Anda di halaman 1dari 24

Arif Lukmanul Hakim

Dita Ardianti
Rizky Prasetyo

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RS AL ISLAM BANDUNG
Identitas pasien
 Nama : Tn.S
 Usia : 50 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Status Marital : sudah menikah
 Pekerjaan : Marbot mesjid
 Tgl Pemeriksaan : 23 Mei 2018
Keluhan utama
Merasa cemas
Anamnesis khusus
 Pasien datang ke poliklinik Rs Muhammadiyah
Bandung dengan keluhan sering merasa cemas
sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan terus
menerus. Keluhan ini disertai dengan adanya
perasaan ketakutan terhadap sesuatu yang kotor,
saat ingin solat sering merasakan dirinya merasa
masih ada kotoran yang belum bersih di daerah
anus. Bila BAB pasien sering melakukan cebok terus
menerus dan dilakukan berkali kali.

 Pasien bekerja sebagai pengurus mesjid atau


marbot mesjid.Pasien sering merasakan tempat
ibadah yang dibersihkan selalu kotor dan melakukan
bersih-bersih di tempat tersebut secara berulang-
ulang.
 Pasien juga mengeluhkan adanya perasaan
kurang percaya diri. Pasien merasakan dirinya
tidak berguna dan terus merasa bersalah akan
dirinya. Pasien merasakan adanya sesak
sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
terus-menerus dan tak kunjung sembuh.
Pasien mengaku adanya keluhan cemas dan
mudah takut,gelisah, penurunan konsentrasi
ketika melakukan aktivitas sehari-hari,
berdebar debar. Pasien menyangkal adanya
gemetar dan leher seperti tercekik.
Riwayat Penyakit Terdahulu
 Pasien menyangkal adanya riwayat
penyakit seperti darah tinggi, jantung,
kencing manis dan penyakit paru.

 Pasien sebelumnya berobat ke bagian


penyakit dalam dengan keluhan
sesaknya tetapi tidak kunjung membaik
dan dari hasil pemeriksaan tidak
ditemukan kelainan.
Riwayat Keluarga
 Pasien sebelumnya mengalami masalah
dengan adik kandungnya di rumah.
Pasien mengatakan adiknya memiliki
perbedaan keyakinan agama dengan
pasien. Sehingga pasien sering
bertengkar dengan adiknya di rumah.
Status Psikiatrikus
 Kesadaran : composmentis
 Roman muka : sedih
 Kontak / rapport : + / adekuat
 Orientasi
Tempat : baik
waktu : baik
orang : baik
 Ingatan
Remote : baik
Recent past : baik
Recent : baik
 Perhatian :baik
 Persepsi
Ilusi : (-)
Halusinasi : (-) halusinansi
 Pikiran
Bentuk : realistik
Jalan : koheren
 Isi :
○ Waham kejar (-), waham kebesaran (-), waham
kendali (-), waham dosa (-)
○ Idea of reference (-)
○ Thought : broadcast (-), insertion (-), withdrawal (-)
 Wawasan Penyakit : full insight
 Emosi
 Mood : sedih
 Afek : tampak sedih
 Kesesuaian antara mood dan affect : apropriate

 Dekorum
Kebersihan : Baik
Sopan Santun : Baik
Kooperatif : Baik
Diagnosis
Aksis 1 : F42.1 Predominan tindakan kompulsif
DD F41.1 Gangguan cemas menyeluruh

Aksis 2 :-
Aksis 3 :-
Aksis 4 : Primary suport group
Aksis 5 : GAF Scale 70 beberapa gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara uum masih baik.
Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
 Antianxietas : SSRI :
fluoxetine1x20mg

Psikoterapi :
 Terapi suportif
 Terapi kognitif
Prognosa
 Quo Ad Vitam : ad bonam

 Quo Ad Functionam : ad bonam

 Quo ad sanationam : dubia


Pembahasan
F42 Gangguan Obsesif Kompulsif
 Obsesi
Pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang-ulang dan terus
menerus yang terasa mengganggu, menekan, dan diakui
sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal
meskipun merupakan produk pemikiran yang bersangkutan.

 Kompulsif
Prilaku yang berulang yang bertujuan mencegah atau
mengurangi kecemasan atau distres.
Contoh :
♣ Cuci tangan
♣ Memeriksa
♣ Berdoa
♣ Berhitung
♣ Mengulang perkataan
 Epidemiologi :
• Prevalensi 2-3% dari keseluruhan populasi.
• Dewasa → laki-laki = wanita
Remaja → laki-laki > wanita
• Rata-rata usia terjadinya OCD sekitar 20
tahun.

 Etiologi :
• Faktor biologis : neurotransmiter (disfungsi
sistem serotonergik, noradrenergik),
neuroimunologi.
 Faktor behavioral
 Faktor kepribadian : perfeksionis
Pedoman diagnostik
 Menegakkan diagnosis : terdapat gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau

keduanya. Harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-

turut.

 Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distres) atau mengganggu

aktivitas penderita.

 Gejala obsesif :

 harus disadari sebagai pikiran atau impulsi diri sendiri.

 ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.

 pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan hal yang memberi

kepuasan/kesenangan.

 gagasan, bayangan pikiran, atau impulsi tsb harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan.


Ada kaitan erat antara gejala obsesif dengan
depresi.
* Penderita obsessive compulsive sering
menunjukkan gejala depresi.
* Penderita depresi berulang dapat menunjukkan
pikiran-pikiran obsesif selama episode
depresinya.

Meningkat atau menurunnya gejala depresif,


dibarengi secara paralel dengan perubahan
gejala obsesif.

*
* Diagnosis tegak hanya bila tidak ada gangguan depresif saat
gejala obsesif kompulsif timbul.
* Bila keduanya tidak menonjol : diagnosis primer depresi.
* Pada gejala menahun : prioritas diberikan pada gejala yang
paling bertahan saat gejala lain hilang.
* Gejala obsesif sekunder muncul pada skizofrenia, sindrom
Tourette, GMO (dianggap sebagai bagian dari kondisi
tersebut)
F42.0 Pedoman Pikiran Obsesif atau
Pengulangan
Pedoman Diagnostik :
♣ Keadaan ini berupa : gagasan,
bayangan, pikiran, atau impuls
(dorongan perbuatan), yang sifatnya
mengganggu (ego alien).
♣ Meskipun isi pikiran berbeda-beda,
umumnya hampir selalu menyebakan
penderitaan (distres)
F24.1 Predominan Tindakan
Kompulsif (Obsesional Rituals)
Pedoman Diagnostik :
☻ Tindakan kompulsif berkaitan dengan :
• Kebersihan (cuci tangan).
• Memeriksa berulang untuk meyakinkan situasi potensi
bahaya tidak terjadi.
• Masalah kerapihan dan keteraturan.

☻ Dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang


mengancam dirinya atau bersumber darinya. Tindakan ritual tsb
merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari
bahaya.

☻ Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu


sampai beberapa jam dalam sehari, kadang berkaitan dengan
ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.
F42.2 Campuran Pikiran dan
Tindakan Obsesif

Kebanyakan penderita obsesif kompulsif


memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan
kompulsif. Diagnosis ini digunakan bila keduanya
menonjol.

Apabila salah satu lebih dominan, sebaiknya


dinyatakan dengan diagnosis F42.0 atau F42.1.
Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda
terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih
responsig terhadap terapi perilaku.
Penatalaksanaan OCD :
 Farmakoterapi :
• SSRI : fluoxetine (Prozac), fluvoxamine
(Luvox), paroxetine (Paxil), sertraline
(Zoloft), citalopram (Celexa).
• Tricyclic & tetracyclic drugs : Clomipramine.
• Obat lain : asam valproat (Depakene),
lithium (Eskalith), atau carbamazepine
(Tegretol).
 Behavioral therapy
 Psikoterapi : group therapy, family therapy.
 Terapi lain : electroconvulsive therapy (ECT)
dan psychosurgical (cingulotomy).

Anda mungkin juga menyukai