsu makan menurun

Objektif

1). Bising usung hiperaktif

2). Otot pengunyah lemah

3). Otot menelan lemah

4). Membran mukosa pucat

5). Sariawan

6). Serum albumin turun

7). Rambut rontok berlebihan

8). Diare

 Nyeri Akut ( D.0064)

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional , dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis

2. Agen pencedera kimiawi

3. Agen pencedera fisik

Batasan Karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

Mengeluh Nyeri

Objektif :

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

( tidak tersedia )

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Nafsu makan berubah

3. Proses berpikir terganggu

4. Menarik diri

5. Pola nafas berubah

6. Berfokus pada diri sendiri


7. Diaforesis

 Mobilitas fisik ( D.0054)

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri

Penyebab :

1. Ketidakbugaran fisik

2. Penurunan kekuatan otot

3. Kekakuan sendi

4. Efek agn farmakalogis

5. Nyeri

6. Kecemasan

7. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

Batasan Karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas

Objektif :

1. kekuatan otot menurun

2. rentang gerak ( ROM ) menurun

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Nyeri saat gerak

2. Enggan melakukan pergerakan

3. Merasa cemas saat bergerak

Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
3. Perencanaan Keperawatan

 Perfusi serebral (L.02014)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi serebral


klien meningkat

Kriteria hasil (SLKI) :

1.) Tingkat kesadaran dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

2.) Sakit kepala dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

3.) Tingkat kesadaran dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

4.) Gelisah dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

5.) Kecemasan dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

6.) Reflek saraf dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

Intervensi (SIKI) :

Manajemen peningkatan tekanan intrakranial ( l.09325)

1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK

2. Monitor tanda / gejala peningkatan TIK

3. Monitor intake dan output cairan

4. Berikan posisi semi flower

5. Cegah terjadinya kejang

6. Pertahankan suhu tibuh normal

7. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan , jika perlu

 Defisit nutrisi (L.03030)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah status nutrisi dapat


membaik

Kriteria Hasil (SLKI) :


1. Porsi makan yang dihabiskan dari skala 1 ( menurun ) ke skala 4 ( cukup
meningkat )

2. Perasaan cepat kenyang dari skala 1 ( menurun ) ke skala 4 ( cukup


meningkat )

3. Berat badan dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 3 ( sedang )

4. Frekuensi makan dari skala 1 ( menurun ) ke skala ( meningkat )

5. Nafsu makan dari skala 1 ( menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

6. Membran mukosa dari skala 1 ( menurun ) ke skala 5 meningkat

Intervensi (SIKI)

Manajemen nutrisi ( l.03119)

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrisi

3. Monitor asupan makanan

4. Berikan suplemen makanan , jika perlu

5. Ajarkan diet yang di programkan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan , jika perlu

 Nyeri Akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil (SLKI)

Tingkat Nyeri (L.08066)

1.) Keluhan nyeri menurun ke skala 4

2.) Meringis menurun ke skala 4

3.) Fungsi berkemih ke skala 4

4.) Frekuensi nadi ke skala 4

Intervensi (SIKI)
Manajemen Nyeri (I.08238)

1.) Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri

2.) Identifikasi skala nyeri

3.) Monitor efek samping penggunaan analgetik

4.) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

5.) Fasilitasi istirahat dan tidur

6.) Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri

7.) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

 Mobilitas fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah mobilitas fisik


dapat meningkat

Kriteria Hasil (SLKI)

Mobilitas fisik ( L.05042)

1. Pergerakan ekstermitas dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4 ( cukup


meningkat )

2. Kekuatan otot dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4 ( cukup


meningkat )

3. Nyeri dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4 ( cukup meningkat )

4. Gerakan terbatas dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4 ( cukup


meningkat )

Intervensi (SIKI)

Dukungan Ambulasi ( l.06171)

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluahan fisik lainnya

2. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu

3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

4. Anjurkan melakukan ambulasi dini


DAFTAR PUSTAKA

Indar. D ( 2016 ) Asuhan Keperawatan tumor otak , Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Laurent. ( 2017) . Askep pasien dengan tumor otak. Brain Tumor Management: One Day
Symposium and workshop
Swari. G ( 2016) . Tumor otak https://id.scribd.com/document/319504954/LP-Tumor-Otak

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan,;Definisi dan kriteria hasil keperawatan ,Edisi
1.Jakarta ;DPP PPNI
PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :Definisi dan indicator
diagnostic,Edisi 1: Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai