Nyeri juga disertai kesemutan dan mati rasa pada telapak kaki kanan. Pasien
sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur keliling. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati tanda TD 110/70, HR 89 x/m, RR
20 x/m, suhu 37C. Dari pemeriksaan neurologis didapati gerakan pasif
berupa eversi kaki kanan diperoleh rasa nyeri dan kesemutan bertambah. Tinnel
test malleolus medial (+). Kekuatan motorik sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam batas normal. Refleks patella dan achilles normal. Keluhan terkadang
membaik dengan istirahat dan kompres dingin. Krepitasi (-) dan CRT <2 detik.
Dari pemeriksaan penunjang didapati GDS 120 mg/dL dan GDP 98 mg/dL.
Kadar asam urat 4 mg/dL. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Ankle sprain
b. Tarsal Tunnel syndrome
c. Gout arthritis
d. Rhematoid arthritis
e. Carpal tunnel syndrome
Ny. Una usia 29 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan mata
sukar membuka menjelang sore hari. Pasien juga mengeluhkan
kelemahan keempat anggota gerak dan kedua kelopak mata yang
sering terjatuh sejak 2 tahun terakhir dan memberat 3 bulan terakhir.
Keluhan dirasakan membaik disaat pagi hari saat bangun tidur. Riwayat
DM dan hipertensi serta merokok disangkal pasien. Pada pemeriksaan
fisik didapati keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos
mentis, TD: 130/90 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu
37ºC. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakan
diagnosis pasien adalah?
a. Neostigmin test dan Tes Spatula
b. Tes Wartenberg dan Tes Anel
c. Tes Thompson dan Serologi AchR - ab
d. Tes Ice-Pack dan tes Anel
e. Tes Wartenberg dan Tes Ice pack
Ny. Merlene usia 25 tahun, datang ke RS dengan keluhan kesemutan pada jari I, II
dan III tangan kiri. Dikethui pasien adalah seorang sekretaris. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80 x/m RR 20 x/m, suhu 36,8C Tinel Sign
(+) dan terdapat atrofi otot - otot thenar. Apa pemeriksaan penunjang terbaik
menegakkan diagnosis?
a. CT Scan
b. MRI
c. NCV-Elektromiografi
d. USG
e. X-Ray Manus
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
Level Kompetensi: 3A.
Definisi: kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat tertekannya nervus medianus.
Risk : pekerjaan dengan aktivitas pergerakan tangan yang tinggi
Keypoint : Pemeriksaan penunjang :
Nyeri seperti terbakar , kesemutan/ kebas pada daerah Foto Rontgen
yang dipersarafi oleh nervus medianus (jari 1,2,3 dan EMG/Elektromiografi
setengah radial jari 4) Gold standard: NCV (nerve conduction
Nyeri memberat pada malam hari dan dapat velocity)
membangunkan pasien dari tidur.
Tatalakasana :
Pemeriksaan Fisik: Non farmakologi :
Atrofi otot tenar Bebat tekan / spilinting pada
Obstetric hand/Ape hand malam hari
Flicktest ; keluhan berkurang hindari factor risk
Tinnel test/phalen test/tourniquet test Keluhan farmakologi : adjuvant :
bertambah Gabapentin, carbamazepine,
Luthy's sign/bottle's sign (Penderita diminta melingkarkan Pregabalin
ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila Rujuk ke RS
kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat →CTS (+)
Ny. Fina usia 26 tahun dibawa ke klinik oleh suaminya dengan keluhan
lemas dan tidak bersemangat sejak 3 minggu yang lalu. Pasien sering
sedih, menangis sendiri, dan tidak nafsu makan. Diketahui pasien baru
saja melahirkan anak pertamanya 1 bulan yang lalu. Pasien juga sering
marah tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Pasien tidak mau mengurus
anaknya lagi. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien?
a.Gangguan bipolar
b.Gangguan cemas menyeluruh
c.Psikosis post partum
d.Baby blues syndrome
e.Depresi post partum
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
Klasifikasi:
Post Partum Blues (Baby Blues) Post Partum Depression Post Partum Psychosis
• Mood ibu berfluktuasi, menangis, • Mood ibu berfluktuasi, menangis, • Ibu menganggap bayinya tidak
lemas, sulit tidur kelelahan, sulit tidur sempurna/cacat, kutukan, anak
• Gejala memuncak pada hari ke 4- • Mengganggu kemampuan ibu setan, dan sebagai penolakan
5 paska persalinan untuk mengasuh anaknya yang keras dari ibu terhadap
• Tidak mengganggu kemampuan • Kondisi berlanjut lebih dari 2 bayinya
ibu untuk mengasuh anaknya minggu • Halusinasi atau delusi (+)
• Menghilang/membaik secara • Gejala dapat dimulai 2-3 hari
spontan setelah sekitar 2 minggu pertama atau bahkan setelah 2
minggu
• Bisa terdapat usaha
menyingkirkan/ membunuh bayi
Tatalaksana : SSRI Tatalaksana : SSRI Tatalaksana : Antipsikotik
Ny. Gita usia 21 tahun, datang ke poliklinik karena mengeluh mengalami
gangguan saat berhubungan seksual. Pasien baru saja menikah 1 minggu yang
lalu, namun kesulitan berhubungan. Pasien mengeluh ketika penis pasangannya
memasuki liang vagina, tiba-tiba penis terjepit secara sangat kuat sehingga
suami pasien mengeluh sakit yang sangat hebat. Setelah ditanya lebih lanjut,
ternyata pasien memiliki riwayat pemerkosaan oleh pamannya sendiri saat
berusia 9 tahun. Tanda vital TD 120/80, HR 87 x/m, RR 21 x/m, suhu 37C. Pada
pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Hipoaktif seksual
b. Vaginismus
c. Nimfomania
d. Satyriasis
e. Disfungsi Orgasme
Ny. Adin usia 80 tahun mengeluh mudah lupa nama orang sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien sangat tergantung kepada perawatnya karena sulit melakukan aktivitas
sehari-hari, pasien lupa cara menggunakan sisir, lupa nama-nama barang di
sekitarnya. Pada 2 minggu terakhir pasien juga kesulitan untuk berbicara apa yang
sedang dalam pikirannya. Riwayat hipertensi dan DM disangkal. Ibu pasien
diketahui memiliki riwayat keluhan serupa dengan pasien. Tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 67 x/m, RR 20 x/m, suhu 36,5C. Apa diagnosis yang tepat pada
pasien?
a. Demensia alzheimer
b. Demensia lewy bodies
c. Demensia vaskular
d. Demensia frontotemporal
e. Demensia tak terinci
DEMENSIA
Level Kompetensi: 3A
DELIRIUM DEMENSIA
Etiologi : penyakit organik (stroke, sepsis, Etiologi : stroke, dislipidemia, Hipertensi KLASIFIKASI DEMENSIA:
krisis HT) Keypoint : Demensia Vaskular :
Keypoint : Dx ; progesifitas lambat dan kronis adanya bukti kelainan cerebrovascular
Dx ; progesifitas cepat/ acute ↓↓kesadaran (+) Demensia Alzheimer (Temporoparietal) :
kesadaran berkabut-koma/ fluktuatif Gangguan kognitif : TIDAK adanya bukti kelainan cerebrovaskular.
Gangguan kognitif : 1. hendaya daya ingat segera dan pendek Penyakit Pick (Frontotemporal Disease):
1. hendaya daya ingat segera dan 2. Gang. Bicara Atrofi selektif dari lobus frontalis, emosi tidak
pendek 3. Gang. Emosi (anxietas, depresi, iritabilitas) stabil, prilaku kasar.
2. distorsi persepsi (ilusi, halusinasi 4. Gang. Mengambil keputusan sederhana Penyakit Huntington :
(visual)), disorientasi, 5. Gang. Aktivitas sehari-hari Ada kaitan antara gerakan koreiform
3. Gang. Psikomotor (hipo/hiperaktif) Demensia Lewy body :
4. Gang. Tidur SMART WAY : (-) gang. Kesadaran + 2 gejala Berhubungan dengan parkinson
5. Gang. Emosi (anxietas, depresi, gang. Kognitif + penyakit organik
iritabilitas) Penatalaksanaan:
SMART WAY : gang. Kesadaran + gang. Pemeriksaan Penunjang : Asetilkolinesterase Donepezil 1 x 15 mg
Kognitif + penyakit organik MMSE (Mini mental state examination)
≥24 : NORMAL
Tatalaksana : 19-23 : DEMENSIA RINGAN
Antipsikotik: Haloperidol (drug of 10-18 : DEMSINSIA SEDANG
choice) ≤ 9 : DEMENSIA BERAT
Tn. Labib usia 36 tahun, datang ke RS dengan keluhan terganggu dengan
pikirannya sendiri sejak satu bulan ini. Pasien mengaku dirinya tidak dapat
berhenti memikirkan barang-barang miliknya, terutama mobilnya. Setiap turun
dari mobil, pasien biasa mengunci mobil sebanyak 5-10 kali. Hal ini
mengganggunya saat bekerja, karena berulang kali harus kembali ke parkiran
untuk memeriksa apakah mobilnya sudah terkunci dengan baik. Pada
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, HR 72 x/m, RR 20 x/m, suhu 36.7C, Diagnosis
yang tepat adalah?
a. Hoarding
b. Checking
c. Contamination
d. Intrusive
e. Symmetry-Order
OCD/ OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER
Level Kompetensi: 2
Definisi : KLASIFIKASI :
Obsesi : Pikiran, impuls, dan citra yang Kontaminasi : terobsesi pada sterilitas. Contoh : setiap selesai
mengganggu dan berulang yang muncul dengan bersalaman → selalu cuci tangan
sendirinya serta tidak dapat dikendalikan
Kompulsi : Tindakan repetitif, dimana sesorang Checking : terobsesi pada ritual “mengecek” berulang-ulang
merasa didorong untuk melakukannya dengan Contoh : Cek kompor masih menyala atau belum setiap keluar
tujuan untuk mengurangi ketegangan yang rumah
disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif atau
untuk mencegah terjadinya suatu bencana Simetrikal : terobsesi pada keteraturan. Contoh : wajib
Onset : min 2 minggu hukumnya menyusun buku menurut kesamaan warna
Etiologi: Hormon androgen produksi sebum meningkat, hiperkeratinisasi pada folikel (komedo, papul,
nodul, eritem, pustul, scar), infeksi Propionibacterium acne
Tn. Kaka usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri pada area kelamin.
Nyeri dirasakan panas disertai muncul bintil-bintil berisi air dan
bergerombol. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan vesikel
multipel, bergerombol, eritem pada area genital. Apa yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan penunjang?
a.Sel datia berinti banyak
b.Pseudohifa
c.Diplococcus gram negatif
d.Gambaran school of fish
e.Bakteri coccus gram positif
HERPES SIMPLEKS (4A)
Etiologi: HSV tipe I dan HSV tipe II
Predileksi: mulut (tipe 1) dan genital (tipe 2)
Diagnosis:
Tanda (Signs):
Vesikel dasar eritem nyeri, multiple di mulut (HVS tipe I)
/genital (HVS tipe II)
Pemeriksaan penunjang: Tzank test (sel datia berinti banyak)
Tatalaksana:
Farmako:
Asiklovir 5x200 mg
Valasiklovir 2 x 500 mg
Tn. Odi usia 45 tahun datang dengan keluhan muncul bercak pada
wajah sejak 3 tahun yang lalu. Bercak berwarna keputihan, tidak gatal,
semakin lama semakin banyak pada alis, pipi, dan dagu. Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan macula hipopigmentasi multiple
batas tegas, simetris dan tidak berskuama. Pada pemeriksaan lampu
wood didapatkan bercak berwarna putih. Apakah diagnosis pada
pasien ini?
a.Pytiriasis alba
b.Pytiriasis versicolor
c.Albino
d.Vitiligo
e.Hipopigmentasi pasca inflamasi
VITILIGO (3A)
Defenisi: Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik yang didapat dan ditandai dengan adanya makula putih
(depigmentasi) yang bisa meluas
Diagnosis : macula hipopigmentasi, nyeri (-), gatal (-), mati rasa (-) +
lampu wood (putih kebiruan)
Patogenesis >> kombinasi faktor autoimun, genetik dan lingkungan
Klasifikasi:
Vitiligo lokalisata
Fokal : terdapat satu atau lebih makula pada satu area tetapi tidak segmental.
Segmental : terdapat satu atau lebih makula pada satu area dengan distribusi
menurut dermatom misalnya satu tungkai.
Mukosal : lesi hanya terdapat pada membran mukosa.
Tatalaksana:
Topikal: seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
kemudian untuk mencegah rekurensi.
Sistemik: (pagi,p.c): ketokonazol 1x200mg (10 hari), itrakonazol 1x100mg (10-14 hari), griseofulvin 1x500mg atau
2x250mg (T.pedis & onicomycosis = 1000mg/hr). Dosis anak-anak : ½ dosis dewasa.
Ny. Dian usia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kaki
kanannya sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik kaki kanan
tampak merah, batas merah tidak tegas, teraba panas, keras seperti
papan, dan nyeri (+). Pasien diketahui demam sejak 3 hari yang lalu.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Erisipelas
b.Selulitis
c.Toxic epidermal necrolysis
d.Eritrasma
e.Ektima
SELULITIS (4A)
Definisi: Infeksi bakteri yang melibatkan dermis (subkutan) dan pembuluh limfatik
dalam
Etiologi: Streptococcus B hemolyticus
Predileksi: ekstremitas bawah
Diagnosis:
Tanda (Signs):
Gejala (Symtoms) :
Patch eritema berwarna
Perubahan warna kulit
merah cerah tidak
menjadi kemerahan, Nyeri
berbatas tegas
(+), demam (+),
Tanda inflamasi (+)
Tn. Reza usia 24 tahun datang dengan keluhan muncul lesi bulat berwarna
merah kecoklatan. Keluhan hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu disertai rasa
gatal pada lesi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi makula eritem
berbentuk koin dengan batas tegas disertai adanya papul konfluens dan
oozing (+). Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Eritromisin
b.Asam salisilat 3%
c.Ketokonazol
d.Kortikosteroid
e.Asiklovir
DERMATITIS NUMULARIS (4A)
Tx :
- Self limiting disease
- Antihistamin
- Kortikosteroid topikal/oral
Tn. Bagas usia 36 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan pada alat
kelaminnya. Pada pemeriksaan didapatkan masa seperti bunga kol, warna
sama dengan kulit sekitar, acetowhite test (+). Pasien memiliki riwayat sering
berganti-ganti pasangan seksual. Apakah diagnosis yang tepat untuk
kasus tersebut?
a.Chancroid
b.Kondiloma lata
c.Limfogranuloma venereum
d.Kondiloma akuminata
e.Donovanosis
KONDILOMA AKUMINATA (3A)
Definisi:vegetasi oleh HPV (kutil kelamin /jengger ayam/
genital wart/ condyloma buschke)
Etiologi: HPV tipe 6 & 11
Predileksi: genitalis eksterna pria dan wanita
Diagnosis:
Temuan klinis:
Vegetasi bertangkai
Awal kemerahankehitaman
Papilomatous (berjonjot)
Massa plaque verukosa (berbentuk cauliflower)
Pemeriksaan penunjang:
Test asetataceto white (+) , Histopatologi: biopsi kulit
Tatalaksana:
Farmakologi: Non Farmakologi : Hindari seks
1st line : kauter kimia: bebas. Penyakit ini termasuk penyakit akibat hubungan
Tingtura podofilin 10-25% seksual. Transmisi melalui kontak kulit langsung. Hindari
Trichloroacetic acid (TCA) 80-90% sex bebas
Podofilotoksin 0,5%
2nd line : kauter mekanik: (pilihan pertama pada ibu hamil)
Cryosurgery(bedah beku)
Elekrokauter
Pemebedahan (bedah scalpel)
An. Bara usia 6 bulan diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan muncul
bruntus kemerahan pada punggung lengan dan kaki sejak 2 hari ini. Keluhan
muncul setelah pasien dan ibunya tidur dengan tidak menggunakan pendingin
ruangan. Ibu mengatakan pasien mudah berkeringat saat suhu udara panas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya makula dan papul eritematosa
dengan ekskoriasi di sekitarnya. Apakah diagnosis dan letak kelainan
kasus tersebut?
a.Miliaria rubra - stratum spinosum
b.Miliaria rubra - stratum korneum
c.Miliaria kristalina - dermo-epidermal junction
d.Miliaria kristalina - stratum korneum
e.Sudamina - stratum spinosum
MILIARIA (4A)
Defenisi: kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini
adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.
Klasifikasi:
- Miliaria kristalina: vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan
deskuamasi dalam beberapa hari.
- Milaria rubra: vesikel miliar atau papulo vesikal di atas dasar eritematosa sekitar
lubang keringat, tersebar diskret.
- Miliaria profunda: kelanjutan miliaria rubra,
berbentuk papul putih keras berukuran 1-3
mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul
- Miliaria pustulosa: berasal dari miliaria
rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi
pustul.
Diagnosis:
Temuan klinis:
Papul jumlah banyak gatal (+)
Farmakoterapi :
o Topikal : bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain spt mentol dan kamfora, 2x sehari. Bedak salisil
2%.
o Sistemik : antihistamin, seperti cetirizine 1 x 10 mg
Non farmakoterapi:
– Modifikasi gaya hidup
– Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat
– Menghindari panas dan kelembapan yang berlebihan
– Menjaga kebersihan kulit – Usahakan ventilisasi yang baik
Ny. Dami usia 58 tahun datang ke poli mata dengan keluhan penglihatan kedua
matanya menurun sejak 2 bulan yang lalu. Penglihatan terasa semakin memburuk.
Mata merah, nyeri, dan gatal disangkal. Riwayat trauma mata disangkal. Pasien
memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu. Tanda vital TD 150/90 mmHg, HR
88x/menit, RR 22x/menit suhu 37 C. Pada pemeriksaan ophtalmology didapatkan
segmen anterior dalam batas normal. VODS 6/50. Pada pemeriksaan funduskopi
didapatkan gambaran cotton wool spot (+), mikroaneurisma (+) dan
neovaskularisasi (+). Kelainan yang terjadi pada mata pasien ini adalah?
a. Retinitis pigmentosa
b. PDR
c. NPDR
d. AMD
e. Retinopati hipertensi
RETINOPATI
Level Kompetensi: 2
Definisi: Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang melainkan gangguan metabolik
Klasifikasi & Etiologi:
Retinopati Anemia: anoreksia berat; Retinopati Hipertensi: Hipertensi
Retinopati Diabetikum: DM; Retinopati Hipotensi: Hipotensi
Keypoint: Gambaran funduskopi
Retinopati Diabetikum: Cotton wool spots → nerve fiber
Retinopati Hipertensi:
layer retina
Acute → hard exudates, retinal edema,
iskemik
cotton wool, flame-shaped hemorrhages,
Non proliferative: mikroaneurisma, perdarahan dot dan
papilledema
blot, flame hemorrhage
Chronic → AV nicking, arteriosclerosis
Preproliferative: soft exudat and hard exudat
(copper/silver wiring), cotton wool, flame
Proliferative dini: non proliferative + neovaskularisasi
shaped
Proliferative lanjut: proliferative dini +perdarahan vitreous
hingga ablasio retina
Pemeriksaan penunjang: angiografi
Tatalaksana: Obati penyakit yang mendasari, Komplikasi: perdarahan retina, makulopati, ablasio retina
Tn. Brian usia 60 tahun datang ke Puskesmas mengeluhkan rasa mengganjal
pada ke dua mata nya. Pasien setiap hari bekerja di kebun dan jarang
menggunakan topi atau kacamata. Tanda vital TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit,
RR 22x/menit Suhu 37 C. Hasil pemeriksaan visus ODS 6/30, dan ditemukan
selaput putih keabuan berbentuk segitiga menutupi pupil, tes sonde (-).
Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini adalah...
a. Pemberian NSAID
b. Lindungi mata dari sinar matahari dengan kacamata
c. Artificial tear dan salep antibiotic
d. Tidak perlu diberikan pengobatan karena akan sembuh sendiri
e. Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan pembedahan
PTERIGIUM
Level Kompetensi: 3A.
Definisi : KLASIFIKASI
Pertumbuhan fibrovaskular yang Derajat 1: Tepi limbus
bersifat degenerative dan invasive Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati 1
Tatalaksana :
artificial tears (ED)
Komplikasi :
keratitis, infeksi
Tn. Ethan, usia 45 tahun datang ke RS dengan keluhan merah pada kedua
mata sejak 1 bulan yang lalu. keluhan juga disertai penglihatan kabur, mata
sering berair dan nyeri. Diketahui pasien sering mengeluhkan nyeri dan
kaku pada jari-jari tangan sekitar dari 1 tahun yang lalu. Tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 76 x/menit, RR 21 x/menit, suhu afebris, pada jari kedua tangan
dijumpai: swan neck deformity. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan
injeksi konjungtiva dan silier, keratik presipitat pada kornera, terdapat koopes
nodul di tepi pupil. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Keratitis bakterial
b. Skleritis nodular
c. Iridosiklitis
d. Uveitis posterior
e. Endoftalmitis
IRIDOSIKLITIS / UVEITIS ANTERIOR
Level Kompetensi: 3A.
Uveitis anterior / IRIDOSIKLITIS (3A) POSTERIOR/ CHORIORETINITIS (2)
Inflamasi badan silier dan iris
Etiologi : Penyakit sistemik > 80% (SLE, RA, TB) Etiologi: infeksi virus (CMV,Rubella),
Keypoint : bakteri (TB), Jamur, Parasit
Mata merah (Toxoplasma), Autoimun (Behcet, Vogh
Visus turun KoyanagiHarada),keganasan, idopatik
PD : Keypoint :
kornea : keratic presipitat (+) / mutton fat Mata merah , visus turun
COA : selflare : hipopion, tyndal effect (+) P. oftalmoskop: bintik-bintik hitam melayang , scotoma
Iris : nodul bussaca, sinekia posterior Th/
Pupil : miosis : irreguler , koppes nodul (di tepi Rujuk
pupil)
Terapi :
Cycloplegic: S.Atropin (cegah sinekia)
steroid topikal/sistemik
Ab profilaksis: beta lactam / makrolida
Rujuk
Tn. Bilal usia 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan mata kiri merah sejak
2 bulan yang lalu. Keluhan disertai nyeri hebat dan sangat mengganggu
sehingga pasien sulit untuk tidur pada malam hari. Keluhan disertai
penglihatan buram. Pasien sudah memakai obat tetes mata tapi tidak
membaik. Pasien memiliki riwayat tuberkulosis satu tahun yang lalu dan
sudah dinyatakan sembuh. Pemeriksaaan fisik dijumpai tekanan darah
120/70mmHg, HR 90 x/m, RR 20 x/m, suhu 37.0C, pemeriksaan oftalmologis:
injeksi konjungtiva, injeksi siliaris, spasme kelopak mata tampak bercak hitam
pada konjungtiva. Diagnosis yang paling mungkin adalah?
a. Episkleritis Difusa
b. Episkliritis Nodular
c. Skleritis Difusa
d. Skleritis Nodular
e. Skleritis Necrotizing
SKELERITIS
Level Kompetensi: 3A
Risk : penyekit autoimun (RA, SLE), Penyakit infeksi (TB, Toxo, sifilis)
EPISKLERITIS 4A SKLERITIS 3A
Keypoint: Keypoint:
Mata merah, visus normal Mata merah, visus normal/ turun, injeksi siliar
injeksi siliar TIDAK Menghilang dengan tetes fenilefrin 2.5%
Menghilang dengan tetes fenilefrin 2.5% nyeri sedang berat
Nyeri ringan/ mengganjal KALSIFIKASI :
Klasifikasi :
Difusa : semua kuadran
Nodular : nodul merah sulit digerakkan
Terapi :
Kortikosteroid topikal//sistemik
SKLERITIS ANTERIOR
Difusa : semua kuadran, nyeri menjalar ke alis dan dahi
Nodular : nodul sulit digerakkan
Necrotizing : tampak pigmen koroid, coklat atau hitam
SKLERITIS POSTERIOR
Hambatan Gerakan bola mata/ ablasio retina
Tatalaksana
Rujuk
Ny. Caca usia 65 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penglihatan turun
pada mata kanan sejak satu hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri,
mata merah dan fotofobia. Pasien memiliki Riwayat operasi katarak seminggu
lalu. Riwayat trauma disangkal. Dalam pemeriksaan fisik didapati TD 130/90
mmHg, HR 80 x/menit, RR 16 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan VOD NLP, palpebra edem, konjungtiva hiperemis, keluar sekret
konjungtiva, dan gerak bola mata dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmoskop indirek didapatkan kekeruhan vitreous humor. Apa diagnosis
yang tepat?
a. Uveitis anterior
b. Uveitis posterior
c. Choroiditis
d. Endoftalmitis
e. Panoftalmitis
ENDOFTHALMITIS
Level Kompetensi: 2
ENDOFTALMITIS (3B) PANOFTALMITIS (2)
Etiologi :
Eksogen : infeksi (jamur, bakteri, parasit), post trauma, post
operasi katarak
Endogen : infeksi sistemik (sepsis)
Definisi : Peradangan struktur internal bola mata, yaitu Definisi : Peradangan purulent berat keseluruhan bola mata
jaringan uvea dan retina termasuk kapsula Tenon
Keypoint: Keypoint:
Mata merah , visus turun Mata merah , visus turun
Fotofobia Kornea : edema dan berkabut
Hipopion COA : hypopyon
amaurotic cat’s-eye reflex Tekanan intraocular → sangat meningkat
nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (-) nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (+)
Tatalaksana : Tatalaksana :
Antibiotik: Injeksi intravitreous : vankomisin, ceftadizim, Rujuk : Antibiotik: kloramfenikol, steroid) , Definitif
amikasin, (eviserasi/enokleasi)
Steroid IV, siklopegik, antiglaukoma
Definitif (vitrektomi)
Tn. Aldo usia 65 tahun datang ke RS dengan keluhan pandangan buram
pada kedua mata sejak satu bulan lalu. Pandangan berangsur-angsur
buram seperti melihat asap. Awalnya penglihatan pada malam hari atau
sore lebih baik dari pada siang hari, namun kemudian bertambah parah.
Tanda vital didapatkan TD 130/70 mmHg, HR 70 x/menit, RR 16 x/menit,
suhu 37.0C. Pada pemeriksaan oftamologis didapatkan visus mata kanan
2/60, mata kiri 1/ 300. Pada pemeriksaan dengan loop dan lampu senter
didapatkan OD kekeruhan perifer korteks, OS kekeruhan di seluruh lensa,
shadow test (-). Apakah diagnosis yang paling tepat untuk mata kiri
pasien?
a. ODS Katarak senilis imatur
b. ODS Katarak komplikata
c. OD Katarak senilis imatur, OS katarak senilis matur
d. OD katarak senilis insipient, OS Katarak senilis matur
e. OD Katarak senilis imatur, OS katarak senilis hipermatur
KATARAK
Level Kompetensi: 3A
KATARAK SENILIS 3A
etiologi : peningkatan pajanan matahari, peny.metabolic : DM
Keypoint: Mata tenang, visus turun perlahan
KATARAK INSIPIEN KATARAK IMATUR KATARAK MATUR KATARAK HIPERMATUR
Visus 6/9, 6/20 Visus 1/60 Visus 1/300 Visus 1/≈
Kekeruhan terjadi di perifer Kekeruhan SEBAGIAN : kekeruhan sudah mengenai kekeruhan sudah mengenai seluruh
korteks dan biasanya belum terjadi di posterior nukleus seluruh lensa lensa, Atrofi (+)
menimbulkan gangguan lensa. Atrofi (-) Pencairan korteks dan nukleus
tajam penglihatan. Shadow test (+) Shadow test (-) tenggelam ke bawah (katarak Morgagni)
Shadow test (-) Galukoma fakomorfik sehingga merembes keluar dari kapsul
lensa
Shadowtest Pseudopositif
Glaukoma fakolisis
Tatalaksana
NSAID
Steroid atau obat imunosupresif
Komplikasi: Nekrosis sclera, skleromalasia, dan perforasi sclera
Tn. Sahrul usia 40 tahun mengeluhkan nyeri mata mendadak. Pasien
mengeluhkan sering menabrak saat berjalan karena pandangan kabur.
Keluhan disertai dengan mata berair, merah, disertai mual dan muntah.
Pada palpasi bola mata teraba keras. Apakah pemeriksaan lanjutan
yang dapat dilakukan untuk mengetahui klasifikasi keluhan
pasien?
a.Tes anel
b.Tes fluoresensi
c.Pemeriksaan TIO
d.Pemeriksaan gonioskopi
e.Pemeriksaan perimetri
GLAUKOMA AKUT
Level Kompetensi: 3B
GLAUKOMA LAIN
Level Kompetensi: 3A
Definisi: Glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata
Etiologi: Klasifikasi:
Bertambahnya produksi cairan oleh badan siliar Primer: tidak ada penyakit penyerta
Faktor resiko: DM, HT, Miopia Sekunder: ada penyakit yang mendasari: katarak, hipermetropia, riwayat
Obat-obatan: Steroid, antihistamin, tokolitik hifema
Sudut tertutup: sering dijumpai pada serangan akut
Sudut terbuka: pada keadaan kronik
Glaucoma sudut tertutup /akut Glaukoma sudut terbuka/kronik
Palpebra → edema dan hiperemis COA dalam
Konjungtiva → kemosis, injeksi konjungtiva dan silier Normotensi glaucoma
Kornea → edema CDR >0,5
Anterior chamber → dangkal Sudut iridokornealis → terbuka
Sudut iridokornealis → tertutup
Pupil → semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
IOP → meningkat secara akut
Pemeriksaan penunjang:
Tonometri → mengukur IOP
Gonioskopi → melihat sudut iridokornealis
Perimetri → melihat defek lapang pandang
Oftalmoskopi direk dan indirek → melihat perubahan fundus dan diskus
optikus. Umumnya normal.
Tatalaksana:
Edukasi: Obati penyakit yang mendasari, Batasi cairan
Definitif:
Glaukoma sudut tertutup (iridotomy/iridektomy)
Glaukoma sudut terbuka (trabekuloplasti/trabekulektomi)
Congenital dan developmental glaucoma (Goniotomy/trabekulotomy)
Komplikasi: Glaukoma Kronis, Sinekia Anterior, Kebutaan
Tn. Landung usia 30 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien merupakan seorang atlet boxer. Satu
minggu yang lalu, saat bertanding, telinga kanan pasien pernah terkena pukul dan
timbul benjolan yang berisi darah, namun pasien tidak melakukan pengobatan
secara adekuat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, HR
79 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,8 C. Pada pemeriksaan daun telinga
kanan tampak seperti gambar berikut. Diagnosis yang tepat pada pasien
adalah?
a. Pseudokista
b. Hematoma aurikula
c. Abses preaurikula
d. Perikondritis
e. Cauliflower ear
HEMATOMA AURIKULAR/OTHEMATOM
Level Kompetensi: 3B
Akumulasi darah diantara perikondrium dan tulang rawan. Komplikasi : Cauliflower Ear
Etiologi : Trauma (Cth : Petinju)
KeyPoint : Edema (+), respan darah(+), riwayat trauma (+)
Tatalaksana:
Aspirasi darah
An. Kiano, usia 8 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2
jam yang lalu. Keluhan disertai nyeri saat menelan sehingga pasien susah
makan. HR 90 x/m, RR 28 x/m, Suhu 39,0C, limfadenopati servikal (+), Hot
potato voice (+). Gambaran yang tampak bila dilakukan pemeriksaan
radiologis yaitu?
a. Wine bottle sign
b. Steeple sign
c. Water bottle sign
d. Thumbprint sign
e. Shmoo sign
EPIGLOTITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Pemeriksaan Penunjang :
Hib (Haemophilus influenzae X ray : thumb print sign/
type B) (HiB) vallecula sign
Keypoint :
Suara serak Th/
Drolling Simptomatis
Demam Antibiotik : amoksiclav,
Hot potato Voice ampisilin, cephalosporin
Stridor Obstruksi jalan nafas :
Cherry like apperance intubasi , trakeostomi
Ny. Elma usia 45 tahun, datang ke RS dengan keluhan hidung tersumbat.
Pasien diketahui memiliki riwayat bersin-bersin saat udara dingin dan terkena
debu. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80
x/m, RR 22 x/m, suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa bertangkai
pada hidung dengan warna pucat keabu-abuan. Faktor penyebab keadaan
yang dialami pasien tersebut?
a. Sinusitis
b. Polip nasi
c. Influenza
d. Tonsilitis
e. Rhinitis Alergi
POLIP NASAL
Level Kompetensi: 3A
Keypoint :
Hidung tersumbat
Hiposmia/ anosmia
Gangguan bernafas, epistaksis
Risk (+) : Rinitis alergi
Rinoskopi anterior : Massa Putih, Mengkilat, Licin, Bertangkai di cavum nasal
Pem. Penunjang :
Nasoendoskopi
Penanganan:
Polipektomi
Kortikosteroid intranasal
Tn. Kim usia 28 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan hidung
keluar cairan bening yang kental sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai hidung
yang tersumbat bergantian kiri dan kanan disaat yang sama. Keluhan bersin
dikatakan ada namun jarang. Riwayat alergi disangkal, riwayat alergi di keluarga
juga disangkal. Tidak ada keluhan nyeri kepala. Pada pemeriksaan didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, HR 79 x/m, RR 20 x/m, suhu 36,8 C. Pemeriksaan
fisik didapatkan konka edem kemerahan dan terdapat sekret seromukosa.
Diagnosis pasien tersebut adalah?
a. Rhinitis akut
b. Rhinitis alergika
c. Rhinitis vasomotor
d. Rhinitis simpleks
e. Rhinosinusitis akut
RHINITIS VASOMOTOR
Level Kompetensi: 4A.
Keypoint :
Etiologi : faktor lingkungan seperti suhu dan perubahan tekanan udara.
riw. hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan
rinorea, dan kongesti
PD :
Rinoskopi : Konka hiperemis berwarna gelap , hipertrofi
Test adrenalin : konka hipertrofi mengecil
Th/
Nasal dekongestan
An. Goya usia 12 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan mengeluh sakit di
daerah gigi dan rahang bagian bawah yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu.
Selain itu pasien juga mengeluh sakit di area leher dan mengeluhkan demam sejak
2 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan oral didapatkan kebersihan yang buruk,
karies multipel pada premolar dan molar di 4 sisi rongga mulut. Inspeksi leher
menunjukkan gambar sebagai berikut. Pada palpasi teraba keras dan terlihat lidah
terangkat. Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Abses Bezold
b. Abses Citeli
c. Abses Quincy
d. Abses Submandibula
e. Angina Ludwig
ABSES SUBMANDIBULA ( Angina Ludwig )
Tatalaksana:
Insisi abses + Antibiotik
Tn. Eri usia 28 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan batuk kering,
nyeri tenggorokan, dan nyeri menelan sejak 3 hari lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, HR 79 x/m, RR 20 x/m, suhu 37,8 C,
tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis. Tatalaksana yang tepat pada pasien
adalah?
a. Istirahat cukup, banyak minum air
b. Istirahat cukup, banyak minum air, Parasetamol 3 x 500 mg PO
c. Istirahat cukup, kumur dengan obat kumur antiseptic
d. Istirahat cukup, banyak minum air, Amoksisilin 3 x 500 mg, Parasetamol 3 x
500 mg
e. Istirahat cukup, banyak minum air, Omeprazole 2 x 20 mg
FARINGITIS
Level Kompetensi : 4A
Etiologi: Infeksi virus (Rhinovirus/influenza), bakteri (Streptococcus Sp), Jamur (Candida Albican).
KeyPoint : Demam, Disfagia, anoreksia, nyeri tenggorokan, batuk, sakit kepala.
Px penunjang: Kultur swab tenggorokan
Faringitis Akut: Faringitis kronik: Faringitis kronik:
“Hiperemis pada faring “ “Cronic cataral pharyngitis” “Granular Pharyngitis “
Tatalaksana:
Famakologi:
- Viral: Analgetik + Antipiretik
- Bakteri: Antibiotik (Amoxixilin 500 mg PO )
- Jamur: Antifungal
An. Ronald usia 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke Rumah sakit dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai batuk pilek
sejak 1 minggu. Tanda vital HR 98 x/m, RR 22 x/m, suhu 38.0C. Dari
pemeriksaan otoskopi, didapatkan membran timpani hiperemis dan bulging.
Terapi yang sesuai untuk pasien adalah?
a. Ear toilet + analgetik
b. Kompres hangat + analgetik
c. Miringoplasti + antibiotic oral
d. Miringotomi + antibiotic oral
e. Timpanoplasti + tampon antibiotic
OMA STADIUM PRESUPURASI
Level Kompetensi: 3A
Faktor penyebab: sumbatan tuba Eustachius
Pencetus: infeksi saluran napas atas
Sering terjadi pada bayi dan anak
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT menyebabkan tuli konduktif
Oklusi Tuba Eustachius Otalgia , Gambaran retraksi membran timpani, pucat/suram
Hiperemis/Pre-Supurasi Otalgia , Demam,
Pembuluh darah melebar di membran timpani/membran timpani hiperemis & edema
Supurasi
Severe otalgia, Demam
MT hiperemis + Eksudat purulen di kavum timpani bulging
Perforasi
Perforasi membran timpani + hiperemis
Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak Suhu dan nadi turun
Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh: membran timpani perlahan kembali normal
Bila membran timpani ruptur: sekret berkurang sampai kering, kemudian membran timpani kembali terbentuk
Bila perforasi menetap OMA menjadi OMSK
KeyPoint :
Stadium dan terapi
1. Oklusi: membrane timpani retraksi (Penurunan pendengaran dan sensasi penuh pada
telinga).
Th:/ Dekongestan: Hcl efedrin 0,5% (anak <12 tahun) atau 1% (diatas 12 tahun)
3. Supurasi: membrane timpani bulging (+), nyeri hebat disertai demam tinggi.
Th:/ Rujuk untuk miringotomi (MT kuadran posterior-inferior) + antibiotik (amoxycilin)
5. Resolusi: secret mengering → observasi sampai sembuh, kalo terus berlanjut > 2 bulan
→ OMSK
Ny. Ola usia 25 tahun datang ke poli dengan keluhan pusing berputar. Keluhan
dirasakan sejak 2 jam yang lalu saat menaiki bis umum jarak jauh. Keluhan lain
seperti mual, telinga berdenging, pendengaran menurun, dan pandangan silau
disangkal. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan dalam batas normal.
Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a.BPPV
b.Neuritis vestibularis
c.Meniere’s disease
d.Motion sickness
e.Labirinitis
KELAINAN KANALIS SEMISRKULARIS
VERTIGO
Definisi: Pusing berputar (pasien berputar atau lingkungan yangberputar)
Klasifikasi:
- Non Vestibular: Motion Sickness (gerakan berulang selama perjalanan)
- Vestibular:
Vertigo perifer: disebabkan oleh organ vestibuler hingga N.VIII. contoh: BPPV, Meniere, neuritisvestibular
Vertigo sentral: lesi dibatang otak hingga parenkim otak. Contoh: tumor cerebelopontin, stroke batangotak
BPPV (Benign paroxysmal positional vertigo)
Level kompetensi 4A
Etiologi : Akibat kanalithiasis atau kupolitiasis
KeyPoint :
Timbul gejala vertigo saat perubahan posisi kepala, mual-muntah, nistagmus (+)
Diagnosis: maneuver dix-Hallpike→menilai nistagmus
Tatalaksana:
- Maneuver Epley
- Farmakologi: Betahistin p.o/ Dipenhidramin p.o
MENIERE DESEASE
Level kompetensi 3A
Etiologi: Hidrops endolimfa dikanalis semisirkularis
KeyPont : Trias gejala
1. Vertigo hilang timbul,
2. Tinnitus,
3. Tuli sensorineural
Tatalaksana:
- Saat serangan → simpatomatik (diazepam, anti-muntah)
- Long-term medication: diuretic (HCT atau furosemide), steroid (oral atauinjeksi)
- Edukasi: diet rendah garam
LABIRINITIS
Level kompetensi 2
Inflamasi pada telinga dalam (labirin)
Etiologi dan F. Resiko : komplikasi dari OMSK ; infeksi virus (rubella, CMV, mumps, measles, varicella zoster)
Definisi: Penyakit inflamasi arteri pada ukuran sedang – kecil yang tertutup sklerotik/trombus
KeyPoint:
Nyeri pada distal ekstremitas, Sianosis/nekrosis pada distal
ekstremitas, Pulsasi arteri menurun/hilang, Faktor resiko “PEROKOK BERAT”
Ny. Ana usia 51 tahun mengeluhkan nyeri dan bengkak pada tungkai bawah
kanan. Pasien sedang menjalani tirah baring di RS. Tanda vital TD 120/70
mmHg, HR 67 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36.6°C. Pada pemeriksaan
didapatkan tungkai bawah kanan tampak edema disertai hiperemis dan nyeri.
Dokter melakukan dorsofleksi pasif dari kaki pasien mengeluhkan nyeri.
Pemeriksaan D-dimer didapatkan peningkatan. Apakah diagnosis yang
tepat?
a.Deep vein thrombosis
b.Insufisiensi vena kronis
c.Tromboflebitis
d.Raynaud disease
e.Thromboangitis obliterans
Deep Vein Trombosis (DVT) (SKDI 2)
BENEFICIENCE AUTONOMY
Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
Melakukan prosedur medik sesuai SOP Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare). tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving Kesetaraan hak
Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Tn. A usia 45 tahun memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan sedang
menjalani terapi cuci darah. Namun, dokter memberi tahu bahwa terapi terbaik
untuknya adalah transplantasi ginjal. Di saat yang sama ada anak laki-laki B,
10 tahun mengalami trauma abdomen sehingga salah satu ginjalnya hancur
dan membutuhkan ginjal pengganti sesegera mungkin. Di saat yang sama ada
Tn. C yang ingin mendonorkan ginjalnya kepada Anak B. Mengetahui hal itu,
keluarga Tn. A dan bersedia membayar berapapun biayanya. Namun, dokter
menolak. Kaidah moral yang mendasari perilaku dokter tersebut adalah?
a.Justice
b.Autonomy
c.Non Maleficence
d.Beneficience
e.Confidentiality
KAIDAH DASAR MORAL
BENEFICIENCE AUTONOMY
Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
Melakukan prosedur medik sesuai SOP Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare). tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving Kesetaraan hak
Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Nn. Desti usia 21 tahun, dirujuk oleh spesialis penyakit dalam dengan
diagnosa sirosis. Dengan memberi catatan ditujukan ke dokter UGD untuk
sebelum masuk ke ruangan. Dokter penyakit dalam meminta untuk
memasang kateter urin terlebih dahulu. Dokter jaga meminta keluarga untuk
mengisi surat persetujuan tindakan sebelum pemasangan kateter. Tindakan
dokter UGD dengan prinsip autonomicity?
a.Menghormati hak sehat pasien
b.Memasang infus
c.Menyodorkan kepada pasien lembar persetujuan tindakan medik
kateterisasi urin
d.Mengkonfirmasi ke dokter penyakit dalam setelah memasang kateter urin
e.Membaca surat rujukan dengan lebih teliti
KAIDAH DASAR MORAL
BENEFICIENCE AUTONOMY
Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
Melakukan prosedur medik sesuai SOP Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare). tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving Kesetaraan hak
Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Tn. Andre usia 22 tahun, datang ke dokter umum dengan keluhan demam
naik turun sejak satu minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut. Saat
dokter akan melakukan pemeriksaan tanda vital, pasien mengatakan
“silahkan dok.” Lalu dokter meminta pasien meluruskan tangannya dan
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.5 C.
Termasuk bentuk consent apakah itu?
a. Implied Consent
b. Informed Consent
c. Expressed Consent
d. Presumed Consent
e. Informed Refusal
PERSETUJUAN TINDAKAN
Informed consent harus terdiri atas :
1. Kompeten :
Berusia >18 tahun
Sadar (dapat dianggap tidak kompeten
sementara bila syok, nyeri hebat, dan
kelemahan lainnya)
Keadaan mental yang baik
2. Disclosure (pengungkapan / penjelasanN
3. Understanding (pemahaman)
4. Voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
5. Authorization (persetujuan)
NB :
tindakan medis risiko tinggi harus memiliki
persetujuan tertulis
tindakan medis yang non risiko tinggi cukup
dengan persetujuan lisan atau isyarat. Cth : pengukuran TD
Tn. Yasir usia 30 tahun, dibawa ke IGD rumah sakit setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas saat perjalanan ke luar kota menggunakan mobil
kantor untuk berlibur. Mobilnya ditabrak truk sebelum masuk jalan tol. Setelah
diperiksa ternyata tuan Jacob mengalami patah tulang dan diharuskan
menjalani operasi pemasangan ORIF. Setelah melakukan perawatan di RS,
pasien dikenai biaya Rp. 18.000,00. Tn Jacob ,menghendaki menggunakan
jaminan untuk biaya selama di RS. Jaminan apakah yang bisa digunakan
pasien?
a. Asuransi swasta
b. BPJS Kesehatan
c. BPJS ketenagakerjaan
d. Jasa Raharja
e. BPJS Kesehatan dan Jasa raharja
Tn.Sayid usia 46 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Pasien diketahui menderita DM sejak 5 tahun
yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan pasien rawat
inap. Pasien adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan peserta JKN
dengan iuran 5% dari gaji perbulan wajib bayar. Namun tidak seluruhnya
dibayar oleh peserta, sebagian dibayarkan oleh pemberi kerja. Berapakah
proporsi iuran BPJS yang harus dibayar pemberi kerja?
a. 1 %
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
Tn. Yanto usia 44 tahun datang ke puskesmas karena mengalami keluhan nyeri
pada lutut sejak 1 bulan yang lalu. Dokter mendiagnosis pasien sebagai OA dan
diberikan anti nyeri. Pasien kemudian marah-marah kepada dokter karena tidak
diberikan antibiotik. Karena takut dimarahi, dokter segera meresepkan antibiotik.
Tipe hubungan dokter-pasien yang tercermin pada kasus ini adalah?
a.Paternalistik
b.Konsumeristik
c.Default
d.Mutualisme
e.Parasitisme
HUBUNGAN DOKTER PASIEN
Aktif-pasif Paternalistic (pasien merasa dokter tau semuanya)
Guidance cooperative (pasien mencurahkan keinginannya, kemudian bekerja sama dengan dokter yang
membimbing agar tercapai solusi
Mutuality (dokter dan pasien sama sama mencari jalan terbaik)
Consumerist (pasien sbg pembeli jasa medik, berhak menuntut jika tidak puas)
Seorang perempuan beruia 27 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri di
lengan kanan bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas
lengan bawah kanan, kulit intak, kepitasi (+), ROM terbatas karena nyeri.
Pada pemeriksaan x foto polos didapatkan diskontinuitas pada 1/3 distal
os radius disertai dislokasi os ulna pada bagian distal. Apakah
diagnosis kasus tersebut?
a.Fraktur Colles
b.Fraktur Smith
c.Fraktur Greenstick
d.Fraktur Monteggia
e.Fraktur Galeazzi
FRAKTUR RADIUS ULNA
Level Kompetensi: 3B
Etiologi: Trauma dengan telapak/punggung tangan menjadi tumpuan
Smart Way:
Pemeriksaan Radiologi:
Tatalaksana :
Awal :
- A, B, C, D, E→ Clear
- Pemasangan Spalk/Bidai.
- Waspadai tanda kompertemant sindroma (nyeri, pulsasi lemah, lemah, pucat, parastesia
dan paralisis.
Rujuk Sp Orthopedi
Ny. Tina usia 78 tahun datang dengan keluhan ibu jari kaki kiri
bengkak dan terasa sangat nyeri sejak 6 jam yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan MTP 1 edema, hiperemis, teraba hangat,
nyeri tekan (+). Saat diperiksa hasil asam urat darah 4,6. Hasil
pemeriksaan mikroskopik didapatkan hasil Kristal briefringent positif
bentuk rhomboid. Diagnosis yang tepat adalah?
a.Pseudogout
b.Rheumatitis Gout
c.Gout artritis
d.Intercritical stage gout artritis
e.Gout artritis kronis
GOUT ARTHRITIS dan PSEUDOGOUT
Level Kompetensi: 4A
Patofisiologi: Deposit kristal urat atau kristal monosodium urat yang menginduksi mediator inflamasi.
Faktor risiko: Makanan tinggi purin.
KeyPoint:
Terjadi pada sendi MTP-1 atau sendi tarsal lainnya, tampak merah dan bengkak (“Tofus”)
Stadium atritis gout: peradangan monoartikular, ertema , nyeri
hebat, hangat disekitar sendi.
Stadium interkritikal: Terjadi peningkatan monosodium urat.
Stadium atritis gout kronis: Serangan gout berulang waktu
memendek, jumlah sendi yang terkena semakin banyak
Stadium atritis gout bertofus: Serangan poliartikular, ditemukan
tofus.
Pemeriksaan penunjang
Darah: Serum asam urat meningkat
Aspirasi Cairan sendi: Gold standart
Gout Artritis → Kristal monosodium urat/brefingent negatif
Pseudogout → Kristal kalsium pyrophospat/ brefingent positif
Radiologi: Soft tissue sweling pada pada awal penyakit.
Tatalaksana:
Serangan akut:
Kolkisin 0,5 – 0,6 mg/2 jam saat serangan dengan dosis maksimal 6-8 mg
NSAID (Indometasin 150-200 mg/hari)
Kortikosteroid (Prednison 20-40mg/hari)
Setelah serangan akut:
Allupurinol 800 mg/hari
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke poli puskesmas
dengan keluhan nyeri di leher yang menjalar hingga ke lengan kiri.
Keluhan sudah dirasakan selama 2 bualn dan belum membaik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90mmHg, asam urat dan
kolesterol dalam batas normal, spurling test didapatkan nyeri menjalar.
Dari foto polos vertebra servikal didapatkan bone spur. Diagnosis yang
mungkin adalah?
a.Spondilosis
b.Spondilolisthesis
c.Spondilitis
d.Spondilolisis
e.Pott disease
SPONDYLOSIS SPONDYLOLYSIS SPONDYLOLISTHESIS
Level Kompetensi: 2 Level Kompetensi: 1 Level Kompetensi: 1
OA pada tulang belakang, Cedera pada pars Pergeseran tulang belakang
berhubungan dengan HNP artikularisvertebra.Gambaran:
Gambaran:
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Urin:
Sel-sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara mikroskopis (piuria >10 leukosit
per mm3 ) atau terdapat >5 leukosit/LPB
Urin pancar tengah didapatkan 105 cfu (colony forming unit) per mL
Urin melalui aspirasi Supra pubik >103 cfu per mL
Tatalaksana:
Non Farmakologi:
Menjaga kebutuhan hidrasi (banyak minum air putih)
Menjaga kebersihan (hyginitas) genitalia
Farmakologi:
ISK ATAS:
Dianjurkan satu dari tiga pilihan antibiotika IV sebagai terapi awal selama 48- 72 jam sebelum mengetahui mikroorganisme penyebab, yakni
sebagai berikut:
Fluorokuinolon (Levofloksasin 500 mg P.O atau Ciprofloksasin 2x 500 mg P.O) selama 7-14 hari
Aminoglikosida dengan atau tanpa Ampisilin ( 1-2 gr P.O/IV ) / 6 jam selama 7-14 hari
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau pun tanpa Aminoglikosida (Cefixim 1 gr/ 12 jam IV selama 7-14 hari )
ISK BAWAH:
Trimetroprim sulfametoxazole 2x 960 mg P.O selama 3 hari
Fluorokuinolon (Levofloksasin 500 mg P.O atau Ciprofloksasin 2x 500 mg P.O) 3 hari
Amoksisilin-Clavulanate 2 x 625 mg P.O selama 7 hari
Cefpodoxime Proksentil 2x 100 mg P.O selama 3 hai
Tn. Beno usia 32 tahun datang dengan keluhan mata sembab dan bengkak
seluruh tubuh sejak bangun tidur. Pasien sudah pernah beberapa kali
mengalami hal serupa. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70,
HR 90x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37 ° C. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan eritrosit 3/LPB, protein urin dipstick (+++), Esbach test (+). Apakah
pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis pasien tersebut?
a. Albumin dan globulin darah
b. Pemeriksaan profil lipid dan albumin darah
c. Protein urin 24 jam dan albumin darah
d. USG ginjal
e. ASTO
SINDROMA NEFROTIK
Level Kompetensi: 2
Definisi: Salah satu manifestasi klinis Glomerulonefritis ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif > 3,5 gr/dl,
hiperkolesterolemia dan lipiduria. Ditemukaan proteinuria (≥+2), ratio albumin kreatinin urin > 2 dan dapat disertai
hematuria, hipoalbumin < 2,2 gr/dl, hiperkolesterolemia (200 mg/dl) dan laju endap darah yang meningkat.
Teminologi sindroma nefrotik:
Tatalaksana:
Prednison:
Tiap harinya : 60 mg/m2/hari atau 2 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
Intermiten: 40 mg/m2/ hari atau 2/3 dosis awal dibagi dalam 3 dosis tiga hari berturut-turut dalam 7 hari atau
dengan dosis alternate (selang sehari) dosis tunggal pada pagi hari.
Siklofosfamid : 2-3 mg/kg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu
Klorambusil: Dosis 0,1-0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dengan kortikosteroid selang sehari.
Tn. Herman berusia 75 tahun datang dengan keluhan BAK mengejan sejak 5
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kemaluan disertai
demam. Pada saat dilakukan rectal toucher prostat teraba kenyal, nyeri, dan
polus superior tidak teraba. Pada saat dilakukan urinalisis didapatkan
peningkatan angka leukosit. Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Benign prostatic hyperplasia
b. Prostatitis
c. Ca prostat
d. Urolithiasis
e. Ca buli
INFEKSI SALURAN KEMIH
Level Kompetensi: 4A
Definisi: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ada/ ditemukannya mikroorganisme dalam urin
Etiologi: Eschericia coli, Proteus, Klebsiella, Staphylococcus, Pseudomonas.
Faktor resiko: Diabetes mellitus, urolithiasis, hygiene pribadi yang buruk, riwayat keputihan, kehamilan, ISK sebelumnya, kebiasaan
menahan kencing, hubungan seksual, anomaly struktur saluran kemih.
Klasifikasi: Menurut Tanda Klinisnya: Menurut Komplikasinya:
Menurut pembagian anatomisnya: Bakteriuria Asimtomatik/ Covert Infeksi Saluran Kemih Sederhana
Infeksi Saluran Kemih Bawah: Bakteriuria Merupakan kondisi ditemukannya Merupakan suatu kondisi ISK yang
Perempuan: sistitis bakteriuria bermakn yang tidak disertai adanya tunggal maupun berulang, namun
Laki-laki: sistitis, prostatitis, keluhan ataupun tanda-tanda klinis. tidak ditemukan tanda-tanda
epididmitis, dan urethritis Kondisi ini sering disebabkan oleh: maupun gejala insufisiensi renal
Infeksi Saluran Kemih Atas: - Pasien telah mendapatkan/sedang kronik.
Pielonefritis Akut (PNA), menggunakan terapi antimikroba Infeksi Saluran Kemih
Pielonefritis Kronis (PNK), - Terapi diuretika Berkompikasi
- Minum banyak Merupakan suatu kondisi ISK yang
- Waktu pengambilan sampel tidak tepat diikuti dengan terjadinya
- Peranan bakteriofag insufisiensi renak kronik yang
Bakteriuria Simtomtik sering kali berkaitan dengan
Merupakan kondisi ditemukannya bakteriuria refluks vesikoureter sejak lahir
bermakna yang diikuti oleh adanya keluhan yang biasanya dapat berakhir
maupun tanda tanda klinis suatu ISK. pada gagal ginjal terminal.
KeyPoint :
Demam, Malaise, Nausea, Vomitus
Pielonefritis: Nyeri ketok CVA, Nyeri pinggang, Kolik dan non kolik, Dysuria dan Frekuensi miksi meningkat.
Sistitis: Nyeri tekan pada suprapubis, Nyeri di akhir miksi
Prostatitis: DRE: Prostat membesar, kenyal dan nyeri
Epididimitis: Nyeri prostat, Eritem dan hangat, Phern sign (+), Creamaster refleks (+)
Uretritis: Nyeri pada pangkal penis
Ny. Oli usia 25tahun G1P0A0 usia kehamilan 30minggu datang dengan
keluhan sakit kepala hilang timbul sejak 2 hari yang lalu, pada hasil
pemeriksaan fisik ditemukan TD 150/90mmhg, HR 80x/m, RR 20x/m, suhu
37C. Pasien tidak memiliki Riwayat hipertensi sebelumnya. Apakah
tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut?
a.Captopril
b.Amlodipin
c.Metildopa
d.Valsartan
e.Labetalol
Hipertensi Pada Kehamilan
Level Kompetensi : 2
Jenis Hipertensi Kriteria Diagnosis
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
Hipertensi Gestasional • Hilang setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (-)
• Proteinuria (-)
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul sebelum usia kehamilan diatas 20
minggu
Hipertensi Kronis Kehamilan • Menetap setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (+)
• Proteinuria (-)
Preeklamsia Ringan
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
• Proteinuria (+) Uji Disptik +1
• Kejang (-)
Preeklamsia Berat
Preeklamsia • Tekanan Darah ≥ 160 / 100 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
• Proteinuria (+) Uji Disptik +2
• Kejang (-)
• Sindrom HELLP : Hemolisis, Peningkatan Enzim Hati (SGOT/SGPT),
Trombositopenia
• Nyeri Kepala, Gangguan Visus
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul sebelum usia kehamilan di
atas 20 minggu
Superimposed Preeklamsia • Menetap setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (+)
• Proteinuria (+)
Tatalaksana :
Hipertensi Gestasional / Kronis
• Nipedipine 1 x 10 – 20 mg (Long Acting) atau 3 -4 x 10 - 30 mg (Short Acting)
• Metildopa 2 x 250 – 500 mg
Preeklamsia Ringan : Aspirin 75 mg /hari + Kalsium 1000 mg /hari
Preeklamsia Berat : Antikonvulsan ( MgSO4 4 gr (Inisial) + 6gr Rumatan (didalam RL) + Anti Hipertensi
Eklamsia : MgSO4
Terapi Defenitif Pasien adalah TERMINASI KEHAMILAN
Ny. Tina usia 65 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak
sebelah kiri secara tiba-tiba sejak 2 jam yang lalu, sebelumnya pasien
mengeluhkan adanya nyeri kepala, pasien menyangkal adanya mual muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/120mmhg, HR 110x/m, RR 24x/m,
suhu 37,4. Komplikasi apakah yang sudah terjadi pada pasien ini?
a.Gagal ginjal akut
b.Gangguan cerebrovaskular
c.Gagal jantung akut
d.Edema Paru
e.Papil edema
KRISIS HIPERTENSI
Level Kompetensi: 3A
Klasifikasi: Hipertensi Emergency (Hipertensi darurat)
Hipertensi Urgensi (Hipertensi mendesak) Tekanan darah yang sangat tinggi (>180/120
Tekanan darah yang sangat tinggi (>180/120 mHg) JNC VII
mmHg) JNC VII Kelainan/kerusakan target organ yang bersifat
Tidak disertai kelainan/ kerusakan organ target progresif (Hipertensi ensepalopati, Cerebral
yang progresif infark, SAH, ICH, Infark miokard, Edema
Dengan nyeri kepala (22%), anxietas, faintness, pulmonal akut, Gagal ginjal akut, Retinopati,
epistaxis (17%) Eklamsia)
Tatalaksana: Hipertensi Emergency:
Hipertensi Urgensi: Manajemen tekanan darah dilakukan dengan
Tekanan darah diturunkan dalam periode obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
beberapa jam – hari dan bahkan lebih lambat Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar
pada individu usia tua yang berisiko mengalami monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan
hipoperfusi serebral atau myokard akibat dengan pemantauan yang tepat.
penurunan tekanan darah yang terlalu cepat. Secara umum tingkat idal penurunan tekanan
Target penurunan tekanan darah dapat darah adalah dengan penurunan Mean Arterial
diturunkan sampai < 160/110 mmHg akan tetapi Pressure (MAP) 10-20% selama 1 jam awal dan
Mean Arterial Pressure (MAP) diturunkan tidak 5-15% pada 23 jam berikutnya.
lebih dari 25% dalam beberapa jam. Target untuk Penurunan tekanan darah yang mendadak
pengobatan jangka panjang adalah < 140/90 menyebabkan iskemia renal, serebral atau
mmHg. koroner.
Ny. Dece usia 34 tahun datang ke RS untuk bersalin. Persalinan dilakukan dan
berakhir dengan emboli cairan amnion dan hasil dari pemeriksaan laboratorium
darah menunjukkan tingginya kadar fibrin. Hari berikutnya pasien mengalami
anuria, gross hematuria dan nyeri pinggang diikuti dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bunyi
cardiac friction rub (+). Tindakan yang tepat dilakukan pada pasien tersebut
adalah?
a.Rehidrasi agresif
b.Antibiotik spektrum luas
c.Hemodialisis
d.Transplant Ginjal
e.Biopsi ginjal
GAGAL GINJAL AKUT Pemeriksaan Penunjang:
Level Kompetensi: 2 Urinalisa :
Pre-Renal : sedimen yang didapatkan aselular
Definisi:
dan mengandung cast hialin yang transparan.
Acute Kidney injury adalah kondisi penurunan
Renal : pigmented “muddy brown” granular
mendadadk faal ginjal dalam 48 jam berupa
cast, cast yang mengandung epitel tubulus ,
kenaikan kadar kreatinin serum = 0,3 mg/dl
Cast eritrosit, Cast leukosit dan pigmented
(=26,4 μmol/l), atau presentasi kenaikan kreatinin
“muddy brown” granular cast pada nefritis
serum = 50% (1,5 kali kenaikan dari nilai dasar),
intertisial.
atau pengurangan produksi urin (oligouriayang
Post-Renal : Sedimen inaktif, kristal,
tercatat = 0,5 ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6
walaupun hematuria dan piuria dapat
jam). Gagal ginjal akut adalah AKI atau GFR < 60
ditemukan pada obstruksi intralumen atau
dibawah 3 bulan atau penurunan GFR ≥ 35%
penyakit prostat.
atau peningkatan serum creatinin > 50 %
dibawah 3 bulan .
Tatalaksana:
Terapi Pengganti Ginjal:
Etiologi: Asidosis berat (pH < 7,1) Anuria, Oliguria
Pre-Renal: akibat hipoperusi ginjal ( dehidrasi, Intoksikasi : kelebihan dosis obat yang dapat
perdarahan, penurunan curah jantung dan didialisisn (keracunan)
hipotensi oleh sebab lain) Uremia / Azotemia (Ureum > 200 mg/dl)
Renal: akibat kerusakan akut parenkim ginjal Elektrolit : Hiperkalemia (K >6,5 mEq/l)
(obat, zat kimia/toksin, iskemi ginjal, penyakit Natremia berat (Na > 155 mEq/l atau < 120
glomerular. mEq/l)
Post-Renal: akibat obstruksi akut traktus Overload: Edema paru
urinarius (batu saluran kemih, hipertrofi prostat, Kreatinin > 7
keganasan ginekologis)
An. Egi usia 8 tahun datang dibawa ayahnya dengan keluhan kencing
berwarna teh pekat, kencing sangat sedikit dan kadang berbusa, edema di
kaki dan mata. Pasien juga mengeluhkan demam dan sejak 3 minggu yang
lalu terdapat luka di kaki yang belum sembuh, pemeriksaan penunjang
yang cocok untuk mendiagnosis kasus tersebut adalah?
a. Biopsi Ginjal
b. ANA Test
c. Ureum Kreatinin
d. Urinalisis
e. Anti Dnase-B
SINDROMA NEFRITIK
Key Point :
hematuria
edema
Hipertensi
Oliguria/Anuria
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)
Infeksi bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus grup :
Riwayat ISPA (faringitis) dan kulit (pioderma) 1-2 minggu sebelumnya
An. Fian usia 5 tahun dibawa orang tuanya ke klinik dengan keluhan
pembengkakan di lutut sejak 5 hari yang lalu. Bengkak di lutut tampak
kemerahan. Riwayat terbentur disangkal. Paman pasien juga pernah
mengalami keluhan serupa. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
aktivitas faktor VIII 25% dan aktivitas faktor IX 87%. Apa tatalaksana yang
dapat diberikan kepada pasien?
a.Transfusi faktor IX
b.Fresh frozen plasma
c.Packed red cell
d.Kriopresipitat
e.Whole blood
HEMOFILIA
Level Kompetensi : 2
Definisi : Penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter, dan bersifat X-lined resesif
Klasifikasi :
Hemofilia A : Defisiensi Faktor VIII
Hemofilia B : Defisiensi Faktor IX
Tanda dan Gejala :
Perdarahan sendi (hemartrosis), riwayat pada keluarga pria, perdarahan spontan
Pemeriksaan Penunjang :
Darah tepi, CT >>, APTT >>, PT normal
Kadar fakrtor VII dan IX
Tatalaksana :
RICE
Replacement therapy dalam 2 jam
Kryoprecipitate (faktor VII, Fresh Frozen Plasma/ FFP (Faktor IX, VII)
Tn. Ali usia 46 tahun datang ke poli umum dengan keluhan mudah lelah sejak
satu bulan terakhir. Pasien mengaku sering mengalami nyeri perut dan oleh
karena itu telah menjalani endoskopi saluran cerna atas (+) biopsi dan
didapatkan hasil gastritis atrofi. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8,9 g/ dl, MCV 112 fl. Pemeriksaan
penunjang lain yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti
pada pasien ini adalah?
a. Apusan darah tepi
b. Tes schilling
c. Elektroforesis hemoglobin
d. Pemeriksaan profil besi
e. Biopsi sumsum tulang
ANEMIA MAKROSITER
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Level Kompetensi : 4
Definisi : kelainan eritrosit dimana dijumpai anemia dengan volume eritrosit lebih besar dari normal.
Klasifikasi :
Anemia defisiensi asam folat (Vitamin B9)
Anemia defisiensi sianokobalamin (Vitamin B12)
Anemia Pernisiosa ( Post Reseksi Gaster )
Etiologi :
Metabolisme Vitamin As. Folat dan Vit. B 12 yang tidak efektif
Kekurangan asupan (Diet Ketat/ vegetarian Def.Vit B12)
Riwayat operasi gaster/Gastritis : Defisiensi Sianokobalamin (B12)
Reseksi usus dan jejunum
Malabsorbsi , Alkoholisme
Gejala Klinis :
Gejala umum anemia : lesu, lemah, letih, cepat capek dan pucat
Gejala Defisiensi Vit. B12 : Neuropati perifer, Gangguan kognitif, Gangguan memori, Gangguan tidur, Depresi, Mania,
Psikosis
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Darah : Hb menurun, MCV >100 fL (meningkat)
Pemeriksaan Morfologi Darah Tepi : Gambaran Makrositer ; Hipersegmented
Neutrofi
Serum Vit. B12 menurun <200 pg/mL, schilling test (menilai absorbsi gaster terhadap Vit B 12)
Komplikasi Defisiensi Asam Folat : Spina Bifida
Penatalaksanaan :
As. Folat 1mg/hari
Vit B12 inj (100-1000mcg/perbulan)
An. Bagus usia 7 tahun dibawa berobat karena pucat dan lemas. Keluhan
mulai disadari keluarga sejak 6 bulan yang lalu, namun semakin lama semakin
memberat. Anak mudah lelah, sering mimisan dan gusi berdarah tanpa
pencetus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatosplenomegali. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9 g/dL, leukosit 99.000sel/uL,
trombosit 80.000 sel/uL. Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan
untuk dapat menegakkan diagnosis adalah?
a.CT scan abdomen
b.Preparat sumsum tulang
c.Biopsi kelenjar
d.PCR
e.Kultur darah
LEUKEMIA
Level Kompetensi : 2
Etiologi : Terpapar Bahan Karsinogenik ; Diet Karsinogenik ; Keturunan ; Idiopatik
Kata Kunci
Tanda Umum Anemia (+)
Mudah Sakit / Mudah Terinfeksi
Hypothyroid
Gejala (Symtoms) : Skoring :Index Diagnostik Billewicz
Penurunan nafsu makan, BB meningkat, Laboratorium:
tidak tahan dingin, bradikardia, konstipasi, TSH -> meningkat
goiter, edema, hipotermi, libido menurun, FT4, FT3-> menurun
mudah lelah Imunologi : tiroiditis hashimoto -> infiltrasi
IgG atau limfosit di kelenjar thyroid (germinal
center) atau anti TPO (+)
Tatalaksana :
Levotiroksin 50-100mcg/hari(1,5-1,7ug/BB/hari)
Dosis rumatan 100-200mcg/hari
Evaluasi terapi : FT4,FT3
Komplikasi : koma miksedema
Koma miksedema: hypothyroid jangka panjang dan dipicu infeksi
Diagnosis : edema anasarka, penurunan kesadaran, hipotermia berat, bradikardia, gagal nafas
Tatalaksana :
Resusitasi
Ny. Erva usia 53 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan kejang. Kejang
terjadi seluruh tubuh, menghentak-hentak lalu tidak sadar >5 menit. Sebelum
dan setelah kejang pasien sadar. Keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Pasien memiliki riwayat karsinoma tiroid 3 tahun yang lalu dan menjalani
operasi tiroidektomi 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
125/85 mmHg, HR 85 x/menit, RR 23 x/menit, dan suhu 36,7C. Pada
pemeriksaan regio colli tidak teraba tiroid, chovstek sign (+), trousseau sign
(+). Apakah diagnosis dan terapi yang tepat untuk pasien?
a.Hipertiroid, Metrimazole
b.Hipotiroid, Levotiroksin
c.Hiperparatiroid, Tiazid
d.Hipoparatiroid, Kalsium oral dosis tinggi
e.Karsinoma tiroid, Tiroidektomi
HIPO/HIPERPARATYROID
Level Kompetensi: 2
HYPERPARATHYROID (2) HYPOPARATHYROID
Etiologi : Etiologi :
Primer : adenoma, Post OP thyroid/ tiroidektomi
sekunder / tersier : CKD Pengobatan grave jangka panjang
Dx : Keram, kaku, kejang, takikardia Dx:
Pemeriksaan penunjang : Kaku, bradikinesia
Elektrolit darah : Keram otot
Primer : Kalsium ↑ fosfat ↓ Kejang
Sekunder : Kalsium ↓ fosfat ↑ PD : Chvostek sign (+) : mengetuk bagian pipi, mulut akan tertarik
Tersier : Kalsium ↑ fosfat ↑ ke bagian diketuk, trousseau sign (+), Carpo pedal sign (+)
EKG shorten QT interval (hyperkalemia) Pemeriksaan penunjang :
Elektrolit darah :
Kalsium ↓ fosfat ↑ magnesium ↓
EKG :
prolonged QT interval (hipokalsemia)
Torsade de pointes (hipomagnesemia)
Tatalaksana :
Calsium glukonas 1000mg + provitamin D seumur hidup
Tx :
Rujuk :
Rehidrasi Nacl 0.9%, furosemide. calsitonin
Dedah adenoma
An. Hasan usia 17 tahun diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan badan
lemas sejak 2 minggu yang lalu dan semakin hari semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien juga mengeluh sering haus, sering
lapar, dan sering BAK. Pasien mengalami penurunan berat badan hingga 10
kg dalam 1 tahun terakhir. Kedua kaki sering kesemutan dan pandangan
mata kabur tanpa ada riwayat kelainan refraksi. Hasil pemeriksaan fisik
pasien tampak lemas, IMT 17,2kg/m2, TD 100/70mmHg, nadi 85x/menit, RR
20x/menit, suhu 36,3oC. Hasil pemeriksaan lab GDS 478, Hb 10,8, leukosit
5000, HCT 38, PLT 163000. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilaksanakan untuk menegakkan pasien tersebut adalah?
a.Urinalisis
b.C-peptide dan autoantibodi
c.SGOT dan SGPT
d.BUN dan SC
e.Glukosa darah puasa
DM TIPE 1
Level Kompetensi: 4
Etiologi : Kerusakan sel ß pankreas oleh autoimun atau idiopatik
Gejala :
Polidipsi, poliuri, polifagi
Penurunan BB dalam waktu cepat dengan gejala lain tidak khas
Mudah Lelah
Pemeriksaan penunjang :
GDS ≥ 200 mg/dl, GDP ≥ 126 mg/dl, GD2PP ≥ 200 mg/dl
HbA1C > 6,5%
Kadar C peptide menurun :
untuk melihat fungsi sel beta residu.
Dalam praktik klinis, pengukuran sekresi C-Peptida dapat membantu menentukan tipe (tipe 1 dan tipe 2) dan
tatalaksana pada pasien diabetes.
Kadar normal : 0,8 – 3,1 ng/mL , Spesimen diambil dari serum pasien puasa
Penatalaksanaan:
Insulin (dosis anak : 0.7-1 U/kg/hari)
Pengaturan makan, olahraga dan edukasi
Tn. Edo usia 52 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
mendapat pengobatan insulin, metformin dan atorvastatin. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan IMT 30kg/m2, lingkar pinggang 104cm, TD 140/90mmHg, HR
86x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,7oC. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDP 288mg/dL, GD2PP 263mg/dL, kolesterol total 226mg/dL, HDL
37 mg/dL, TG 148 mg/dL. Diagnosis pasien yang tepat?
a. Cushing disease
b. Dislipidemia
c. Hiperkolesterolemia
d. Metabolic syndrome
e. Obesity hypoventilation syndrome
SINDROMA METABOLIK
Level Kompetensi: 4
Penatalaksanaan :
- Edukasi : Diet rendah makanan asam
- Farmakologi : terapi simptomatis
- Rujuk
Bayi Dea dibawa ke IGD dengan keluhan badan kebiruan. Bayi baru saja
dilahirkan di bidan dengan BBL 3100 gram. Bayi cukup bulan, saat lahir
tampak sulit bernapas dan kebiruan. Saat lahir keluar cairan ketuban
berwarna kuning kehijauan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sianosis (+)
dan terdapat warna kehijauan pada umbilicus dan kuku bayi. Diagnosis
pasien yang tepat adalah?
a.Hyaline membrane disease
b.Pneumonitis neonatal
c.Sepsis neonatorum
d.Meconium aspiration syndrome
e.Transient tachypnea of the new born
HMD
Level Kompetensi: 2.
HYALIN MEMBRANE DISEASE (HMD) Transient tachypnea of the newborn SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Definisi : Gangguan distres pernafasan yg (TTN) Etiologi ; Tertelan/ masuknya mekonium
sering ditemui pada bayi prematur Definisi : reflkes bernafas belum kedalam saluran nafas. Distress intrauterin
Faktor Risiko : prematur sempurna dapat menyebabkan keluarnya mekonium
Key Point : Faktor Risiko : SC ke cairan amnion.
Riwayat kelahiran kurang bulan Key Point : Faktor Risiko : Korioamnionitis
takipnea, grunting, retraksi dinding dada, Riwayat SC Key Point :
sianosis takipnea, grunting, retraksi dinding Riwayat ibu dengan korioamnionitis
Tanda2 prematuritas dada, sianosis takipnea, grunting, retraksi dinding dada,
Pemeriksaan penunjang : Mekonium jernih sianosis
x-ray thorax : ground glass appearance / Cukup bulan/post term Mekonium keruh/kehijauan
reticulogranular pattern, air bronchogram. Sesak napas saat atau segera setelah Cukup bulan/post term
Ada 4 stadium : lahir Meconium stain (bekas meconium) di
Std I : pola retikulogranuler Pemeriksaan penunjang : umbilicus atau kuku
Std II : stadium 1 + air bronchogram x-ray thorax : sunburst” pattern.
Std III : stadium 2 + batas jantung paru Terapi : Pemeriksaan penunjang :
kabur Resusitasi x-ray thorax : gambaran rontgen toraks
Std IV : stadium 3 + white lung Rujuk berupa patchy opacity dengan air
Terapi : trapping dan hiperinflasi paru.
Resusitasi Terapi :
Rujuk ke rs intratrakeal surfactan Resusitasi
Rujuk
An. Leli usia 3 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi
sejak kemarin. Keluhan disertai munculnya ruam-ruam kemerahan di wajah
yang menyebar ke leher dan badan. Pasien sempat mengalami demam yang
tidak terlalu tinggi 5 hari yang lalu disertai nyeri tenggorokan. Riwayat
imunisasi dasar anak tidak lengkap. Pada pemeriksaan fisik anak tampak
lemas, nadi 124x/menit, suhu 38,4C. Terdapat ruam maculopapular eritem di
wajah dan badan, forsheimer spot (+), pembesaran KGB retroaurikular (+).
Diagnosis pasien yang tepat adalah?
a.Morbili
b.Scarlet fever
c.Rubella
d.Mumps
e.Kawasaki disease
RUBEOLA
Level Kompetensi: 4A.
FEVER WITH RASH
MEASLES/ RUBEOLA/ MORBILI RUBELA ROSEOLA INFANTUM
Etiologi : Morbili virus Etiologi : Rubella virus Etilogi : HUMAN HERPES VIRUS
Key Point : Key Point : TIPE 6
Gejala prodromal : Demam , cough, Lesi kulit: makulopapular milier + Key Point :
coryza, conjunctivitis pembesaran KGB Lesi kulit: makulopapular milier
Bercak Koplik: patognomik Forscheimer spots yang muncul setelah demam reda,
Lesi kulit: makulopapular milier yang Tatalaksana : simtomatis Tatalaksana : simtomatis
muncul saat demam dimulai dari blkg
telinga
Fase konvalesens demam mulai reda
Ruam: Lesi hiperpigmentasi
Tatalaksana : suportif
Vit A hari 1,2
50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1
kap merah)
Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari
2, dan 15
Komplikasi campak: Pneumonia,
Dehidrasi, Gizi,
buruk, Ensefalitis, OMA
An. Anne usia 1 tahun diantar ibunya ke IGD karena mengalami diare
sejak 4 hari yang lalu. BAB cair-ampas, tidak ada darah atau lendir,
frekuensi 6x/hari. Keluhan tidak disertai demam atau muntah. Tidak ada
riwayat sakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik: anak sadar, nadi cepat dan
kuat, CRT < 5 detik, RR 20x/menit, tidak ada tanda distress napas, suhu
37,1°C, akral hangat. Anak tampak rewel, mata cekung, mukosa kering,
turgor kulit lambat. Terapi rehirasi yang yang tepat adalah?
a. Pemberian oralit per oral 200 ml tiap BAB
b. Pemberian oralit per oral 750 ml dalam dalam 3 jam
c. Pemberian cairan koloid IV 1750 ml dalam 24 jam
d. Pemberian cairan isotonik IV 300 ml dalam 30 menit
e. Pemberian cairan isotonik IV 700 ml dalam 1 jam
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG
LEVEL KOMPETENSI: 4A
DEHIDRASI
Definisi :
Buang air besar ≥3 kali dengan kosistensi lembek atau cair dengan
dijumpai atau tidak darah dan lendir
Tatalaksana : 5 pilar WHO
1. Rehidrasi
2. Nutrisi : Lanjutkan pemberian ASI
3. Zink : < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet), > 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet)
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi
An. Mino usia 3 tahun 4 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan batuk yang
memberat. Batuk terus menerus diawali tarikan napas panjang lewat mulut dan
diakhiri dengan muntah dan wajah tampak kebiruan. Keadaan ini berlangsung
berulang-ulang sehingga anak menjadi malas makan dan minum. Riwayat batuk
pilek dan demam tidak terlalu tinggi 1 minggu yang lalu. Riwayat imunisasi tidak
lengkap (hanya 1 kali imunisasi saat usia 1 tahun). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 37,8C, SpO2 96%, perdarahan subkonjungtiva (+), pembesaran
KGB leher (-). Kesan gizi baik. Diagnosis pasien adalah?
a. Bronkopneumonia
b. Asma bronkiale
c. Pertusis
d. Croup
e. TB anak
PERTUSIS
Level kompetensi : 4A
Etiologi : Bardotella Pertusis (Basil Gram Negatif)
Temuan Klinis :
• Batuk Berat lebih dari 2 minggu
• Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi “whooping cough”
• Perdarahan Subkonjungtiva
• Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau
napas berhenti tanpa batuk (apneic spell)
Pemeriksaan penujang:
Scooth Adesive Tape diperiksa Pagi Hari sebelum mandi
Penatalaksanaan:
Pyrantel Pamoate (10 mg/KgBB single Dose)
seluruh keluarga harus mendapat pengobatan dan Mebendazole 500 mg P.O (SD)
Nn. Sherly 25 tahun datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS.
Demam disertai dengan menggigil. Keluhan juga disertai nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi. Pasien baru saja bepergian dari NTT. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 20 x/menit, HR 90 x/menit, TD 110/80 mmHg, suhu 39 0C.
Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan eritrosit besar, trofozoit cincin
amoeboid. Apakah penyebab dan tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut?
a.Plasmodium falciparum ; DHP 3 hari + primakuin 1 hari
b.Plasmodium ovale ; DHP 3 hari + primakuin 1 hari
c.Plasmodium malariae ; DHP 3 hari
d.Plasmodium falciparum ; Pil kina + Primakuin
e.Plasmodium vivax ; DHP 3 hari + primakuin 14 hari
MALARIA
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Infeksi parasit : plasmodium, vektor : Anopheles
Key point :
Anamnesis : TRIAS malaria : Menggigil, Demam, berkeringat + Mialgia, atralgia , Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria
(papua)
Pemeriksaan fisik: Anemis , Ikterik , Splenomegali , Hepatomegali
Klasifikasi :
Malaria + komplikasi (Malaria Berat) etiologi M. Falsifarum
- Malaria Cerebral : penurunan kesadaran
- Malaria Algid: gejala dan tanda syok
- Malaria Hemoglobunuria/ Black water fever : urine seperti teh pekat
Malaria Tanpa Komplikasi
Klasifikasi berdasarkan etiologi
P. Falsifarum (M. Tropikana)
P. Vivax / P. Ovale (M. Tertiana)
P. Malariae (M. Quartana)
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi : ( tetes tebal untuk menemukan parasit dan tetes tipis untuk menemukan plasmodium)
Malaria Tanpa komplikasi Pengobatan Malaria pada Ibu hamil : ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Pengobatan Malaria falciparum
ACT 1x/ hari selama 3 hari + Primakuin 0,75 mg/kgBB (3 tab)pada hari pertama saja
Malaria berat Lini 1 : Artesunat intravena
Alternatif : Artemeter intramuscular
Pengobatan Malaria vivax/ovale
ACT 1x/hari selama 3 hari + Primakuin 0,25 mg/kgBB (1 tab)selama14 hari
Pengobatan malaria malariae
ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Laki-laki 45 tahun datang ke puskesmas karena akan melakukan
perjalanan dinas ke daerah papua dan meminta advis pencegahan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU cukup, TD 110/70 mmhg, Nadi
90x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0 C. Pemeriksaan fisik
kepala/leher, toraks abdomen, dan ekstremitas dalam batas normal.
Apakah terapi profilaksis yang tepat untuk pasien tersebut?
a.Levofloksasin 1 x 500 mg
b.Doksisiklin 1 x 100 mg
c.Meropenem 3 x 500 mg
d.Amoksisilin 3 x 500 mg
e.Cefixime 1 x 200 mg
Malaria Tanpa komplikasi
Pengobatan Malaria pada Ibu hamil :
ACT 1 x/hari selama 3 hari tanpa
Primakuin
Pengobatan Malaria falciparum
ACT 1x/ hari selama 3 hari + Primakuin 0,75
mg/kgBB (3 tab)pada hari pertama saja
Pengobatan Malaria vivax/ovale
ACT 1x/hari selama 3 hari + Primakuin 0,25
mg/kgBB (1 tab)selama14 hari
Pengobatan malaria malariae
ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Malaria berat Lini 1 : Artesunat intravena
Alternatif : Artemeter intramuscular
Profilaksis :
AREA SENSITIF KLOROKUIN: klorokuin 2tab/minggu dari 1 mgg sebelum sampai 4 minggu setelah kembali. (CDC : Indonesia Resisten)
AREA RESISTEN KLOROKUIN:
- Doksisiklin 200mg (1tab/hari) : 1-2 hari sblm pergi – 4 mgg setelah pulang
- Mefloquin 250mg (1tab/minggu): >2mgg sblm pergi – 4 mgg setelah pulang. (pilihan 1 untuk ibu hamil)
- Atovaquone (250mg ) – proguanil (100mg) (1tab/hari): 1-2 hari sblm pergi – 7 hari setelah pulang. (pilihan ke 2 ibu hamil)
Tn. Heli usia 17 tahun di bawa ibunya ke dokter setelah digigit
kelelawar di ujung jari saat kemah 2 hari yang lalu . Pemeriksaan
tekanan darah 120/70, HR 90 x/m, RR 22 x/menit. Terapi yang tepat
diberikan pada pasien?
a.VAR
b.SAR
c.VAR dan SAR
d.KIE tidak perlu pengobatan
e.Analgetik
Rabies
Level kompetensi: 3B
Etiologi: Human Rabies Virus; vector: anjing, kucing, kera, kalong, serigala
Inkubasi: 1 minggu s/d 2 tahun
Stadium
Stadium prodromal: flu like Syndrome
Stadium sensoris: peningkatan sensitivitas terutama di lokasi gigitan; fotofobia; fonofobia
Stadium eksitasi: menggigit orang lain, hipersalivasi, bringas, palpitasi
Stadium paralisis : kelumpuhan kaki- otot pernafasan
Tatalaksana :
Luka → Cuci luka dengan sabun + povidone iodine + alkohol
Resiko rendah (luka lecet/jilatan): VAR 0,5cc 4x(0, 7, 14)
Resiko tinggi (luka gigitan): SAR 20 IU+VAR
An. Beti usia 10 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan utama demam sejak 6
hari SMRS. Demam terutama ketika sore hingga malam hari. Keluhan disertai
dengan mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 24 x/menit, Nadi 100 x/menit, TD 110/70 mmHg, suhu 38 0C.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11 gr/dL, leukosit 4.000, trombosit
120.000, widal O 1/320, H 1/160. Apakah terapi antibiotik yang tepat
diberikan pada pasien ini?
a.Kloramfenikol
b.Ciprofloxacin
c.Amoxicilin
d.Ceftriaxone
e.Cefixime
DEMAM TIFOID
Level Kompetensi: 4A
Etiologi: Salmonella Thypi dan Salmonella Parathypi
Transmisi: Fekal- Oral (makanan dengan hygine yang buruk)
KeyPoint: Demam 7 hari pola demam Step Ledder Fever, rose spot, bradikardi relative, lidah kotor, tepi hiperemis dan tremor, nyeri perut,
diare/konstipasi.
Temuan Klinis:
Minggu 1: Minggu 2: Minggu 3:
Demam Demam terus menerus Komplikasi
Nyeri kepala Bradikardia relatif Perdarahan usus
Batuk kering Lidah kotor, tepi hiperemis Perforasi usus
Nyeri perut dan tremor Meningitis tifosa
Rose spot Nyeri perut Hepatitis tifosa
Konstipasi atau Diare Hepatomegali Cholesistitis
Splenomegali
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Awal:
Widal test : Titer O (Badan) 1:320 atau kenaikan 4 kali lipat dan Titer H (Flagel)
Tubex IgM Antigen O9 (+) ≥4, ≥6 indikasi kuat
Pemeriksaan Baku emas: Kultur
Minggu 1 : Darah dan sumsum tulang
Minggu 2 : Feses
Minggu 3 : Urin
Tatalaksana: Kehamilan:
Non Farmakologi: Bed Rest Total, Diet TKTP Β-Lactam: Amoxicillin/ Ampicillin 500 mg 5-7 hari
Farmakologi: Sepalosporin G III: Cefixime, Ceftriaxone IV
Dewasa: Anak-anak:
Nofrofloksasin 2 x 400 mg 14 hari Kloramfenikol 25-50 mg/KgBB/hari selama 7 hari (DOC)
Siprofloksasin 2 x 500 mg 6 hari (DOC) Kotrimoksazole 10 mg/ KgBB/hari selama 2 minggu
Ofloksasin 2 x 400 mg 7 hari Ampicillin dan amoxicillin 25-50 mg/ KgBB selama 2 minggu
Nn. Tia usia 25 tahun, datang dengan keluhan bercak kemerahan di wajah sejak 1
tahun yang lalu. Awalnya bercak hanya muncul di hidung kemudian sejak 4 bulan
terakhir meluas ke daerah pipi. Pasien sudah menggunakan krim malam dan siang
hari namun bercak tetap ada dan terkelupas. Pekerjaan sebagai surveyor. Bercak
kemerahan semakin parah ketika terpapar sinar matahari. Pasien menggunakan
kontrasepsi selama 3 tahun terakhir. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada
sendi bahu, siku, lutut dan pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Tanda vital
didapatkan TD 100/70 mmHg, HR 100x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,8oC, Pada
pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa pada daerah malar berbentuk
kupu-kupu dan disertai skuama halus. Apakah temuan laboratorium yang akan
ditemukan pada pasien ini?
a. Peningkatan titer anti-cyclic citrulinated peptide anitibody (Anti CCP)
b. Peningkatan titer anti-mitohondrial antibody
c. Kultur Neisseria Gonorrhea positif dari sediaan swab serviks
d. Human Leukocyte Antigen-B27 (HLA B27) positif
e. Anti smith antibody positif
SLE ( Lupus Eritematous Sistemik )
Level Kompetensi: 3A
Penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya memiliki sebaran klinis yang luas serta tampilan
klinis yang beragam.
Patofisiologi: Penyakit autoimun
KeyPoint:
- Ruam Malar: eritema yang menetap berbentuk “Butterfly Rush“di daerah wajah/pipi.
- Ruam Diskoid: plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular
- Fotosensitivitas,
- Ulkus mulut,
- Atritis.
- Pericarditis
- Gangguan renal
- Gangguan neurologi
- Gangguan hematologi
- Gangguan imunologi
Dijumpai minimal 4 gejala diatas/ 3 gejala diatas.
Pemeriksaan penunjang:
Awal: LED meningkat , Pemeriksaan Lab : ANA Test (+), anti DS DNA (+), anti smith (+)
Tatalaksana
Farmakologi: Steroid, OAINS, antimalaria, imunisupressan dan terapi simtomatik.
Tn. Verel usia 20 tahun, datang ke UGD RS karena nyeri pada alat kelaminnya.
Pada pemeriksaan didapatkan edema pada glans penis dan preputium yang
terjebak pada glans penis yang sebelumnya diretraksi. Sebelumnya penderita
ingin memasangkan piercing pada glans penis dan mencoba melakukannya
sendiri di rumah. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a.Fimosis
b.Parafimosis
c.Balanitis
d.Sifilis
e.Epispadia
PARAFIMOSIS
Level Kompetensi : 4A
Definisi:
Preputium penis teretraksi di belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi normalnya → Cincin
konstriksi iskemia.
Faktor Resiko:
Fimosis
Prosedur genitourinari (cateter urin, cystoscopy)
Trauma penis
Aktivitas seksual
KeyPoint: bengkak dan nyeri pada penis, terbentuk cincin konstriksi, preputium tidak dapat di tarik lagi kedepan
Penatalaksanaan:
Tatalaksana Awal:
Reduksi manual: tekan manual, ice pack secara intermiten, elastic dressing
Farmakologi : injeksi hyaluronidase, granulated sugar
Minimal-invasive : teknik “puncture”, aspirasi darah
Terapi bedah (jika sangat terkonstriksi) : emergency dorsal slit
Terapi definitif : Sirkumsisi
Ny. Vero usia 27 tahun datang dengan keluhan lemas, menurut pasien
semenjak 1 tahun terakhir ini pasien memiliki benjolan di anus yang hilang
timbul, sejak 3 bulan terakhir benjolan tidak dapat dimasukkan kembali dan
sering mengeluarkan darah. Dimanakah letak kelainan pada pasien ini?
a.Sejajar linea dentata
b.Perifer linea dentata
c.Proximal linea dentata
d.Distal linea dentata
e.1/3 distal rectum
HEMORHOID EKSTERNA
Level Kompetensi: 3A
Definisi : penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) Tatalaksana:
yang terdiri dari venula, arteriole, dan jaringan otot polos yang Tatalaksana Non-Bedah : I & 2
terletak di kanalis analis Modifikasi gaya hidup
Klasifikasi : Menghindari pengejanan berlebihan saat defekasi atau aktivitas
Hemorrhoid interna : benjolan diatas anal verge Diet tinggi serat, banyak minum
Pelebaran plexus hemorrhoidalis interna (dibentuk oleh vena Pelunak tinja
rectalis superior etmedia). Proksimal linea dentata
Grade : 1-2 (SKDI 4A), 3-4 (SKDI 3A)
I. Benjolan keluar anus (-) hemotokezia (+)
II. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+)masuk sendiri
III. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+) masuk dengan
bantuan jari
IV. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+) tidak dapat
masuk kembali
Hemorrhoid externa : benjolan di anal verge
Pelebaran plexus hemorrhoidalis externa (dibentuk oleh vena
rectalis inferior. distal linea dentata
Hematokezia + nyeri sedang sampai berat
Tatalaksana Bedah
Rujuk : Hemorrhoidektomi (excision atau stapled)
Tn. Lana usia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
kemaluan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan mual-muntah.
Riwayat trauma disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan testis dengan
spermatic cord memendek, reflex cremaster (-), dan ketika testis di elevasi
nyeri tidak berkurang. Dokter ingin melakukan USG Doppler, namun ternyata
alat sedang rusak. Apakah tatalaksana yang dapat dilakukan?
a.Detorsi manual
b.Orchidectomy
c.Orchidopexy
d.Analgetik
e.Kompres hangat
TORSIO TESTIS
Level Kompetensi: 3B
TORSIO TESTIS EPIDIDMO ORCHITIS
Etiologi: torsi spermatid cord that brings blood to scrotum Etiologi: infeksi pada epididmis dan testis, komplikasi
Keypoint : mumps virus
Nyeri akut scrotum Risk : riw promiskuitas
Mual dan muntah Keypoint :
Phren sign (-) Demam
Refleks kremaster (-) Nyeri daerah scrotum
Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau pada posisi yang Mual dan muntah
tidak biasa : angle sign (+) Angle sign (-)
TWIST SCORE Phren sign (+) : mengangkat testis nyeri
berkurang
Refleks kremaster (+) : Testis ipsilateral terangkat
Tanda inflamasi scrotum
Pemeriksaan Penunjang :
Pewarnaan gram
Basil gram negatif : E.coli,
Diplococcus gram negative : GO
Diplococcus gram negative (-) : Non .GO
Pemeriksaan Penunjang :
USG doppler vaskularisasi testis <<
Penatalaksanaan:
Onset < 6 jam :
1. deteorsi manual : hanya boleh dilakukan apabila terdapat USG doppler
2. ORCHIDOPEXY
onset > 6 jam ORCHIIDECTOMY
Tn. Edi usia 37 tahun dibawa warga ke IGD oleh warga karena mengalami
kecelakaan 1 jam yang lalu, menabrak truk. Pasien tidak sadarkan diri ketika
diperiksa, sebelumnya selama di jalan pasien sadar dan sesaat setelah
tabrakan pasien tidak sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80mmHg, HR 98x/menit, suhu 36,70C, RR 20x/menit, luka di regio
frontalis, krepitasi(+), meningeal sign(-). Apakah patofisiologi kasus ini?
a.Ruptur arteri meningea media
b.Ruptur bridging vein
c.Ruptur arteri cerebri anterior
d.Ruptur arteri cerebri posterior
e.Ruptur arteri basiliar
EPIDURAL HEMATOM
Level Kompetensi: 2
Pemeriksaan Penunjang:
Etiologi :fraktur daerah temporal Ruptur Arteri CT scan : Lesi Hiperdens Biconveks / lenticuler
meningea media
Key Point:
Penurunan kesadaran diantara 2 sadar : lucid interval
Nyeri kepala berat progresif
Muntah proyektil karna peningkatan TIK
Defisit neurologis
Pemeriksaan Fisik :
Herniasi : Pupil anisokor
Lesi ipsi lateral
Hemiparese/hemiplegia kontralateral lesi
Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Rujuk Ke RS Craniotomi
Ny. Jiyem usia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri di pinggang kiri yang
menjalar hingga ke pusar, nyeri hilang timbul dalam 1 bulan ini, biasanya nyeri
berkurang dengan obat analgesic, tapi sekarang tidak berkurang sama sekali.
Riwayat asam urat (+) tidak berobat. Dokter mencurigai ada sebuah batu di
saluran kemih pasien. Dimanakah kemungkinan letak kelainan pada pasien
ini?
a.Urethra posterior
b.Ureter proximal sinistra
c.Ureter distal sinistra
d.Ureter media sinistra
e.Ginjal Kiri
NEFROLITIASIS
Level Kompetensi: 3A
Nefrolitiasis : Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
- Demam (-) ISK : sistitis : nyeri akhir miksi, Nyeri mendadak
- Nyeri saluran kemih setelah BAK (kandung kemih kosong, batu
- hematuria mengenai dinding kandung kemih)
BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal
ISK & BSK jika berubah posisi
Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri
ketok Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri
CVA (+) tekan
ISK : pielonefritis Prostatitis
BSK : Nefrolitiasis
Nyeri pinggang, menjalar, KOLIK+, nyeri ketok CVA (-) Nyeri perineum sampai ujung kemaluan
ISK : ureteritis ISK : uretritis
BSK : ureterolitiasis, BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan,
Proksimal : menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual, nyeri di ujung kemaluan
muntah
Distal : nyeri menjalar ke selangkangan.
ISK BSK
Non STDs : E.Coli - BNO : Batu Basa ( PH > 7.2) : Radioopaq
STDs : N. Go Ca2+ oksalat
Chlamydia trachomatis MAP/struvit Staghorn stone
Keypoint : - BNO IVP : Batu Asam : Radiolusen
TRIAS Asam urat
- Demam (+) Asam jengkolat
- Nyeri saluran kemih Keypoint :
- Lab : leukosituria TRIAS
- Demam (-)
- Nyeri saluran kemih
- Lab : hematuria
Penunjang Penunjang
- Urinalisis: pyuria, bakteriuria, nitrit (+), leukosit - Urinalisis : HEMATURIA ; ERITROSIT > 5 / LPB, Kristal
esterase (+) : pengambilan dengan urin pancar asam urat atau Ca2+
Tengah/ urin midstream, urin clean-catch - BNO : batu asam
- Koloni bakteri : - BNO IVP : batu asam
ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis): ditemukan - USG : akustik shadow dengan desi hiperekoik
bakteri 103 cfu/mL - Gold standard : CT Scan
- ISK tak bergejala (asymptomatic bacteriuria):
ditemukan bakteri 105 cfu/mL
- Gold standard : kultur urin
Tn. Sadad usia 38 tahun dibawa ke IGD karena menjadi korban kebakaran salah
satu toko elektronik, pasien mengalami luka bakar di dada dan perut, tangan kiri
bagian depan dan kaki kiri bagian depan. Luka terlihat gosong dan tidak nyeri.
Berat badan pasien 60kg. Berapakah kebutuhan cairan pasien?
a.7.560cc dalam 8 jam pertama
b.3.240cc dalam 8 jam pertama
c.7560cc dalam 16jam kedua
d.3300cc dalam 24 jam
e.3.780cc dalam 6 jam pertama
LUKA BAKAR
Level Kompetensi: 3B
Etiologi :sinar matahari, bahan kimia, uap/air panas, listrik/petir
Key point :
Grade 1 : Hiperemis, nyeri , bula (-)
Grade 2a : Hiperemis, sangat nyeri, bula (+)
Grade 2b : putih, nyeri berkurang, bula pecah
Grade 3 : putih/kehitaman, nyeri (-), bula (-)
Penatalaksanaan:
Luka bakar di seluruh lengan kanan (9%), dada (9%), dan perut (9%)=
Total luas luka bakar 27%
Resusitasi cairan dengan formula baxter luas luka bakar > 10% =
4cc x kgbb x luas luka bakar = 4cc x 60 kg x 27% = 6.480 cc
3.240 cc 8 jam pertama
3.240 cc 16 jm kemudian
Tn. Zul usia 30 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan terjadi
pembesaran pada buah zakar bagian kanan. Keluhan ini tidak disertai rasa
nyeri serta tidak terjadi gangguan seksual. Tanda vital TD 120/80mmHg, HR 89,
RR 20, T37C. Pada pemeriksaan fisik teraba skrotum membesar pada bagian
kanan, lunak, tidak nyeri tekan, tidak teraba masa lain selain testis,
transilumination test (+) dan tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe
inguinal. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Elephantiasis
d. Orkhitis
e. Seminoma
HYDROCELE
Level Kompetensi: 2
Definisi : Akumulasi cairan serosa di sekitar
testis,yang berada di dalam tunika vaginalis
Etiologi : akibat keterlambatan penutupan processus
vaginalis
Keypoint :
• Edema / pembesaran skrotum
• Tidak ada tanda inflamasi
• Asimtomatis
Pemeriksaan penujang :
Translumination test/ diapanoscopy : Positive : Hydrocel
Tatalaksana :
Rujuk : Operatif
Tn. Zamani usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu hati
yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan timbul
ketika setelah makan. Pasien mengurangi frekuensi makannya untuk
menghindari rasa nyeri. Sehingga pasien mengalami penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 20
x/menit, suhu 36,7 C, nyeri tekan epigastrium (+), defans muscular (-). Pada
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Apakah diagnosis dan
komplikasi kasus tersebut?
a.Ca gaster, transformasi maligna
b.Ulkus gaster, perdarahan GIT
c.Pankreatitis, pembentukan pseudokista
d.Ulkus peptikum, fistula usus
e.Ulkus duodenum, abses subhepatica
TUKAK GASTER Penatalaksanaan:
Level Kompetensi: 3A. Ulkus tanpa infeks H.pylori : PPI ±sitoprotektor
Pemeriksaan Penunjang:
- Endoskopi : mucosal break (+)/ulkus(+)
- UBT (+) : infeksi H.pylory
Nn. Helen usia 18 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat luka di
mulut sejak 3 hari yang lalu. Sejak 1 tahun yang lalu, pasien 3x mengalami hal
yang serupa dan menghilang sendirinya. Pasien tidak aktif secara seksual.
Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan lesi keputihan pada mukosa mulut dengan tepi eritema. Apakah
diagnosis dan tatalaksana kasus tersebut?
a. Stomatitis aftosa, triamsinolon asetonid 0,1%
b. Leukoplakia, antibiotic
c. Herpangina, asiklovir
d. Herpes labialis, asiklovir
e. Pemfigus vulgaris, kortikosteroid topical
Stomatis
Level Kompetensi 4
Etiologi dan Faktor resiko :
- Defisiensi Besi,
- Defisiensi B12
- Chron Disease
- HIV, HSV – 1
Luka Pada mukosa buccal, bibir dalam, lidah, nyeri (+)
Klasifikasi :
> Aftosa minor : Dangkal, diameter 5 – 7 mm
> Aftosa Mayor : lebih dalam, >7 mm
> Aftosa Herpetiform : Berkelompok, dangkal, diameter 1-
2mm (vesikel) Pembesaran KGB
Tx
- Obat Kumar clorhexidine 0,2%3×1
- Krim triamcinolon acetonide 0,1% 2×1
- Herpediform : Acyclovir 5×200 mg/hari G-hari)
An. Baam usia 1 bulan dibawa oleh ibunya ke IGD karena muntah kehijauan
sejak 1 hari yang lalu. Muntah dikatakan menyemprot. Pada pemeriksaan
teraba adanya massa di perut kanan atas. Pada pemeriksaan foto polos
abdomen didapatkan adanya gambaran single bubble. Kemungkinan
diagnosis pasien adalah?
a.Duodenal stenosis
b.Atresia esophagus
c.Volvulus
d.Hirschsprung disease
e.Hypertrophy pyloric stenosis
HYPERTROPHY PYLORIC STENOSIS
Level Kompetensi : 2
ASFIKSIA MEKANIK
1. Pembekapan / smothering lesi bulan sabit di
pipi
2. Chocking / guging corpus alienum di sal.
Pernafasan
3. Manual strangulasi lesi bulan sabit di leher
4. Strangulasi lesi kontinyu dan mendatar di
leher, pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan
selotip transparan
5. Hanging lesi berbentuk V terbalik di leher,
fraktur os hyoid
Seorang wanita menemukan temannya meninggal dalam mobilnya yang
sedang terparkir di dekat pusat perbelanjaan. Setelah tim forensik melakukan
pemeriksaan, ditemukan kulit korban berwarna merah terang, tercium bau
almond dari mulut saat dilakukan penekanan dada korban. Apakah
kemungkinan penyebab kematian perempuan tersebut?
a.Keracunan timbal
b.Keracunan karbonmonoksida
c.Keracunan arsen
d.Keracunan sianida
e.Keracunan alkohol
TOKSIKOLOGI/KERACUNAN
Level Kompetensi : 3A
KERACUNAN KERACUNAN CARBON KERACUNAN
CARBONDIOKSIDA (CO2) MONOKSIDA (CO) SIANIDA (HCN)
Etiologi : Ruangan Etiologi : Asap kendaraan. Etiologi : Sediaan sintetik, umbi-umbian
tertutup rapat. Gejala : Sakit kepala, mual, sesak dll.
Gejala : Sakit kepala, nafas , sianosis, penurusan Gejala awal :
mual, sesak nafas , kesadaran dan henti jantung. Sesak nafas,nafas berbau almond, nyeri
sianosis, penurusan Pemeriksaan : Test dilusi alkali kepala, dispnea, kecemasan, perubahan
kesadaran dan henti Tanda : perilaku seperti agitasi dan gelisah,
jantung. “CHERRY RED” berkeringat banyak dan tubuh terasa lemah
Tanda : Merah bata Gejala akhir : Penekanan terhadap
Merah gelap (mobil mati, dalam sumur) (mobil hidup) CNS,dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-
Antidotum : Oksigenasi (VTP) Antidotum : Oksigenasi (VTP) kejang, gagal nafas hingga henti jantung.
Tanda :
“CHERRY PINK”/ Bright red / merah
terang
Antidotum : Na Tiosulfat
Seorang mayat ditemukan warga dengan dada ditusuk oleh sebuah pedang.
Mayat tersebut dalam posisi terduduk dengan tangan kanan mayat tersebut
tampak kaku memegang sebilah pedang yang menusuk mayat tersebut. Dari
keterangan warga sekitar diduga pasien dibunuh oleh perampok yang masuk ke
rumahnya semalam. Mayat dievakuasi lalu diantar polisi ke rumah sakit untuk
dilakukan otopsi. Pada pemeriksaan, dokter forensik menemukan mayat
meninggal dengan lengan dan tangan kanan memegang pedang tersebut, tapi
pada bagian lengan kiri dan kedua paha tidak ada kekakuan, diduga mayat
meninggal sekitar 2- 3 jam yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, sudah
dalam fase apa mayat tersebut?
a. Rigor mortis
b. Rivor mortis
c. Cadaveric spasm
d. Cold Stiffening
e. Pugilistic attitude
TANDA PASTI KEMATIAN
Tanda Pasti Kematian Diagnosis Banding Kaku Rigor mortis (kaku mayat ) :
Mayat Temuan :
Relaksasi primer (segera setelah kematian
muncul < 2 jam) dimana otot masih bisa
digerakkan kesegala arah.
Rigor mortis (2 – 24 jam) penurunan jumlah
ATP
< 12 jam : tidak lengkap
≥ 12 jam : lengkap
Relaksasi sekunder ( > 24 jam ) terjadi akibat
dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
Dx : 2 dari 3 kriteria
Nyeri perut bagian atas
Peningkatan amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai
batas normal
Hasil pemeriksaan imaging (USG/CT scan Th/
atau MRI). Rujuk
Tn. Toni usia 40 tahun datang ke RS dengan keluhan tubuh menguning sejak
1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri perut kanan atas dan mual.
Pasien juga merasakan urin lebih gelap dibandingkan biasanya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 110/70 mmHg, HR 89 kali/menit, RR 18
kali/menit, suhu 38,1o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sklera ikterik dan
hepar yang teraba 3 jari di bawah arcus costae. Pada pemeriksaan lab
ditemukan Hb 10 g/dL, WBC 10.800/mm3 , PLT 210.000/mm3 , bilirubin total 3,6
mg/dL, bilirubin direk 2,4 mg/dL, AST 488 U/L dan ALT 798 U/L. Pada
pemeriksaan serologi didapatkan HAV-IgG (+), HBsAg (+), IgG anti-HBc (+),
HbeAg (+), antiHCV (-). Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Hepatitis B kronik non-replikatif
b. Hepatitis B kronik replikatif
c. Hepatitis B yang telah sembuh
d. Hepatitis B window period
e. Hepatitis A akut
HEPATITIS B
Level Kompetensi: 3A
Transmisi : Cairan tubuh Serologi Hepatitis B :
Risiko: Riwayat sex bebas, narkoba HBc (core) Penilaian windows periode
suntik, transfuse Hepatitis B ;
Gejala Klinis : HBs (Surface) Menilai Infeksi Hepatitis
Demam berulang B;
Ikterik HBe (envelope) Tingkat Replikatif Virus
Penurunan nafsu makan Hepatitis B
Lemah
Tatalaksana :
Antivirus
(Lamivudine),
Imunomodulator
Interferon Alfa
Komplikasi : Sirosis
Hepatis
Seorang dokter puskesmas di desa daerah Indonesia Timur ingin
memberikan penyuluhan tentang pentingnya konsumsi vitamin A dan
makanan apa saja yang dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin A
yang dapat diperoleh dari sumber makanan sehari-hari yang ada di sekitar
lingkungan warga. Dokter tersebut mendapatkan informasi bahwa sebagian
besar warga mengalami buta huruf. Bagaimana metode promosi kesehatan
yang tepat dilakukan dokter tersebut?
a.Leaflet
b.Film
c.Booklet
d.Poster
e.Flyer
PROMOSI KESEHATAN
Definisi : Upaya yang di lakukan oleh Tenaga Medis / Paramedis untuk mencegah penyakit sebelum penyakit
tersebut muncul di wilayah tersebut
Sasaran Promosi Kesehatan :
KOLMOGOROV SMIRNOV
Syarat:
Interpretasi
Seorang dokter melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jus
mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok Hipertensi Grade
III. Kelompok dalam penelitian dibagi menjadi kelompok kontrol negatif dan 4
kelompok lainnya yang diberi 1 gelas jus mentimun, 2 gelas jus mentimun, dan
3 gelas jus mentimun per hari. Tekanan darah diukur sebelum penelitian dan
sesudah penelitian yang dilakukan selama 3 bulan. Bagaimana cara uji
statistik akan dilakukan?
a. T berpasangan
b. T tidak berpasangan
c. Chi square
d. Repeated Anova
e. Non-repeated Anova
Seorang kepala puskesmas akan melakukan penyuluhan mengenai stunting.
Pesertanya merupakan ibu yang berumur 20-45 tahun dan rata rata pendidikan
terakhirnya sekolah menengah pertama. Kepala puskesmas akan memberikan
kuesioner kepada ibu untuk menilai tingkat pengetahuannya sebelum dan
sesudah penyuluhan. Data berupa interval dan distribusinya tidak normal.
Apakah uji penelitian yang tepat digunakan?
a.Uji T berpasangan
b.Uji T bebas
c.Uji Anova satu arah
d.Uji Mann Whitney
e.Uji Wilcoxon
Seorang dokter Nusantara Sehat yang sedang mengabdi di Indonesia bagian
timur melakukan penelitian mengenai perbedaan kadar yodium urin pada
penduduk pesisir pantai dan pegunungan dengan data rasio. Saat melakukan uji
normalitas ditemukan bahwa distribusi normal. Uji statistika yang dapat dipakai
adalah?
a. Korelasi spearman
b. Korelasi pearson
c. Chi square
d. Uji T berpasangan
e. Uji T tidak berpasangan
Ny. Ruce usia 36 tahun, G1P0A0, UK 33 minggu datang ke poliklinik
kandungan untuk melakukan ANC rutin. Pasien mengalami peningkatan
5 kg dalam 2 minggu terakhir. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri kepala
dan pandangan yang kabur. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
150/110 mmHg, HR 105 kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan edema tungkai bilateral. Dokter melakukan
pemeriksaan urin dan didapatkan glucosuria +1 dan proteinuria +4.
Apakah tatalaksana yang paling tepat pada kasus ini?
a. MgSO4 dan antihipertensi oral
b. Manajemen ekspektan
c. MgSO4, dan terminasi kehamilan
d. MgSO4, steroid, dan terminasi kehamilan
e. Aspirin 75 mg /hari
PREEKLAMSIA
Level Kompetensi: 3B
Diagnosa KLINIS
Hipertensi Kronik Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan (TD ≥
140/90mmHg)
Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 22 minggu
Hipertensi Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 22 minggu dan menghilang
Gestasional setelah persalinan (TD ≥
140/90 mmHg)
Tidak ada riwayat HT sebelum hamil
Preeklamsia & PE
Preeklamsia Berat TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 22 minggu
Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24 jam
PEB
TD > 160/110mmHg pada UK > 22 minggu
Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam atau
Gejala organ target
1. Otak : penurunan kesadaran, muntah proyektil, Sakit kepala, skotoma penglihatan
2. Jantung : nyeri dada
3. Paru : sesak nafas + ronkhi
Superimposed Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 22 minggu)
preeklamsia Proteinuria > +1 atau
Gejala organ target
Eklamsia PE/PEB/Superimposed preeklamsia + KEJANG
Diagnosa TERAPI
Anti Hipertensi
Hipertensi Kronik /
1st Metildopa
Hipertensi Gestasional
2nd CCB
Suplementasi Ca 1000 mg / hari
Preeklamsia
Aspirin 75 mg /hari
Preeklamsia Berat/ Awal : profilaksis Kejang Antidotum :
Superimposed 1st MgSO4 1st Ca glukonas
preeklamsia/ Dosis awal 4 g MgSO4 40% + RL 2nd Diazepam IV
Eklamsia bolus IV 15-30 menit Syarat pemberian MgSO4
Dosis rumatan 6 g MgSO4 40% + kolf Tersedia Ca Glukonas 10%
RL dalam 6 jam Ada refleks patella
Anti Hipertensi Jumlah urin minimal 0,5
1st CCB ml/kgbb/jam
2nd Metildopa
Terapi Definitif : SC
Steroid (pematangan paru)
Ny. Catty usia 22 tahun, datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah
terus menerus sejak 2 hari yang lalu. keluhan muntah hingga 5-10x sehari.
Pasien menjadi lemas, tidak mau makan, dan merasakan nyeri pada ulu
hati. Menstruasi terakhir pasien adalah 2 bulan yang lalu. Keluhan
perdarahan jalan lahir disangkal. Pada pemeriksaan fisik: kesadaran
apatis, TD 90/60 mmHg, RR 112 x/menit, RR 26 x/menit, turgor kulit
normal, dan mata sedikit cekung. Pemeriksaan laboratorium beta-HCG (+),
ketonuria (+). Tata laksana yang sesuai untuk pasien adalah?
a. Rehidrasi, Antasida dan ranitidin
b. Rehidrasi, Pemberian agen PPI selama 6-8 minggu
c. Small frequent feeding, vitamin B6, dan misoprostol
d. Rehidrasi, vitamin B6 dan domperidone
e. Rehidrasi, vitamin B6, dan ondansetron
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Level Kompetensi: 3B
Definisi : KLASIFIKASI:
Keluhan mual,muntah pada ibu hamil Grade I :
yang berat hingga mengganggu aktivitas tanda dehidrasi Ringan, CM, lab. Ketonuria (-) Vit B (piridoxin
sehari-hari UK < 16 minggu +doxylamin), prometazin/dipenhidramine
Etiologi : peningkatan hCG
Key point :
Mual muntah hebat
Perdarahan jalan lahir (-)
TFU sesuai gestasi
Grade II :
tanda dehidrasi Ringan-sedang, CM/apatis, aseton tercium dalam
hawa
pernapasan. lab. Ketonuria (+) Ondansetron/ Metoklopramide
PO/IV
Grade III:
tanda dehidrasi Berat, (Somnolen sampai Koma), nafas kusmaul.
Komplikasi fatal ensepalopati Wernicke: nystagmus, diplopia,
perubahan mental. Ondansetron/ Metoklopramide IV
Nn. Lika usia 25 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 15 minggu datang ke poliklinik
kandungan untuk melakukan ANC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/75 mmHg, HR 80 x/menit, suhu 36,7 C, RR 20 x/menit. Dari hasil
pemeriksaan USG usia kehamilan 12 minggu, DJJ (-). Apakah diagnosis dan
tatalaksana yang tepat untuk pasien?
a. Abortus insipient, evakuasi hasil konsepsi
b. Abortus inkomplit, tunggu pengeluaran konsepsi spontan
c. Abortus komplit, tidak perlu evakuasi
d. Missed abortion, evakuasi hasil konsepsi
e. Missed abortion, dilatasi dan kuretase
Abortus
Level Kompetensi : 3B – 4A
Ancaman atau keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat
keluar dalam kandungan, Pada Usia kehamilan < 22 Minggu atau
berat < 500 gr
Klasifikasi, Gejala dan Tanda :
Tatalaksana :
• Abortus Iminens : Pertahankan Kehamilan, Bed Rest dan
Observasi Lanjutan
• Abortus Insipiens : Pemberian Cairan NaCl 0,9 %, Kuretase
Vakum/Tajam Untuk pengeluaran Hasil Konsepsi
• Abortus Inkomplit : Pemberian Cairan NaCl 0,9 %, Kuretase
Vakum/Tajam Untuk pengeluaran Hasil Konsepsi
• Abortus Komplit : Konseling dan Rawat Jalan
Ny. Britty usia 35 tahun, G2P0A1, UK 10 minggu, datang ke IGD dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan mual
muntah hebat sebanyak 10 kali. Pada pemeriksaan tanda vital TD 130/70 mmHg,
HR 102 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36,8o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
darah yang sudah mengalami koagulasi di sekitar vagina dengan ostium uteri
eksternum tertutup. Tinggi fundus uteri pertengahan simfisis dan umbilikus. Pada
pemeriksaan USG dijumpai gambaran honey comb appearance. Diagnosis
kasus tersebut adalah?
a. Blighted ovum
b. Missed abortion
c. Hiperemesis gravidarum
d. Mola hidatidosa parsial
e. Mola hidatidosa komplit
MOLA HIDATIDOSA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Pemeriksaan penunjang :
Bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, • USG :
yang disebabkan oleh kelainan pada vili khorionik Honey comb appearance : Mola Parsial
yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan Snow storm/ snowflake/granul ar appearance :Mola komplit
edem • Beta hCG : > 100.000mIU/mL
Risiko: Penatalaksanaan:
Usia ibu : kehamilan terlalu muda dan tua Rujuk Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Riwayat kehamilan mola sebelumnya Komplikasi :
penggunaan kontrasepsi oral koriokarsinoma
Key Point :
Perdarahan pervaginam
Mual dan muntah hebat
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Ny. Fifi usia 28 tahun G1P0A0 dengan UK 34 minggu, datang ke IGD dengan
keluhan perdarahan pervaginam sejak 2 jam yang lalu. Keluhan perdarahan
berwarna merah kehitaman. Pendarahan disertai dengan nyeri perut hebat.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sebelum hamil. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, HR 112x/m, RR 23 x/m, suhu
36.7C. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU setinggi xiphoideus-
umbilikus, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ 112
kali/menit. Pada VT didapatkan pembukaan (-), perdarahan sebanyak 350cc.
Nyeri perut dirasakan semakin hebat. Apa diagnosis yang tepat pada kasus di
atas?
a. Abortus insipien
b. Superimpossed preeklamsia
c. Abruptio Plasenta
d. Plasenta Previa
e. Ruptur uteri
SOLUSIO PLASENTA / ABRUPTIO PLASENTA
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Pemeriksaan Penunjang:
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum USG : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
waktunya. Penatalaksanaan:
Faktor Predisposisi: • Resusitasi
Hipertensi, Trauma abdomen, Hidramnion, Gemeli • Rujuk Ke RS untuk SC
Key Point :
Perdarahan jalan lahir UK > 22 minggu,
Darah berwarna hitam,
perut tegang,
nyeri hebat,
faktor risiko (+)
Ny. Luna usia 24 tahun, G2P1A0, hamil 35 minggu, datang ke IGD RS dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 30 menit yang lalu. Perdarahan terjadi
saat pasien sedang beristirahat. Nyeri perut tidak dirasakan. Keluhan tersebut
sudah ketiga kalinya dikeluhkan pasien dalam 1 bulan terakhir. Riwayat trauma
tidak ada. Riwayat persalinan pertama SC. Pemeriksaan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, HR 92 x/menit, RR
16x/menit, suhu 36,7°C. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 31 cm, bunyi jantung
janin 142 x/menit. Pemeriksaan inspekulo didapatkan darah merah segar di
jalan lahir. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,2 g/dl, leukosit
10.000/mm3, trombosit 298.000/mm3. Apakah diagnosis yang paling
mungkin?
a. Vasa previa
b. Plasenta previa
c. Persalinan prematur
d. Ketuban pecah dini
e. Solusio plasenta
PLASENTA PREVIA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Plasenta yang berimplantasi di atas atau Klasifikasi :
mendekati ostium serviks internus Plasenta previa totalis
Key Point : ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta
Perdarahan jalan lahir UK < 22 minggu Plasenta previa parsialis
Berulang ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta
Darah merah segar Plasenta previa marginalis
Painless tepi plasenta terletak di tepi ostium internal
Kontaindikasi dilakukan VT dan Inspekulo Plasenta previa letak rendah
plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium
Pemeriksaan Penunjang : “ Ultrasonografi “
Tatalaksana:
Resusitasi
Rujuk
Ny. Maya usia 36 tahun G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu dibawa
ke IGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 1 jam yang lalu disertai
perdarahan aktif dari jalan lahir. Gerakan janin tidak dirasakan. Riwayat
persalinan sebelumnya secara SC. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg. HR 90x/m. RR 20x/m, suhu 36,5 C. Pada
palpasi abdomen teraba jelas bagian-bagian janin. Apakah tatalaksana yang
tepat untuk pasien?
a. Drip oksitosin
b. Pemberian tokolitik
c. Kuretase
d. Histerektomi
e. Injeksi asam tranexama
RUPTUR UTERI
Level Kompetensi: 3B
Definisi :
robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya regang
myometrium
Risiko:
SC, KALA II lama, trauma, makrosomia
Key Point :
Nyeri abdomen
Perdarahan intraabdominal, perdarahan pervaginam , Syok +/-
Hilangnya gerak
DJJ bandl’s ring
Nyeri raba/tekan dinding perut
Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
Penatalaksanaan:
Resusitasi C-A-B
Rujuk : Laparotomi + repair uteri, / Hysterectomy
Ny. Moja P1A0 usia 29 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
benjolan di kemaluan. Benjolan dirasakan agak mengganggu terutama saat
berhubungan seksual, tetapi tidak nyeri. Siklus haid normal dan pasien tidak
mengeluhkan adanya keputihan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, HR 82 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,5⁰C. Hasil
pemeriksaan ginekologis ditemukan massa kistik di labia minora kiri, mobile
berukuran 3 cm, edema (-), hiperemis (-). tidak ada nyeri saat dipalpasi.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Kista nabothian
b. Kista gartner
c. Kista Bartolin
d. Bartholinitis
e. Abses Bartolin
KISTA BARTHOLIN
Level Kompetensi: 3A.
KISTA BARTHOLIN
Etiologi :
sumbatan pada ductus / kelenjar bartholini
atau kelenjar vestibularis mayor
(infeksi abses (tersering N.gonorrhoeae)
Key Point :
Dispareuni
Benjolan pada bibir kemaluan : tipe jinak
Lokasi utama: 1/3 posterior labium mayus,
posisi jam 4 dan 8
Palpasi: bersifat kistik , tanda radang (-) kista Bartholin
Terdapat tanda radang Bartholinitis
Radang + fluktuasi abses Bartholin
Penanganan:
Marsupiliasi
An. Lafina usia 15 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena belum pernah
datang bulan. Dari anamnesis diketahui bahwa setiap bulan anak menderita
nyeri perut bawah yang hebat tetapi tidak diketahui penyebabnya. Dari
perawakan anak, tanda-tanda perkembangan seks sekunder (+). Ketika
melakukan pemeriksaan genitalia eksterna, dokter melihat ada selaput di
vagina yang menonjol dan berwarna kebiruan. Apakah diagnosis yang
sesuai pada kasus tersebut?
a. Pubertas prekoks
b. Hymen imperforata
c. Bicornuate uterus
d. Kista bartolini
e. Bartolinitis
AMENOREA PRIMER
Level Kompetensi: 2
Definisi
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan mencakup salah satu tiga tanda
sebagaiberikut:
• Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda
kelamin sekunder
• Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan tanda
kelamin sekunder
• Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya
pernah haid
• Amenoreprimer: belum pernah haid sama sekali (Penyebab tersering hymen imperforata)
Amenore sekunder: pernah haid, kemudian tidak haid lagi
Ny. Eilish usia 22 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu, datang ke
IGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 3 jam yang lalu. Nyeri
perut bagian bawah. Riwayat penggunaan kontrasepsi IUD. Keadaan
umum lemah. Pasien tampak pucat. Pemeriksaan tanda vital ditemukan
tekanan darah 90/60 mmHg, HR 110 x/menit, RR 21 x/menit, suhu 36,5C.
Pemeriksaan dalam didapatkan cavum douglas menonjol, nyeri goyang
portio (+), cervix tertutup. Dimanakah lokasi tersering dari diagnosis
kasus di atas?
a. Isthmus
b. Ampulla
c. Interstitial
d. Ovarium
e. Miometrium
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Level Kompetensi: 3B.
Definisi : Kehamilan yang terjadi diluar cavum uterus, Lokasi
tersering dari KET adalah Tuba Fallopi di area Ampula.
Keypoint :
- Nyeri Abdomen kanan/kiri bawah
- Menstruasi abnormal
- Perubahan asimetris uterus
- Massa di pelvic
- Kuldosintesis : terdapat darah pada cavum douglas
(Cavum Douglas Menonjol)
q Nyeri Goyang Portio
Tatalaksana :
- Manajemen Awal : Pemberian cairan NaCl 0,9% menjaga tekanan
darah tetap stabil
- Rujuk untuk laparotomi
Ny. Tessi usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah saat berhubungan seksual
dan disertai keputihan berwarna kekuningan dan demam. Pasien memiliki
seorang anak laki laki dan tidak pernah keguguran. Riwayat penggunaan
kontrasepsi IUD 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik: TD 110/70 mmHg,
HR 110x/menit, RR 20x/menit, suhu 38.9 C. Pemeriksaan VT terdapat nyeri
tekan di adneksa kanan, terdapat nyeri goyang porsio. Pemeriksaan lab:
Plano test negative, leukosit 16.000/mm3. Apakah diagnosis yg tepat?
a. Abses tubo ovarian
b. Endometriosis
c. Kehamilan ektopik
d. Endometritis
e. PID
PID
Level Kompetensi: 3A
Pelvic Inflammatory Disease : Infeksi Key Point : Pemeriksaan penunjang :
pada rongga panggul Demam Pewarnaan gram :
Etiologi : Risk(+) diplocoocus gram negative GO
ascending infection dari traktus Keluar cairan mukopurulen diplocoocus gram negative (-) non
genital bawah ke atas Tersering: N. Nyeri perut bawah atau adneksa GO
Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis Klasifikasi :
Patogenesis: 1. Salphingitis : Inflamasi pada tuba
Infeksi dan kolonisasi ascending dari fallopi
endoserviks dengan fokus infeksi : Nyeri perut bawah, nyeri adneksa,
Uterus → endometritis Chandelier sign → nyeri goyang
Tuba fallopi → salpingitis porsio
Risk : 2. Servisitis
Kontak seksual Keluar cairan dari jalan lahir
Riwayat penyakit menular seksual mukopurulen/pus
Multiple sexual partners Serviks hiperemis
IUD
Ny. Ria, usia 23 tahun datang bersama suaminya ke puskesmas dengan
keluhan ingin menunda kehamilan. Pasien biasa menggunakan suntik
KB 1 bulanan, tetapi saat ini sudah terlambat suntik 10 hari. Pasien
berhubungan intim dengan suami 1 hari yang lalu. Dokter menganjurkan
menggunakan kontrasepsi darurat. Kontrasepsi darurat yang tepat
digunakan pasien?
a. AKDR-Cu
b. DMPA progestin
c. Pil progestin 2x2 tablet
d. Pil kombinasi dosis rendah 2x2 tablet
e. Pil kombinasi dosis tinggi 2x2 tablet