Anda di halaman 1dari 309

Nn. Bila usia 22 tahun datang ke klinik saraf dengan keluhan nyeri pada kaki.

Nyeri juga disertai kesemutan dan mati rasa pada telapak kaki kanan. Pasien
sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur keliling. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati tanda TD 110/70, HR 89 x/m, RR
20 x/m, suhu 37C. Dari pemeriksaan neurologis didapati gerakan pasif
berupa eversi kaki kanan diperoleh rasa nyeri dan kesemutan bertambah. Tinnel
test malleolus medial (+). Kekuatan motorik sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam batas normal. Refleks patella dan achilles normal. Keluhan terkadang
membaik dengan istirahat dan kompres dingin. Krepitasi (-) dan CRT <2 detik.
Dari pemeriksaan penunjang didapati GDS 120 mg/dL dan GDP 98 mg/dL.
Kadar asam urat 4 mg/dL. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Ankle sprain
b. Tarsal Tunnel syndrome
c. Gout arthritis
d. Rhematoid arthritis
e. Carpal tunnel syndrome
Ny. Una usia 29 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan mata
sukar membuka menjelang sore hari. Pasien juga mengeluhkan
kelemahan keempat anggota gerak dan kedua kelopak mata yang
sering terjatuh sejak 2 tahun terakhir dan memberat 3 bulan terakhir.
Keluhan dirasakan membaik disaat pagi hari saat bangun tidur. Riwayat
DM dan hipertensi serta merokok disangkal pasien. Pada pemeriksaan
fisik didapati keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos
mentis, TD: 130/90 mmHg, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu
37ºC. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakan
diagnosis pasien adalah?
a. Neostigmin test dan Tes Spatula
b. Tes Wartenberg dan Tes Anel
c. Tes Thompson dan Serologi AchR - ab
d. Tes Ice-Pack dan tes Anel
e. Tes Wartenberg dan Tes Ice pack
Ny. Merlene usia 25 tahun, datang ke RS dengan keluhan kesemutan pada jari I, II
dan III tangan kiri. Dikethui pasien adalah seorang sekretaris. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80 x/m RR 20 x/m, suhu 36,8C Tinel Sign
(+) dan terdapat atrofi otot - otot thenar. Apa pemeriksaan penunjang terbaik
menegakkan diagnosis?
a. CT Scan
b. MRI
c. NCV-Elektromiografi
d. USG
e. X-Ray Manus
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
Level Kompetensi: 3A.
Definisi: kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat tertekannya nervus medianus.
Risk : pekerjaan dengan aktivitas pergerakan tangan yang tinggi
Keypoint : Pemeriksaan penunjang :
 Nyeri seperti terbakar , kesemutan/ kebas pada daerah Foto Rontgen
yang dipersarafi oleh nervus medianus (jari 1,2,3 dan EMG/Elektromiografi
setengah radial jari 4) Gold standard: NCV (nerve conduction
 Nyeri memberat pada malam hari dan dapat velocity)
membangunkan pasien dari tidur.
Tatalakasana :
Pemeriksaan Fisik: Non farmakologi :
 Atrofi otot tenar  Bebat tekan / spilinting pada
 Obstetric hand/Ape hand malam hari
 Flicktest ; keluhan berkurang  hindari factor risk
 Tinnel test/phalen test/tourniquet test  Keluhan  farmakologi : adjuvant :
bertambah Gabapentin, carbamazepine,
 Luthy's sign/bottle's sign (Penderita diminta melingkarkan Pregabalin
ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila Rujuk ke RS
kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat →CTS (+)
Ny. Fina usia 26 tahun dibawa ke klinik oleh suaminya dengan keluhan
lemas dan tidak bersemangat sejak 3 minggu yang lalu. Pasien sering
sedih, menangis sendiri, dan tidak nafsu makan. Diketahui pasien baru
saja melahirkan anak pertamanya 1 bulan yang lalu. Pasien juga sering
marah tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Pasien tidak mau mengurus
anaknya lagi. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien?
a.Gangguan bipolar
b.Gangguan cemas menyeluruh
c.Psikosis post partum
d.Baby blues syndrome
e.Depresi post partum
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
Klasifikasi:
Post Partum Blues (Baby Blues) Post Partum Depression Post Partum Psychosis
• Mood ibu berfluktuasi, menangis, • Mood ibu berfluktuasi, menangis, • Ibu menganggap bayinya tidak
lemas, sulit tidur kelelahan, sulit tidur sempurna/cacat, kutukan, anak
• Gejala memuncak pada hari ke 4- • Mengganggu kemampuan ibu setan, dan sebagai penolakan
5 paska persalinan untuk mengasuh anaknya yang keras dari ibu terhadap
• Tidak mengganggu kemampuan • Kondisi berlanjut lebih dari 2 bayinya
ibu untuk mengasuh anaknya minggu • Halusinasi atau delusi (+)
• Menghilang/membaik secara • Gejala dapat dimulai 2-3 hari
spontan setelah sekitar 2 minggu pertama atau bahkan setelah 2
minggu
• Bisa terdapat usaha
menyingkirkan/ membunuh bayi
Tatalaksana : SSRI Tatalaksana : SSRI Tatalaksana : Antipsikotik
Ny. Gita usia 21 tahun, datang ke poliklinik karena mengeluh mengalami
gangguan saat berhubungan seksual. Pasien baru saja menikah 1 minggu yang
lalu, namun kesulitan berhubungan. Pasien mengeluh ketika penis pasangannya
memasuki liang vagina, tiba-tiba penis terjepit secara sangat kuat sehingga
suami pasien mengeluh sakit yang sangat hebat. Setelah ditanya lebih lanjut,
ternyata pasien memiliki riwayat pemerkosaan oleh pamannya sendiri saat
berusia 9 tahun. Tanda vital TD 120/80, HR 87 x/m, RR 21 x/m, suhu 37C. Pada
pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Hipoaktif seksual
b. Vaginismus
c. Nimfomania
d. Satyriasis
e. Disfungsi Orgasme
Ny. Adin usia 80 tahun mengeluh mudah lupa nama orang sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien sangat tergantung kepada perawatnya karena sulit melakukan aktivitas
sehari-hari, pasien lupa cara menggunakan sisir, lupa nama-nama barang di
sekitarnya. Pada 2 minggu terakhir pasien juga kesulitan untuk berbicara apa yang
sedang dalam pikirannya. Riwayat hipertensi dan DM disangkal. Ibu pasien
diketahui memiliki riwayat keluhan serupa dengan pasien. Tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 67 x/m, RR 20 x/m, suhu 36,5C. Apa diagnosis yang tepat pada
pasien?
a. Demensia alzheimer
b. Demensia lewy bodies
c. Demensia vaskular
d. Demensia frontotemporal
e. Demensia tak terinci
DEMENSIA
Level Kompetensi: 3A
DELIRIUM DEMENSIA
Etiologi : penyakit organik (stroke, sepsis, Etiologi : stroke, dislipidemia, Hipertensi KLASIFIKASI DEMENSIA:
krisis HT) Keypoint : Demensia Vaskular :
Keypoint :  Dx ; progesifitas lambat dan kronis  adanya bukti kelainan cerebrovascular
 Dx ; progesifitas cepat/ acute  ↓↓kesadaran (+) Demensia Alzheimer (Temporoparietal) :
 kesadaran berkabut-koma/ fluktuatif  Gangguan kognitif :  TIDAK adanya bukti kelainan cerebrovaskular.
 Gangguan kognitif : 1. hendaya daya ingat segera dan pendek Penyakit Pick (Frontotemporal Disease):
1. hendaya daya ingat segera dan 2. Gang. Bicara  Atrofi selektif dari lobus frontalis, emosi tidak
pendek 3. Gang. Emosi (anxietas, depresi, iritabilitas) stabil, prilaku kasar.
2. distorsi persepsi (ilusi, halusinasi 4. Gang. Mengambil keputusan sederhana Penyakit Huntington :
(visual)), disorientasi, 5. Gang. Aktivitas sehari-hari  Ada kaitan antara gerakan koreiform
3. Gang. Psikomotor (hipo/hiperaktif) Demensia Lewy body :
4. Gang. Tidur SMART WAY : (-) gang. Kesadaran + 2 gejala  Berhubungan dengan parkinson
5. Gang. Emosi (anxietas, depresi, gang. Kognitif + penyakit organik
iritabilitas) Penatalaksanaan:
SMART WAY : gang. Kesadaran + gang. Pemeriksaan Penunjang : Asetilkolinesterase  Donepezil 1 x 15 mg
Kognitif + penyakit organik MMSE (Mini mental state examination)
 ≥24 : NORMAL
Tatalaksana :  19-23 : DEMENSIA RINGAN
 Antipsikotik: Haloperidol (drug of  10-18 : DEMSINSIA SEDANG
choice)  ≤ 9 : DEMENSIA BERAT
Tn. Labib usia 36 tahun, datang ke RS dengan keluhan terganggu dengan
pikirannya sendiri sejak satu bulan ini. Pasien mengaku dirinya tidak dapat
berhenti memikirkan barang-barang miliknya, terutama mobilnya. Setiap turun
dari mobil, pasien biasa mengunci mobil sebanyak 5-10 kali. Hal ini
mengganggunya saat bekerja, karena berulang kali harus kembali ke parkiran
untuk memeriksa apakah mobilnya sudah terkunci dengan baik. Pada
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, HR 72 x/m, RR 20 x/m, suhu 36.7C, Diagnosis
yang tepat adalah?
a. Hoarding
b. Checking
c. Contamination
d. Intrusive
e. Symmetry-Order
OCD/ OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER
Level Kompetensi: 2
Definisi : KLASIFIKASI :
 Obsesi : Pikiran, impuls, dan citra yang  Kontaminasi : terobsesi pada sterilitas. Contoh : setiap selesai
mengganggu dan berulang yang muncul dengan bersalaman → selalu cuci tangan
sendirinya serta tidak dapat dikendalikan
 Kompulsi : Tindakan repetitif, dimana sesorang  Checking : terobsesi pada ritual “mengecek” berulang-ulang
merasa didorong untuk melakukannya dengan Contoh : Cek kompor masih menyala atau belum setiap keluar
tujuan untuk mengurangi ketegangan yang rumah
disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif atau
untuk mencegah terjadinya suatu bencana  Simetrikal : terobsesi pada keteraturan. Contoh : wajib
Onset : min 2 minggu hukumnya menyusun buku menurut kesamaan warna

Etiologi :  Hoarding : terobsesi untuk mengoleksi benda tertentu karena


kelainan pada neurotransmitter serotonin (5-HT). yakin suatu saat bisa terpakai. Contoh : bersikeras untuk
menyimpan majalah lama
Th/
 Cognitive behavioral therapy → exposure and  Intrusive thought (Pikiran mengganggu) : terobsesi pada suatu
response prevention (ERP) topik umumnya religiusitas, hal-hal magis
 SSRI
Ny. Enda usia 36 tahun, dibawa oleh temannya ke IGD RS dengan keluhan
menangis dan hampir meminum racun serangga untuk bunuh diri. Menurut
temannya empat hari sebelum masuk rumah sakit, ia berhenti mengonsumsi zat
yang biasa ia pakai untuk menguruskan badannya. Selama tidak mengonsumsi
zat tersebut, ia juga menjadi banyak makan. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
90/60 mmHg, HR 60x/menit, RR 16x/menit, suhu afebris. Diagnosis yang paling
mungkin pada pasien adalah?
a. Intoksikasi amfetamin
b. Intoksikasi cannabis
c. Intoksikasi benzodiazepine
d. Withdrawal amfetamin
e. Withdrawal cannabis
No Zat INTOKSIKASI AKUT WITHDRAWL Terapi
ZAT PSIKOAKTIF ZAT
(3B) PSIKOAKTIF
Intoksikasi Withdrawl
(3A)

1 Stimulant Mood euphoria, pupil dilatasi, Mood disforik, aktivitas - Bromocriptine


(Ekstasi, tekanan darah meningkat, psikomotor lemas, hipotensi, (parlodel) 3x
Amfetamin, frekuensi nadi meningkat, bradikardia, bradipneu, 0,625-2,5
Kokain) aktivitas psikomotor, gelisah, insomnia/hypersomnia mg/oral
nausea/muntah, berkeringat/
dingin, talkactive
2 Depressan Pupil konstriksi, mood disforia, Lakrimasi, rhinorea, pupil dilatasi, Naloxone Methadone 10-
(Morfin,heroin(Opia apatis, aktivitas psikomotor lemah, piloereksi, berkeringat, 0,4-0,8 mg/iv 15 mg/hari/oral
t/ hipotensi, bradikardia, bradipneu, mengantuk, diare, hipertensi, setiap 3-5 menit (jika kadar obat
opioida) bising usus menurun takikardia, bradipneu, demam, sampai yang dipakai
tidak bisa tidur ada respon tidak diketahui)
yaitu
frekuensi napas
>>, TD >>, pupil
dilatasi, dosis
max 10 mg/hari
3 Halusinogen Bicara ngawur, inkoordinasi, jalan Mual dan muntah, letargi/lemah, Flumazenil Phenobarbital
(contoh: Marijuana/ sempoyongan, nistagmus, wajah takikardia, berkeringat, afek 0,2 mg/IV atau
kanabis/ merah, halusinasi (+) depresif, hipotensi orthostatic dalam 30 Chlordiazepoxi
ganja) detik, jika tidak de
ada respon
ulangi lagi,
max 5mg
An. Nova usia 17 tahun diantar ibunya ke klinik dokter umum dengan keluhan
pasien sering murung sejak satu minggu yang lalu. Pasien tidak mau bicara
dengan siapapun, menyendiri di kamarnya, makan dan minum harus di suruh.
Ibunya menceritakan bahwa satu bulan yg lalu si anak merupakan anak yg periang,
senang belajar sampai tidak mau tidur, bersenang-senang, sering keluar rumah
bersama temannya, menghabiskan banyak uang dan berdandan sangat heboh.
Pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg, HR 70 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,9oC.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal, waham (-), halusinasi (-). Terapi yang tepat
untuk pasien diatas adalah?
a. Alprazolam
b. Risperidone
c. Fluoxetin + Litium
d. Sertralin
e. Fluoxetin
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Perubahan Mood ↑↔ mood↓
ONSET ≥ 2MINGGU
KLASIFIKASI
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN Cyclothymic
BIPOLAR TIPE I BIPOLAR TIPE II BIPOLAR BIPOLAR BIPOLAR Disorder
EPISODE KINI EPISODE KINI DENGAN GEJALA
MANIK DEPRESI PSIKOTIK
Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint:
 Mania   Hipomania  Datang ke  Datang ke  Mania ↔  have episodes
Depresi  depresi dokter kondisi dokter kondisi depresi + of hypomania
"Mania " “Depresi " gejala psikotik as well as mild
 Depresi   Depresi   Th/ + depression for
Mania hipomania antipsikotik at least 2
 Th/ years
Gangguan bipolar episode kini manik : Mood stabilizer (litium karbonat, 2-
3x 300-600 mg po), asam valproate
Gangguan bipolar episode kini depresi : anti depresan + mood stabilizer
Tn. Adi usia 45 tahun datang ke poli jiwa mengeluhkan sering melihat
penampakan arwah orangtuanya di belakang pintu sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan tersebut tidak dilihat istrinya dan mendengar suara yang menyuruhnya
keluar dari rumah karena akan ada bahaya besar, dan hal ini membuat pasien
takut berada di kamar. Istri pasien juga menyampaikan bahwa pasien sering
menghamburkan uangnya dan tidak merasa butuh tidur. Pasien mengatakan
kepada orang di rumahnya bahwa dia sudah menjadi manager, namun hal
tersebut fiktif. Hal tersebut dirasakan muncul hampir bersamaan. Pemeriksaan
fisik TD: 110/70, HR 70 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,9 C Apakah diagnosis
pasien tersebut?
a. Gangguan afektif bipolar tipe manik dengan gejala psikotik
b. Skizoafektif tipe depresi
c. Skizoafektif tipe manik
d. Skizoafektif tipe campuran
e. Skizofrenia paranoid
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Level Kompetensi: 3A
Diagnosis : apabila gejala- gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama- sama
menonjol pada saat
yang bersamaan
Klasifikasi:
Gangguan Skizoafektif Tipe Gangguan Skizoafektif Tipe Gangguan skizoafektif tipe
Manik Depresif campuran
Gangguan dengan gejala-gejala
Afek depresif harus menonjol,
Afek harus meningkat secara skizofrenia berada secara
disertai oleh sedikitnya dua
menonjol bersama-sama dengan gejala-
gejala khas
gejala afektif bipolar campuran
An. Yovi usia 10 tahun dibawa ke klinik dokter umum karena sering
mengedipkan kedua mata. Pasien tidak merasa ketika mengedipkan mata,
kedipan terjadi berulang, tiba-tiba dan tidak berirama. Keluhan tersebut
sudah berlangsung selama 5 bulan ini dan berhenti saat anak tertidur. Dari
pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, HR 90x/m, RR 22x/m, suhu 36,9C,
Apa diagnosis pasien?
a. Transient motor tic disorder
b. Chronic tic disorder.
c. Tourette disorder
d. Transient vocal tic disorder
e. Transient Tourette disorder
TIC DISORDER
Level Kompetensi: 2
TIC DISORDER
• Merupakan gerakan motorik atau vokalisasi involunter, tiba-tiba,
rekuren, tidak berirama dan stereotipik
• Tic disorder biasanya dialami sebagai suatu gerakan yang tidak dapat
dilawan, akan tetapi dalam waktu tertentu dapat ditekan
Provisional (Transient) Tic Chronic Tic Disorder : Tourette Disorder
DisordeR
Gerakan motorik / vokal onset Gerakan motorik / vokal Gerakan motorik
< 1 tahun onset > 1 tahun DAN vokal onset > 1
tahun
Nn. Fina usia 18 tahun datang dengan keluhan jerawat di wajah sejak 1
bulan yang lalu. Pasien mengatakan sudah mecoba berbagi macam
obat yang dibeli sendiri tapi tidak ada perbaikan. Pada pemeriksaan
didapatkan komedo hitam 30 buah, papul 30 buah. Pustul 20 buah dan
nodul eritema 2 buah. Apakah tatalaksana pada kasus di atas?
a.Asam retinoid
b.Antibiotik topikal
c.Antibiotik oral
d.Ekstirpasi manual
e.Rujuk ke spesialis kulit
AKNE (4A)

Etiologi: Hormon androgen produksi sebum meningkat, hiperkeratinisasi pada folikel (komedo, papul,
nodul, eritem, pustul, scar), infeksi Propionibacterium acne
Tn. Kaka usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri pada area kelamin.
Nyeri dirasakan panas disertai muncul bintil-bintil berisi air dan
bergerombol. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan vesikel
multipel, bergerombol, eritem pada area genital. Apa yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan penunjang?
a.Sel datia berinti banyak
b.Pseudohifa
c.Diplococcus gram negatif
d.Gambaran school of fish
e.Bakteri coccus gram positif
HERPES SIMPLEKS (4A)
Etiologi: HSV tipe I dan HSV tipe II
Predileksi: mulut (tipe 1) dan genital (tipe 2)
Diagnosis:
Tanda (Signs):
 Vesikel dasar eritem nyeri, multiple di mulut (HVS tipe I)
/genital (HVS tipe II)
Pemeriksaan penunjang: Tzank test (sel datia berinti banyak)
Tatalaksana:
Farmako:
 Asiklovir 5x200 mg
 Valasiklovir 2 x 500 mg
Tn. Odi usia 45 tahun datang dengan keluhan muncul bercak pada
wajah sejak 3 tahun yang lalu. Bercak berwarna keputihan, tidak gatal,
semakin lama semakin banyak pada alis, pipi, dan dagu. Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan macula hipopigmentasi multiple
batas tegas, simetris dan tidak berskuama. Pada pemeriksaan lampu
wood didapatkan bercak berwarna putih. Apakah diagnosis pada
pasien ini?
a.Pytiriasis alba
b.Pytiriasis versicolor
c.Albino
d.Vitiligo
e.Hipopigmentasi pasca inflamasi
VITILIGO (3A)
Defenisi: Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik yang didapat dan ditandai dengan adanya makula putih
(depigmentasi) yang bisa meluas
Diagnosis : macula hipopigmentasi, nyeri (-), gatal (-), mati rasa (-) +
lampu wood (putih kebiruan)
Patogenesis >> kombinasi faktor autoimun, genetik dan lingkungan

Klasifikasi:
Vitiligo lokalisata
 Fokal : terdapat satu atau lebih makula pada satu area tetapi tidak segmental.
 Segmental : terdapat satu atau lebih makula pada satu area dengan distribusi
 menurut dermatom misalnya satu tungkai.
 Mukosal : lesi hanya terdapat pada membran mukosa.

Vitiligo Generalisata : hampir 90% pasien menderita vitiligo tipe generalisata


dan biasanya terjadi simetris (koebnerisasi).
 Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi di bagian distal eksterimitas dan
wajah, merupakan stadium awal dari vitiligo generalisata.
 Vulgaris : makula tanpa pola tertentu di banyak tempat.
 Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh yang
merupakan vitiligo total

Th/ sistemik trimetilpsoralen/metoksipsoralen + sinal UVA PUVA


Ny. Wati usia 64 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher yang
semakin lama semakin besar sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya seperti
bercak kemerahan, lalu saat ini mudah berdarah. Pada pemeriksaan
dermatologis didapatkan gambaran lesi hiperkeratotik dengan krusta.
Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan gambaran mutiara
tanduk. Diagnosis pasien ini adalah?
a.Karsinoma sel skuamosa
b.Karsinoma sel basal
c.Melanoma maligna
d.Paget’s disease
e.Penyakit bowen
MELANOMA MALIGNA
LEVEL KOMPETENSI: 2

KARSINOMA SEL BASAL / ULKUS


KARSINOMA SEL SKUAMOSA MELANOMA MALIGNA
RODENT
Etiologi : TERPAPAR bahan kimia, bahan Etiologi : TERPAPAR bahan kimia, Etiologi :
karsinogenik, Sinar matahari bahan karsinogenik, Sinar matahari Iritasi berulang, Sinar matahari
Keypoint : Keypoint : Keypoint :
- Ulkus dengan dasar kotor (ulkus roden), - Ruam berupa nodul - Plak Hiperpigmentasi
- Tepi tidak rata - HIPERKERATOSIS - Prog. Cepat
- seperti mutiara, bunga kol - BERSIH - Mirip nevus pigmentosum tapi
- Tidak nyeri - Ulserasi luka - SIMETRIS
- Mudah berdarah - mudah berdarah - Mudah berdarah
- PA : Sel Palisade - Tidak nyeri - PA : Sel melanosit berdiferensiasi
- PA : Horn pearl (Mutiara tanduk) ganas
Tn. Jaja usia 28 tahun berobat ke puskesmas dengan keluhan gatal pada
kepala dan rambut rontok. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami hal
serupa, riwayat alergi disangkal, riwayat adanya penyakit lain disangkal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan alopecia pada kepala bagian temporal, dan
tampak bitnik-bitnik hitam di area tersebut, eritema (+), skuama (+), krusta (-).
Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Nystatin drop
b.Griseofulvin oral 1x500 mg
c.Selenium sulfide 18% 2-3x/minggu
d.Mikonazol cream 2x1
e.Ketokonazol cream 2x1
Tinea Kapitis (4A)

Definisi: Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

Klasifikasi dan diagnosis:


Kerion Black Dot Grey Patch
 Gatal (+)
 Gatal (+),  Gatal (+)
 Ruam: macula/patch grisea
 Ruam: plak tebal,  infeksi dengan
(keabuan)
ulkus/erosi, tidak kerontokan rambut
 alopesia hiperkeratotik (+)
berambut, sembuh  ruam: bintik hitam
akibat putusnya helaian
dengan jaringan parut (gelap)
rambut yang dekat dengan
dan alopesia permanen  Kutikula rambut intak
permukaan

Tatalaksana:
 Topikal: seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
kemudian untuk mencegah rekurensi.
 Sistemik: (pagi,p.c): ketokonazol 1x200mg (10 hari), itrakonazol 1x100mg (10-14 hari), griseofulvin 1x500mg atau
2x250mg (T.pedis & onicomycosis = 1000mg/hr). Dosis anak-anak : ½ dosis dewasa.
Ny. Dian usia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kaki
kanannya sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik kaki kanan
tampak merah, batas merah tidak tegas, teraba panas, keras seperti
papan, dan nyeri (+). Pasien diketahui demam sejak 3 hari yang lalu.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.
Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Erisipelas
b.Selulitis
c.Toxic epidermal necrolysis
d.Eritrasma
e.Ektima
SELULITIS (4A)

Definisi: Infeksi bakteri yang melibatkan dermis (subkutan) dan pembuluh limfatik
dalam
Etiologi: Streptococcus B hemolyticus
Predileksi: ekstremitas bawah

Diagnosis:

Tanda (Signs):
Gejala (Symtoms) :
 Patch eritema berwarna
Perubahan warna kulit
merah cerah tidak
menjadi kemerahan, Nyeri
berbatas tegas
(+), demam (+),
 Tanda inflamasi (+)
Tn. Reza usia 24 tahun datang dengan keluhan muncul lesi bulat berwarna
merah kecoklatan. Keluhan hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu disertai rasa
gatal pada lesi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi makula eritem
berbentuk koin dengan batas tegas disertai adanya papul konfluens dan
oozing (+). Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Eritromisin
b.Asam salisilat 3%
c.Ketokonazol
d.Kortikosteroid
e.Asiklovir
DERMATITIS NUMULARIS (4A)

Predileksi: dorsal tangan pd wanita, ekstremitas bawah pd pria

Temuan Klinis: (discoid eczema),dermatitis berbentuk lesi mata


uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans)

Tatatalaksana: kortikosteroid potensial tinggi  betametason


An. Nial usia 1 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan anak memiliki
rambut dan kulit tampak berbeda dibandingkan dengan anak seusianya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipopigmentasi pada seluruh kulit dan
rambut. Tidak ada keluhan gatal pada kulit maupun rambut. Apakah
diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut?
a.Vitiligo
b.Tinea versicolor
c. Albinism
d.Tinea corporis
e.Hipopigmentasi post inflamasi
Nn. Sarah usia 19 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan muncul
bercak-bercak merah yang gatal di badan. Pada awalnya hanya muncul 1
bercak di dada sebelah kanan, 1 minggu kemudian bercak merah menyebar
luas ke punggung. Pasien diketahui tidak memiliki riwayat alergi. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan makula eritem dengan skuama halus tersebar
di seluruh badan, diameter 3-5 cm, berbatas tegas. Apakah diagnosis
kasus tersebut?
a.Dermatitis kontak iritan
b.Dermatitis seboroik
c.Liken simpleks kronik
d.Pityriasis rosea
e.Psoriasis gutata
PTYRIASIS ROSEA
Level Kompetensi 4A

Herald patch soliter (pinggiran eritem + skuama)


Makula/papul eritema (Bentuk pohon cemara terbalik)
Lokasi : Trunkus & Ekstremitas
Faktor Resiko : Baju lama disimpan, Sering berenang

Tx :
- Self limiting disease
- Antihistamin
- Kortikosteroid topikal/oral
Tn. Bagas usia 36 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan pada alat
kelaminnya. Pada pemeriksaan didapatkan masa seperti bunga kol, warna
sama dengan kulit sekitar, acetowhite test (+). Pasien memiliki riwayat sering
berganti-ganti pasangan seksual. Apakah diagnosis yang tepat untuk
kasus tersebut?
a.Chancroid
b.Kondiloma lata
c.Limfogranuloma venereum
d.Kondiloma akuminata
e.Donovanosis
KONDILOMA AKUMINATA (3A)
Definisi:vegetasi oleh HPV (kutil kelamin /jengger ayam/
genital wart/ condyloma buschke)
Etiologi: HPV tipe 6 & 11
Predileksi: genitalis eksterna pria dan wanita
Diagnosis:
Temuan klinis:
 Vegetasi bertangkai
 Awal kemerahankehitaman
 Papilomatous (berjonjot)
 Massa plaque verukosa (berbentuk cauliflower)
Pemeriksaan penunjang:
Test asetataceto white (+) , Histopatologi: biopsi kulit
Tatalaksana:
Farmakologi: Non Farmakologi : Hindari seks
1st line : kauter kimia: bebas. Penyakit ini termasuk penyakit akibat hubungan
 Tingtura podofilin 10-25% seksual. Transmisi melalui kontak kulit langsung. Hindari
 Trichloroacetic acid (TCA) 80-90% sex bebas
 Podofilotoksin 0,5%
2nd line : kauter mekanik: (pilihan pertama pada ibu hamil)
 Cryosurgery(bedah beku)
 Elekrokauter
 Pemebedahan (bedah scalpel)
An. Bara usia 6 bulan diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan muncul
bruntus kemerahan pada punggung lengan dan kaki sejak 2 hari ini. Keluhan
muncul setelah pasien dan ibunya tidur dengan tidak menggunakan pendingin
ruangan. Ibu mengatakan pasien mudah berkeringat saat suhu udara panas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya makula dan papul eritematosa
dengan ekskoriasi di sekitarnya. Apakah diagnosis dan letak kelainan
kasus tersebut?
a.Miliaria rubra - stratum spinosum
b.Miliaria rubra - stratum korneum
c.Miliaria kristalina - dermo-epidermal junction
d.Miliaria kristalina - stratum korneum
e.Sudamina - stratum spinosum
MILIARIA (4A)
Defenisi: kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini
adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.
Klasifikasi:
- Miliaria kristalina: vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan
deskuamasi dalam beberapa hari.
- Milaria rubra: vesikel miliar atau papulo vesikal di atas dasar eritematosa sekitar
lubang keringat, tersebar diskret.
- Miliaria profunda: kelanjutan miliaria rubra,
berbentuk papul putih keras berukuran 1-3
mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul
- Miliaria pustulosa: berasal dari miliaria
rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi
pustul.
Diagnosis:
Temuan klinis:
Papul jumlah banyak  gatal (+)
Farmakoterapi :
o Topikal : bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain spt mentol dan kamfora, 2x sehari. Bedak salisil
2%.
o Sistemik : antihistamin, seperti cetirizine 1 x 10 mg
Non farmakoterapi:
– Modifikasi gaya hidup
– Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat
– Menghindari panas dan kelembapan yang berlebihan
– Menjaga kebersihan kulit – Usahakan ventilisasi yang baik
Ny. Dami usia 58 tahun datang ke poli mata dengan keluhan penglihatan kedua
matanya menurun sejak 2 bulan yang lalu. Penglihatan terasa semakin memburuk.
Mata merah, nyeri, dan gatal disangkal. Riwayat trauma mata disangkal. Pasien
memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu. Tanda vital TD 150/90 mmHg, HR
88x/menit, RR 22x/menit suhu 37 C. Pada pemeriksaan ophtalmology didapatkan
segmen anterior dalam batas normal. VODS 6/50. Pada pemeriksaan funduskopi
didapatkan gambaran cotton wool spot (+), mikroaneurisma (+) dan
neovaskularisasi (+). Kelainan yang terjadi pada mata pasien ini adalah?
a. Retinitis pigmentosa
b. PDR
c. NPDR
d. AMD
e. Retinopati hipertensi
RETINOPATI
Level Kompetensi: 2
Definisi: Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang melainkan gangguan metabolik
Klasifikasi & Etiologi:
 Retinopati Anemia: anoreksia berat; Retinopati Hipertensi: Hipertensi
 Retinopati Diabetikum: DM; Retinopati Hipotensi: Hipotensi
Keypoint: Gambaran funduskopi
Retinopati Diabetikum: Cotton wool spots → nerve fiber
Retinopati Hipertensi:
layer retina
Acute → hard exudates, retinal edema,
iskemik
cotton wool, flame-shaped hemorrhages,
 Non proliferative: mikroaneurisma, perdarahan dot dan
papilledema
blot, flame hemorrhage
Chronic → AV nicking, arteriosclerosis
 Preproliferative: soft exudat and hard exudat
(copper/silver wiring), cotton wool, flame
 Proliferative dini: non proliferative + neovaskularisasi
shaped
 Proliferative lanjut: proliferative dini +perdarahan vitreous
hingga ablasio retina
Pemeriksaan penunjang: angiografi
Tatalaksana: Obati penyakit yang mendasari, Komplikasi: perdarahan retina, makulopati, ablasio retina
Tn. Brian usia 60 tahun datang ke Puskesmas mengeluhkan rasa mengganjal
pada ke dua mata nya. Pasien setiap hari bekerja di kebun dan jarang
menggunakan topi atau kacamata. Tanda vital TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit,
RR 22x/menit Suhu 37 C. Hasil pemeriksaan visus ODS 6/30, dan ditemukan
selaput putih keabuan berbentuk segitiga menutupi pupil, tes sonde (-).
Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini adalah...
a. Pemberian NSAID
b. Lindungi mata dari sinar matahari dengan kacamata
c. Artificial tear dan salep antibiotic
d. Tidak perlu diberikan pengobatan karena akan sembuh sendiri
e. Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan pembedahan
PTERIGIUM
Level Kompetensi: 3A.
Definisi : KLASIFIKASI
Pertumbuhan fibrovaskular yang  Derajat 1: Tepi limbus
bersifat degenerative dan invasive  Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati 1

limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm


Etiologi: melewati kornea (<50% limbus-pupil)
iritasi kronis karena debu, cahaya  Derajat 3 : pterygium > 50% 2
matahari(terutama UV-B),  Derajat 4: melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
Keypoint : Pterigium : Tes sonde (-)  ujung sonde tidak
 mata merah/ tenang kelihatan pterygium
3
 Visus normal / turun Pseudo Pterigium : Tes sonde (+)
 massa berbentuk segitiga,
 tumbuh dari bagian nasal atau Penanganan :
temporal konjungtiva yang meluas Grade 1 -2 : kortikosteroid topical + artificial ear
hingga ke area kornea sehingga Grade 3-4 : Ekstirpasi pterygium / konjungtiva 4

puncak segitiga berada di kornea. graff


Tn. Doni usia 28 tahun datang ke RS dengan keluhan penglihatan kabur sejak
2 hari yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh matanya berair, dan silau bila
melihat cahaya. Diketahui pasien memiliki riwayat pernah muncul vesikel-
vesikel berkelompok di daerah bibir. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD :
150/90 mmHg, HR : 90 x/menit, RR : 16 x/menit, suhu 37.6C. Hasil
pemeriksaan VODS 6/40, tes fluoresein (+) dengan gambaran lesi berupa
dendritik. Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
a. Betamethasone eye drops
b. Ganciclovir 0,15% eye gel
c. Sodium kromoglikat 2 % eye drops
d. Artifisial tears eye drops
e. Kompres hangat dan tetrasiklin 1% eye drops
KERATITIS VIRAL
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : Pemeriksaan penunjang :
Peradangan /inflamasi pada kornea mata akibat Tes Fluoresens :
infeksi : Lesi Dendritik : H. simpeks
Herpes Simplex Virus, microdendritic epithelial ulcer, : H. Zoster
Varicella-Zoster Virus Penanganan :
Keypoint : Antiviral topical : ganciclovir 0.15% eye gel and
TRIAS : visus turun Mata merah, fotofobia/silau acyclovir 3% eye ointment
Gejala prodromal H. simpeks : asiklovir 5 x 400mg : 7-10 hari
Injeksi silier H. Zoster : asiklovir 5 x 800mg
Ruam vesikel dasar eritema, nyeri (+)
Tersusun unilateral sesuai dermatom : Keratitis H.
Zoster
Promikuitas (+) : Keratitis HSV
An, Ella usia 14 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan sulit melihat
jauh. Keluhan sudah dirasakan sejak 4 tahun yang lalu, pasien sudah disarankan
untuk menggunakan kacamata namun menolak saat itu. Pada pemeriksaan
didapatkan AVODS 6/40, dengan pinhole menjadi 6/20. Dilakukan uji trial lens dan
didapatkan hasil:
S- 2.0, AVODS 6/9
S-2.5, AVODS 6/6
S-3.0, AVODS 6/6
S-3.25, AVODS 6/6
S-3.5, AVODS 6/9
Lensa tepat diberikan pada pasien ini adalah?
a. S - 2.0
b. S -2.5
c. S -3.0
d. S -3.25
e. S -3.5
KELAINAN REFRAKSI
Level Kompetensi: 4A
MIOPIA HIPERMETROPIA ASTIGMATISMA
KeyPoint KeyPoint KeyPoint
Bayangan jatuh didepan retina Bayangan jatuh dibelakang retina Cahaya difokuskan lebih dari 1 titik
Axis panjang Axis pendek Mata tenang visus turun
Mata tenang visus turun Mata tenang visus turun Benda seperti bergelombang/ sulit melihat
Sulit melihat jauh Sulit melihat dekat garis
Pemeriksaan: UJI PINHOLE (+) P(x) : Kertas jaeger Px : Amsler Grid (+)
SNELEN CHART (+)/ kertas landoft
Klasifikasi :
Miopia Ringan - 0,25 sampai - Hipermetropia manifes
3,00 D Hipermetropia absolut
Miopia Sedang -3,25 sampai - Hipermetropia fakultatif
6,00 D Hipermetropia laten
Miopia Berat>6,00 D Hipermetropia total
Tatalaksana Tatalaksana
Sferis (-) terlemah dengan visus Sferis (+) terkuat dengan visus Tatalaksana
terbaik : concav terbaik : konveks Silindris C+/C-
Ny. Jane usia 71 tahun datang dengan keluhan ada benjolan di pinggir
kelopak mata kanan bawah dekat hidung. Benjolan muncul setelah
pasien tergigit serangga. Benjolan terasa nyeri dan kemerahan. Pada
pemeriksaan didapatkan benjolan hiperemis dengan nyeri tekan, dan uji
regurgitasi (+). Apakah diagnosis yang sesuai pada kasus di atas?
a.Hordeolum
b.Kalazion
c.Dakriosistitis
d.Dakrioadenitis
e.Blefaritis
KELAINAN PADA SISTEM LAKRIMAL
Level Kompetensi: 3A.
DAKRIOADENITIS DAKRIOSISTITIS
Etiologi : Infeksi streptococcal sp/ staphylococcal Etiologi : Infeksi streptococcal sp/ staphylococcal
Keypoint : Keypoint :
Radang (+) pada kelenjar lakrimalis ( pada bagian Radang (+) pada pada pangkal hidung/ saccus
temporal/lateral -S-shape) lakrimalis medial
Pemeriksaan anel test : Positif , regurgitasi (-) Pemeriksaan anel test : Negatif, regurgitasi (+)
Ny. Ika datang dengan keluhan terdapat bercak kuning disekitar kelopak
matanya. Dari pemeriksaan tampak segmen anterior dalam batas normal,
palpasi bulbi normal, mata tenang, dan tidak didapatkan penurunan tajam
penglihatan. Bagaimana patofisiologi kasus tersebut?
a.Faktor degenerative
b.Adanya hiperpigmentasi
c.Merupakan suatu keganasan
d.Deposit lemak di kulit
e.Kelaianan kulit sejak lahir
XANTHELASMA
Level Kompetensi: 2
Definisi: Xanthelasma merupakan xantomatosis kutan dengan munculnya plak kuning seperti gumpalan lemak di atas
atau di bawah kelopak mata, tepatnya di sudut mata atau canthus yang dapat berkembang seiring waktu.
Etiologi: Hiperlipidemia
Keypoint: Penonjolan ringan berwarna kuning pada canthus internus /medial;
Profil Lipid dislipidemia/hyperlipidemia
Tatalaksana
 Kontrol penyakit yang mendasari
 Definitif: tindakan ekstirpasi xanthelasma
Tn. Jojo usia 26 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
mata berair, dan rasa menganjal. Keluhan tidak disertai penurunan
penglihatan. Diketahui istri pasien juga mengeluhkan keluhan yang sama
dengan pasien. Keluhan adanya sekret purulen di pagi hari disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapati TD 120/70 mmHg, HR 78 x/menit, RR 20
x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan fisik edema palpebra, folikel cairan
serous, injeksi konjungtiva. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Keratitis viral
b. Konjungtivitis bacterial
c. Konjungtivitis vernal
d. Konjungtivitis viral simpleks
e. Konjungtivitis herpes simpleks
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Level Kompetensi: 4A
Etiologi :
Bakterial :
Non sTDs : streptococcus sp, stapilococcus sp
Etiologi :
sTDs : N. Gonorrhea, C. Trachomatis
Viral :
Keypoint :
Adenovirus
Masa merah
H.zoster , herpes simpleks
Visus normal
Keypoint :
Injeksi konjungtiva
Dx : konjungtivitis viral simpleks
Nyeri (+), secret
Masa merah
mukopurulen/purulent
Visus normal
Jika ada riw. Promiskuitas(+) :
Injeksi konjungtiva
Diplokokus gram negative (+) konj. GO
Nyeri (+), secret bening
Diplokokus gram negative (-) trachoma
Th/ artifisial tears + simptomatis
Th/
Jika ada ruam diwajah vesikel dasar eritema , nyeri (+) :
Hygienitas mata
Riw. Promiskuitas(+) : konjungtivitis herpes simpleks
Kompres hangat 15 menit/4-6 jam
Riw. Promiskuitas(-) : ruam tersusun dermatome (+) ,
Farmakologi:
unilateral : konjungtivitis herpes zoster
Ab. Topikal : kloramfenikol ED/salep , gentamisin
Th/ asiklovir 3%-5%
Ab sistemik : GO/ trachoma
Ceftriaxone 250 mg IM + azitromisin 1 gr (PO) : GO
azitromisin 1 gr (PO): trakoma
Tn. Danu usia 50 tahun datang RS dengan keluhan kedua mata
terasa berpasir, dan gatal sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sering sekali merasa
matanya kering dan mengganjal. Pemeriksaan tanda vital TD 130/70 mmHg, HR
81 x/menit, RR 20 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan visus ODS 6/6,
benang mukus kekuningan pada forniks konjungtiva, pada pemeriksaan
funduskopi tidak ditemukan kelainan. Apakah pemeriksaan penunjang yang
tepat kasus di atas?
a. Anel test
b. Fluoresein test
c. Tear break up time
d. Amsler grid
e. Perimetri
KERATOCONJUNCTIVITIS SICCA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : proses degenerative : bells palsy, hyperthyroid P. Penunjang :
Risk : usia > 40 tahun - air mata mengandung mukus : Foamy tears(+) pada
Diagnosa : konjungtiva forniks
Mata terasa nyeri: kering : berpasir - Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer
PD : Mata merah , visus normal menunjukkan hasil <10 mm (nilai normal ≥20 mm).
Risk (+) - Tear Meniscus (TM),
- Fernig Test,
- osmolaritas meningkat

Tatalaksana :
artificial tears (ED)
Komplikasi :
keratitis, infeksi
Tn. Ethan, usia 45 tahun datang ke RS dengan keluhan merah pada kedua
mata sejak 1 bulan yang lalu. keluhan juga disertai penglihatan kabur, mata
sering berair dan nyeri. Diketahui pasien sering mengeluhkan nyeri dan
kaku pada jari-jari tangan sekitar dari 1 tahun yang lalu. Tanda vital TD 110/70
mmHg, HR 76 x/menit, RR 21 x/menit, suhu afebris, pada jari kedua tangan
dijumpai: swan neck deformity. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan
injeksi konjungtiva dan silier, keratik presipitat pada kornera, terdapat koopes
nodul di tepi pupil. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Keratitis bakterial
b. Skleritis nodular
c. Iridosiklitis
d. Uveitis posterior
e. Endoftalmitis
IRIDOSIKLITIS / UVEITIS ANTERIOR
Level Kompetensi: 3A.
Uveitis anterior / IRIDOSIKLITIS (3A) POSTERIOR/ CHORIORETINITIS (2)
Inflamasi badan silier dan iris

Etiologi : Penyakit sistemik > 80% (SLE, RA, TB) Etiologi: infeksi virus (CMV,Rubella),
Keypoint : bakteri (TB), Jamur, Parasit
Mata merah (Toxoplasma), Autoimun (Behcet, Vogh
Visus turun KoyanagiHarada),keganasan, idopatik
PD : Keypoint :
kornea : keratic presipitat (+) / mutton fat Mata merah , visus turun
COA : selflare : hipopion, tyndal effect (+) P. oftalmoskop: bintik-bintik hitam melayang , scotoma
Iris : nodul bussaca, sinekia posterior Th/
Pupil : miosis : irreguler , koppes nodul (di tepi Rujuk
pupil)
Terapi :
Cycloplegic: S.Atropin (cegah sinekia)
steroid topikal/sistemik
Ab profilaksis: beta lactam / makrolida
Rujuk
Tn. Bilal usia 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan mata kiri merah sejak
2 bulan yang lalu. Keluhan disertai nyeri hebat dan sangat mengganggu
sehingga pasien sulit untuk tidur pada malam hari. Keluhan disertai
penglihatan buram. Pasien sudah memakai obat tetes mata tapi tidak
membaik. Pasien memiliki riwayat tuberkulosis satu tahun yang lalu dan
sudah dinyatakan sembuh. Pemeriksaaan fisik dijumpai tekanan darah
120/70mmHg, HR 90 x/m, RR 20 x/m, suhu 37.0C, pemeriksaan oftalmologis:
injeksi konjungtiva, injeksi siliaris, spasme kelopak mata tampak bercak hitam
pada konjungtiva. Diagnosis yang paling mungkin adalah?
a. Episkleritis Difusa
b. Episkliritis Nodular
c. Skleritis Difusa
d. Skleritis Nodular
e. Skleritis Necrotizing
SKELERITIS
Level Kompetensi: 3A
Risk : penyekit autoimun (RA, SLE), Penyakit infeksi (TB, Toxo, sifilis)

EPISKLERITIS 4A SKLERITIS 3A
Keypoint: Keypoint:
Mata merah, visus normal Mata merah, visus normal/ turun, injeksi siliar
injeksi siliar TIDAK Menghilang dengan tetes fenilefrin 2.5%
Menghilang dengan tetes fenilefrin 2.5% nyeri sedang berat
Nyeri ringan/ mengganjal KALSIFIKASI :
Klasifikasi :
Difusa : semua kuadran
Nodular : nodul merah sulit digerakkan
Terapi :
Kortikosteroid topikal//sistemik
SKLERITIS ANTERIOR
Difusa : semua kuadran, nyeri menjalar ke alis dan dahi
Nodular : nodul sulit digerakkan
Necrotizing : tampak pigmen koroid, coklat atau hitam
SKLERITIS POSTERIOR
Hambatan Gerakan bola mata/ ablasio retina
Tatalaksana
Rujuk
Ny. Caca usia 65 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penglihatan turun
pada mata kanan sejak satu hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri,
mata merah dan fotofobia. Pasien memiliki Riwayat operasi katarak seminggu
lalu. Riwayat trauma disangkal. Dalam pemeriksaan fisik didapati TD 130/90
mmHg, HR 80 x/menit, RR 16 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan VOD NLP, palpebra edem, konjungtiva hiperemis, keluar sekret
konjungtiva, dan gerak bola mata dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmoskop indirek didapatkan kekeruhan vitreous humor. Apa diagnosis
yang tepat?
a. Uveitis anterior
b. Uveitis posterior
c. Choroiditis
d. Endoftalmitis
e. Panoftalmitis
ENDOFTHALMITIS
Level Kompetensi: 2
ENDOFTALMITIS (3B) PANOFTALMITIS (2)
Etiologi :
Eksogen : infeksi (jamur, bakteri, parasit), post trauma, post
operasi katarak
Endogen : infeksi sistemik (sepsis)
Definisi : Peradangan struktur internal bola mata, yaitu Definisi : Peradangan purulent berat keseluruhan bola mata
jaringan uvea dan retina termasuk kapsula Tenon
Keypoint: Keypoint:
Mata merah , visus turun Mata merah , visus turun
Fotofobia Kornea : edema dan berkabut
Hipopion COA : hypopyon
amaurotic cat’s-eye reflex Tekanan intraocular → sangat meningkat
nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (-) nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (+)
Tatalaksana : Tatalaksana :
Antibiotik: Injeksi intravitreous : vankomisin, ceftadizim, Rujuk : Antibiotik: kloramfenikol, steroid) , Definitif
amikasin, (eviserasi/enokleasi)
Steroid IV, siklopegik, antiglaukoma
Definitif (vitrektomi)
Tn. Aldo usia 65 tahun datang ke RS dengan keluhan pandangan buram
pada kedua mata sejak satu bulan lalu. Pandangan berangsur-angsur
buram seperti melihat asap. Awalnya penglihatan pada malam hari atau
sore lebih baik dari pada siang hari, namun kemudian bertambah parah.
Tanda vital didapatkan TD 130/70 mmHg, HR 70 x/menit, RR 16 x/menit,
suhu 37.0C. Pada pemeriksaan oftamologis didapatkan visus mata kanan
2/60, mata kiri 1/ 300. Pada pemeriksaan dengan loop dan lampu senter
didapatkan OD kekeruhan perifer korteks, OS kekeruhan di seluruh lensa,
shadow test (-). Apakah diagnosis yang paling tepat untuk mata kiri
pasien?
a. ODS Katarak senilis imatur
b. ODS Katarak komplikata
c. OD Katarak senilis imatur, OS katarak senilis matur
d. OD katarak senilis insipient, OS Katarak senilis matur
e. OD Katarak senilis imatur, OS katarak senilis hipermatur
KATARAK
Level Kompetensi: 3A
KATARAK SENILIS 3A
etiologi : peningkatan pajanan matahari, peny.metabolic : DM
Keypoint: Mata tenang, visus turun perlahan
KATARAK INSIPIEN KATARAK IMATUR KATARAK MATUR KATARAK HIPERMATUR
Visus 6/9, 6/20 Visus 1/60 Visus 1/300 Visus 1/≈
Kekeruhan terjadi di perifer Kekeruhan SEBAGIAN : kekeruhan sudah mengenai kekeruhan sudah mengenai seluruh
korteks dan biasanya belum terjadi di posterior nukleus seluruh lensa lensa, Atrofi (+)
menimbulkan gangguan lensa. Atrofi (-) Pencairan korteks dan nukleus
tajam penglihatan. Shadow test (+) Shadow test (-) tenggelam ke bawah (katarak Morgagni)
Shadow test (-) Galukoma fakomorfik sehingga merembes keluar dari kapsul
lensa
Shadowtest Pseudopositif
Glaukoma fakolisis

KATARAK KONGENITAL (2) KATARAK TRAUMATIKA 3A


Etiologi : infeksi Rubella virus Etiologi : trauma lensa
Keypoiint : kekeruhan pada lensa Keypoint : pandangan berasap /
neonates, berawan, Risk (+),
penyakit kongenital lain : tuli/ kelainan Opthalmologi : rosette/ stellate /
jantung, Riw TORCH bintang
Rujuk Tatalaksana : rujuk (Ekstraksi Lensa →
pemasangan IOL)
Tn. Tiko usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata kiri
kemerahan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai rasa nyeri dengan VAS 2.
Penurunan penglihatan tidak dikeluhkan oleh pasien. Riwayat trauma maupun
penyakit lainnya disangkal. Apakah pemeriksaan yang diperlukan untuk
membantu penegakkan diagnosis?
a. Regurgitasi
b. Fenilefrin
c. Sonde
d. Hirchberg
e. Fluoresensi
SKLERITIS
Level Kompetensi: 3A
Definisi:
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sclera
Skleritis merupakan peradangan pada sklera
Etiologi &Klasifikasi
Idiopatik, Reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti tuberculosis, Rheumatoid arthritis, SLE dll.
Klasifikasi: Skleritis anterior: nodusa dan diffusa
Skleritis posterior
Keypoint: test Phenylefrine
 Episkleritis -> kemosis konjungtiva (+); pink to red (+); Phenylefrine
2,5%(+)
 Skleritis -> kemosis konjungtiva (+); bluished red (+), nodul berwarna
biru-jingga; Phenylefrine 2,5% (-)

Tatalaksana
 NSAID
 Steroid atau obat imunosupresif
Komplikasi: Nekrosis sclera, skleromalasia, dan perforasi sclera
Tn. Sahrul usia 40 tahun mengeluhkan nyeri mata mendadak. Pasien
mengeluhkan sering menabrak saat berjalan karena pandangan kabur.
Keluhan disertai dengan mata berair, merah, disertai mual dan muntah.
Pada palpasi bola mata teraba keras. Apakah pemeriksaan lanjutan
yang dapat dilakukan untuk mengetahui klasifikasi keluhan
pasien?
a.Tes anel
b.Tes fluoresensi
c.Pemeriksaan TIO
d.Pemeriksaan gonioskopi
e.Pemeriksaan perimetri
GLAUKOMA AKUT
Level Kompetensi: 3B
GLAUKOMA LAIN
Level Kompetensi: 3A
Definisi: Glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata
Etiologi: Klasifikasi:
Bertambahnya produksi cairan oleh badan siliar  Primer: tidak ada penyakit penyerta
Faktor resiko: DM, HT, Miopia  Sekunder: ada penyakit yang mendasari: katarak, hipermetropia, riwayat
Obat-obatan: Steroid, antihistamin, tokolitik hifema
 Sudut tertutup: sering dijumpai pada serangan akut
 Sudut terbuka: pada keadaan kronik
Glaucoma sudut tertutup /akut Glaukoma sudut terbuka/kronik
Palpebra → edema dan hiperemis COA dalam
Konjungtiva → kemosis, injeksi konjungtiva dan silier Normotensi glaucoma
Kornea → edema CDR >0,5
Anterior chamber → dangkal Sudut iridokornealis → terbuka
Sudut iridokornealis → tertutup
Pupil → semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
IOP → meningkat secara akut
Pemeriksaan penunjang:
 Tonometri → mengukur IOP
 Gonioskopi → melihat sudut iridokornealis
 Perimetri → melihat defek lapang pandang
Oftalmoskopi direk dan indirek → melihat perubahan fundus dan diskus
optikus. Umumnya normal.
Tatalaksana:
Edukasi: Obati penyakit yang mendasari, Batasi cairan
Definitif:
 Glaukoma sudut tertutup (iridotomy/iridektomy)
 Glaukoma sudut terbuka (trabekuloplasti/trabekulektomi)
 Congenital dan developmental glaucoma (Goniotomy/trabekulotomy)
Komplikasi: Glaukoma Kronis, Sinekia Anterior, Kebutaan
Tn. Landung usia 30 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Pasien merupakan seorang atlet boxer. Satu
minggu yang lalu, saat bertanding, telinga kanan pasien pernah terkena pukul dan
timbul benjolan yang berisi darah, namun pasien tidak melakukan pengobatan
secara adekuat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, HR
79 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,8 C. Pada pemeriksaan daun telinga
kanan tampak seperti gambar berikut. Diagnosis yang tepat pada pasien
adalah?
a. Pseudokista
b. Hematoma aurikula
c. Abses preaurikula
d. Perikondritis
e. Cauliflower ear
HEMATOMA AURIKULAR/OTHEMATOM
Level Kompetensi: 3B
Akumulasi darah diantara perikondrium dan tulang rawan. Komplikasi : Cauliflower Ear
Etiologi : Trauma (Cth : Petinju)
KeyPoint : Edema (+), respan darah(+), riwayat trauma (+)

Tatalaksana:
Aspirasi darah
An. Kiano, usia 8 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2
jam yang lalu. Keluhan disertai nyeri saat menelan sehingga pasien susah
makan. HR 90 x/m, RR 28 x/m, Suhu 39,0C, limfadenopati servikal (+), Hot
potato voice (+). Gambaran yang tampak bila dilakukan pemeriksaan
radiologis yaitu?
a. Wine bottle sign
b. Steeple sign
c. Water bottle sign
d. Thumbprint sign
e. Shmoo sign
EPIGLOTITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Pemeriksaan Penunjang :
Hib (Haemophilus influenzae X ray : thumb print sign/
type B) (HiB) vallecula sign

Keypoint :
Suara serak Th/
Drolling Simptomatis
Demam Antibiotik : amoksiclav,
Hot potato Voice ampisilin, cephalosporin
Stridor Obstruksi jalan nafas :
Cherry like apperance intubasi , trakeostomi
Ny. Elma usia 45 tahun, datang ke RS dengan keluhan hidung tersumbat.
Pasien diketahui memiliki riwayat bersin-bersin saat udara dingin dan terkena
debu. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80
x/m, RR 22 x/m, suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa bertangkai
pada hidung dengan warna pucat keabu-abuan. Faktor penyebab keadaan
yang dialami pasien tersebut?
a. Sinusitis
b. Polip nasi
c. Influenza
d. Tonsilitis
e. Rhinitis Alergi
POLIP NASAL
Level Kompetensi: 3A
Keypoint :
Hidung tersumbat
Hiposmia/ anosmia
Gangguan bernafas, epistaksis
Risk (+) : Rinitis alergi
Rinoskopi anterior : Massa Putih, Mengkilat, Licin, Bertangkai di cavum nasal

Pem. Penunjang :
Nasoendoskopi

Penanganan:
Polipektomi
Kortikosteroid intranasal
Tn. Kim usia 28 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan hidung
keluar cairan bening yang kental sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai hidung
yang tersumbat bergantian kiri dan kanan disaat yang sama. Keluhan bersin
dikatakan ada namun jarang. Riwayat alergi disangkal, riwayat alergi di keluarga
juga disangkal. Tidak ada keluhan nyeri kepala. Pada pemeriksaan didapatkan
tekanan darah 110/70 mmHg, HR 79 x/m, RR 20 x/m, suhu 36,8 C. Pemeriksaan
fisik didapatkan konka edem kemerahan dan terdapat sekret seromukosa.
Diagnosis pasien tersebut adalah?
a. Rhinitis akut
b. Rhinitis alergika
c. Rhinitis vasomotor
d. Rhinitis simpleks
e. Rhinosinusitis akut
RHINITIS VASOMOTOR
Level Kompetensi: 4A.
Keypoint :
Etiologi : faktor lingkungan seperti suhu dan perubahan tekanan udara.
riw. hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan
rinorea, dan kongesti
PD :
Rinoskopi : Konka hiperemis berwarna gelap , hipertrofi
Test adrenalin : konka hipertrofi  mengecil

Th/
Nasal dekongestan
An. Goya usia 12 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan mengeluh sakit di
daerah gigi dan rahang bagian bawah yang hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu.
Selain itu pasien juga mengeluh sakit di area leher dan mengeluhkan demam sejak
2 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan oral didapatkan kebersihan yang buruk,
karies multipel pada premolar dan molar di 4 sisi rongga mulut. Inspeksi leher
menunjukkan gambar sebagai berikut. Pada palpasi teraba keras dan terlihat lidah
terangkat. Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Abses Bezold
b. Abses Citeli
c. Abses Quincy
d. Abses Submandibula
e. Angina Ludwig
ABSES SUBMANDIBULA ( Angina Ludwig )

Infeksi ruang Submandibula


Etiologi: Infeksi gigi molar/premolar, Riw tindik lidah yang menyebabkan peradangan kelenjar limfe servikal.

KeyPoint : Demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan,


droling, trismus, Fluktuasi (+).
Pembengkakan dibawah ruang submandibular dan
peradangan menyebabkan pada jaringan mulut menebal (lidah terangkat)
(Teraba keras) sudah tidak terbentuk abses = Angina
ludwig.

Tatalaksana:
Insisi abses + Antibiotik
Tn. Eri usia 28 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan batuk kering,
nyeri tenggorokan, dan nyeri menelan sejak 3 hari lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, HR 79 x/m, RR 20 x/m, suhu 37,8 C,
tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis. Tatalaksana yang tepat pada pasien
adalah?
a. Istirahat cukup, banyak minum air
b. Istirahat cukup, banyak minum air, Parasetamol 3 x 500 mg PO
c. Istirahat cukup, kumur dengan obat kumur antiseptic
d. Istirahat cukup, banyak minum air, Amoksisilin 3 x 500 mg, Parasetamol 3 x
500 mg
e. Istirahat cukup, banyak minum air, Omeprazole 2 x 20 mg
FARINGITIS
Level Kompetensi : 4A
Etiologi: Infeksi virus (Rhinovirus/influenza), bakteri (Streptococcus Sp), Jamur (Candida Albican).
KeyPoint : Demam, Disfagia, anoreksia, nyeri tenggorokan, batuk, sakit kepala.
Px penunjang: Kultur swab tenggorokan
Faringitis Akut: Faringitis kronik: Faringitis kronik:
“Hiperemis pada faring “ “Cronic cataral pharyngitis” “Granular Pharyngitis “

Tatalaksana:
Famakologi:
- Viral: Analgetik + Antipiretik
- Bakteri: Antibiotik (Amoxixilin 500 mg PO )
- Jamur: Antifungal
An. Ronald usia 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke Rumah sakit dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai batuk pilek
sejak 1 minggu. Tanda vital HR 98 x/m, RR 22 x/m, suhu 38.0C. Dari
pemeriksaan otoskopi, didapatkan membran timpani hiperemis dan bulging.
Terapi yang sesuai untuk pasien adalah?
a. Ear toilet + analgetik
b. Kompres hangat + analgetik
c. Miringoplasti + antibiotic oral
d. Miringotomi + antibiotic oral
e. Timpanoplasti + tampon antibiotic
OMA STADIUM PRESUPURASI
Level Kompetensi: 3A
Faktor penyebab: sumbatan tuba Eustachius
Pencetus: infeksi saluran napas atas
Sering terjadi pada bayi dan anak
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT menyebabkan tuli konduktif
Oklusi Tuba Eustachius Otalgia , Gambaran retraksi membran timpani, pucat/suram
Hiperemis/Pre-Supurasi  Otalgia , Demam,
Pembuluh darah melebar di membran timpani/membran timpani hiperemis & edema
Supurasi
 Severe otalgia, Demam
 MT hiperemis + Eksudat purulen di kavum timpani  bulging
Perforasi
 Perforasi membran timpani + hiperemis
 Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
 Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak Suhu dan nadi turun
Resolusi
 Bila membran timpani tetap utuh: membran timpani perlahan kembali normal
 Bila membran timpani ruptur: sekret berkurang sampai kering, kemudian membran timpani kembali terbentuk
Bila perforasi menetap  OMA menjadi OMSK
KeyPoint :
Stadium dan terapi
1. Oklusi: membrane timpani retraksi (Penurunan pendengaran dan sensasi penuh pada
telinga).
Th:/ Dekongestan: Hcl efedrin 0,5% (anak <12 tahun) atau 1% (diatas 12 tahun)

2. Hiperemis/presupuratif: membrane timpani hiperemis (Nyeri telinga, penurunan


pendengaran, demam).
Th:/ Antibiotik (gol penisilin/ampisilin) + analgetik + dekongestan

3. Supurasi: membrane timpani bulging (+), nyeri hebat disertai demam tinggi.
Th:/ Rujuk untuk miringotomi (MT kuadran posterior-inferior) + antibiotik (amoxycilin)

4. Perforasi: secret mengalir (+), nyeri dan demam berkurang.


Th:/ Ear toilet (H2O2 3% selama 3-5 hari) +antibiotic

5. Resolusi: secret mengering → observasi sampai sembuh, kalo terus berlanjut > 2 bulan
→ OMSK
Ny. Ola usia 25 tahun datang ke poli dengan keluhan pusing berputar. Keluhan
dirasakan sejak 2 jam yang lalu saat menaiki bis umum jarak jauh. Keluhan lain
seperti mual, telinga berdenging, pendengaran menurun, dan pandangan silau
disangkal. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan dalam batas normal.
Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
a.BPPV
b.Neuritis vestibularis
c.Meniere’s disease
d.Motion sickness
e.Labirinitis
KELAINAN KANALIS SEMISRKULARIS
VERTIGO
Definisi: Pusing berputar (pasien berputar atau lingkungan yangberputar)
Klasifikasi:
- Non Vestibular: Motion Sickness (gerakan berulang selama perjalanan)
- Vestibular:
 Vertigo perifer: disebabkan oleh organ vestibuler hingga N.VIII. contoh: BPPV, Meniere, neuritisvestibular
 Vertigo sentral: lesi dibatang otak hingga parenkim otak. Contoh: tumor cerebelopontin, stroke batangotak
BPPV (Benign paroxysmal positional vertigo)
Level kompetensi 4A
Etiologi : Akibat kanalithiasis atau kupolitiasis
KeyPoint :
Timbul gejala vertigo saat perubahan posisi kepala, mual-muntah, nistagmus (+)
Diagnosis: maneuver dix-Hallpike→menilai nistagmus
Tatalaksana:
- Maneuver Epley
- Farmakologi: Betahistin p.o/ Dipenhidramin p.o
MENIERE DESEASE
Level kompetensi 3A
Etiologi: Hidrops endolimfa dikanalis semisirkularis
KeyPont : Trias gejala
1. Vertigo hilang timbul,
2. Tinnitus,
3. Tuli sensorineural
Tatalaksana:
- Saat serangan → simpatomatik (diazepam, anti-muntah)
- Long-term medication: diuretic (HCT atau furosemide), steroid (oral atauinjeksi)
- Edukasi: diet rendah garam
LABIRINITIS
Level kompetensi 2
Inflamasi pada telinga dalam (labirin)
Etiologi dan F. Resiko : komplikasi dari OMSK ; infeksi virus (rubella, CMV, mumps, measles, varicella zoster)

KeyPoint : Trias menier desease + demam.


Tatalaksana: anti-vertigo (Betahistin), obati penyebab
MOTION SICKNES
Level kompetensi 4A
Etiologi : ketidakseimbangan sensoris dan persepsi organ vestibuler

KeyPoint : Vertigo, mual-muntah timbul dan Riwayat perjalanan


Tatalaksana: Dimenhidrinat (Antimo)
Nn. Becca usia 18 tahun, datang ke RS dengan keluhan penurunan
pendengaran progresif sejak 2 bulan terakhir. Pasien merasa gangguan
pendengaran dominan pada telinga kiri. Pasien cenderung bicara lebih pelan
dan dapat mendengar lebih baik ketika suasana ramai. Pasien mengeluh
telinga berdenging dan pusing. Ayah pasien memiliki riwayat gangguan
pendengaran dan memakai alat bantu dengar pada usia 20 tahun. Tanda
ditemukan pada otoskopi Flemingo’s pink sign. Pada pemeriksaan garpu tala
didapatkan tuli konduktif. Dokter melakukan pemeriksaan lanjutan tone
audiometry didapatkan Carhart notch pada frekuensi 2000. Diagnosis yang
tepat adalah?
a. Timpanosklerosis
b. Otosklerosis
c. Otitis media efusi
d. Sumbatan Serumen
e. Kolesteatoma
OTOSKLEROSIS
Level kompetensi 2
Penurunan pendengaran bilateral telinga secara progresif akibat spongiosis didaerah kaki stapes.
Faktor Resiko :
- Diduga dipengaruhi faktor keturunan
- Sering pada wanita berusia 11- 45 tahun
KeyPoint : Penurunan pendengaran progresif (tuli konduksi sampai ke tuli campuran), Tinnitus dan
vertigo; Schwart’s Sign (Flemingo’s pink) ; Paracusis willisi ( Pedengaran akan lebih baik saat di tempat
bising )
Tatalaksana:
Alat bantu dengar (sementara), stapedektomi
Tn. Sai usia 59 tahun datang ke IGD RS karena mengeluh sesak dan
bengkak pada tungkai sejak 3 hari SMRS. Keluhan nyeri dada, demam,
batuk disangkal. Riwayat HT sejak 7 tahun dan tidak mengonsumsi obat.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 165/100mmHg, HR 90 x/m,
RR 25 x/m, suhu 37 C, ronki (+/+), S3 gallop (+), pitting edema kedua
ekstremitas (+). Hasil EKG menunjukkan S V1 + R V6 48mm. Diagnosis
dan tatalaksana yang tepat diberikan untuk pasien adalah?
a.ADHF diterapi dengan Captopril 25mg SL
b.ADHF diterapi dengan Furosemide IV
c.ADHF diterapi dengan Dopamin drip
d.Edem pulmo akut diterapi dengan Nitrogliserin IV
e.Edem pulmo akut dipasang Infus RL untuk Inlet obat
GAGAL JANTUNG AKUT
Level Kompetensi: 3A-3B
Definisi: Sindroma muncul akibat disfungsi jantung yang cepat dalam hitungan jam atau hari
Etiologi: infark jantung (ACS)
Kriteria Dx:
Sesak napas muncul saat aktifitas
Sesak napas karena perubahan posisi edema paru
TVJ meningkat, faktor risiko:
ACS
Edema pretibial
KeyPoint:
Sesak napas tiba-tiba
Ronki basah basal
Durasi: <3 bulan
P. penunjang:
Foto thorax: “Bat wing appearance”
Tatalaksana
Nonfarmakologi : posisi tidur semifowler. Oksigen 2-4 liter
Farmakologi
Furosemide 40 mg bolus IV
Morfin 2 mg IV
Nitrogliserin Drips
*KI: Hipotensi
Tn. Ramlan usia 50 tahun datang ke poliklinik RS Penderita sering mengeluh
nyeri dada yang dirasakan seperti tertekan yang berlangsung kurang dari 5
menit dan dirasakan saat sedang beraktivitas. Riwayat pengobatan 3 tahun
yang lalu penderita telah dilakukan pemasangan ring. Faktor resiko yang lain
adalah merokok. Hasil pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, HR 74 x/m, RR 16
x/m, suhu 36 C. Apakah pengobatan yang harus diberikan?
a.Betabloker
b.CCEI non dinyropiridin
c.ACE Inhibitor
d.CCB dihydropiridin
e.Nitrat
ANGINA PECTORIS
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
Nyeri bersifat tumpul Tidak dapat menunjukkan nyeri
Menyebar ke rahang, lengan, bahu
Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina disebabkan sumbatan pada pembuluh darah→akibat plak atheroma yang disebut→atherosclerosis.
Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)
Kata Kunci :
Nyeri Dada < 15 Menit
Membaik Saat
Istirahat ;
UNSTABLE ANGINA PECTORIS
Faktor Resiko (+) STEMI NSTEMI
(UAP)
P. Penunjang : EKG ;
Enzim Jantung Normal ;
Treadmill Test (+) Nyeri
Dada
Kata Kunci : Kata Kunci : Kata Kunci :
Nyeri Dada > 15 Menit ; Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak Nyeri Dada > 15 Menit ;
Tidak Hilang Saat Istirahat ; Hilang Saat Istirahat Tidak Hilang Saat Istirahat ;
Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (+)
P. Penunjang : P. Penunjang : P. Penunjang :
1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M 1. EKG ST Segmen Depresi 1. EKG ST Segmen Depresi
– Shaped ) atau T- Inverted atau T- Inverted
2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Normal :
Mioglobin ; CK – MB atau Mioglobin ; CK – MB atau Mioglobin ; CK – MB atau
Troponin I / T Troponin I / T Troponin I / T
TATALAKSANA
ACS ANGINA PECTORIS
Tatalaksana : Nitrat → ISDN/nitrogliserin 5 mg / 8
Non Farmakologi : jam p.o (KI : Hipotensi)
1. Oksigen Sat O2 < 90% Golongan BB
Farmakologi : Golongan statin
2. Nitrat (Vasodilator) Sublingual 5 mg
Dapat diulang sebanyak 3 kali pemberian dengan interval 5 menit
3. Anti Platelet : Aspilet Kunyah 160 mg dan Clopidogrel
di Telan 300 – 600 mg
4. Morfin 2 – 4 mg. Intravena Jika Masih nyeri Dada
Terapi Referfusi
( Dilakukan Jika Sindroma Koroner Akut < 12 Jam ) : Metode
mekanik (PCI) atau Metode Farmakologi ( Pemberian Fibrinolisis cth
: Streptokinase IV)
ISDN → agen vasodilator
Efek samping : Rebound hypertension,
Sinkop, Hipotensi, Palpitasi
KI ISDN : Hipotensi (sistol < 90 mmHg),
Bradi/Takikardi, Infark ventrikel kanan,
pasien yang telah mengkonsumsi
inhibitor fosfodiesterase: sidenafil dalam
24 jam, tadalafil dalam 48 jam.
Ny. Adnin usia 62 tahun datang diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan
nyeri dada sejak 1 jam yang lalu. Nyeri dada tidak membaik dengan istirahat.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 150/90 mmHg, HR 115 x/menit, RR 22 x/menit, suhu afebris,
hasil EKG didapatkan adanya ST elevasi di lead II, III, aVF. Apakah
tatalaksana definitif untuk kondisi pasien tersebut?
a.PCI
b.Heparinisasi
c.Trombolitik
d.Oksigenasi
e.Beta blocker
ANGINA PECTORIS
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
Nyeri bersifat tumpul Tidak dapat menunjukkan nyeri
Menyebar ke rahang, lengan, bahu
Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina disebabkan sumbatan pada pembuluh darah→akibat plak atheroma yang disebut→atherosclerosis.
Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)
Kata Kunci :
Nyeri Dada < 15 Menit
Membaik Saat
Istirahat ;
UNSTABLE ANGINA PECTORIS
Faktor Resiko (+) STEMI NSTEMI
(UAP)
P. Penunjang : EKG ;
Enzim Jantung Normal ;
Treadmill Test (+) Nyeri
Dada
Kata Kunci : Kata Kunci : Kata Kunci :
Nyeri Dada > 15 Menit ; Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak Nyeri Dada > 15 Menit ;
Tidak Hilang Saat Istirahat ; Hilang Saat Istirahat Tidak Hilang Saat Istirahat ;
Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (+) Faktor Resiko (+)
P. Penunjang : P. Penunjang : P. Penunjang :
1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M 1. EKG ST Segmen Depresi 1. EKG ST Segmen Depresi
– Shaped ) atau T- Inverted atau T- Inverted
2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Normal :
Mioglobin ; CK – MB atau Mioglobin ; CK – MB atau Mioglobin ; CK – MB atau
Troponin I / T Troponin I / T Troponin I / T
TATALAKSANA
ACS ANGINA PECTORIS
Tatalaksana : Nitrat → ISDN/nitrogliserin 5 mg / 8
Non Farmakologi : jam p.o (KI : Hipotensi)
1. Oksigen Sat O2 < 90% Golongan BB
Farmakologi : Golongan statin
2. Nitrat (Vasodilator) Sublingual 5 mg
Dapat diulang sebanyak 3 kali pemberian dengan interval 5 menit
3. Anti Platelet : Aspilet Kunyah 160 mg dan Clopidogrel
di Telan 300 – 600 mg
4. Morfin 2 – 4 mg. Intravena Jika Masih nyeri Dada
Terapi Referfusi
( Dilakukan Jika Sindroma Koroner Akut < 12 Jam ) : Metode
mekanik (PCI) atau Metode Farmakologi ( Pemberian Fibrinolisis cth
: Streptokinase IV) jika onset > 12 jam.
ISDN → agen vasodilator
Efek samping : Rebound hypertension,
Sinkop, Hipotensi, Palpitasi
KI ISDN : Hipotensi (sistol < 90 mmHg),
Bradi/Takikardi, Infark ventrikel kanan,
pasien yang telah mengkonsumsi
inhibitor fosfodiesterase: sidenafil dalam
24 jam, tadalafil dalam 48 jam.
Tn. Beben usia 52 tahun dating ke IGD RSUD karena nyeri pada jari tangan
sejak 1 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan jari tangan berwarna
biru kehitaman dan dingin. Pasien memiliki Riwayat merokok sejak usia 15
tahun. Riwayat penyakit DM, jantung, pembekuan darah, dan penyakit
autoimun disangkal. Hasil angiografi menunjukkan adanya corkscrew
appearance pada arteri distal. Diagnosis yang dapat diberikan adalah?
a.Deep Vein Trombosis
b.Giant Cell Arthritis
c.Takayasu Arteritis
d.Thrombophlebitis
e.Thromboangitis Obliterans
Tromboangitis Obliterans (Buerger Diseases)
Level Komepetensi: 2

Definisi: Penyakit inflamasi arteri pada ukuran sedang – kecil yang tertutup sklerotik/trombus

KeyPoint:
Nyeri pada distal ekstremitas, Sianosis/nekrosis pada distal
ekstremitas, Pulsasi arteri menurun/hilang, Faktor resiko “PEROKOK BERAT”
Ny. Ana usia 51 tahun mengeluhkan nyeri dan bengkak pada tungkai bawah
kanan. Pasien sedang menjalani tirah baring di RS. Tanda vital TD 120/70
mmHg, HR 67 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36.6°C. Pada pemeriksaan
didapatkan tungkai bawah kanan tampak edema disertai hiperemis dan nyeri.
Dokter melakukan dorsofleksi pasif dari kaki pasien mengeluhkan nyeri.
Pemeriksaan D-dimer didapatkan peningkatan. Apakah diagnosis yang
tepat?
a.Deep vein thrombosis
b.Insufisiensi vena kronis
c.Tromboflebitis
d.Raynaud disease
e.Thromboangitis obliterans
Deep Vein Trombosis (DVT) (SKDI 2)

Defenisi: kumpulan gejala disebabkan embolus yang terdapat pada vena

Kriteria Dx: scoring “WELLS”


KeyPoint:
Edema pada tungkai
Nyeri pada tungkai
Otot –otot tegang
Eritema dan hangat
Fak. Resiko: riwayat imobilisasi yang terlalu lama
Pemfis: Homan sign

P. penunjang  D Dimer >>, USG Dopler vena


Ny. Sita usia 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas yang
muncul sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga sering merasakan dada berdebar-
debar tanpa ada alasan yang jelas. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol sejak 7 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan TD 140/80
mmHg, HR 107 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 36.9°C, terdapat ronkhi di basal
paru, serta ditemukan murmur sistolik di midclavicularis sinistra SIC V. Apakah
kelainan yang mendasari keluhan pasien tersebut?
a. Aorta regurgitasi
b. Trikuspid stenosis
c. Mitral regurgitasi
d. Pulmonal stenosis
e. Mitral stenosis
TRIKUSPID STENOSIS
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT KATUB JANTUNG
MI-SA-S (Sistol)
MS-AI-D (Diastol)
1. Tentukan katup yang bermasalah → Lihat lokasinya :
ICS II Parasternal dextra : aorta
ICS II Parasternal sinistra : pulmonal
ICS IVParasternal sinistra: trikuspid
ICS IV midklavikula/apex: mitral
2. Tentukan fase murmurnya:
(sistolik/diastolik)
Tn. Eko usia 50 tahun dibawa ke IGD RS dengan keluhan sesak napas sejak
1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh batuk dan demam, disertai penurunan
berat badan sejak 1 bulan ini. Pasien mengatakan sesak memberat ketika ia
berbaring ke kanan, dan sedikit membaik ketika ia berbaring menghadap ke
sisi kiri. Pada pemeriksaan tanda vital TD 120/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR
28x/menit, Suhu 38,5°C. Pemeriksaan fisik perkusi paru didapatkan redup
pada paru kiri dan sonor pada paru kanan. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan gambaran sebagai berikut. Tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah?
a.Water sealed drainage
b.CT-scan thorax
c.OAT kategori I
d.Needle decompression
e.Bronkoskopi
EFUSI PLEURA
Level kompetensi : 2
Definisi : akumulasi cairan pelura yang berlebihan > 15 ml di rongga pleura.
Tipe efusi :
 Hydrothorax (cairan)
 Hemothorax (darah)
 Chylothorax
 Pyothorax atau empyema (nanah)
Tanda dan Gejala :
 Sesak Nafas
 Nyeri Dada
Pemeriksaan fisik :
 Inspeksi : Paru tidak simetris
 Palpasi : Stem fremitus melemah
 Perkusi : Redup
 Auskutasi : Vesikuler melemah
Pemeriksaan penunjang :
 Foto thoraks : sudut costofrenicus tumpul, meniscus sign (+).
 Tes rivalta : membedakan cairan eksudat dan transudat.
Rivalta (+), keruh  eksudat. Rivalta (-), jernih  transudat.
Tatalaksana :
 Chest tube + Water Seal Drainage (WSD)
Tn. Diko usia 35 tahun kontrol ke Poli RS dengan keluhan mual muntah sejak 2
hari yang lalu. Pasien merupakan penderita TB yang baru memulai terapi OAT
lini pertamanya sejak 6 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik TD 120/80, HR
90x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5°C. Pemeriksaan penunjang laboratorium
didapatkan hasil SGOT 150 U/liter dan SGPT 160 U/liter. Apakah terapi yang
tepat untuk pasien tersebut?
a.Hentikan Z, Lanjutkan RHE
b.Hentikan RHZ, Lanjutkan E
c.Rujuk ke dokter spesialis hepatologi
d.Berikan regimen 2HES
e.Hentikan semua OAT
Efek Samping OAT :
Rifamfisin (R) : Flu Syndrome, Urine berwarna merah, gangguan gastrointesrinal, gangguan fungsi hati, anemia
hemolitik, trombositopenia, demam, skin rush, sesak nafas
Isoniazid (H) : Neuropati Perifer, Psikosis Toksik, Gangguan Fungsi hati, Kejang
Pyrazinamid (Z) : Gangguan Fungsi hati, Atritis Gout, Gangguan Gastrointestinal
Etambutol : Gangguan Penglihatan, Nefrotoksik, Buta warna, Neuritis perifer.
Streptomisin (S) : Gangguan Keseimbangan dan Pendengaran (Ototoksik), anemia, Gangguan Ginjal (Nefrotoksik)
Efek Samping Ringan OAT :
 Tidak Nafsu Makan, Mual dan Sakit Perut (H,R,Z)  OAT dimakan sebelum Tidur
 Nyeri Sendi (Z)  Beri Aspirin, Paracetamol atau OAINS lainnya
 Kesemutan atau Rasa terbakar di telapak kaki atau tangan  Beri Vit. B6 (50-75 mg) / hari
 Warna kemerahan Pada Urine  Edukasi
Efek Samping Berat OAT
 Gangguan Keseimbangan dan Pendengaran  S Di hentikan
 Ikterus Tanpa Penyebab lain  R,H,Z di hentikan sampai ikterus menghilang
 Gangguan penglihatan  E di hentikan
 Produksi Urine Menurun  S di berhentikan
Pengobatan TB pada Keadaan khusus :
 TB + ibu hamil/menyusui : mulai OAT kecuali streptomisin
 TB + alat kontrasepsi : menggunakan alat kontrasepsi non-hormonal
 TB + DM : apabila KGD tidak terkontrol pengobtaan menjadi 9 bulan, penggunaan Rifampisin pelu diperhatikan karena
akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonilurea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
 TB + gangguan ginjal : Dosis Z dan E harus disesuaikan karen di ekskresikan melalui ginjal, penggunaan streptomisin
harus dihentikan
 TB + HIV : pengobatan ARV dimulai setelah pengobatan TB dapat ditoleransi dengan baik, dianjurkan 2-8 mingu.
 TB + gangguan hati : jika ikterik (+)/SGOT/SGPT > 5x/ Bilirubin >2  stop OAT hingga ikterik (-)/ Bilirubin
<2/SGOT/SGPT <2x normal
Tn. Rais usia 72 tahun dibawa anaknya ke dokter dengan keluhan sesak, batuk
berdahak, dan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
GCS E4V5M6, TD 120/80, nadi 90x/menit, RR 25x/menit, suhu 38,0°C, ronki
(+/+), wheezing (+/+). Pemeriksaan penunjang x-foto thorax didapatkan infiltrat
pada kedua lapang paru. Apakah terapi yang tepat untuk pasien tersebut ?
a.Amoksisilin
b.Azitromicin
c.Eritromicin
d.Levofloxacin
e.Cefixime
PNEUMONIA KLASIFIKASI
Level Kompetensi: 3B. Community Acquired Pneumoni (Cap)
Didapat Dari Masyarakat
Hospital Acquired Pneumoni (HAP)
Definisi : Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh Didapat setelah rawat inap 48 jam di rumah sakit
mikroorganisme
VAP (Ventilator ACQUIRED PNEUMONI)
(bakteri, virus, jamur, parasit).
Riwayat penggunaan ventilator > 48 jam
Key Point:
Demam tinggi 39-40c Pneumonia Aspirasi
sesak nafas, RPT : stroke tersedak (refleks menelan <<)
Batuk dahak purulen, HEALTHCARE ASSOCIATED PNEUMONIA
PD : Riwayat opname dalam 90 hari terakhir, petugas Kesehatan, pasien
Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas rutin ke RS
Palpasi : fremitus dapat mengeras Tatalaksana :
Perkusi : redup Kriteria rawat inap CURB 65
Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler Confusion : skor 1
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang Blood Urea nitrogen > 20 mg/dL : skor 1
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi. Respiratory rate > or = 30 breaths/min : skor 1
Pemeriksaan penunjang: BP sistolik n< 90 mm Hg or Diastolic BP < or = 60 mm Hg : skor 1
Radiologi ( Foto thorax) : Age 65 : skor 1 Dewasa :
• Konsolidasi inhomogen, 1st Makrolida
• airbronkogram, Skor 1 : rawat jalan - Per Oral 2nd quinolon
3rd Beta Laktam
• infiltrat di lobus paru kecuali apex Skor 2 : rawat inap - Parenteral Anak-anak
right middle lobe (RML) Ringan : b-lactam , Makrolida
Skor ≥ 3 : R.ICU – parenteral Berat : Ampisilin IV, cefalosporin IV
pneumonia
Tn. Helmi usia 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan batuk berdahak sejak 5
hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah mengalami pneumonia dan sempat
dirawat di rumah sakit 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital TD
120/70 mmHg, nadi 85x/menit, RR 20x/ menit, suhu 38,2°C, sianosis (+),
clubbing finger (+), wheezing (-/-), ronki (+/-). Pada pemeriksaan rontgen thorax
ditemukan adanya gambaran tram track appearance. Apakah hasil yang
didapatkan dari pemeriksaan specimen sputum?
a.Sputum purulen berbusa
b.Sputum purulent dan berbau
c.Sputum mucoid dengan darah
d.Sputum purulent dan berdarah
e.Sputum 3 lapis, berbusa
BRONKIEKTASIS Pemeriksaan Fisik :
Level Kompetensi: 3A Jari tabuh
Definisi : pelebaran bronkus abnormal, Auskultasi : Ronkhi
Etiologi : Terjadi disfungsi cilia dan penurunan clearance mukus di Pemeriksaan penunjang :
saluran napas honeycomb appearance / tram
Risk : penyakit bronkus ( bronchitis Kronik) track line
Keypoint: Analisa Sputum
Nyeri Dada Tatalaksana:
Sesak Nafas Bronkodilator inhaler
Batuk berdahak Glukokortikoid inhaler
Sputum 3 lapis : Mukolitik
1. Busa Antibiotik jika perlu
2. Saliva/cairan jenih
3. Pus/ endapan
An. Hanan usia 8 bulan dibawa ibunya ke dokter dengan sesak. Sebelumnya
pasien mengalami batuk, pilek, dan demam yang tidak terlalu tinggi sejak 3
hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksi dinding dada, napas
cuping hidung, dan wheezing pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
rontgen thorax ditemukan adanya gambaran paru hiperlusen dan
hiperekspansi dengan diafragma datar. Apakah etiologi tersering yang
menyebabkan keluhan pada pasien tersebut?
a.Respiratory Syncytial Virus
b.Adenovirus
c.Rotavirus
d.Parainfluenza
e.Paramyxovirus
RONKIOLITIS
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : infeksi RSV
Faktor Risiko : anak usia < 2 tahun
Key Point :
- USIA < 2 tahun
- Demam, jarang demam tinggi
- Batuk
- Sesak nafas
- Wheezing
Pemeriksaan fisik :
Retraksi dinding dada
wheezing
Pemeriksaan penunjang :
airbronkogram (+), hiperaerasi (+)
Tatalaksana :
O21-2 liter/menit
Saba inhalasi
Pasien laki-laki mengalami kecelakaan lalu lintas dan didapatkan luka
terbuka pada betis. Lokasi kecelakaan paling dekat dengan klinik anda.
Karena fasilitas memadai, pasien ditangani sampai tuntas dan pulang.
Dasar bioetik apa yang dilakukan oleh dokter klinik?
a.Beneficence
b.Non maleficence
c.Justice
d.Autonomy
e.Veracity
KAIDAH DASAR MORAL

BENEFICIENCE AUTONOMY
 Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien  Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
 Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
 Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik  Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
 Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
 Melakukan prosedur medik sesuai SOP  Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
 Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare).  tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
 Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
 Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life  Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving  Kesetaraan hak
 Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut  Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
 Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Tn. A usia 45 tahun memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan sedang
menjalani terapi cuci darah. Namun, dokter memberi tahu bahwa terapi terbaik
untuknya adalah transplantasi ginjal. Di saat yang sama ada anak laki-laki B,
10 tahun mengalami trauma abdomen sehingga salah satu ginjalnya hancur
dan membutuhkan ginjal pengganti sesegera mungkin. Di saat yang sama ada
Tn. C yang ingin mendonorkan ginjalnya kepada Anak B. Mengetahui hal itu,
keluarga Tn. A dan bersedia membayar berapapun biayanya. Namun, dokter
menolak. Kaidah moral yang mendasari perilaku dokter tersebut adalah?
a.Justice
b.Autonomy
c.Non Maleficence
d.Beneficience
e.Confidentiality
KAIDAH DASAR MORAL

BENEFICIENCE AUTONOMY
 Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien  Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
 Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
 Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik  Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
 Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
 Melakukan prosedur medik sesuai SOP  Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
 Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare).  tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
 Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
 Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life  Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving  Kesetaraan hak
 Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut  Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
 Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Nn. Desti usia 21 tahun, dirujuk oleh spesialis penyakit dalam dengan
diagnosa sirosis. Dengan memberi catatan ditujukan ke dokter UGD untuk
sebelum masuk ke ruangan. Dokter penyakit dalam meminta untuk
memasang kateter urin terlebih dahulu. Dokter jaga meminta keluarga untuk
mengisi surat persetujuan tindakan sebelum pemasangan kateter. Tindakan
dokter UGD dengan prinsip autonomicity?
a.Menghormati hak sehat pasien
b.Memasang infus
c.Menyodorkan kepada pasien lembar persetujuan tindakan medik
kateterisasi urin
d.Mengkonfirmasi ke dokter penyakit dalam setelah memasang kateter urin
e.Membaca surat rujukan dengan lebih teliti
KAIDAH DASAR MORAL

BENEFICIENCE AUTONOMY
 Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien  Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia
 Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri),
 Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan hal ini sesuai dengan prinsip autonomy.
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik  Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
 Memberikan obat tepat indikasi, dosis mendapatkan perlindungan.
 Melakukan prosedur medik sesuai SOP  Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi
 Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus informasi konfidensial, mintalah consent untuk melakukan
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan intervensi diri pasien, bantulah membuat keputusan penting.
kesehatannya (patient welfare).  tidak berbohong kepada pasien dan mengatakan apa adanya
 Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau karena merupakan hak pasien untuk mengetahui apa yang
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban terjadi pada dirinya
NON MALAFICIENCE JUSTICE
 Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life  Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving  Kesetaraan hak
 Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut  Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
 Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya
Tn. Andre usia 22 tahun, datang ke dokter umum dengan keluhan demam
naik turun sejak satu minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut. Saat
dokter akan melakukan pemeriksaan tanda vital, pasien mengatakan
“silahkan dok.” Lalu dokter meminta pasien meluruskan tangannya dan
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.5 C.
Termasuk bentuk consent apakah itu?
a. Implied Consent
b. Informed Consent
c. Expressed Consent
d. Presumed Consent
e. Informed Refusal
PERSETUJUAN TINDAKAN
Informed consent harus terdiri atas :
1. Kompeten :
Berusia >18 tahun
Sadar (dapat dianggap tidak kompeten
sementara bila syok, nyeri hebat, dan
kelemahan lainnya)
Keadaan mental yang baik
2. Disclosure (pengungkapan / penjelasanN
3. Understanding (pemahaman)
4. Voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
5. Authorization (persetujuan)
NB :
tindakan medis risiko tinggi harus memiliki
persetujuan tertulis
tindakan medis yang non risiko tinggi cukup
dengan persetujuan lisan atau isyarat. Cth : pengukuran TD
Tn. Yasir usia 30 tahun, dibawa ke IGD rumah sakit setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas saat perjalanan ke luar kota menggunakan mobil
kantor untuk berlibur. Mobilnya ditabrak truk sebelum masuk jalan tol. Setelah
diperiksa ternyata tuan Jacob mengalami patah tulang dan diharuskan
menjalani operasi pemasangan ORIF. Setelah melakukan perawatan di RS,
pasien dikenai biaya Rp. 18.000,00. Tn Jacob ,menghendaki menggunakan
jaminan untuk biaya selama di RS. Jaminan apakah yang bisa digunakan
pasien?
a. Asuransi swasta
b. BPJS Kesehatan
c. BPJS ketenagakerjaan
d. Jasa Raharja
e. BPJS Kesehatan dan Jasa raharja
Tn.Sayid usia 46 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Pasien diketahui menderita DM sejak 5 tahun
yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan pasien rawat
inap. Pasien adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan peserta JKN
dengan iuran 5% dari gaji perbulan wajib bayar. Namun tidak seluruhnya
dibayar oleh peserta, sebagian dibayarkan oleh pemberi kerja. Berapakah
proporsi iuran BPJS yang harus dibayar pemberi kerja?
a. 1 %
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
Tn. Yanto usia 44 tahun datang ke puskesmas karena mengalami keluhan nyeri
pada lutut sejak 1 bulan yang lalu. Dokter mendiagnosis pasien sebagai OA dan
diberikan anti nyeri. Pasien kemudian marah-marah kepada dokter karena tidak
diberikan antibiotik. Karena takut dimarahi, dokter segera meresepkan antibiotik.
Tipe hubungan dokter-pasien yang tercermin pada kasus ini adalah?
a.Paternalistik
b.Konsumeristik
c.Default
d.Mutualisme
e.Parasitisme
HUBUNGAN DOKTER PASIEN
 Aktif-pasif  Paternalistic (pasien merasa dokter tau semuanya)
 Guidance cooperative (pasien mencurahkan keinginannya, kemudian bekerja sama dengan dokter yang
membimbing agar tercapai solusi
 Mutuality (dokter dan pasien sama sama mencari jalan terbaik)
 Consumerist (pasien sbg pembeli jasa medik, berhak menuntut jika tidak puas)
Seorang perempuan beruia 27 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri di
lengan kanan bawah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas
lengan bawah kanan, kulit intak, kepitasi (+), ROM terbatas karena nyeri.
Pada pemeriksaan x foto polos didapatkan diskontinuitas pada 1/3 distal
os radius disertai dislokasi os ulna pada bagian distal. Apakah
diagnosis kasus tersebut?
a.Fraktur Colles
b.Fraktur Smith
c.Fraktur Greenstick
d.Fraktur Monteggia
e.Fraktur Galeazzi
FRAKTUR RADIUS ULNA
Level Kompetensi: 3B
Etiologi: Trauma dengan telapak/punggung tangan menjadi tumpuan
Smart Way:
Pemeriksaan Radiologi:

Tatalaksana :
Awal :
- A, B, C, D, E→ Clear
- Pemasangan Spalk/Bidai.
- Waspadai tanda kompertemant sindroma (nyeri, pulsasi lemah, lemah, pucat, parastesia
dan paralisis.
Rujuk Sp Orthopedi
Ny. Tina usia 78 tahun datang dengan keluhan ibu jari kaki kiri
bengkak dan terasa sangat nyeri sejak 6 jam yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan MTP 1 edema, hiperemis, teraba hangat,
nyeri tekan (+). Saat diperiksa hasil asam urat darah 4,6. Hasil
pemeriksaan mikroskopik didapatkan hasil Kristal briefringent positif
bentuk rhomboid. Diagnosis yang tepat adalah?
a.Pseudogout
b.Rheumatitis Gout
c.Gout artritis
d.Intercritical stage gout artritis
e.Gout artritis kronis
GOUT ARTHRITIS dan PSEUDOGOUT
Level Kompetensi: 4A
Patofisiologi: Deposit kristal urat atau kristal monosodium urat yang menginduksi mediator inflamasi.
Faktor risiko: Makanan tinggi purin.
KeyPoint:
Terjadi pada sendi MTP-1 atau sendi tarsal lainnya, tampak merah dan bengkak (“Tofus”)
Stadium atritis gout: peradangan monoartikular, ertema , nyeri
hebat, hangat disekitar sendi.
Stadium interkritikal: Terjadi peningkatan monosodium urat.
Stadium atritis gout kronis: Serangan gout berulang waktu
memendek, jumlah sendi yang terkena semakin banyak
Stadium atritis gout bertofus: Serangan poliartikular, ditemukan
tofus.

Pemeriksaan penunjang
Darah: Serum asam urat meningkat
Aspirasi Cairan sendi: Gold standart
Gout Artritis → Kristal monosodium urat/brefingent negatif
Pseudogout → Kristal kalsium pyrophospat/ brefingent positif
Radiologi: Soft tissue sweling pada pada awal penyakit.
Tatalaksana:
Serangan akut:
Kolkisin 0,5 – 0,6 mg/2 jam saat serangan dengan dosis maksimal 6-8 mg
NSAID (Indometasin 150-200 mg/hari)
Kortikosteroid (Prednison 20-40mg/hari)
Setelah serangan akut:
Allupurinol 800 mg/hari
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke poli puskesmas
dengan keluhan nyeri di leher yang menjalar hingga ke lengan kiri.
Keluhan sudah dirasakan selama 2 bualn dan belum membaik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90mmHg, asam urat dan
kolesterol dalam batas normal, spurling test didapatkan nyeri menjalar.
Dari foto polos vertebra servikal didapatkan bone spur. Diagnosis yang
mungkin adalah?
a.Spondilosis
b.Spondilolisthesis
c.Spondilitis
d.Spondilolisis
e.Pott disease
SPONDYLOSIS SPONDYLOLYSIS SPONDYLOLISTHESIS
Level Kompetensi: 2 Level Kompetensi: 1 Level Kompetensi: 1
OA pada tulang belakang, Cedera pada pars Pergeseran tulang belakang
berhubungan dengan HNP artikularisvertebra.Gambaran:
Gambaran:

“Osteofit dan joint space “Scottie dog”


narrowing”
An. Kinos usia 1 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan lutut kirinya
bengkak. Pasien juga mengeluhkan pergerakan lutut yang terbatas dan
terkadang disertai dengan nyeri. Ketika pasien berusia 7 bulan, pasien
sempat terjatuh dan lututnya terbentur. Pada pemeriksaan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan foto polos didapatkan gambaran cauli
flower. Apakah diagnosis kasus tersebut?
a. Osteogenesis imperfecta
b. Osteokondroma
c. Osteosarkoma
d. Sarkoma ewing
e. Osteoartritis
OSTEOCHONDROMA
Kompetensi 2

- Nyeri pada tulang yang terkena. KeyPoint:


- Penurunan BB dan anemia Pemeriksaan radiologi:
- Keterbatasan aktifitas “Bunga kol (cauliflower lession), Benign,
radioopaq.”
Tn. Fafa usia 50 tahun dibawa ke IGD RS oleh keluarganya dengan keluhan
sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Pasien memiliki riwayat TB pleura dan
sudah dinyatakan sembuh 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik TD
100/60 mmHg, nadi 120x/menit, RR 30x/menit, SpO2 92%. Pada pemeriksaan
paru ditemukan gerak dada asimetris, stem fremitus paru kanan menurun,
perkusi hipersonor pada paru kanan, dan suara vesicular menurun pada paru
kanan. Apakah tatalaksana definitif yang tepat untuk pasien?
a.Chest tube
b.Needle decompression
c.Nebul bronkodilator
d.Plester 3 sisi
e.Intubasi endotrakeal
PNEUMOTHORAX
Level Kompetensi : 3B
Definisi : Akumulasi udara / gas di dalam cavum pleura
Klasifikasi :
 Spontan (primer atau skunder) dan Trauma
 Open dan Closed
 Simple atau Tension
Gejala dan tanda :
 Sesak Nafas, Emfisema subkutis
 Open Pneumothorax : Sucking chest wound (+), mediastinal flutter (+)
Pemeriksaan Fisik :
 Jejas (+), Ketertinggalan nafas
 Taktil Fremitus Menurun
 Perkusi : Hipersonor
 Suara Nafas : Vesikuler Melemah/Hilang, Suara Jantung Normal
Pemeriksaan penunjang :
 Foto : Avaskular lung, radio lusen, pleural line
Penatalaksanaan :
 Open Pneumothorax : Plaster 3 Posisi
 Closed Pneumothorax : Chest Tube
TENSION PNEUMOTHORAX
 Himpitan Vena Cava
- Syok  Hipotensi
- JVP Meningkat
 Himpitan Paru Contra lateral
- Distress Nafas
- Deviasi Trakea
Penatalaksanaan :
 Neddle Thoracostomy (Dekompresi)  tatalaksana awal
 Chest Tube (tatalaksana definitif)
Tn. Hadi usia 45 tahun datang untuk general check up di dokter umum.
Beberapa bulan yang lalu pasien memiliki riwayat nyeri sendi mendadak di
jempol kaki kiri, bengkak dan merah, namun saat ini pasien tidak ada keluhan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 130/80, HR 69x/menit, RR 20x/menit,
Tax 36,9C. Dari hasil pemeriksaan status lokalis tidak ada kelainan pada sendi
MTP1. Pemeriksaan kadar asam urat serum didapatkan asam Urat 8,5mg/dl.
Dari analisa cairan sendi didapatkan kristal asam urat. Kemungkinan
diagnosa yang tepat untuk pasien adalah?
a.Artritis Gout fase akut
b.Hiperurisemia
c.Artritis Gout fase interkritikal
d.Artritis Gout fase kronik
e.Artritis Gout fase subkritis
GOUT ARTHRITIS dan PSEUDOGOUT
Level Kompetensi: 4A
Patofisiologi: Deposit kristal urat atau kristal monosodium urat yang menginduksi mediator inflamasi.
Faktor risiko: Makanan tinggi purin.
KeyPoint:
Terjadi pada sendi MTP-1 atau sendi tarsal lainnya, tampak merah dan bengkak (“Tofus”)
Stadium atritis gout: peradangan monoartikular, ertema, nyeri hebat, hangat di sekitar sendi.
Stadium interkritikal: Terjadi peningkatan monosodium urat.
Stadium atritis gout kronis: Serangan gout berulang waktu memendek, jumlah sendi yang terkena semakin banyak
Stadium atritis gout bertofus: Serangan poliartikular, ditemukan tofus.
Pemeriksaan penunjang
Darah: Serum asam urat meningkat
Aspirasi Cairan sendi: Gold standart
Gout Artritis → Kristal monosodium urat/brefingent negatif
Pseudogout → Kristal kalsium pyrophospat/ brefingent positif
Radiologi: Soft tissue sweling pada pada awal penyakit.
Tatalaksana:
Serangan akut:
Kolkisin 0,5 – 0,6 mg/2 jam saat serangan dengan dosis maksimal 6-8 mg
NSAID (Indometasin 150-200 mg/hari)
Kortikosteroid (Prednison 20-40mg/hari)
Setelah serangan akut:
Allupurinol 800 mg/hari
Ny. Marni usia 42 tahun datang dengan keluhan keluar nanah mata kaki kanan
sejak 2 bulan yll. Disertai demam, sebelumnya pasien sempat terjatuh 6 bulan
yang lalu dan sempat diurut kaki kanannya. Pada xray didapatkan adanya
nekrosis segmen tulang dan adanya pertumbuhan tulang baru di distal os.
Tibia dextra. Diagnosis pasien diatas adalah?
a.Osteomyelitis akut
b.Osteomyelitis subakut
c.Osteomyelitis kronik
d.Ulkus diabetikum
e.Selulitis
KOMPLIKASI FRAKTUR
EARLY ( cepat/awal )
Sindroma Kompertemen Osteomielitis
Level kompetensi: 3B Level kompetensi: 3B
Paling sering pada antebrachii dan cruris Inflamasi tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh
Faktor resiko: Fraktur tertutup, luka bakar yang bakteri dapat bersifat akut,subakut dan kronik.
menyebabkan obstruksi atau hambatan mekanik Etiologi: Staphylocooccus aureus penyebaran melalui
pembuluh darah hematogen
KeyPoint: 5P Pain, Pallor, Parestesia, KeyPoint: Dijumpai edema dan eritem pada area tulang
Paralisis,Pulselesness. yang terinfeksi, hangat, nyeri dan demam (+); Lab:
Leukositosis
Rontgen tulang :
Akut → Soft tissue swelling , reaksi perosteal, tulang
terlihat lusen dan sklerosis
Kronis → Involucrum dan sequestrum
Tatalaksana:
Th/ Fasciotomy. Jika terjadi akibat cast yang terlalu kuat
maka longgarkan, buka atau ganti cast.
Th/ Antibiotik IV
Tn. Afif usia 24 tahun, datang ke poli ortopedi karena nyeri dan sulit
menggerakkan lutut kiri setelah cedera saat bermain futsal. Pasien kesulitan
saat perubahan posisi menekuk kakinya. Dokter lalu memeriksa pasien
dengan memfleksikan sendi lutut pasien lalu memfiksasikannya dan menarik
os tibia ke bagian anterior, hasilnya terdapat pergerakan sendi bebas.
Apakah nama pemeriksaan yang dilakukan dokter tersebut?
a.Posterior drawer test
b.Lachman test
c.Varus stress test
d.Valgus stress test
e.Mc Murray test
RUPTUR LIGAMEN KNEE JOINT
Level Kompetensi: 3A.
RUPTUR LIGAMEN KNEE JOINT RUPTUR ACL / Anterior Cruciate RUPTUR PCL/ Posterior Cruciate
Faktor resiko: Ligament Ligament
Pemain sepakbola/ Hematoatrosis, nyeri lutut bagian Hematoatrosis, nyeri bagian lutut
olahragawan dalam. belakang.
Keypoint: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik:
Keterbatasan gerak tungkai Test Lachman Posterios Drawer Sign
bawah Anterior Drawer Sign Posterios Sag SigN
Nyeri (+) Pivot Test
Riw. Trauma lutut
Hemartrosis
Tatalaksana :
Non farmakologi : RICE ,
Farmakologi : Analgesik
(NSIAIDs)
Ny. Dina usia 53 tahun, datang ke RS dgn keluhan nyeri sendi jari-jari tangan
dan kedua pergelangan tangan sejak 6 bulan ini. Keluhan disertai terasa kaku
saat digerakkan terutama di pagi hari. Pasien mengatakan nyeri tidak
berkurang dengan istirahat. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 80x/m, RR 22x/m, suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan sendi bengkak kemerahan, hangat dan nyeri saat digerakkan. Digiti
manus 3 dan 4 ditemukan gambaran seperti leher angsa. Pemeriksaan apa
yang paling tepat dilakukan pada pasien di atas?
a. ANA
b. anti ds-DNA
c. Anti-CCP antibodies
d. ASTO
e. CRP
RHEUMATOID ARTHTRITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : proses Autoimun Hipersensitivitas tipe III Penatalaksanaan:
Analgetik : Ibuprofen : ibu profen 3x 400mg, , Naproksen, Aspirin
Awal : Kortikosteroid (Prednison, metilprednisolon)
Defenitif :Desases Modyfiing Antirematic Drug (DMARDs)
(menghambat sintesis DNA) : Sulfasalazin 1x500 mg ditingkatkan
500 mg/minggu sampai dosis 4x500 mg, Metotrexsat dosis 7,5-10
mg/minggu
Keypoint:
Nyeri di sendi pergelangan tangan > 30 menit. BILATERAL
Kebas dan kesemutan di pagi hari
Nyeri tidak berkurang dengan istirahat
Kaku pagi hari yang membaik dengan pergerakan
Pemeriksaan fisik:
Poliartritis simetris terutama pada PIP, MCP, MTP
Deformitas :
Swan neck deformity
Deviasi ulnar
Nodus Boutunierre
Pemeriksaan Penunjang :
Rheumatoid factor (+)
AntiCCP / ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody):
(+)
X-ray : destruksi celah sendi dan kista subkondral
Ny. Pipin usia 50 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan nyeri pada pinggang kanan. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu
39°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok CVA kanan (+). Pada
urinalisis didapatkan leukosit esterase (+), nitrit (+), dan leukosit 5/LPB.
Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut?
a. Amoksisilin trihidrat 500 mg/8 jam IV
b. Cefotaxim 1 gram/12 jam IV
c. Ceftriaxone 2 gram/12 jam IV
d. Ciprofloxacin 2x500 mg selama 14 hari
e. Levofloxacin 2x250 mg IV
INFEKSI SALURAN KEMIH
Level Kompetensi: 4A
Definisi: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ada/ ditemukannya mikroorganisme
dalam urine
Etiologi: Eschericia coli, Proteus, Klebsiella, Staphylococcus, Pseudomonas.
Faktor resiko: Diabetes mellitus, urolithiasis, hygiene pribadi yang buruk, riwayat keputihan, kehamilan, ISK
sebelumnya, kebiasaan menahan kencing, hubungan seksual, anomaly struktur saluran kemih.
Klasifikasi: Menurut Tanda Klinisnya: Menurut Komplikasinya:
Menurut pembagian anatomisnya:  Bakteriuria Asimtomatik/ Covert  Infeksi Saluran Kemih Sederhana
 Infeksi Saluran Kemih Bawah: Bacteriuria Merupakan suatu kondisi ISK yang
Perempuan: sistitis Merupakan kondisi ditemukannya tunggal maupun berulang, namun
Laki-laki: sistitis, prostatitis, epididmitis, bakteriuria bermakna yang tidak disertai tidak ditemukan tanda-tanda
dan urethritis adanya keluhan ataupun tanda-tanda maupun gejala insufisiensi renal
 Infeksi Saluran Kemih Atas: klinis. Kondisi ini serong disebabkan oleh: kronik.
Pielonefritis Akut (PNA), - Pasien telah mendapatkan/sedang  Infeksi Saluran Kemih
Pielonefritis Kronis (PNK), menggunakan terapi Berkompikasi
antimikroba Merupakan suatu kondisi ISK yang
- Terapi diuretika diikuti dengan terjadinya
- Minum banyak insufisiensi renak kronik yang
- Waktu pengambilan sampel tidak tepat sering kali berkaitan dengan
- Peranan bakteriofag refluks vesikoureter sejak lahir
 Bakteriuria Simtomtik yang biasanya dapat berakhir
Merupakan kondisi ditemukannya pada gagal ginjal terminal.
bakteriuria bermakna yang diikuti oleh
adanya keluhan maupun tanda tanda
klinis suatu ISK.
KeyPoint :
Demam, Malaise, Nausea, Vomitus
 Pielonefritis: Nyeri ketok CVA, Nyeri pinggang, Kolik dan non kolik, Dysuria dan Frekuensi miksi meningkat.
 Sistitis: Nyeri tekan pada suprapubis, Nyeri di akhir miksi
 Prostatitis: DRE: Prostat membesar, kenyal dan nyeri
 Epididimitis: Nyeri prostat, Eritem dan hangat, Phern sign (+), Creamaster refleks (+)
 Uretritis: Nyeri pada pangkal penis

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Urin:
Sel-sel darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara mikroskopis (piuria >10 leukosit
per mm3 ) atau terdapat >5 leukosit/LPB
Urin pancar tengah didapatkan 105 cfu (colony forming unit) per mL
Urin melalui aspirasi Supra pubik >103 cfu per mL
Tatalaksana:
Non Farmakologi:
Menjaga kebutuhan hidrasi (banyak minum air putih)
Menjaga kebersihan (hyginitas) genitalia
Farmakologi:
ISK ATAS:
Dianjurkan satu dari tiga pilihan antibiotika IV sebagai terapi awal selama 48- 72 jam sebelum mengetahui mikroorganisme penyebab, yakni
sebagai berikut:
Fluorokuinolon (Levofloksasin 500 mg P.O atau Ciprofloksasin 2x 500 mg P.O) selama 7-14 hari
Aminoglikosida dengan atau tanpa Ampisilin ( 1-2 gr P.O/IV ) / 6 jam selama 7-14 hari
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau pun tanpa Aminoglikosida (Cefixim 1 gr/ 12 jam IV selama 7-14 hari )
ISK BAWAH:
Trimetroprim sulfametoxazole 2x 960 mg P.O selama 3 hari
Fluorokuinolon (Levofloksasin 500 mg P.O atau Ciprofloksasin 2x 500 mg P.O) 3 hari
Amoksisilin-Clavulanate 2 x 625 mg P.O selama 7 hari
Cefpodoxime Proksentil 2x 100 mg P.O selama 3 hai
Tn. Beno usia 32 tahun datang dengan keluhan mata sembab dan bengkak
seluruh tubuh sejak bangun tidur. Pasien sudah pernah beberapa kali
mengalami hal serupa. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70,
HR 90x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37 ° C. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan eritrosit 3/LPB, protein urin dipstick (+++), Esbach test (+). Apakah
pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis pasien tersebut?
a. Albumin dan globulin darah
b. Pemeriksaan profil lipid dan albumin darah
c. Protein urin 24 jam dan albumin darah
d. USG ginjal
e. ASTO
SINDROMA NEFROTIK
Level Kompetensi: 2
Definisi: Salah satu manifestasi klinis Glomerulonefritis ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif > 3,5 gr/dl,
hiperkolesterolemia dan lipiduria. Ditemukaan proteinuria (≥+2), ratio albumin kreatinin urin > 2 dan dapat disertai
hematuria, hipoalbumin < 2,2 gr/dl, hiperkolesterolemia (200 mg/dl) dan laju endap darah yang meningkat.
Teminologi sindroma nefrotik:

Tatalaksana:
 Prednison:
Tiap harinya : 60 mg/m2/hari atau 2 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
Intermiten: 40 mg/m2/ hari atau 2/3 dosis awal dibagi dalam 3 dosis tiga hari berturut-turut dalam 7 hari atau
dengan dosis alternate (selang sehari) dosis tunggal pada pagi hari.
 Siklofosfamid : 2-3 mg/kg/hari selama tidak lebih dari 6 minggu sampai 8 minggu
 Klorambusil: Dosis 0,1-0,2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi dengan kortikosteroid selang sehari.
Tn. Herman berusia 75 tahun datang dengan keluhan BAK mengejan sejak 5
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kemaluan disertai
demam. Pada saat dilakukan rectal toucher prostat teraba kenyal, nyeri, dan
polus superior tidak teraba. Pada saat dilakukan urinalisis didapatkan
peningkatan angka leukosit. Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Benign prostatic hyperplasia
b. Prostatitis
c. Ca prostat
d. Urolithiasis
e. Ca buli
INFEKSI SALURAN KEMIH
Level Kompetensi: 4A
Definisi: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ada/ ditemukannya mikroorganisme dalam urin
Etiologi: Eschericia coli, Proteus, Klebsiella, Staphylococcus, Pseudomonas.
Faktor resiko: Diabetes mellitus, urolithiasis, hygiene pribadi yang buruk, riwayat keputihan, kehamilan, ISK sebelumnya, kebiasaan
menahan kencing, hubungan seksual, anomaly struktur saluran kemih.
Klasifikasi: Menurut Tanda Klinisnya: Menurut Komplikasinya:
Menurut pembagian anatomisnya:  Bakteriuria Asimtomatik/ Covert  Infeksi Saluran Kemih Sederhana
 Infeksi Saluran Kemih Bawah: Bakteriuria Merupakan kondisi ditemukannya Merupakan suatu kondisi ISK yang
Perempuan: sistitis bakteriuria bermakn yang tidak disertai adanya tunggal maupun berulang, namun
Laki-laki: sistitis, prostatitis, keluhan ataupun tanda-tanda klinis. tidak ditemukan tanda-tanda
epididmitis, dan urethritis Kondisi ini sering disebabkan oleh: maupun gejala insufisiensi renal
 Infeksi Saluran Kemih Atas: - Pasien telah mendapatkan/sedang kronik.
Pielonefritis Akut (PNA), menggunakan terapi antimikroba  Infeksi Saluran Kemih
Pielonefritis Kronis (PNK), - Terapi diuretika Berkompikasi
- Minum banyak Merupakan suatu kondisi ISK yang
- Waktu pengambilan sampel tidak tepat diikuti dengan terjadinya
- Peranan bakteriofag insufisiensi renak kronik yang
 Bakteriuria Simtomtik sering kali berkaitan dengan
Merupakan kondisi ditemukannya bakteriuria refluks vesikoureter sejak lahir
bermakna yang diikuti oleh adanya keluhan yang biasanya dapat berakhir
maupun tanda tanda klinis suatu ISK. pada gagal ginjal terminal.
KeyPoint :
Demam, Malaise, Nausea, Vomitus
 Pielonefritis: Nyeri ketok CVA, Nyeri pinggang, Kolik dan non kolik, Dysuria dan Frekuensi miksi meningkat.
 Sistitis: Nyeri tekan pada suprapubis, Nyeri di akhir miksi
 Prostatitis: DRE: Prostat membesar, kenyal dan nyeri
 Epididimitis: Nyeri prostat, Eritem dan hangat, Phern sign (+), Creamaster refleks (+)
 Uretritis: Nyeri pada pangkal penis
Ny. Oli usia 25tahun G1P0A0 usia kehamilan 30minggu datang dengan
keluhan sakit kepala hilang timbul sejak 2 hari yang lalu, pada hasil
pemeriksaan fisik ditemukan TD 150/90mmhg, HR 80x/m, RR 20x/m, suhu
37C. Pasien tidak memiliki Riwayat hipertensi sebelumnya. Apakah
tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut?
a.Captopril
b.Amlodipin
c.Metildopa
d.Valsartan
e.Labetalol
Hipertensi Pada Kehamilan
Level Kompetensi : 2
Jenis Hipertensi Kriteria Diagnosis
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
Hipertensi Gestasional • Hilang setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (-)
• Proteinuria (-)
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul sebelum usia kehamilan diatas 20
minggu
Hipertensi Kronis Kehamilan • Menetap setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (+)
• Proteinuria (-)
Preeklamsia Ringan
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
• Proteinuria (+)  Uji Disptik +1
• Kejang (-)
Preeklamsia Berat
Preeklamsia • Tekanan Darah ≥ 160 / 100 mmHg yang muncul setelah usia kehamilan diatas 20
minggu
• Proteinuria (+)  Uji Disptik +2
• Kejang (-)
• Sindrom HELLP : Hemolisis, Peningkatan Enzim Hati (SGOT/SGPT),
Trombositopenia
• Nyeri Kepala, Gangguan Visus
• Tekanan Darah ≥ 140 / 90 mmHg yang muncul sebelum usia kehamilan di
atas 20 minggu
Superimposed Preeklamsia • Menetap setelah 14 minggu post partum
• Riwayat Hipertensi Sebelumnya (+)
• Proteinuria (+)

• Memenuhi Kriteria Preeklamsia atau Superimposed Preeklamsia


Eklamsia
• Kejang (+)

Tatalaksana :
Hipertensi Gestasional / Kronis
• Nipedipine 1 x 10 – 20 mg (Long Acting) atau 3 -4 x 10 - 30 mg (Short Acting)
• Metildopa 2 x 250 – 500 mg
Preeklamsia Ringan : Aspirin 75 mg /hari + Kalsium 1000 mg /hari
Preeklamsia Berat : Antikonvulsan ( MgSO4 4 gr (Inisial) + 6gr Rumatan (didalam RL) + Anti Hipertensi
Eklamsia : MgSO4
Terapi Defenitif Pasien adalah TERMINASI KEHAMILAN
Ny. Tina usia 65 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak
sebelah kiri secara tiba-tiba sejak 2 jam yang lalu, sebelumnya pasien
mengeluhkan adanya nyeri kepala, pasien menyangkal adanya mual muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 200/120mmhg, HR 110x/m, RR 24x/m,
suhu 37,4. Komplikasi apakah yang sudah terjadi pada pasien ini?
a.Gagal ginjal akut
b.Gangguan cerebrovaskular
c.Gagal jantung akut
d.Edema Paru
e.Papil edema
KRISIS HIPERTENSI
Level Kompetensi: 3A
Klasifikasi: Hipertensi Emergency (Hipertensi darurat)
Hipertensi Urgensi (Hipertensi mendesak) Tekanan darah yang sangat tinggi (>180/120
Tekanan darah yang sangat tinggi (>180/120 mHg) JNC VII
mmHg) JNC VII Kelainan/kerusakan target organ yang bersifat
Tidak disertai kelainan/ kerusakan organ target progresif (Hipertensi ensepalopati, Cerebral
yang progresif infark, SAH, ICH, Infark miokard, Edema
Dengan nyeri kepala (22%), anxietas, faintness, pulmonal akut, Gagal ginjal akut, Retinopati,
epistaxis (17%) Eklamsia)
Tatalaksana: Hipertensi Emergency:
Hipertensi Urgensi: Manajemen tekanan darah dilakukan dengan
Tekanan darah diturunkan dalam periode obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
beberapa jam – hari dan bahkan lebih lambat Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar
pada individu usia tua yang berisiko mengalami monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan
hipoperfusi serebral atau myokard akibat dengan pemantauan yang tepat.
penurunan tekanan darah yang terlalu cepat. Secara umum tingkat idal penurunan tekanan
Target penurunan tekanan darah dapat darah adalah dengan penurunan Mean Arterial
diturunkan sampai < 160/110 mmHg akan tetapi Pressure (MAP) 10-20% selama 1 jam awal dan
Mean Arterial Pressure (MAP) diturunkan tidak 5-15% pada 23 jam berikutnya.
lebih dari 25% dalam beberapa jam. Target untuk Penurunan tekanan darah yang mendadak
pengobatan jangka panjang adalah < 140/90 menyebabkan iskemia renal, serebral atau
mmHg. koroner.
Ny. Dece usia 34 tahun datang ke RS untuk bersalin. Persalinan dilakukan dan
berakhir dengan emboli cairan amnion dan hasil dari pemeriksaan laboratorium
darah menunjukkan tingginya kadar fibrin. Hari berikutnya pasien mengalami
anuria, gross hematuria dan nyeri pinggang diikuti dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bunyi
cardiac friction rub (+). Tindakan yang tepat dilakukan pada pasien tersebut
adalah?
a.Rehidrasi agresif
b.Antibiotik spektrum luas
c.Hemodialisis
d.Transplant Ginjal
e.Biopsi ginjal
GAGAL GINJAL AKUT Pemeriksaan Penunjang:
Level Kompetensi: 2 Urinalisa :
Pre-Renal : sedimen yang didapatkan aselular
Definisi:
dan mengandung cast hialin yang transparan.
Acute Kidney injury adalah kondisi penurunan
Renal : pigmented “muddy brown” granular
mendadadk faal ginjal dalam 48 jam berupa
cast, cast yang mengandung epitel tubulus ,
kenaikan kadar kreatinin serum = 0,3 mg/dl
Cast eritrosit, Cast leukosit dan pigmented
(=26,4 μmol/l), atau presentasi kenaikan kreatinin
“muddy brown” granular cast pada nefritis
serum = 50% (1,5 kali kenaikan dari nilai dasar),
intertisial.
atau pengurangan produksi urin (oligouriayang
Post-Renal : Sedimen inaktif, kristal,
tercatat = 0,5 ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6
walaupun hematuria dan piuria dapat
jam). Gagal ginjal akut adalah AKI atau GFR < 60
ditemukan pada obstruksi intralumen atau
dibawah 3 bulan atau penurunan GFR ≥ 35%
penyakit prostat.
atau peningkatan serum creatinin > 50 %
dibawah 3 bulan .
Tatalaksana:
Terapi Pengganti Ginjal:
Etiologi: Asidosis berat (pH < 7,1) Anuria, Oliguria
Pre-Renal: akibat hipoperusi ginjal ( dehidrasi, Intoksikasi : kelebihan dosis obat yang dapat
perdarahan, penurunan curah jantung dan didialisisn (keracunan)
hipotensi oleh sebab lain) Uremia / Azotemia (Ureum > 200 mg/dl)
Renal: akibat kerusakan akut parenkim ginjal Elektrolit : Hiperkalemia (K >6,5 mEq/l)
(obat, zat kimia/toksin, iskemi ginjal, penyakit Natremia berat (Na > 155 mEq/l atau < 120
glomerular. mEq/l)
Post-Renal: akibat obstruksi akut traktus Overload: Edema paru
urinarius (batu saluran kemih, hipertrofi prostat, Kreatinin > 7
keganasan ginekologis)
An. Egi usia 8 tahun datang dibawa ayahnya dengan keluhan kencing
berwarna teh pekat, kencing sangat sedikit dan kadang berbusa, edema di
kaki dan mata. Pasien juga mengeluhkan demam dan sejak 3 minggu yang
lalu terdapat luka di kaki yang belum sembuh, pemeriksaan penunjang
yang cocok untuk mendiagnosis kasus tersebut adalah?
a. Biopsi Ginjal
b. ANA Test
c. Ureum Kreatinin
d. Urinalisis
e. Anti Dnase-B
SINDROMA NEFRITIK
Key Point :
hematuria
edema
Hipertensi
Oliguria/Anuria
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)
Infeksi bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus grup :
Riwayat ISPA (faringitis) dan kulit (pioderma) 1-2 minggu sebelumnya
An. Fian usia 5 tahun dibawa orang tuanya ke klinik dengan keluhan
pembengkakan di lutut sejak 5 hari yang lalu. Bengkak di lutut tampak
kemerahan. Riwayat terbentur disangkal. Paman pasien juga pernah
mengalami keluhan serupa. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
aktivitas faktor VIII 25% dan aktivitas faktor IX 87%. Apa tatalaksana yang
dapat diberikan kepada pasien?
a.Transfusi faktor IX
b.Fresh frozen plasma
c.Packed red cell
d.Kriopresipitat
e.Whole blood
HEMOFILIA
Level Kompetensi : 2
Definisi : Penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter, dan bersifat X-lined resesif
Klasifikasi :
 Hemofilia A : Defisiensi Faktor VIII
 Hemofilia B : Defisiensi Faktor IX
Tanda dan Gejala :
 Perdarahan sendi (hemartrosis), riwayat pada keluarga pria, perdarahan spontan
Pemeriksaan Penunjang :
 Darah tepi, CT >>, APTT >>, PT normal
 Kadar fakrtor VII dan IX
Tatalaksana :
 RICE
 Replacement therapy dalam 2 jam
Kryoprecipitate (faktor VII, Fresh Frozen Plasma/ FFP (Faktor IX, VII)
Tn. Ali usia 46 tahun datang ke poli umum dengan keluhan mudah lelah sejak
satu bulan terakhir. Pasien mengaku sering mengalami nyeri perut dan oleh
karena itu telah menjalani endoskopi saluran cerna atas (+) biopsi dan
didapatkan hasil gastritis atrofi. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8,9 g/ dl, MCV 112 fl. Pemeriksaan
penunjang lain yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti
pada pasien ini adalah?
a. Apusan darah tepi
b. Tes schilling
c. Elektroforesis hemoglobin
d. Pemeriksaan profil besi
e. Biopsi sumsum tulang
ANEMIA MAKROSITER
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Level Kompetensi : 4
Definisi : kelainan eritrosit dimana dijumpai anemia dengan volume eritrosit lebih besar dari normal.
Klasifikasi :
 Anemia defisiensi asam folat (Vitamin B9)
 Anemia defisiensi sianokobalamin (Vitamin B12)
 Anemia Pernisiosa ( Post Reseksi Gaster )
Etiologi :
 Metabolisme Vitamin As. Folat dan Vit. B 12 yang tidak efektif
 Kekurangan asupan (Diet Ketat/ vegetarian Def.Vit B12)
 Riwayat operasi gaster/Gastritis : Defisiensi Sianokobalamin (B12)
 Reseksi usus dan jejunum
 Malabsorbsi , Alkoholisme
Gejala Klinis :
 Gejala umum anemia : lesu, lemah, letih, cepat capek dan pucat
 Gejala Defisiensi Vit. B12 : Neuropati perifer, Gangguan kognitif, Gangguan memori, Gangguan tidur, Depresi, Mania,
Psikosis
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan Darah : Hb menurun, MCV >100 fL (meningkat)
 Pemeriksaan Morfologi Darah Tepi : Gambaran Makrositer ; Hipersegmented
Neutrofi
 Serum Vit. B12 menurun <200 pg/mL, schilling test (menilai absorbsi gaster terhadap Vit B 12)
Komplikasi Defisiensi Asam Folat : Spina Bifida
Penatalaksanaan :
 As. Folat 1mg/hari
 Vit B12 inj (100-1000mcg/perbulan)
An. Bagus usia 7 tahun dibawa berobat karena pucat dan lemas. Keluhan
mulai disadari keluarga sejak 6 bulan yang lalu, namun semakin lama semakin
memberat. Anak mudah lelah, sering mimisan dan gusi berdarah tanpa
pencetus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatosplenomegali. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9 g/dL, leukosit 99.000sel/uL,
trombosit 80.000 sel/uL. Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan
untuk dapat menegakkan diagnosis adalah?
a.CT scan abdomen
b.Preparat sumsum tulang
c.Biopsi kelenjar
d.PCR
e.Kultur darah
LEUKEMIA
Level Kompetensi : 2
Etiologi : Terpapar Bahan Karsinogenik ; Diet Karsinogenik ; Keturunan ; Idiopatik
Kata Kunci
 Tanda Umum Anemia (+)
 Mudah Sakit / Mudah Terinfeksi

 Perdarahan Sulit Berhenti


 Pem. Lab : Hb Turun ; Trombosit Turun ; Leukosit > 30.000 / mm3
 Pemeriksaan gold standart : aspirasi dan biopsy sumsum tulang
Jenis Insidensi Gejala Klinis Gambaran Histopatologi

AML 85% (Pada orang Dewasa) 15%  Rasa lelah


(Acute (pada anak-anak)  Perdarahan
Myeloblastik  Infeksi
Leukemia)  Darah tepi : Auer Rod (Kristal Granul yang bersatu)
CML Umumnya  Splenomegali
(Chronic menyerang usia 40-50 tahun. Bisa  Rasa cepat kenyang
Myeloblastik dijumpai pada orang dewasa  Penurunan berat badan
Leukemia) muda tetapi progresif  Hepatomegali
ALL 75% insidensi pada  Anemia : mudah lelah, letargi, sesak, pusing, nyeri dada
(Acute anak kurang dari 15  Anoreksia
Limfoblastik tahun, insidensi  Nyeri tulang dan sendi
Leukemia) puncak 3-5 tahun  Demam dan berkeringat
 Hepatosplenomegali
 Limfadenopati

CLL Mengenai usia lanjut dengan  Limfadenopati Generalista


(Chronic median 72 tahun, hanya 10-15%  Penurunan BB
Limfoblastik yang dibawah 50 tahun.  Kelelahan
Leukemia)  Hepatosplenomegali
Tatalaksana : Rujuk ke Rumah Sakit “ Kemoterapi “
Tn. Ardi usia 66 tahun mengeluh lemah, tampak pucat, dan muncul lebam-
lebam hampir di seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis, ekimosis (+) pada lengan dan kaki, lien
teraba pada schuffner II. Hasil laboratorium menunjukan Hb 8, leukosit
64.000, trombosit 25.000, dan ditemukan smudge cell. Apakah diagnosis
pasien ini?
a.Leukemia limfositik akut
b.Leukemia limfositik kronik
c.Leukemia myeloid akut
d.Leukemia myeloid kronik
e.Immune thrombocytopenic purpura
LEUKEMIA
Level Kompetensi : 2
Etiologi : Terpapar Bahan Karsinogenik ; Diet Karsinogenik ; Keturunan ; Idiopatik
Kata Kunci
 Tanda Umum Anemia (+)
 Mudah Sakit / Mudah Terinfeksi

 Perdarahan Sulit Berhenti


 Pem. Lab : Hb Turun ; Trombosit Turun ; Leukosit > 30.000 / mm3
Jenis Insidensi Gejala Klinis Gambaran Histopatologi

AML 85% (Pada orang Dewasa) 15%  Rasa lelah


(Acute (pada anak-anak)  Perdarahan
Myeloblastik  Infeksi
Leukemia)  Darah tepi : Auer Rod (Kristal Granul yang bersatu)
CML Umumnya  Splenomegali
(Chronic menyerang usia 40-50 tahun. Bisa  Rasa cepat kenyang
Myeloblastik dijumpai pada orang dewasa  Penurunan berat badan
Leukemia) muda tetapi progresif  Hepatomegali
ALL 75% insidensi pada  Anemia : mudah lelah, letargi, sesak, pusing, nyeri dada
(Acute anak kurang dari 15  Anoreksia
Limfoblastik tahun, insidensi  Nyeri tulang dan sendi
Leukemia) puncak 3-5 tahun  Demam dan berkeringat
 Hepatosplenomegali
 Limfadenopati

CLL Mengenai usia lanjut dengan  Limfadenopati Generalista


(Chronic median 72 tahun, hanya 10-15%  Penurunan BB
Limfoblastik yang dibawah 50 tahun.  Kelelahan
Leukemia)  Hepatosplenomegali
Smudge cell
Tatalaksana : Rujuk ke Rumah Sakit “ Kemoterapi “
Ny. Tata usia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan lemas, nafsu makan
menurun, BB meningkat, dan sering merasa kedinginan meskipun sudah
memakai jaket sejak 4 bulan yang lalu. Pada peeriksaan fisik didapatkan, TD
120/80 mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,7C. Pada pemeriksaan
regio colli diapatkan benjolan di leher dan bergerak ketika digunakan untuk
menelan. Hasil laboratorium didapatkan penurunan kadar T4 6 ug/dl dan kadar
TSH 11 ug/dl, dan germinal center (+). Apakah diagnosis yang tepat untuk
pasien?
a.Nodul tiroid
b.Tiroiditis hashimoto
c.Tiroiditis akut
d.Tiroiditis de quarvain
e.Tiroiditis limfositik subakut
HYPOTHYROIDISME
Level kompetensi :3A
Hypothyroid adalah suatu kelainan yang timbul akibat defisiensi hormone thyroid
Etiologi : primer (95% akibat defisiensi iodium, tiroiditis hashimoto, konsumsi PTU/metimazole jangka
panjang) Sekunder (adenoma)

Hypothyroid
Gejala (Symtoms) : Skoring :Index Diagnostik Billewicz
Penurunan nafsu makan, BB meningkat, Laboratorium:
tidak tahan dingin, bradikardia, konstipasi, TSH -> meningkat
goiter, edema, hipotermi, libido menurun, FT4, FT3-> menurun
mudah lelah Imunologi : tiroiditis hashimoto -> infiltrasi
IgG atau limfosit di kelenjar thyroid (germinal
center) atau anti TPO (+)

Tatalaksana :
 Levotiroksin 50-100mcg/hari(1,5-1,7ug/BB/hari)
 Dosis rumatan 100-200mcg/hari
Evaluasi terapi : FT4,FT3
Komplikasi : koma miksedema
Koma miksedema: hypothyroid jangka panjang dan dipicu infeksi
Diagnosis : edema anasarka, penurunan kesadaran, hipotermia berat, bradikardia, gagal nafas
Tatalaksana :
 Resusitasi
Ny. Erva usia 53 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan kejang. Kejang
terjadi seluruh tubuh, menghentak-hentak lalu tidak sadar >5 menit. Sebelum
dan setelah kejang pasien sadar. Keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Pasien memiliki riwayat karsinoma tiroid 3 tahun yang lalu dan menjalani
operasi tiroidektomi 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
125/85 mmHg, HR 85 x/menit, RR 23 x/menit, dan suhu 36,7C. Pada
pemeriksaan regio colli tidak teraba tiroid, chovstek sign (+), trousseau sign
(+). Apakah diagnosis dan terapi yang tepat untuk pasien?
a.Hipertiroid, Metrimazole
b.Hipotiroid, Levotiroksin
c.Hiperparatiroid, Tiazid
d.Hipoparatiroid, Kalsium oral dosis tinggi
e.Karsinoma tiroid, Tiroidektomi
HIPO/HIPERPARATYROID
Level Kompetensi: 2
HYPERPARATHYROID (2) HYPOPARATHYROID
Etiologi : Etiologi :
Primer : adenoma, Post OP thyroid/ tiroidektomi
sekunder / tersier : CKD Pengobatan grave jangka panjang
Dx : Keram, kaku, kejang, takikardia Dx:
Pemeriksaan penunjang : Kaku, bradikinesia
Elektrolit darah : Keram otot
Primer : Kalsium ↑ fosfat ↓ Kejang
Sekunder : Kalsium ↓ fosfat ↑ PD : Chvostek sign (+) : mengetuk bagian pipi, mulut akan tertarik
Tersier : Kalsium ↑ fosfat ↑ ke bagian diketuk, trousseau sign (+), Carpo pedal sign (+)
EKG shorten QT interval (hyperkalemia) Pemeriksaan penunjang :
Elektrolit darah :
Kalsium ↓ fosfat ↑ magnesium ↓
EKG :
prolonged QT interval (hipokalsemia)
Torsade de pointes (hipomagnesemia)

Tatalaksana :
Calsium glukonas 1000mg + provitamin D seumur hidup
Tx :
Rujuk :
Rehidrasi Nacl 0.9%, furosemide. calsitonin
Dedah adenoma
An. Hasan usia 17 tahun diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan badan
lemas sejak 2 minggu yang lalu dan semakin hari semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien juga mengeluh sering haus, sering
lapar, dan sering BAK. Pasien mengalami penurunan berat badan hingga 10
kg dalam 1 tahun terakhir. Kedua kaki sering kesemutan dan pandangan
mata kabur tanpa ada riwayat kelainan refraksi. Hasil pemeriksaan fisik
pasien tampak lemas, IMT 17,2kg/m2, TD 100/70mmHg, nadi 85x/menit, RR
20x/menit, suhu 36,3oC. Hasil pemeriksaan lab GDS 478, Hb 10,8, leukosit
5000, HCT 38, PLT 163000. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilaksanakan untuk menegakkan pasien tersebut adalah?
a.Urinalisis
b.C-peptide dan autoantibodi
c.SGOT dan SGPT
d.BUN dan SC
e.Glukosa darah puasa
DM TIPE 1
Level Kompetensi: 4
Etiologi : Kerusakan sel ß pankreas oleh autoimun atau idiopatik
Gejala :
Polidipsi, poliuri, polifagi
Penurunan BB dalam waktu cepat dengan gejala lain tidak khas
Mudah Lelah
Pemeriksaan penunjang :
GDS ≥ 200 mg/dl, GDP ≥ 126 mg/dl, GD2PP ≥ 200 mg/dl
HbA1C > 6,5%
Kadar C peptide menurun :
untuk melihat fungsi sel beta residu.
Dalam praktik klinis, pengukuran sekresi C-Peptida dapat membantu menentukan tipe (tipe 1 dan tipe 2) dan
tatalaksana pada pasien diabetes.
Kadar normal : 0,8 – 3,1 ng/mL , Spesimen diambil dari serum pasien puasa
Penatalaksanaan:
Insulin (dosis anak : 0.7-1 U/kg/hari)
Pengaturan makan, olahraga dan edukasi
Tn. Edo usia 52 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
mendapat pengobatan insulin, metformin dan atorvastatin. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan IMT 30kg/m2, lingkar pinggang 104cm, TD 140/90mmHg, HR
86x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,7oC. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDP 288mg/dL, GD2PP 263mg/dL, kolesterol total 226mg/dL, HDL
37 mg/dL, TG 148 mg/dL. Diagnosis pasien yang tepat?
a. Cushing disease
b. Dislipidemia
c. Hiperkolesterolemia
d. Metabolic syndrome
e. Obesity hypoventilation syndrome
SINDROMA METABOLIK
Level Kompetensi: 4

SINDROMA METABOLIK (3A)


peningkatan risiko untuk terjadinya kelainan
kardiovaskular, DM tipe2
Keypoint:
Ditemukan 3 dari 5 kriteria :
Lingkar perut : laki-laki ≥ 102 cm , perempuan ≥88 cm
Trigliserida ≥ 150mg/dl
HDL laki laki < 40mg/dl, perempuan < 50mg/dl
Tekanan Darah ≥ 130/85mmHg
GDP ≥ 110 mg/dl
Penatalaksanaan :
Modifikasi gaya hidup
Atasi penyakit penyerta
By. Cika usia 6 hari dibawa ke IGD RS dengan keluhan kejang. Sebelum
kejang pasien demam dan rewel. Pasien sempat muntah 1 kali dan saat ini
konsumsi ASI berkurang. Riwayat pasien lahir spontan, cukup bulan, BBL 2800
gram, APGAR 8-9. Riwayat Ibu mengalami ketuban pecah dini >24 jam. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan BB 2650 gram, RR 48x/menit terkadang ireguler,
suhu 38,8oC, HR 166x/menit, kaku kuduk (+). Pada pemeriksaan lab
didapatkan WBC 31.000 dan peningkatan CRP. Diagnosis pasien adalah?
a.Cerebral palsy
b.Epilepsi
c.Tetanus neonatorum
d.Sepsis neonatorum awitan dini
e.Sepsis neonatorum awitan lambat
SEPSIS NEONATORUM
Level Kompetensi : 3B
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada
satu bulan pertama kehidupan.
Jenis :
 Early onset : dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba, cepat
berkembang menjadi syok septik.
 Late onset : setalah usia 3 hari, sering diatas 1 minggu, ada
fokus infeksi, sering disertai dengan meningitis.
Faktor Resiko :
 Maternal fever (≥38ºC saat persalinan)
 KPD > 24 jam
 Foul smelling amnion
 Bayi memiliki ≥2 gejala kategori A, atau ≥3 gejala pada kategori
B
Tatalaksana :
 Stabilisasi ABC
 Antibiotik :
- Ampicilin 50 mg/KgBB tiap 6 jam – Gentamisin 7,5 mg/KgBB/hari (sekali
sehari), atau
- Cetriaxon iv 80-100 mg/kgBB per hari selama 30-60 menit
- jika tidak membaik lakukan kultur dan berian antibiotik yang sesuai
Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan
hematologi, hiperbilirubin, dl)
An. Mimi usia 3 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi. Keluhan
disertai munculnya bercak kemerahan dan bintil-bintil berisi cairan di tangan
dan kaki. Anak dikatakan lebih rewel dan nafsu makannya berkurang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nadi 128x/menit, RR 30x/menit, suhu 38,8C.
Pada kedua telapak tangan dan kaki terdapat maculopapular eritema dan
vesikel multipel. Pada rongga mulut ditemukan lesi erosi dengan tepi eritema.
Diagnosis pasien yang tepat adalah?
a.Herpes zoster
b.Varicella zoster
c.Kawasaki disease
d.Rubella
e.Hand-foot-mouth disease
HAND-FOOT-MOUTH DISEASE
LEVEL KOMPETENSI: 3A
Etiologi : Coxsackie virus
Key Point :
- Predileksi di telapak tangan , telapak kaki, mulut
- Ruam macula Berubah menjadi vesikel → tererosi → ulkus superfisial yang
dikelilingi “halo” eritematosa
- Gejala prodromal (+)

Penatalaksanaan :
- Edukasi : Diet rendah makanan asam
- Farmakologi : terapi simptomatis
- Rujuk
Bayi Dea dibawa ke IGD dengan keluhan badan kebiruan. Bayi baru saja
dilahirkan di bidan dengan BBL 3100 gram. Bayi cukup bulan, saat lahir
tampak sulit bernapas dan kebiruan. Saat lahir keluar cairan ketuban
berwarna kuning kehijauan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sianosis (+)
dan terdapat warna kehijauan pada umbilicus dan kuku bayi. Diagnosis
pasien yang tepat adalah?
a.Hyaline membrane disease
b.Pneumonitis neonatal
c.Sepsis neonatorum
d.Meconium aspiration syndrome
e.Transient tachypnea of the new born
HMD
Level Kompetensi: 2.
HYALIN MEMBRANE DISEASE (HMD) Transient tachypnea of the newborn SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Definisi : Gangguan distres pernafasan yg (TTN) Etiologi ; Tertelan/ masuknya mekonium
sering ditemui pada bayi prematur Definisi : reflkes bernafas belum kedalam saluran nafas. Distress intrauterin
Faktor Risiko : prematur sempurna dapat menyebabkan keluarnya mekonium
Key Point : Faktor Risiko : SC ke cairan amnion.
Riwayat kelahiran kurang bulan Key Point : Faktor Risiko : Korioamnionitis
takipnea, grunting, retraksi dinding dada, Riwayat SC Key Point :
sianosis takipnea, grunting, retraksi dinding Riwayat ibu dengan korioamnionitis
Tanda2 prematuritas dada, sianosis takipnea, grunting, retraksi dinding dada,
Pemeriksaan penunjang : Mekonium jernih sianosis
x-ray thorax : ground glass appearance / Cukup bulan/post term Mekonium keruh/kehijauan
reticulogranular pattern, air bronchogram. Sesak napas saat atau segera setelah Cukup bulan/post term
Ada 4 stadium : lahir  Meconium stain (bekas meconium) di
Std I : pola retikulogranuler Pemeriksaan penunjang : umbilicus atau kuku
Std II : stadium 1 + air bronchogram x-ray thorax : sunburst” pattern.
Std III : stadium 2 + batas jantung paru Terapi : Pemeriksaan penunjang :
kabur Resusitasi x-ray thorax : gambaran rontgen toraks
Std IV : stadium 3 + white lung Rujuk berupa patchy opacity dengan air
Terapi : trapping dan hiperinflasi paru.
Resusitasi Terapi :
Rujuk ke rs intratrakeal surfactan Resusitasi
Rujuk
An. Leli usia 3 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi
sejak kemarin. Keluhan disertai munculnya ruam-ruam kemerahan di wajah
yang menyebar ke leher dan badan. Pasien sempat mengalami demam yang
tidak terlalu tinggi 5 hari yang lalu disertai nyeri tenggorokan. Riwayat
imunisasi dasar anak tidak lengkap. Pada pemeriksaan fisik anak tampak
lemas, nadi 124x/menit, suhu 38,4C. Terdapat ruam maculopapular eritem di
wajah dan badan, forsheimer spot (+), pembesaran KGB retroaurikular (+).
Diagnosis pasien yang tepat adalah?
a.Morbili
b.Scarlet fever
c.Rubella
d.Mumps
e.Kawasaki disease
RUBEOLA
Level Kompetensi: 4A.
FEVER WITH RASH
MEASLES/ RUBEOLA/ MORBILI RUBELA ROSEOLA INFANTUM
Etiologi : Morbili virus Etiologi : Rubella virus Etilogi : HUMAN HERPES VIRUS
Key Point : Key Point : TIPE 6
Gejala prodromal : Demam , cough, Lesi kulit: makulopapular milier + Key Point :
coryza, conjunctivitis pembesaran KGB Lesi kulit: makulopapular milier
Bercak Koplik: patognomik Forscheimer spots yang muncul setelah demam reda,
Lesi kulit: makulopapular milier yang Tatalaksana : simtomatis Tatalaksana : simtomatis
muncul saat demam dimulai dari blkg
telinga
Fase konvalesens demam mulai reda
Ruam: Lesi hiperpigmentasi
Tatalaksana : suportif
Vit A hari 1,2
50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1
kap merah)
Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari
2, dan 15
Komplikasi campak: Pneumonia,
Dehidrasi, Gizi,
buruk, Ensefalitis, OMA
An. Anne usia 1 tahun diantar ibunya ke IGD karena mengalami diare
sejak 4 hari yang lalu. BAB cair-ampas, tidak ada darah atau lendir,
frekuensi 6x/hari. Keluhan tidak disertai demam atau muntah. Tidak ada
riwayat sakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik: anak sadar, nadi cepat dan
kuat, CRT < 5 detik, RR 20x/menit, tidak ada tanda distress napas, suhu
37,1°C, akral hangat. Anak tampak rewel, mata cekung, mukosa kering,
turgor kulit lambat. Terapi rehirasi yang yang tepat adalah?
a. Pemberian oralit per oral 200 ml tiap BAB
b. Pemberian oralit per oral 750 ml dalam dalam 3 jam
c. Pemberian cairan koloid IV 1750 ml dalam 24 jam
d. Pemberian cairan isotonik IV 300 ml dalam 30 menit
e. Pemberian cairan isotonik IV 700 ml dalam 1 jam
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG
LEVEL KOMPETENSI: 4A
DEHIDRASI
Definisi :
Buang air besar ≥3 kali dengan kosistensi lembek atau cair dengan
dijumpai atau tidak darah dan lendir
Tatalaksana : 5 pilar WHO
1. Rehidrasi
2. Nutrisi : Lanjutkan pemberian ASI
3. Zink : < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet), > 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet)
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi
An. Mino usia 3 tahun 4 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan batuk yang
memberat. Batuk terus menerus diawali tarikan napas panjang lewat mulut dan
diakhiri dengan muntah dan wajah tampak kebiruan. Keadaan ini berlangsung
berulang-ulang sehingga anak menjadi malas makan dan minum. Riwayat batuk
pilek dan demam tidak terlalu tinggi 1 minggu yang lalu. Riwayat imunisasi tidak
lengkap (hanya 1 kali imunisasi saat usia 1 tahun). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 37,8C, SpO2 96%, perdarahan subkonjungtiva (+), pembesaran
KGB leher (-). Kesan gizi baik. Diagnosis pasien adalah?
a. Bronkopneumonia
b. Asma bronkiale
c. Pertusis
d. Croup
e. TB anak
PERTUSIS
Level kompetensi : 4A
Etiologi : Bardotella Pertusis (Basil Gram Negatif)
Temuan Klinis :
• Batuk Berat lebih dari 2 minggu
• Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi “whooping cough”
• Perdarahan Subkonjungtiva
• Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau
napas berhenti tanpa batuk (apneic spell)

Tatalaksana : Eritromisin 40 – 50 mg/KgBB/Hari dibagi dalam 3 – 4 dosis


An. Zayn usia 1 bulan dibawa orang tuanya karena terdapat celah pada
bibir dan langit langit mulutnya sejak lahir. Dokter merencanakan untuk
melakukan operasi pada anak tersebut dengan memperhatikan syarat
syaratnya. Apakah syarat untuk dilakukannya labioplasty pada
pasien ini?
a.Usia minimal 10 bulan
b.Berat badan minimal 10kg
c.Hb < 10 g/dl
d.Leukosit <10.000
e.Trombosit >100.000
LABIO GNATO PALATO SCHISIS
Level Kompetensi: 2
Etiologi : kongenital
Key point :
Celah bibir → LABIO
Gusi → GNATO
Palatum → PALATO
Penatalaksanaan:
Rule Of Ten
1. BB > 10 Pon (4,5 kg)
2. Hb > 10 g/dl
3. Leukosit < 10.000
4. Usia > 10 minggu
Tn. Eden usia 37 tahun datang ke IGD dengan keluhan kaki kanannya tertimpa
kayu bangunan saat membongkar rumah. Kejadian dialami oleh pasien sekitar
4 jam yang lalu. Pada kaki pasien didapatkan luka terbuka. Riwayat vaksinasi
tetanus pasien tidak diketahui. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15, TD
130/80 mmHg, HR 78x/m, RR 20 x/m, suhu 37 °C. Status Lokalis pada regio
pedis dextra ditemukan vulnus appertum panjang 4 cm lebar 1 cm, krepitasi
(+), perdarahan aktif (-). Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut?
a.Diberikan Vaksin TT
b.Diberikan Vaksin TT dan ATS
c.Diberikan ATS
d.Diberikan HTIG
e.Diberikan Vaksin TT dan HTIG
TETANUS
Level Kompetensi: 3B
ETIOLOGI : eksotosin spesifik Clostridium tetani Tatalaksana :
Risk : Anti Toksin :
Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus punctum (luka tusuk), ATS 50.000-100.000 IU (IM) → skintest
combustion (luka bakar), fraktur terbuka HTIG Dosis tunggal 3.000 IU – 6.000 IU – Tidak diperlukan skin test
luka tali pusat : praktik persalinan yang tidak higienis, seperti Antibitik → ERADIKASI KUMAN
memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril. 1st Metronidazol loading 500 mg/8 jam IV
Riw. Imunisasi : ibunya tidak terlindungi oleh vaksin tetanus 2nd penisilin G, 2,4 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
toxoid (TT) pada masa kehamilan. Antikonvulsan : diazepam IV/Drips
Keypoint: Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
TRIAS : Trismus, Risus Sardonicus, Opistotonus debridemen
Kondisi Berat Kejang/spasme laryng Imunisasi TT
Risk (+)Imunisasi Tetanus (-) Profilaksis tetanus luka
Derajat penyakit tetanus :
LUKA
Grade 1 : Trias tetanus LUKA BERSIH KOTOR
Grade II : : Trias tetanus + kejang ransang
Grade III : Trias tetanus+ kejang spontan Riw HTIG TT
HTIG TT
Grade IV : Trias tetanus+ Gg Otonom (hipotensi , takikardia) imunisasi
IMUNISASI
< 3X
(+) (-) (+) (+)
ATAU
LUPA
(-)
(-)
IMUNISASI kecuali
(-) Kecuali > (-)
> 3X > 10
5 tahun
tahun
An. Noby usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke poli dengan keluhan gatal pada
area dubur sejak 3 hari yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada malam hari.
Menurut ibunya, anaknya sering bermain pasir bersama temannya dan jarang
mencuci tangan. Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan status lokalis pada area anus tampak ekskoriasi (+). Apakah
pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pada kasus ini?
a.Pemeriksaan kerokan kulit anus
b.Swab perianal
c.Pemeriksaan feses
d.Pemeriksaan darah rutin
e.Pengecatan giemsa malam hari
Enterobius vermicularis/Oxyuris Vermicularis
KeyPoint: Pruritus ani (malam), bentuk telur huruf “D” (ingat dubur).

Pemeriksaan penujang:
Scooth Adesive Tape diperiksa Pagi Hari sebelum mandi
Penatalaksanaan:
Pyrantel Pamoate (10 mg/KgBB single Dose)
seluruh keluarga harus mendapat pengobatan dan Mebendazole 500 mg P.O (SD)
Nn. Sherly 25 tahun datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS.
Demam disertai dengan menggigil. Keluhan juga disertai nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi. Pasien baru saja bepergian dari NTT. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 20 x/menit, HR 90 x/menit, TD 110/80 mmHg, suhu 39 0C.
Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan apusan darah tepi didapatkan eritrosit besar, trofozoit cincin
amoeboid. Apakah penyebab dan tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut?
a.Plasmodium falciparum ; DHP 3 hari + primakuin 1 hari
b.Plasmodium ovale ; DHP 3 hari + primakuin 1 hari
c.Plasmodium malariae ; DHP 3 hari
d.Plasmodium falciparum ; Pil kina + Primakuin
e.Plasmodium vivax ; DHP 3 hari + primakuin 14 hari
MALARIA
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Infeksi parasit : plasmodium, vektor : Anopheles
Key point :
Anamnesis : TRIAS malaria : Menggigil, Demam, berkeringat + Mialgia, atralgia , Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria
(papua)
Pemeriksaan fisik: Anemis , Ikterik , Splenomegali , Hepatomegali
Klasifikasi :
Malaria + komplikasi (Malaria Berat) etiologi M. Falsifarum
- Malaria Cerebral : penurunan kesadaran
- Malaria Algid: gejala dan tanda syok
- Malaria Hemoglobunuria/ Black water fever : urine seperti teh pekat
Malaria Tanpa Komplikasi
Klasifikasi berdasarkan etiologi
P. Falsifarum (M. Tropikana)
P. Vivax / P. Ovale (M. Tertiana)
P. Malariae (M. Quartana)
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi : ( tetes tebal untuk menemukan parasit dan tetes tipis untuk menemukan plasmodium)
Malaria Tanpa komplikasi Pengobatan Malaria pada Ibu hamil : ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Pengobatan Malaria falciparum
ACT 1x/ hari selama 3 hari + Primakuin 0,75 mg/kgBB (3 tab)pada hari pertama saja
Malaria berat Lini 1 : Artesunat intravena
Alternatif : Artemeter intramuscular
Pengobatan Malaria vivax/ovale
ACT 1x/hari selama 3 hari + Primakuin 0,25 mg/kgBB (1 tab)selama14 hari
Pengobatan malaria malariae
ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Laki-laki 45 tahun datang ke puskesmas karena akan melakukan
perjalanan dinas ke daerah papua dan meminta advis pencegahan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU cukup, TD 110/70 mmhg, Nadi
90x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0 C. Pemeriksaan fisik
kepala/leher, toraks abdomen, dan ekstremitas dalam batas normal.
Apakah terapi profilaksis yang tepat untuk pasien tersebut?
a.Levofloksasin 1 x 500 mg
b.Doksisiklin 1 x 100 mg
c.Meropenem 3 x 500 mg
d.Amoksisilin 3 x 500 mg
e.Cefixime 1 x 200 mg
Malaria Tanpa komplikasi
Pengobatan Malaria pada Ibu hamil :
ACT 1 x/hari selama 3 hari tanpa
Primakuin
Pengobatan Malaria falciparum
ACT 1x/ hari selama 3 hari + Primakuin 0,75
mg/kgBB (3 tab)pada hari pertama saja
Pengobatan Malaria vivax/ovale
ACT 1x/hari selama 3 hari + Primakuin 0,25
mg/kgBB (1 tab)selama14 hari
Pengobatan malaria malariae
ACT 1 x/hari selama3 hari tanpa Primakuin
Malaria berat Lini 1 : Artesunat intravena
Alternatif : Artemeter intramuscular

Profilaksis :
AREA SENSITIF KLOROKUIN: klorokuin 2tab/minggu dari 1 mgg sebelum sampai 4 minggu setelah kembali. (CDC : Indonesia Resisten)
AREA RESISTEN KLOROKUIN:
- Doksisiklin 200mg (1tab/hari) : 1-2 hari sblm pergi – 4 mgg setelah pulang
- Mefloquin 250mg (1tab/minggu): >2mgg sblm pergi – 4 mgg setelah pulang. (pilihan 1 untuk ibu hamil)
- Atovaquone (250mg ) – proguanil (100mg) (1tab/hari): 1-2 hari sblm pergi – 7 hari setelah pulang. (pilihan ke 2 ibu hamil)
Tn. Heli usia 17 tahun di bawa ibunya ke dokter setelah digigit
kelelawar di ujung jari saat kemah 2 hari yang lalu . Pemeriksaan
tekanan darah 120/70, HR 90 x/m, RR 22 x/menit. Terapi yang tepat
diberikan pada pasien?
a.VAR
b.SAR
c.VAR dan SAR
d.KIE tidak perlu pengobatan
e.Analgetik
Rabies
Level kompetensi: 3B
Etiologi: Human Rabies Virus; vector: anjing, kucing, kera, kalong, serigala
Inkubasi: 1 minggu s/d 2 tahun
Stadium
Stadium prodromal: flu like Syndrome
Stadium sensoris: peningkatan sensitivitas terutama di lokasi gigitan; fotofobia; fonofobia
Stadium eksitasi: menggigit orang lain, hipersalivasi, bringas, palpitasi
Stadium paralisis : kelumpuhan kaki- otot pernafasan
Tatalaksana :
Luka → Cuci luka dengan sabun + povidone iodine + alkohol
Resiko rendah (luka lecet/jilatan): VAR 0,5cc 4x(0, 7, 14)
Resiko tinggi (luka gigitan): SAR 20 IU+VAR
An. Beti usia 10 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan utama demam sejak 6
hari SMRS. Demam terutama ketika sore hingga malam hari. Keluhan disertai
dengan mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 24 x/menit, Nadi 100 x/menit, TD 110/70 mmHg, suhu 38 0C.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11 gr/dL, leukosit 4.000, trombosit
120.000, widal O 1/320, H 1/160. Apakah terapi antibiotik yang tepat
diberikan pada pasien ini?
a.Kloramfenikol
b.Ciprofloxacin
c.Amoxicilin
d.Ceftriaxone
e.Cefixime
DEMAM TIFOID
Level Kompetensi: 4A
Etiologi: Salmonella Thypi dan Salmonella Parathypi
Transmisi: Fekal- Oral (makanan dengan hygine yang buruk)
KeyPoint: Demam 7 hari pola demam Step Ledder Fever, rose spot, bradikardi relative, lidah kotor, tepi hiperemis dan tremor, nyeri perut,
diare/konstipasi.
Temuan Klinis:
Minggu 1: Minggu 2: Minggu 3:
 Demam  Demam terus menerus  Komplikasi
 Nyeri kepala  Bradikardia relatif  Perdarahan usus
 Batuk kering  Lidah kotor, tepi hiperemis  Perforasi usus
 Nyeri perut dan tremor  Meningitis tifosa
 Rose spot  Nyeri perut  Hepatitis tifosa
 Konstipasi atau Diare  Hepatomegali  Cholesistitis
 Splenomegali
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Awal:
 Widal test : Titer O (Badan) 1:320 atau kenaikan 4 kali lipat dan Titer H (Flagel)
 Tubex IgM Antigen O9 (+) ≥4, ≥6 indikasi kuat
Pemeriksaan Baku emas: Kultur
 Minggu 1 : Darah dan sumsum tulang
 Minggu 2 : Feses
 Minggu 3 : Urin
Tatalaksana: Kehamilan:
Non Farmakologi: Bed Rest Total, Diet TKTP  Β-Lactam: Amoxicillin/ Ampicillin 500 mg 5-7 hari
Farmakologi:  Sepalosporin G III: Cefixime, Ceftriaxone IV
Dewasa: Anak-anak:
 Nofrofloksasin 2 x 400 mg 14 hari  Kloramfenikol 25-50 mg/KgBB/hari selama 7 hari (DOC)
 Siprofloksasin 2 x 500 mg 6 hari (DOC)  Kotrimoksazole 10 mg/ KgBB/hari selama 2 minggu
 Ofloksasin 2 x 400 mg 7 hari  Ampicillin dan amoxicillin 25-50 mg/ KgBB selama 2 minggu
Nn. Tia usia 25 tahun, datang dengan keluhan bercak kemerahan di wajah sejak 1
tahun yang lalu. Awalnya bercak hanya muncul di hidung kemudian sejak 4 bulan
terakhir meluas ke daerah pipi. Pasien sudah menggunakan krim malam dan siang
hari namun bercak tetap ada dan terkelupas. Pekerjaan sebagai surveyor. Bercak
kemerahan semakin parah ketika terpapar sinar matahari. Pasien menggunakan
kontrasepsi selama 3 tahun terakhir. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada
sendi bahu, siku, lutut dan pergelangan kaki sejak 3 bulan yang lalu. Tanda vital
didapatkan TD 100/70 mmHg, HR 100x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,8oC, Pada
pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa pada daerah malar berbentuk
kupu-kupu dan disertai skuama halus. Apakah temuan laboratorium yang akan
ditemukan pada pasien ini?
a. Peningkatan titer anti-cyclic citrulinated peptide anitibody (Anti CCP)
b. Peningkatan titer anti-mitohondrial antibody
c. Kultur Neisseria Gonorrhea positif dari sediaan swab serviks
d. Human Leukocyte Antigen-B27 (HLA B27) positif
e. Anti smith antibody positif
SLE ( Lupus Eritematous Sistemik )
Level Kompetensi: 3A
Penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya memiliki sebaran klinis yang luas serta tampilan
klinis yang beragam.
Patofisiologi: Penyakit autoimun
KeyPoint:
- Ruam Malar: eritema yang menetap berbentuk “Butterfly Rush“di daerah wajah/pipi.
- Ruam Diskoid: plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular
- Fotosensitivitas,
- Ulkus mulut,
- Atritis.
- Pericarditis
- Gangguan renal
- Gangguan neurologi
- Gangguan hematologi
- Gangguan imunologi
Dijumpai minimal 4 gejala diatas/ 3 gejala diatas.
Pemeriksaan penunjang:
Awal: LED meningkat , Pemeriksaan Lab : ANA Test (+), anti DS DNA (+), anti smith (+)
Tatalaksana
Farmakologi: Steroid, OAINS, antimalaria, imunisupressan dan terapi simtomatik.
Tn. Verel usia 20 tahun, datang ke UGD RS karena nyeri pada alat kelaminnya.
Pada pemeriksaan didapatkan edema pada glans penis dan preputium yang
terjebak pada glans penis yang sebelumnya diretraksi. Sebelumnya penderita
ingin memasangkan piercing pada glans penis dan mencoba melakukannya
sendiri di rumah. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a.Fimosis
b.Parafimosis
c.Balanitis
d.Sifilis
e.Epispadia
PARAFIMOSIS
Level Kompetensi : 4A
Definisi:
Preputium penis teretraksi di belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi normalnya → Cincin
konstriksi iskemia.
Faktor Resiko:
Fimosis
Prosedur genitourinari (cateter urin, cystoscopy)
Trauma penis
Aktivitas seksual
KeyPoint: bengkak dan nyeri pada penis, terbentuk cincin konstriksi, preputium tidak dapat di tarik lagi kedepan
Penatalaksanaan:
Tatalaksana Awal:
Reduksi manual: tekan manual, ice pack secara intermiten, elastic dressing
Farmakologi : injeksi hyaluronidase, granulated sugar
Minimal-invasive : teknik “puncture”, aspirasi darah
Terapi bedah (jika sangat terkonstriksi) : emergency dorsal slit
Terapi definitif : Sirkumsisi
Ny. Vero usia 27 tahun datang dengan keluhan lemas, menurut pasien
semenjak 1 tahun terakhir ini pasien memiliki benjolan di anus yang hilang
timbul, sejak 3 bulan terakhir benjolan tidak dapat dimasukkan kembali dan
sering mengeluarkan darah. Dimanakah letak kelainan pada pasien ini?
a.Sejajar linea dentata
b.Perifer linea dentata
c.Proximal linea dentata
d.Distal linea dentata
e.1/3 distal rectum
HEMORHOID EKSTERNA
Level Kompetensi: 3A
Definisi : penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) Tatalaksana:
yang terdiri dari venula, arteriole, dan jaringan otot polos yang Tatalaksana Non-Bedah : I & 2
terletak di kanalis analis Modifikasi gaya hidup
Klasifikasi : Menghindari pengejanan berlebihan saat defekasi atau aktivitas
Hemorrhoid interna : benjolan diatas anal verge Diet tinggi serat, banyak minum
Pelebaran plexus hemorrhoidalis interna (dibentuk oleh vena Pelunak tinja
rectalis superior etmedia). Proksimal linea dentata
Grade : 1-2 (SKDI 4A), 3-4 (SKDI 3A)
I. Benjolan keluar anus (-) hemotokezia (+)
II. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+)masuk sendiri
III. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+) masuk dengan
bantuan jari
IV. benjolan keluar dari anus (+), hematokesia (+) tidak dapat
masuk kembali
Hemorrhoid externa : benjolan di anal verge
Pelebaran plexus hemorrhoidalis externa (dibentuk oleh vena
rectalis inferior. distal linea dentata
Hematokezia + nyeri sedang sampai berat
Tatalaksana Bedah
Rujuk : Hemorrhoidektomi (excision atau stapled)
Tn. Lana usia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
kemaluan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan mual-muntah.
Riwayat trauma disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan testis dengan
spermatic cord memendek, reflex cremaster (-), dan ketika testis di elevasi
nyeri tidak berkurang. Dokter ingin melakukan USG Doppler, namun ternyata
alat sedang rusak. Apakah tatalaksana yang dapat dilakukan?
a.Detorsi manual
b.Orchidectomy
c.Orchidopexy
d.Analgetik
e.Kompres hangat
TORSIO TESTIS
Level Kompetensi: 3B
TORSIO TESTIS EPIDIDMO ORCHITIS
Etiologi: torsi spermatid cord that brings blood to scrotum Etiologi: infeksi pada epididmis dan testis, komplikasi
Keypoint : mumps virus
Nyeri akut scrotum Risk : riw promiskuitas
Mual dan muntah Keypoint :
Phren sign (-) Demam
Refleks kremaster (-) Nyeri daerah scrotum
Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau pada posisi yang Mual dan muntah
tidak biasa : angle sign (+) Angle sign (-)
TWIST SCORE Phren sign (+) : mengangkat testis nyeri
berkurang
Refleks kremaster (+) : Testis ipsilateral terangkat
Tanda inflamasi scrotum
Pemeriksaan Penunjang :
Pewarnaan gram
Basil gram negatif : E.coli,
Diplococcus gram negative : GO
Diplococcus gram negative (-) : Non .GO
Pemeriksaan Penunjang :
USG doppler vaskularisasi testis <<
Penatalaksanaan:
Onset < 6 jam :
1. deteorsi manual : hanya boleh dilakukan apabila terdapat USG doppler
2. ORCHIDOPEXY
onset > 6 jam ORCHIIDECTOMY
Tn. Edi usia 37 tahun dibawa warga ke IGD oleh warga karena mengalami
kecelakaan 1 jam yang lalu, menabrak truk. Pasien tidak sadarkan diri ketika
diperiksa, sebelumnya selama di jalan pasien sadar dan sesaat setelah
tabrakan pasien tidak sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80mmHg, HR 98x/menit, suhu 36,70C, RR 20x/menit, luka di regio
frontalis, krepitasi(+), meningeal sign(-). Apakah patofisiologi kasus ini?
a.Ruptur arteri meningea media
b.Ruptur bridging vein
c.Ruptur arteri cerebri anterior
d.Ruptur arteri cerebri posterior
e.Ruptur arteri basiliar
EPIDURAL HEMATOM
Level Kompetensi: 2
Pemeriksaan Penunjang:
Etiologi :fraktur daerah temporal Ruptur Arteri CT scan : Lesi Hiperdens Biconveks / lenticuler
meningea media
Key Point:
Penurunan kesadaran diantara 2 sadar : lucid interval
Nyeri kepala berat progresif
Muntah proyektil karna peningkatan TIK
Defisit neurologis
Pemeriksaan Fisik :
Herniasi : Pupil anisokor
Lesi ipsi lateral
Hemiparese/hemiplegia kontralateral lesi
Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Rujuk Ke RS Craniotomi
Ny. Jiyem usia 50 tahun datang dengan keluhan nyeri di pinggang kiri yang
menjalar hingga ke pusar, nyeri hilang timbul dalam 1 bulan ini, biasanya nyeri
berkurang dengan obat analgesic, tapi sekarang tidak berkurang sama sekali.
Riwayat asam urat (+) tidak berobat. Dokter mencurigai ada sebuah batu di
saluran kemih pasien. Dimanakah kemungkinan letak kelainan pada pasien
ini?
a.Urethra posterior
b.Ureter proximal sinistra
c.Ureter distal sinistra
d.Ureter media sinistra
e.Ginjal Kiri
NEFROLITIASIS
Level Kompetensi: 3A
 Nefrolitiasis :  Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
- Demam (-) ISK : sistitis : nyeri akhir miksi, Nyeri mendadak
- Nyeri saluran kemih setelah BAK (kandung kemih kosong, batu
- hematuria mengenai dinding kandung kemih)
BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal
ISK & BSK jika berubah posisi
 Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri
ketok  Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri
CVA (+) tekan
ISK : pielonefritis Prostatitis
BSK : Nefrolitiasis
 Nyeri pinggang, menjalar, KOLIK+, nyeri ketok CVA (-)  Nyeri perineum sampai ujung kemaluan
ISK : ureteritis ISK : uretritis
BSK : ureterolitiasis, BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan,
Proksimal : menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual, nyeri di ujung kemaluan
muntah
Distal : nyeri menjalar ke selangkangan.
ISK BSK
Non STDs : E.Coli - BNO : Batu Basa ( PH > 7.2) : Radioopaq
STDs : N. Go Ca2+ oksalat
Chlamydia trachomatis MAP/struvit Staghorn stone
Keypoint : - BNO IVP : Batu Asam : Radiolusen
TRIAS Asam urat
- Demam (+) Asam jengkolat
- Nyeri saluran kemih Keypoint :
- Lab : leukosituria TRIAS
- Demam (-)
- Nyeri saluran kemih
- Lab : hematuria
Penunjang Penunjang
- Urinalisis: pyuria, bakteriuria, nitrit (+), leukosit - Urinalisis : HEMATURIA ; ERITROSIT > 5 / LPB, Kristal
esterase (+) : pengambilan dengan urin pancar asam urat atau Ca2+
Tengah/ urin midstream, urin clean-catch - BNO : batu asam
- Koloni bakteri : - BNO IVP : batu asam
ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis): ditemukan - USG : akustik shadow dengan desi hiperekoik
bakteri 103 cfu/mL - Gold standard : CT Scan
- ISK tak bergejala (asymptomatic bacteriuria):
ditemukan bakteri 105 cfu/mL
- Gold standard : kultur urin
Tn. Sadad usia 38 tahun dibawa ke IGD karena menjadi korban kebakaran salah
satu toko elektronik, pasien mengalami luka bakar di dada dan perut, tangan kiri
bagian depan dan kaki kiri bagian depan. Luka terlihat gosong dan tidak nyeri.
Berat badan pasien 60kg. Berapakah kebutuhan cairan pasien?
a.7.560cc dalam 8 jam pertama
b.3.240cc dalam 8 jam pertama
c.7560cc dalam 16jam kedua
d.3300cc dalam 24 jam
e.3.780cc dalam 6 jam pertama
LUKA BAKAR
Level Kompetensi: 3B
Etiologi :sinar matahari, bahan kimia, uap/air panas, listrik/petir
Key point :
Grade 1 : Hiperemis, nyeri , bula (-)
Grade 2a : Hiperemis, sangat nyeri, bula (+)
Grade 2b : putih, nyeri berkurang, bula pecah
Grade 3 : putih/kehitaman, nyeri (-), bula (-)
Penatalaksanaan:
Luka bakar di seluruh lengan kanan (9%), dada (9%), dan perut (9%)=
Total luas luka bakar 27%
Resusitasi cairan dengan formula baxter luas luka bakar > 10% =
4cc x kgbb x luas luka bakar = 4cc x 60 kg x 27% = 6.480 cc
3.240 cc 8 jam pertama
3.240 cc 16 jm kemudian
Tn. Zul usia 30 tahun, datang ke praktik dokter umum dengan keluhan terjadi
pembesaran pada buah zakar bagian kanan. Keluhan ini tidak disertai rasa
nyeri serta tidak terjadi gangguan seksual. Tanda vital TD 120/80mmHg, HR 89,
RR 20, T37C. Pada pemeriksaan fisik teraba skrotum membesar pada bagian
kanan, lunak, tidak nyeri tekan, tidak teraba masa lain selain testis,
transilumination test (+) dan tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe
inguinal. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Elephantiasis
d. Orkhitis
e. Seminoma
HYDROCELE
Level Kompetensi: 2
Definisi : Akumulasi cairan serosa di sekitar
testis,yang berada di dalam tunika vaginalis
Etiologi : akibat keterlambatan penutupan processus
vaginalis
Keypoint :
• Edema / pembesaran skrotum
• Tidak ada tanda inflamasi
• Asimtomatis
Pemeriksaan penujang :
Translumination test/ diapanoscopy : Positive : Hydrocel
Tatalaksana :
Rujuk : Operatif
Tn. Zamani usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu hati
yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan timbul
ketika setelah makan. Pasien mengurangi frekuensi makannya untuk
menghindari rasa nyeri. Sehingga pasien mengalami penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR 20
x/menit, suhu 36,7 C, nyeri tekan epigastrium (+), defans muscular (-). Pada
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Apakah diagnosis dan
komplikasi kasus tersebut?
a.Ca gaster, transformasi maligna
b.Ulkus gaster, perdarahan GIT
c.Pankreatitis, pembentukan pseudokista
d.Ulkus peptikum, fistula usus
e.Ulkus duodenum, abses subhepatica
TUKAK GASTER Penatalaksanaan:
Level Kompetensi: 3A. Ulkus tanpa infeks H.pylori : PPI ±sitoprotektor

Pemeriksaan Penunjang:
- Endoskopi : mucosal break (+)/ulkus(+)
- UBT (+) : infeksi H.pylory
Nn. Helen usia 18 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat luka di
mulut sejak 3 hari yang lalu. Sejak 1 tahun yang lalu, pasien 3x mengalami hal
yang serupa dan menghilang sendirinya. Pasien tidak aktif secara seksual.
Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan lesi keputihan pada mukosa mulut dengan tepi eritema. Apakah
diagnosis dan tatalaksana kasus tersebut?
a. Stomatitis aftosa, triamsinolon asetonid 0,1%
b. Leukoplakia, antibiotic
c. Herpangina, asiklovir
d. Herpes labialis, asiklovir
e. Pemfigus vulgaris, kortikosteroid topical
Stomatis
Level Kompetensi 4
Etiologi dan Faktor resiko :
- Defisiensi Besi,
- Defisiensi B12
- Chron Disease
- HIV, HSV – 1
Luka Pada mukosa buccal, bibir dalam, lidah, nyeri (+)
Klasifikasi :
> Aftosa minor : Dangkal, diameter 5 – 7 mm
> Aftosa Mayor : lebih dalam, >7 mm
> Aftosa Herpetiform : Berkelompok, dangkal, diameter 1-
2mm (vesikel) Pembesaran KGB
Tx
- Obat Kumar clorhexidine 0,2%3×1
- Krim triamcinolon acetonide 0,1% 2×1
- Herpediform : Acyclovir 5×200 mg/hari G-hari)
An. Baam usia 1 bulan dibawa oleh ibunya ke IGD karena muntah kehijauan
sejak 1 hari yang lalu. Muntah dikatakan menyemprot. Pada pemeriksaan
teraba adanya massa di perut kanan atas. Pada pemeriksaan foto polos
abdomen didapatkan adanya gambaran single bubble. Kemungkinan
diagnosis pasien adalah?
a.Duodenal stenosis
b.Atresia esophagus
c.Volvulus
d.Hirschsprung disease
e.Hypertrophy pyloric stenosis
HYPERTROPHY PYLORIC STENOSIS
Level Kompetensi : 2

Etiologi : defek kongenital


Tanda dan Gejala :
 Muntah non bilier (tidak berwarna hijau)
 Muntah berisi apa yang dimakan dan diminum
 Anak tampak kelaparan
 PD : Olive sign di regio epigastrium
Pemeriksan Penunjang :
 BNO : Single Buble sign Single Buble sign
 Barium Enema : Mushroom/ embrella sign
Tatalaksana :
 Resusitasi ABC
 NIDAR Olive sign
Ny. Wieda usia 30 tahun datang dengan keluhan muncul benjolan di bahu.
Benjolan dirasakan sejak 3 tahun yang lalu dan tidak bertambah besar. Pada
pemeriksaan fisik, TD 110/80 mmHg, HR 95x/menit, RR 18x/menit, suhu
36.70C, status lokalis terdapat nodul simetris ukuran 3x3 cm di region bahu
kanan, mobile, nyeri tekan (-), ketika dipencet dengan 2 jari, timbul lekukan ke
arah benjolan. Diagnosis kasus tersebut adalah?
a.Kista atheroma
b.Liposarkoma
c.Lipoma
d.Kista beker
e.Kista ganglion
KISTA ATEROMA/ KISTA SEBASEA LIPOMA
Keypoint : Keypoint :
Obstruksi kelenjar Hiperplasia jaringan lemak,
sebasea kista pungta (-)
sebasea, Predileksi : punggung atas, leher, bahu
Pungta (+), bulat, Pseudokistik/ pseudofluktuan
fluktuatif, kistik
kepala, punggung,
Plantar
Benjolan pada lapisan subcutis,
progresif lambat, mobile, warna
dan suhu normal, pembesaran
KGB (-) . Tx : Operatif eksisi
An. Avi usia 2 tahun, dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan BAB cair.
Keluhan disertai mual dan muntah. Ibu pasien juga mengeluhkan gatal-gatal
pada seluruh badan anaknya. Riwayat ASI lengkap 6 bulan, kemudian
dilanjutkan MPASI. Saat ini pasien konsumsi susu formula. Pasien belum
pernah mendapatkan susu formula sebelumnya. Tanda vital HR 106x/menit,
RR 23kali/menit, suhu 36.7C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan plak eritema
dengan ukuran 1-3 cm dengan dasar eritem pada perut dan dada. Penyebab
diare yang paling mungkin adalah?
a. Infeksi rotavirus
b. Infeksi E.coli
c. Hipersensitivitas
d. Keracunan zat makanan
e. Defisiensi enzim laktase
ALERGI SUSU SAPI
Level Kompetensi: 4A
INTOLERANSI LAKTOSA ALERGI SUSU SAPI
Definisi : Etiologi : IgE- histamin
Merupakan kelainan akibat defisiensi enzim Keypoint :
laktase sehingga tidak dapat mencerna lactosa Diare mual muntah
yang terdapat dalam makanan (susu). terdapat ruam di kulit (+) gatal
Keypoint : Tatalaksana :
Diare, mual muntah Menghindari produk susu sapi
feses berbau asam, Menggunakan suhu hipoalergenik/
terdapat ruam kemerahan di sekitar anus, terhidrolisa sempurna :
tidak terdapat ruam di kulit susu formula asam amino
Gejala timbul setelah mengkonsumsi Susu protein kedelai soya
makanan yang mengandung laktosa Ibu diet produk sapi 2-4
Pemeriksaan Penunjang :
tes benedict (+) /
Hidrogen Breath Test (+)
Clini Test
Tatalaksana :
Menghindari produk susu dan olahan
Menggunakan free lactose atau low lactose milk
Seorang laki-laki menemukan jenazah bayi perempuan di selokan dekat
rumahnya, kemudian melaporkannya ke polisi. Polisi membawa jenazah
ke RS untuk diotopsi. Dari pemeriksaan, bayi masih menggunakan
pakaian dan didapatkan luka memar di sekitar mulut, luka leccet pada
area leher dan bahu. Muka tampak gelap, sklera merah, bibir dan ujung
jari kebiruan. Terdapat bendungan pembuluh darah pada organ dalam.
Terdapat susu di dalam lambung bayi. Kasus di atas termasuk kasus?
a.Pembunuhan anak sendiri
b.Pembunuhan biasa
c.Pembunuhan yang disengaja
d.Abortus kriminal
e.Abortus medical
INFANTICIDE
Level Kompetensi : 3A
Ibu kandung membunuh anak sendiri pada saat/tidak lama
setelah dilahirkan. Motif: "takut ketahuan bahwa iamelahirkan".
Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi harus:
• Infanticide : Bayi lahir hidup, viable, tidak tanda-tanda
perawatan. (KUHP Pasal 341).
• Pembunuhan anak biasa : Bayi lahir hidup, viable, terdapat
tanda-tanda perawatan. (KUHP Pasal 342).
• Still Birth : Bayi lahir mati, tidak viable, tidak tanda-tanda
perawatan.
Keterangan :
- Viable : (usia gestasi >28 minggu; BB>1000 gram; lingkar
kepala>32 cm; panjang tumit-kepala >35 cm, tidak ada kelainan
bawaan berat).
- tanpa tanda perawatan : (plasenta ada, tali pusat belum
dipotong,verniks kaseosa masih ada, atau tanpa adanya
makanan/susu dan tidak adanya pakaian yang dikenakan bayi)

Tanda Lain Bayi Cukup Bulan


• Lanugo sedikit,terdapat pada dahi, punggung, dan bahu
• Kartilago telinga telah sempurna (bila dilipat, cepat kembali ke
keadaan semula)
• Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih
• Kuku jari telah melewati ujung jari
• Garis telapak kaki telah melewati 2/3 telapak kaki
• Testis telah turun ke dalam skrotum
Tn. Steve didapatkan meninggal di kamar kosnya dalam keadaan
tergantung. Mayat laki-laki tersebut ditemukan saat subuh oleh teman kosnya
yang curiga karena korban seharian tidak keluar kamar. Diketahui bahwa laki-
laki tersebut memang sedang depresi karena baru saja dipecat, namun tidak
menyangka korban sampai akan bunuh diri. Pada pemeriksaan luar forensic
ditemukan perdarahan bintik-bintik pada konjungtiva dan busa halus pada mulut.
Tampak Lesi berbentuk V terbalik dileher korban. Kemungkinan mekanisme
kematian pada korban ini adalah?
a. Hanging
b. Strangulasi
c. Smothering
d. Refleks Vagal
e. Asfiksia
CARA KEMATIAN SEBAB MEKANISME KEMATIAN
Wajar Diagnosis yang menyebabkan seseorang Proses / mekanisme sehingga seseorang
Tidak Wajar meninggal : meninggal dunia
wajar : stroke, CKD, IMA, anemia wajar : infark otak, infark jantung,
perdarahan hypovolemia,
akut Tidak wajar : asfiksia, hypovolemia, fibrilasi
Tidak wajar : Hanging, manual strangulasi , ventrikel
choop, stab wound, drowning

ASFIKSIA MEKANIK
1. Pembekapan / smothering lesi bulan sabit di
pipi
2. Chocking / guging corpus alienum di sal.
Pernafasan
3. Manual strangulasi lesi bulan sabit di leher
4. Strangulasi lesi kontinyu dan mendatar di
leher, pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan
selotip transparan
5. Hanging lesi berbentuk V terbalik di leher,
fraktur os hyoid
Seorang wanita menemukan temannya meninggal dalam mobilnya yang
sedang terparkir di dekat pusat perbelanjaan. Setelah tim forensik melakukan
pemeriksaan, ditemukan kulit korban berwarna merah terang, tercium bau
almond dari mulut saat dilakukan penekanan dada korban. Apakah
kemungkinan penyebab kematian perempuan tersebut?
a.Keracunan timbal
b.Keracunan karbonmonoksida
c.Keracunan arsen
d.Keracunan sianida
e.Keracunan alkohol
TOKSIKOLOGI/KERACUNAN
Level Kompetensi : 3A
KERACUNAN KERACUNAN CARBON KERACUNAN
CARBONDIOKSIDA (CO2) MONOKSIDA (CO) SIANIDA (HCN)
Etiologi : Ruangan Etiologi : Asap kendaraan. Etiologi : Sediaan sintetik, umbi-umbian
tertutup rapat. Gejala : Sakit kepala, mual, sesak dll.
Gejala : Sakit kepala, nafas , sianosis, penurusan Gejala awal :
mual, sesak nafas , kesadaran dan henti jantung. Sesak nafas,nafas berbau almond, nyeri
sianosis, penurusan Pemeriksaan : Test dilusi alkali kepala, dispnea, kecemasan, perubahan
kesadaran dan henti Tanda : perilaku seperti agitasi dan gelisah,
jantung. “CHERRY RED” berkeringat banyak dan tubuh terasa lemah
Tanda : Merah bata Gejala akhir : Penekanan terhadap
Merah gelap (mobil mati, dalam sumur) (mobil hidup) CNS,dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-
Antidotum : Oksigenasi (VTP) Antidotum : Oksigenasi (VTP) kejang, gagal nafas hingga henti jantung.
Tanda :
“CHERRY PINK”/ Bright red / merah
terang
Antidotum : Na Tiosulfat
Seorang mayat ditemukan warga dengan dada ditusuk oleh sebuah pedang.
Mayat tersebut dalam posisi terduduk dengan tangan kanan mayat tersebut
tampak kaku memegang sebilah pedang yang menusuk mayat tersebut. Dari
keterangan warga sekitar diduga pasien dibunuh oleh perampok yang masuk ke
rumahnya semalam. Mayat dievakuasi lalu diantar polisi ke rumah sakit untuk
dilakukan otopsi. Pada pemeriksaan, dokter forensik menemukan mayat
meninggal dengan lengan dan tangan kanan memegang pedang tersebut, tapi
pada bagian lengan kiri dan kedua paha tidak ada kekakuan, diduga mayat
meninggal sekitar 2- 3 jam yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, sudah
dalam fase apa mayat tersebut?
a. Rigor mortis
b. Rivor mortis
c. Cadaveric spasm
d. Cold Stiffening
e. Pugilistic attitude
TANDA PASTI KEMATIAN
Tanda Pasti Kematian Diagnosis Banding Kaku Rigor mortis (kaku mayat ) :
Mayat Temuan :
Relaksasi primer (segera setelah kematian
muncul < 2 jam) dimana otot masih bisa
digerakkan kesegala arah.
Rigor mortis (2 – 24 jam) penurunan jumlah
ATP
< 12 jam : tidak lengkap
≥ 12 jam : lengkap
Relaksasi sekunder ( > 24 jam ) terjadi akibat
dekomposisi dari serabut aktin dan myosin

Cadaveric spasme adalah proses kekakuan mayat


tanpa proses relaksasi primer dan menunjukan
aktivitas terakhir mayat.
Seorang mayat laki-laki tanpa identitas ditemukan tergeletak di pinggir jalan
dengan baju berlumuran darah di bagian dada kanan. Mayat dibawa ke unit
forensik dan diduga meninggal akibat tembakan senjata api. Pada pemeriksaan
ditemukan luka bulat tepi rata dengan diameter 9 mm. Disekitar luka tampak
gambaran bulat dengan kulit yang menghitam terbakar jelas melingkari tepi
luka. Berdasarkan identifikasi luka dari pemeriksaan mayat tersebut,
Apakah jenis luka tembak pada kasus tersebut?
a. Luka tembak tempel 0 cm
b. Luka tembak sangat dekat <15 cm
c. Luka tembak dekat 15-30 cm
d. Luka tembak sangat jauh > 60cm
e. Luka tembak jauh > 30- 60 cm
LUKA TEMBAK
Level kompetensi :3A
Definisi : Jejas yang dihasilkan akibat persetubuhan dengan
senjata api (peluru).
Klasifikasi :
Luka tembak tempel :
jejas laras (jika dikepala Stelata/star shape)
Luka tembak sangat dekat (<15 cm):
kelim api
Luka tembak dekat (15 - 30 cm):
kelim jelaga; kelim tato
Luka tembak jauh (>60 cm) :
kelim kesat dan kelim lecet
Keterangan kelim:
Kelim lecet : kulit ari hilang di sekeliling lubang
Kelim kesat : pelumas, jelaga, elemen mesiu pada tepi
lubang
Kelim tato : butir mesiu yang tidak habis terbakar sekitar
kelim lecet
Kelim jelaga : jelaga/asap pada permukaan kulit sekitar
lubang
Kelim api : daerah hiperemis di tepi lubang
Tn. Otto usia 65 tahun datang ke RS untuk direncanakan endoskopi. Pasien
memiliki keluhan nyeri ulu hati disertai rasa terbakar di dada sejak lama. Pada
pemeriksaan endoskopi tidak didapatkan ulkus baik di gaster maupun di
duodenum, tetapi didapatkan penonjolan mukosa berwarna kemerahan ke arah
proksimal dari gastroesophageal junction. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan
sel epitel kolumner selapis dengan sel goblet. Apakah diagnosis kasus
tersebut?
a.Achalasia
b.Barret’s esofagus
c.Esofagitis refluks
d.GERD
e.Gastritis non erosiva
GERD
Level Kompetensi: 4A
Definisi: GERD adalah penyakit esophagus yang disebabkan oleh karena refluks cairan lambung berulang ->
inflamasi/iritasi pada dinding esofagus
Etiologi dan faktor resiko: obesitas, dan factor kebiasaan setelah makan langsung tidur/berbaring
Keypoint: Disfagia, heartburn, odinofagi, mulut terasa asam/pahit, nyeri ulu hati
Tatalaksana
Step up: dimulai dari non PPI  dilanjutkan PPI
Pemeriksaan penunjang:
Step down: dimulai dari PPI  dilanjutkan non PPI
GERD Q
Omeprazol 2x20mg
PPI test: 1-2 minggu  keluhan berkurang
Lansoprazol 2x30mg
Ph metri
Pantoprazol 2x40mg
Bernsteint test (+)
Rabeprazol 2x10-20mg
Selama 4-8 minggu
Komplikasi
Akut: Mallory weis tear, striktur
Kronik: barret esofagus (metaplasia sel squamous menjadi columnar)  ca esofagus/adenocarsinoma
Tn. Husin usia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan diare sejak 4
hari yang lalu. Pasien selalu makan makanan yang bersih. Pasien juga
memiliki sinusitis kronik dan mengkonsumsi antibiotic levofloksasin dan
klindamisin yang disarankan oleh apoteker. Pasien telah mengkonsumsi obat
tersebut selama 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
leukositosis 17.000 sel/mm3. Pemeriksaan feses ditemukan bakteri batang
gram positif. Apakah diagnosis dan penyebab kasus tersebut?
a.Disentri, Shigella dysentriae
b.Travelers’s diarrhea, ETEC
c.Diare, EIEC
d.Kolitis pseudomembran, Clostridium difficile
e.Kolera, Vibrio cholera
Kolitis Pseudomembran
Level Kompetensi: 4A.

Etiologi : Clostridium Dificille (bakteri batang gram positif)


Faktor Resiko : Konsumsi antibiotik spektrum luas ≥ 1 Bulan >1 obat
tanpa resep dokter , Diare (+)
Endoskopi : Pseudomembran
Tx s
- Stop AB
- Ringan : Metronidazole 3 ✗500mg (10 Hari)
- Berat : Vancomycin 125mg/6jam (10 Hari)
Tn. Clay berusia 50 tahun datang ke IGD RS diantar oleh keluarganya dengan
keluhan muntah darah 15 menit yang lalu. Darah berwarna merah gelap.
Keluhan serupa belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika di IGD pasien kembali
muntah dengan jumlah 75 cc. pada pemeriksaan tanda vital didaatkan TD
145/85 mmHg, HR 100 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,8 C. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan ascites serta nevus araneus. Apakah pemeriksaan penunjang
terbaik kasus tersebut?
a.Hepatic Venous Pressure Gradient (HPVG)
b.Endoskopi
c.USG Abdomen
d.X foto Thoraks
e.CT Scan
Sirosis Hepatis
Level Kompetensi: 2
Etiologi: Hepatitis B, alkoholik
Keypoint: SEKASIH (splenomegaly, Eritema Palmaris, Kolateral
vein, Asites, Spider nevi (nevus araneus), Inversi Albumin globulin
ratio, hematemesis)
Komplikasi: rupture varises esophagus, sindrom hepatorenal,
SBP, HE, hepatopulmonum sindrom, HCC (AFP > 400ng/L)
Ny. Lingling usia 32 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan rasa terbakar pada dada bagian tengah. Keluhan dirasakan sejak 1
bulan yang lalu, memberat saat dalam posisi berbaring dan berkurang saat
posisi duduk. Keluhan juga disertai nafas terasa berat dan mulut terasa pahit.
Sebelumnya pasien tersebut diketahui sedang hamil anak ke-5. Hasil
pengukuran tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, HR 80x/menit,
RR 20 x/menit, dan suhu 36,5°C. Hasil pemeriksaan rekam jantung didapatkan
normal sinus ritme. Diagnosis yang tepat?
a. GERD
b. Ulkus gaster
c. Ulkus duodenum
d. Sindroma dyspepsia
e. Angina pectoris stabil
GERD
Level Kompetensi: 4A
GERD :
Definisi :
suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara
berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya
gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu
Keyword :
Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa
nyeri dan pedih)
regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
nyeri epigastrium
disfagia
Odinofagia
Dua kelompok pasien GERD
Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan
adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan
endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan
mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Non
Erosive Reflux Disease/NERD)
PH metri / Berstein test
EsofagogastroduodenoskopI
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan diare
berdarah sejak 3 bulan yang lalu. Diare 4-5x/hari yang disertai dengan bercak
darah. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik abdomen didapatkan supel dan tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan
endoskopi didapatkan pseudopolip pada rectum. Apakah diagnosis kasus
tersebut?
a.IBS
b.Crohn’s disease
c.Colitis ulserativa
d.Pioderma gangrenosum
e.Eritema nodosum
Inflamatory bowel disease
Level Kompetensi: 2
Definisi: IBD adalah inflamasi kronis yang terjadi pada saluran cerna
Etiologi: idiopatic, genetic
Keypoint:
Chorn disease Colitis ulcerative
Nyeri perut sedang berat Nyeri perut ringan-sedang
BAB cair berdarah BAB cair berdarah (>80% kasus)
Penurunan BB Penurunan BB
Penunjang Penunjang
Colon in loop: string sign Colon in loop: lead pipe
Endoskopi: skipping lesion, cobble stone Endoskopi: continuous lesion, pseudopolyp
Ny. Wulur usia 49 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut yang
memberat sejak 2 hari lalu. Pasien juga mengeluh mual muntah setiap
makan. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 92
kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu 38,1 C. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan sklera ikterik. Nyeri tekan abdomen (+) pada regio RUQ. Pada
pemeriksaan penunjang ditemukan bilirubin total 3,8 mg/dL, bilirubin direk
2,7 mg/dL. Pada USG ditemukan dilatasi duktus intrahepatik dan
ekstrahepatik. Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
a. Fatty liver
b. Kolelithiasis
c. Kolangitis
d. Koledokolithiasis
e. Kolesistitis
KOLESISTITIS
Level Kompetensi: 3B
PENYAKIT PADA BILIER
RUQ PAIN (+)
Demam (-) Demam (+)
Ikterus (-) Ikterus (+) Ikterus (-) Ikterus (+)
KOLELITIASIS KOLEDOKOLITIASIS (2) KOLESISTITIS (3B) KOLANGITIS
4 F : female , fourty, fatty, RUQ pain (+) , Demam
fertile Murphy sign (+)
RUQ PAIN (+), kolik, setelah CBD stone Penunjang :
TRIAS CHARCOT : RUQ
makan makanan berlemak Jaundice (tipe obstruksi) USG Abdomen : penebalan
pain (+) , Demam (+)
USG : akustik shadow, lesi RUQ pain (+) , BAB dinding vesica fellea, double
Jaundice
hiperekoik di vesika fellea Dempul, urine seperti rims
Apabila Trias Charcot +
teh, sklera kuning
Hipotensi, penurunan
kehijauan
kesadaran pentad
Penunjang :
Reynold
Bilirubin direct ↑
Penanganan :
USG Abdomen
Resusitasi
ERCP Penanganan :
Antibiotik
Penanganan : Penanganan : Resusitasi
Rujuk
Analgetik Rujuk Antibiotik
Ursodeoxycholic asid Rujuk : Surgical: Laparoscopic
Pembedahan cholecystectomy, ERCP
Ny. Adiva usia 42 tahun datang ke IGD akibat nyeri perut di ulu hati sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan menembus punggung. Nyeri tidak berkurang
dengan makan maupun setelah BAB. Mual muntah (+). Pasien memiliki riwayat
kolelitiasis. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan TD 120/80mmHg, HR 112
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 38,0oC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nyeri tekan seluruh regio abdomen dengan defans (+). Pada pemeriksaan foto
polos abdomen ditemukan ileus tanpa udara bebas. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan Hb 15 g/dl dan peningkatan amilase dan lipase.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
a. Kolesistitis
b. Koledokolitiasis
c. Pankreatitis akut
d. Gastritis
e. Ileus Obstruktif
PANKREATITIS AKUT
Level Kompetensi: 3B
Keypoint :
Pancreatitis adalah inflamasi pada pancreas Nyeri Epigastrium Tumpul dan Menetap menembus
Etiologi dan Factor Resiko : Alkoholik , obstruksi punggung
ampula Demam
Faktor Resiko (+)
Cullen sign (umbilical), Grey turner sign (flank)
Fox sign (paha)
Amilase dan lipase Meningkat

Dx : 2 dari 3 kriteria
Nyeri perut bagian atas
Peningkatan amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai
batas normal
Hasil pemeriksaan imaging (USG/CT scan Th/
atau MRI). Rujuk
Tn. Toni usia 40 tahun datang ke RS dengan keluhan tubuh menguning sejak
1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri perut kanan atas dan mual.
Pasien juga merasakan urin lebih gelap dibandingkan biasanya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 110/70 mmHg, HR 89 kali/menit, RR 18
kali/menit, suhu 38,1o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sklera ikterik dan
hepar yang teraba 3 jari di bawah arcus costae. Pada pemeriksaan lab
ditemukan Hb 10 g/dL, WBC 10.800/mm3 , PLT 210.000/mm3 , bilirubin total 3,6
mg/dL, bilirubin direk 2,4 mg/dL, AST 488 U/L dan ALT 798 U/L. Pada
pemeriksaan serologi didapatkan HAV-IgG (+), HBsAg (+), IgG anti-HBc (+),
HbeAg (+), antiHCV (-). Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Hepatitis B kronik non-replikatif
b. Hepatitis B kronik replikatif
c. Hepatitis B yang telah sembuh
d. Hepatitis B window period
e. Hepatitis A akut
HEPATITIS B
Level Kompetensi: 3A
Transmisi : Cairan tubuh Serologi Hepatitis B :
Risiko: Riwayat sex bebas, narkoba HBc (core) Penilaian windows periode
suntik, transfuse Hepatitis B ;
Gejala Klinis : HBs (Surface) Menilai Infeksi Hepatitis
Demam berulang B;
Ikterik HBe (envelope) Tingkat Replikatif Virus
Penurunan nafsu makan Hepatitis B
Lemah

Tatalaksana :
Antivirus
(Lamivudine),
Imunomodulator
Interferon Alfa
Komplikasi : Sirosis
Hepatis
Seorang dokter puskesmas di desa daerah Indonesia Timur ingin
memberikan penyuluhan tentang pentingnya konsumsi vitamin A dan
makanan apa saja yang dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin A
yang dapat diperoleh dari sumber makanan sehari-hari yang ada di sekitar
lingkungan warga. Dokter tersebut mendapatkan informasi bahwa sebagian
besar warga mengalami buta huruf. Bagaimana metode promosi kesehatan
yang tepat dilakukan dokter tersebut?
a.Leaflet
b.Film
c.Booklet
d.Poster
e.Flyer
PROMOSI KESEHATAN
Definisi : Upaya yang di lakukan oleh Tenaga Medis / Paramedis untuk mencegah penyakit sebelum penyakit
tersebut muncul di wilayah tersebut
Sasaran Promosi Kesehatan :

METODE PROMOSI KESEHATAN


DENGAN MENGGUNAKAN
SEGITIGA EDGAR
Tn. Diky usia 32 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 5
hari yang lalu. Diketahui pasien memiliki riwayat bepergian ke Manokwari. Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter memutuskan untuk merujuk
pasien ke RS setempat untuk pemeriksaan lab dan tatalaksana lebih lanjut
karena tidak ada pemeriksaan penunjang di puskesmas tersebut. Jenis
rujukan apakah yg paling tepat?
a. Rujukan kasus
b. Rujukan spesimen
c. Rujukan Ilmu Pengetahuan
d. Rujukan Tenaga Ahli
e. Rujukan Operasional
RUJUKAN SARANA
Jenis Rujukan Dalam Puskesmas
Rujukan upaya kesehatan perorangan
Rujukan kasus Rujukan bahan/ specimen Rujukan ilmu pengetahuan
untuk keperluan diagnostik, pemeriksaan laboratorium klinik yang Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
pengobatan, tindakan operasi dan lebih lengkap dengan mendatangkan atau mengirim
lain– lain tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan
teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayana

Rujukan upaya Kesehatan masyarakat


Rujukan sarana Rujukan tenaga Rujukan operasional
berupa bantuan laboratorium dan Rujukan tenaga dalam bentuk dukungan berupa obat, vaksin, pangan pada saat
teknologi kesehatan tenaga ahli untuk penyidikan, sebab dan terjadi bencana, pemeriksaan bahan
asal usul penyakit atau kejadian luar biasa (spesimen) bila terjadi keracunan
suatu penyakit serta penanggulangannya massal, pemeriksaan air minum
pada bencana alam, dan lain – lai penduduk dan sebagainya
Dokter puskesmas melakukan penilaian pada keberhasilan suatu posyandu
terutama mengenai kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita
untuk menimbang anak secara teratur. Apakah yang dinilai dokter
tersebut?
a.K/S
b.D/K
c.D/N
d.D/S
e.N/D
Klasifikasi program utama :
imunisasi, KIA/KB, Gizi
Suatu survei untuk mendeteksi penyakit tuberculosis dilakukan di
Kecamatan B dengan jumlah penduduk 150.000 orang. Pada survey
tersebut ditemukan 15 penderita tuberculosis paru yang terdiri dari 12
penderita tuberculosis lama dan 3 penderita tuberculosis baru. Selain
itu juga tercatat 100 kasus kematian di Kecamatan B dan dari jumlah
tersebut ada 8 orang meninggal karena tuberculosis paru. Berapakah
nilai Case Fatality Rate kasus di atas?
a. (3/15)x100%
b. (8/15)x100%
c. (15/100)x100%
d. (12/100)x100%
e. (8/100)x100%
UKURAN MORTALITAS PENYAKIT
Crude death rate/ angka angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian
kematian kasar selama satu tahun jumlah penduduk pada pertengahan
tahun
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu/ jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
Maternal Mortality Rate (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
(MMR) Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran hidup x
100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
Pada suatu kota X di Indonesia didapatkan 3 kasus anak-anak < 3 tahun
meninggal dunia akibat peradangan liver yang tidak diketahui sebabnya.
Kejadian tersebut termasuk dalam?
a.Epidemi
b.Pandemi
c.Sporadik
d.Endemik
e.KTB
ENDEMI PANDEMI
Penyakit yang SELALU ADA di suatu wilayah Penyebaran penyakit melalui batas geografis
SPORADIK EPIDEMI/OUTBREAK
Suatu keadaan dimana masalah Peningkatan jumlah penyakit disuatu wilayah dari ekspektasi
kesehatan/ penyakit yang ada di suatu normal, dan penyakit ditularkan baik melalui benda umum
wilayah tertentu frekuensinya BERUBAH (makanan) atau melalui hewan
UBAH menurut perubahan waktu Salah satu dari kriteria :
1. Kasus muncul dari TIDAK ada menjadi ADA
2. Kasus naik 2 kali lipat dari periode sebelumnya
3. Kasus naik dalam 3 periode waktu
Epidemi : di satu bagian wilayah / provinsi
Outbreak : di 1 kelas, 1 desa
dr. Jean ingin meneliti mengenai faktor risiko diet seimbang dalam menontrol
kadar gula darah pada ibu hamil di RS A. dr. Jean meminta responden untuk
menuliskan lauk-pauk yang dimakan tiap responden dalam 1 bulan terakhir
beserta jumlah porsinya. Responden dibantu oleh peneliti dalam pengisian
kuesioner. Apa kemungkinan masalah yang bisa dihadapi oleh peneliti?
a. Bias Recall
b. Bias loss to follow up
c. Bias Seleksi
d. Bias Gender
e. Bias observer
dr. Fiki melakukan penelitian terhadap 600 pasien suspek glomerulonefritis akut
post-streptokokus (GNAPS). 200 diantaranya mempunyai hasil Anti-streptolycin
titer O(ASTO) + yang dianggap baku emas. Dengan alat uji diagnostik baru
didapatkan temuan 160 hasil positif pada kelompok ASTO +. Sementara pada
subjek dengan ASTO (-), alat baru tersebut memberikan hasil negatif sebesar
360 subjek. Berapa NPV alat baru tersebut?
a.95%
b.90%
c.80%
d.66%
e.54%
UJI DIAGNOSTIK
Sensitivitas = A : (A+C)
Spesifitas = D : (B+D)
Nilai prediksi positif (Positive Predictive Value ) = A : (A+B)
Nilai prediksi negatif (Negative Predictive Value) = D : (C+D)

GNAPS (+) GNAPS (-)


Alat Baru (+) 160 40
Alat Baru (-) 40 360

Nilai prediksi negatif (Negative Predictive Value)


= 360 : (360+40)
= 360 : 400 x 100%
= 90%
dr. Sasti ingin melakukan penelitian terkait tingkat depresi dan kulitas hidup
pada pasien HIV di suatu kecamatan, karena keterbatasan data mengenai
pasien yang menderita HIV maka dokter tersebut melakukan mengambilan data
dengan cara mengunggu pasien di poli VCT masing masing puskesmas di
kecamatan tersebut sampai jumalah data terpenuhi. Metode pengmbilan
sampel tersebut adalah?
a. accidental sampling
b. snow ball sampling
c. saturation sampling
d. quota sampling
e. purposif sampling
SAMPLING
Teknik pengambilan sampel

Probability sampling / random sampling Non probability sampling


SIMPLE RANDOM SAMPLING CONSECUTIVE SAMPLING
Pengambilan sampel dimana semua unsur dari populasi Penetapan sampel dari populasi secara acak selama
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masih memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
sebagai anggota sampel. Anggota sampel dipilih CONVENIENCE / ACCIDENTAL SAMPLING
secara acak. Penetapan sampel berdasarkan kebetulan / kemudahan
SISTEMATIS RANDOM SAMPLING saja.
Pengambilan sampel dimana sampel pertama PURPOSIVE /JUDGEMENT SAMPLING
ditentukan secara acak sedangkan sampel berikutnya Penetapan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria
diambil berdasarkan satu interval tertentu. tertentu (yang paling baik untuk dijadikan sampel).
STRATIFIED RANDOM SAMPLING QUOTA SAMPLING
Pengambilan sampel dimana populasi yang ada Penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih
memiliki strata atau tingkatan dan setiap tingkatan dahulu pada masing-masing kelompok.
memiliki karakteristik sendiri. SNOW BALL SAMPLING
Contoh : Kelas pada suatu sekolah Penetapan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil
CLUSTER SAMPLING tetapi makin lama makin banyak sampai informasi telah
Kelompok setara cukup.
Contoh : dari 200 SMA diambil 20 SMA
MULTISTAGE SAMPLING
Diambil secara bertahap agar mewakili populasi dalam
jumlah besar
Contoh : dari 1 negara diambil bbrp provinsi 
kabupaten  kecamatan
Seorang dokter melakukan penelitian untuk mengetahui kadar yodium
pada populasi GAKY di daerah pegunungan dan daerah pantai dengan
total subjek penelitian sebanyak 750 peserta gabungan, sebelum
melakukan uji statistic maka bagaimana cara uji normalitas akan
dilakukan?
a.T berpasangan
b.T tidak berpasangan
c.Uji Lilliefors
d.Uji Saphiro Wilk
e.Uji Kolmogrov Smirnov
UJI NORMALITAS

Jenis Uji Normalitas

KOLMOGOROV SMIRNOV
Syarat:

Interpretasi
Seorang dokter melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jus
mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok Hipertensi Grade
III. Kelompok dalam penelitian dibagi menjadi kelompok kontrol negatif dan 4
kelompok lainnya yang diberi 1 gelas jus mentimun, 2 gelas jus mentimun, dan
3 gelas jus mentimun per hari. Tekanan darah diukur sebelum penelitian dan
sesudah penelitian yang dilakukan selama 3 bulan. Bagaimana cara uji
statistik akan dilakukan?
a. T berpasangan
b. T tidak berpasangan
c. Chi square
d. Repeated Anova
e. Non-repeated Anova
Seorang kepala puskesmas akan melakukan penyuluhan mengenai stunting.
Pesertanya merupakan ibu yang berumur 20-45 tahun dan rata rata pendidikan
terakhirnya sekolah menengah pertama. Kepala puskesmas akan memberikan
kuesioner kepada ibu untuk menilai tingkat pengetahuannya sebelum dan
sesudah penyuluhan. Data berupa interval dan distribusinya tidak normal.
Apakah uji penelitian yang tepat digunakan?
a.Uji T berpasangan
b.Uji T bebas
c.Uji Anova satu arah
d.Uji Mann Whitney
e.Uji Wilcoxon
Seorang dokter Nusantara Sehat yang sedang mengabdi di Indonesia bagian
timur melakukan penelitian mengenai perbedaan kadar yodium urin pada
penduduk pesisir pantai dan pegunungan dengan data rasio. Saat melakukan uji
normalitas ditemukan bahwa distribusi normal. Uji statistika yang dapat dipakai
adalah?
a. Korelasi spearman
b. Korelasi pearson
c. Chi square
d. Uji T berpasangan
e. Uji T tidak berpasangan
Ny. Ruce usia 36 tahun, G1P0A0, UK 33 minggu datang ke poliklinik
kandungan untuk melakukan ANC rutin. Pasien mengalami peningkatan
5 kg dalam 2 minggu terakhir. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri kepala
dan pandangan yang kabur. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
150/110 mmHg, HR 105 kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan edema tungkai bilateral. Dokter melakukan
pemeriksaan urin dan didapatkan glucosuria +1 dan proteinuria +4.
Apakah tatalaksana yang paling tepat pada kasus ini?
a. MgSO4 dan antihipertensi oral
b. Manajemen ekspektan
c. MgSO4, dan terminasi kehamilan
d. MgSO4, steroid, dan terminasi kehamilan
e. Aspirin 75 mg /hari
PREEKLAMSIA
Level Kompetensi: 3B
Diagnosa KLINIS
Hipertensi Kronik Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan (TD ≥
140/90mmHg)
Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 22 minggu
Hipertensi Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 22 minggu dan menghilang
Gestasional setelah persalinan (TD ≥
140/90 mmHg)
Tidak ada riwayat HT sebelum hamil
Preeklamsia & PE
Preeklamsia Berat TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 22 minggu
Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24 jam
PEB
TD > 160/110mmHg pada UK > 22 minggu
Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam atau
Gejala organ target
1. Otak : penurunan kesadaran, muntah proyektil, Sakit kepala, skotoma penglihatan
2. Jantung : nyeri dada
3. Paru : sesak nafas + ronkhi
Superimposed Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 22 minggu)
preeklamsia Proteinuria > +1 atau
Gejala organ target
Eklamsia PE/PEB/Superimposed preeklamsia + KEJANG
Diagnosa TERAPI
Anti Hipertensi
Hipertensi Kronik /
1st Metildopa
Hipertensi Gestasional
2nd CCB
Suplementasi Ca 1000 mg / hari
Preeklamsia
Aspirin 75 mg /hari
Preeklamsia Berat/ Awal : profilaksis Kejang Antidotum :
Superimposed 1st MgSO4 1st Ca glukonas
preeklamsia/ Dosis awal 4 g MgSO4 40% + RL 2nd Diazepam IV
Eklamsia bolus IV 15-30 menit Syarat pemberian MgSO4
Dosis rumatan 6 g MgSO4 40% + kolf Tersedia Ca Glukonas 10%
RL dalam 6 jam Ada refleks patella
Anti Hipertensi Jumlah urin minimal 0,5
1st CCB ml/kgbb/jam
2nd Metildopa
Terapi Definitif : SC
 Steroid (pematangan paru)
Ny. Catty usia 22 tahun, datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah
terus menerus sejak 2 hari yang lalu. keluhan muntah hingga 5-10x sehari.
Pasien menjadi lemas, tidak mau makan, dan merasakan nyeri pada ulu
hati. Menstruasi terakhir pasien adalah 2 bulan yang lalu. Keluhan
perdarahan jalan lahir disangkal. Pada pemeriksaan fisik: kesadaran
apatis, TD 90/60 mmHg, RR 112 x/menit, RR 26 x/menit, turgor kulit
normal, dan mata sedikit cekung. Pemeriksaan laboratorium beta-HCG (+),
ketonuria (+). Tata laksana yang sesuai untuk pasien adalah?
a. Rehidrasi, Antasida dan ranitidin
b. Rehidrasi, Pemberian agen PPI selama 6-8 minggu
c. Small frequent feeding, vitamin B6, dan misoprostol
d. Rehidrasi, vitamin B6 dan domperidone
e. Rehidrasi, vitamin B6, dan ondansetron
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Level Kompetensi: 3B
Definisi : KLASIFIKASI:
Keluhan mual,muntah pada ibu hamil Grade I :
yang berat hingga mengganggu aktivitas tanda dehidrasi Ringan, CM, lab. Ketonuria (-) Vit B (piridoxin
sehari-hari UK < 16 minggu +doxylamin), prometazin/dipenhidramine
Etiologi : peningkatan hCG
Key point :
Mual muntah hebat
Perdarahan jalan lahir (-)
TFU sesuai gestasi
Grade II :
tanda dehidrasi Ringan-sedang, CM/apatis, aseton tercium dalam
hawa
pernapasan. lab. Ketonuria (+) Ondansetron/ Metoklopramide
PO/IV
Grade III:
tanda dehidrasi Berat, (Somnolen sampai Koma), nafas kusmaul.
Komplikasi fatal ensepalopati Wernicke: nystagmus, diplopia,
perubahan mental. Ondansetron/ Metoklopramide IV
Nn. Lika usia 25 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 15 minggu datang ke poliklinik
kandungan untuk melakukan ANC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/75 mmHg, HR 80 x/menit, suhu 36,7 C, RR 20 x/menit. Dari hasil
pemeriksaan USG usia kehamilan 12 minggu, DJJ (-). Apakah diagnosis dan
tatalaksana yang tepat untuk pasien?
a. Abortus insipient, evakuasi hasil konsepsi
b. Abortus inkomplit, tunggu pengeluaran konsepsi spontan
c. Abortus komplit, tidak perlu evakuasi
d. Missed abortion, evakuasi hasil konsepsi
e. Missed abortion, dilatasi dan kuretase
Abortus
Level Kompetensi : 3B – 4A
Ancaman atau keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat
keluar dalam kandungan, Pada Usia kehamilan < 22 Minggu atau
berat < 500 gr
Klasifikasi, Gejala dan Tanda :

Tatalaksana :
• Abortus Iminens : Pertahankan Kehamilan, Bed Rest dan
Observasi Lanjutan
• Abortus Insipiens : Pemberian Cairan NaCl 0,9 %, Kuretase
Vakum/Tajam Untuk pengeluaran Hasil Konsepsi
• Abortus Inkomplit : Pemberian Cairan NaCl 0,9 %, Kuretase
Vakum/Tajam Untuk pengeluaran Hasil Konsepsi
• Abortus Komplit : Konseling dan Rawat Jalan
Ny. Britty usia 35 tahun, G2P0A1, UK 10 minggu, datang ke IGD dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan mual
muntah hebat sebanyak 10 kali. Pada pemeriksaan tanda vital TD 130/70 mmHg,
HR 102 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36,8o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
darah yang sudah mengalami koagulasi di sekitar vagina dengan ostium uteri
eksternum tertutup. Tinggi fundus uteri pertengahan simfisis dan umbilikus. Pada
pemeriksaan USG dijumpai gambaran honey comb appearance. Diagnosis
kasus tersebut adalah?
a. Blighted ovum
b. Missed abortion
c. Hiperemesis gravidarum
d. Mola hidatidosa parsial
e. Mola hidatidosa komplit
MOLA HIDATIDOSA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Pemeriksaan penunjang :
Bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, • USG :
yang disebabkan oleh kelainan pada vili khorionik Honey comb appearance : Mola Parsial
yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan Snow storm/ snowflake/granul ar appearance :Mola komplit
edem • Beta hCG : > 100.000mIU/mL
Risiko: Penatalaksanaan:
Usia ibu : kehamilan terlalu muda dan tua Rujuk Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Riwayat kehamilan mola sebelumnya Komplikasi :
penggunaan kontrasepsi oral koriokarsinoma
Key Point :
Perdarahan pervaginam
Mual dan muntah hebat
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Ny. Fifi usia 28 tahun G1P0A0 dengan UK 34 minggu, datang ke IGD dengan
keluhan perdarahan pervaginam sejak 2 jam yang lalu. Keluhan perdarahan
berwarna merah kehitaman. Pendarahan disertai dengan nyeri perut hebat.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sebelum hamil. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, HR 112x/m, RR 23 x/m, suhu
36.7C. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU setinggi xiphoideus-
umbilikus, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ 112
kali/menit. Pada VT didapatkan pembukaan (-), perdarahan sebanyak 350cc.
Nyeri perut dirasakan semakin hebat. Apa diagnosis yang tepat pada kasus di
atas?
a. Abortus insipien
b. Superimpossed preeklamsia
c. Abruptio Plasenta
d. Plasenta Previa
e. Ruptur uteri
SOLUSIO PLASENTA / ABRUPTIO PLASENTA
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Pemeriksaan Penunjang:
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum USG : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
waktunya. Penatalaksanaan:
Faktor Predisposisi: • Resusitasi
Hipertensi, Trauma abdomen, Hidramnion, Gemeli • Rujuk Ke RS untuk SC
Key Point :
Perdarahan jalan lahir UK > 22 minggu,
Darah berwarna hitam,
perut tegang,
nyeri hebat,
faktor risiko (+)
Ny. Luna usia 24 tahun, G2P1A0, hamil 35 minggu, datang ke IGD RS dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 30 menit yang lalu. Perdarahan terjadi
saat pasien sedang beristirahat. Nyeri perut tidak dirasakan. Keluhan tersebut
sudah ketiga kalinya dikeluhkan pasien dalam 1 bulan terakhir. Riwayat trauma
tidak ada. Riwayat persalinan pertama SC. Pemeriksaan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, HR 92 x/menit, RR
16x/menit, suhu 36,7°C. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 31 cm, bunyi jantung
janin 142 x/menit. Pemeriksaan inspekulo didapatkan darah merah segar di
jalan lahir. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,2 g/dl, leukosit
10.000/mm3, trombosit 298.000/mm3. Apakah diagnosis yang paling
mungkin?
a. Vasa previa
b. Plasenta previa
c. Persalinan prematur
d. Ketuban pecah dini
e. Solusio plasenta
PLASENTA PREVIA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Plasenta yang berimplantasi di atas atau Klasifikasi :
mendekati ostium serviks internus Plasenta previa totalis
Key Point : ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta
Perdarahan jalan lahir UK < 22 minggu Plasenta previa parsialis
Berulang ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta
Darah merah segar Plasenta previa marginalis
Painless tepi plasenta terletak di tepi ostium internal
Kontaindikasi dilakukan VT dan Inspekulo Plasenta previa letak rendah
plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium
Pemeriksaan Penunjang : “ Ultrasonografi “
Tatalaksana:
Resusitasi
Rujuk
Ny. Maya usia 36 tahun G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu dibawa
ke IGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 1 jam yang lalu disertai
perdarahan aktif dari jalan lahir. Gerakan janin tidak dirasakan. Riwayat
persalinan sebelumnya secara SC. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg. HR 90x/m. RR 20x/m, suhu 36,5 C. Pada
palpasi abdomen teraba jelas bagian-bagian janin. Apakah tatalaksana yang
tepat untuk pasien?
a. Drip oksitosin
b. Pemberian tokolitik
c. Kuretase
d. Histerektomi
e. Injeksi asam tranexama
RUPTUR UTERI
Level Kompetensi: 3B
Definisi :
robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya regang
myometrium
Risiko:
SC, KALA II lama, trauma, makrosomia
Key Point :
Nyeri abdomen
Perdarahan intraabdominal, perdarahan pervaginam , Syok +/-
Hilangnya gerak
DJJ bandl’s ring
Nyeri raba/tekan dinding perut
Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
Penatalaksanaan:
Resusitasi C-A-B
Rujuk : Laparotomi + repair uteri, / Hysterectomy
Ny. Moja P1A0 usia 29 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
benjolan di kemaluan. Benjolan dirasakan agak mengganggu terutama saat
berhubungan seksual, tetapi tidak nyeri. Siklus haid normal dan pasien tidak
mengeluhkan adanya keputihan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, HR 82 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,5⁰C. Hasil
pemeriksaan ginekologis ditemukan massa kistik di labia minora kiri, mobile
berukuran 3 cm, edema (-), hiperemis (-). tidak ada nyeri saat dipalpasi.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Kista nabothian
b. Kista gartner
c. Kista Bartolin
d. Bartholinitis
e. Abses Bartolin
KISTA BARTHOLIN
Level Kompetensi: 3A.
KISTA BARTHOLIN

Etiologi :
sumbatan pada ductus / kelenjar bartholini
atau kelenjar vestibularis mayor
(infeksi abses (tersering N.gonorrhoeae)
Key Point :
Dispareuni
Benjolan pada bibir kemaluan : tipe jinak
Lokasi utama: 1/3 posterior labium mayus,
posisi jam 4 dan 8
Palpasi: bersifat kistik , tanda radang (-) kista Bartholin
Terdapat tanda radang Bartholinitis
Radang + fluktuasi abses Bartholin
Penanganan:
Marsupiliasi
An. Lafina usia 15 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena belum pernah
datang bulan. Dari anamnesis diketahui bahwa setiap bulan anak menderita
nyeri perut bawah yang hebat tetapi tidak diketahui penyebabnya. Dari
perawakan anak, tanda-tanda perkembangan seks sekunder (+). Ketika
melakukan pemeriksaan genitalia eksterna, dokter melihat ada selaput di
vagina yang menonjol dan berwarna kebiruan. Apakah diagnosis yang
sesuai pada kasus tersebut?
a. Pubertas prekoks
b. Hymen imperforata
c. Bicornuate uterus
d. Kista bartolini
e. Bartolinitis
AMENOREA PRIMER
Level Kompetensi: 2
Definisi
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan mencakup salah satu tiga tanda
sebagaiberikut:
• Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda
kelamin sekunder
• Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan tanda
kelamin sekunder
• Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya
pernah haid

• Amenoreprimer: belum pernah haid sama sekali (Penyebab tersering hymen imperforata)
Amenore sekunder: pernah haid, kemudian tidak haid lagi
Ny. Eilish usia 22 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu, datang ke
IGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat sejak 3 jam yang lalu. Nyeri
perut bagian bawah. Riwayat penggunaan kontrasepsi IUD. Keadaan
umum lemah. Pasien tampak pucat. Pemeriksaan tanda vital ditemukan
tekanan darah 90/60 mmHg, HR 110 x/menit, RR 21 x/menit, suhu 36,5C.
Pemeriksaan dalam didapatkan cavum douglas menonjol, nyeri goyang
portio (+), cervix tertutup. Dimanakah lokasi tersering dari diagnosis
kasus di atas?
a. Isthmus
b. Ampulla
c. Interstitial
d. Ovarium
e. Miometrium
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Level Kompetensi: 3B.
Definisi : Kehamilan yang terjadi diluar cavum uterus, Lokasi
tersering dari KET adalah Tuba Fallopi di area Ampula.
Keypoint :
- Nyeri Abdomen kanan/kiri bawah
- Menstruasi abnormal
- Perubahan asimetris uterus
- Massa di pelvic
- Kuldosintesis : terdapat darah pada cavum douglas
(Cavum Douglas Menonjol)
q Nyeri Goyang Portio
Tatalaksana :
- Manajemen Awal : Pemberian cairan NaCl 0,9% menjaga tekanan
darah tetap stabil
- Rujuk untuk laparotomi
Ny. Tessi usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah saat berhubungan seksual
dan disertai keputihan berwarna kekuningan dan demam. Pasien memiliki
seorang anak laki laki dan tidak pernah keguguran. Riwayat penggunaan
kontrasepsi IUD 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik: TD 110/70 mmHg,
HR 110x/menit, RR 20x/menit, suhu 38.9 C. Pemeriksaan VT terdapat nyeri
tekan di adneksa kanan, terdapat nyeri goyang porsio. Pemeriksaan lab:
Plano test negative, leukosit 16.000/mm3. Apakah diagnosis yg tepat?
a. Abses tubo ovarian
b. Endometriosis
c. Kehamilan ektopik
d. Endometritis
e. PID
PID
Level Kompetensi: 3A
Pelvic Inflammatory Disease : Infeksi Key Point : Pemeriksaan penunjang :
pada rongga panggul Demam Pewarnaan gram :
Etiologi : Risk(+) diplocoocus gram negative GO
ascending infection dari traktus Keluar cairan mukopurulen diplocoocus gram negative (-) non
genital bawah ke atas Tersering: N. Nyeri perut bawah atau adneksa GO
Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis Klasifikasi :
Patogenesis: 1. Salphingitis : Inflamasi pada tuba
Infeksi dan kolonisasi ascending dari fallopi
endoserviks dengan fokus infeksi : Nyeri perut bawah, nyeri adneksa,
Uterus → endometritis Chandelier sign → nyeri goyang
Tuba fallopi → salpingitis porsio
Risk : 2. Servisitis
Kontak seksual Keluar cairan dari jalan lahir
Riwayat penyakit menular seksual mukopurulen/pus
Multiple sexual partners Serviks hiperemis
IUD
Ny. Ria, usia 23 tahun datang bersama suaminya ke puskesmas dengan
keluhan ingin menunda kehamilan. Pasien biasa menggunakan suntik
KB 1 bulanan, tetapi saat ini sudah terlambat suntik 10 hari. Pasien
berhubungan intim dengan suami 1 hari yang lalu. Dokter menganjurkan
menggunakan kontrasepsi darurat. Kontrasepsi darurat yang tepat
digunakan pasien?
a. AKDR-Cu
b. DMPA progestin
c. Pil progestin 2x2 tablet
d. Pil kombinasi dosis rendah 2x2 tablet
e. Pil kombinasi dosis tinggi 2x2 tablet

Anda mungkin juga menyukai