Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN PSIKIATRI DAN

PEMBUATAN STATUS PSIKIATRI

Oleh
Deny Evander Pasamboan - 1920221173
Pembimbing
Dr. Agung Frijanto Sp.KJ, MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2021
PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Pemeriksaan tidak langsung: Pemeriksaan langsung Pemeriksaan tambahan


Anamnesis merupakan keluhan 1. Pemeriksaan fisik terutama status internus dan neurologik uji psikologik, elektroensefalografi,
tentang gangguan sekarang dan 2. Pemeriksaan khusus psikis (status mental) foto sinar tembus, CT Scan,
laporan pasien mengenai - Penampilan umum pemeriksaan zat kimia tubuh
perkembangan keluhannya itu, serta - Bidang emosi, afek (emotion/affect) (misalnya hormone)
riwayat situasi hidup pasien - Bidang pikiran/ideasi (thought/ideation)
- Bidang motorik/perilaku (motor action/behavior)
WAWANCARA PSIKIATRIK

Teknik wawancara psikiatri:


Pemeriksaan ini diarahkan, dan 1. Dimulai dengan membuka percakapan
“Alat pemeriksaan” psikiatrik data diungkapkan dalam dengan memperkenalkan diri
2. Membina hubungan supaya pasien dapat
adalah kepribadian dokter pembicaraan antara dokter dan berbicara jujur, terbuka, dan intim/ pribadi
sendiri. pasien, yang disebut wawancara 3. Menjelaskan maksud dan tujuan
psikiatrik pemeriksaan
4. Pemeriksaan harus menunjukan:
keprihatinan, respek, empati
Anamnesis

Identitas Riwayat
Pasien psikiatri
IDENTITAS 1. Nama pasien
2. Usia
PASIEN 3. Jenis kelamin
4. Status perkawinan
5. Pekerjaan
6. Bahasa yang digunakan
7. Suku
8. Agama
RIWAYAT 1. Keluhan Utama
Pertanyaan pembuka dapat diberikan seperti:
PSIKIATRI “Bagaimana saya bisa menolong Saudara?” ,
“Gangguan kesehatan apa yang saudara alami?’.
Pembukaan seperti ini akan memacu pasien untuk
berbicara bebas yang menghasilkan keterangan yang
jauh lebih bermakna disbanding dengan suatu prosedur
tanya jawab yang formal. Pasien dibiarkan untuk
menceritakan segalanya dengan gaya dan caranya
sendiri. Kekurangan dan perincian data dapat
dilengkapi dan diisi kemudian dengan pertanyaan-
pertanyaan lebih lanjut.
RIWAYAT 2. Riwayat penyakit sekarang
PSIKIATRI
Apabila pasien cukup kooperatif
hendaknya diceritakan oleh pasien menurut
caranya sendiri, dan baru kemudian
dilengkapi dan diatur kronologinya dengan
pertanyaan-pertanyaan khusus. Penting
ditanyakan keterangan mengenai sifat dan
situasi pada awal (awitan) timbulnya
penyakit.
RIWAYAT 3. Riwayat gangguan sebelumnya
• Keterangan mengenai segala kejadian yang pernah
PSIKIATRI dialami pasien dari lingkungan luar maupun dari
dalam dirinya, dan reaksi-reaksinya terhadapnya.
Sambil bertambahnya keterangan riwayat pasien,
muncullah suatu gambaran keseluruhan mengenai
karakteristik kehidupan pasien, mengenai
kepribadiannya, dan pola reaksinya terhadap
peristiwa-peristiwa yang dihadapinya.
RIWAYAT PSIKIATRI

3. Riwayat gangguan sebelumnya - Pendidikan

a. Riwayat gangguan psikiatrik - Pekerjaan


- Perkawinan/psikoseksual
b. Riwayat kondisi medis tertentu
- Agama
c. Riw. Penggunaan zat psikoaktif dan alkohol
- Aktivitas sosial
d. Riwayat prenatal dan perinatal
- Riw. Pelanggaran hukum
e. Riw. Masa kanak awal (0-3 thn)
i. Riwayat keluarga
f. Masa kanak pertengahan(3-7 thn)
j. Situasi kehidupan sekarang
g. Masa kanak akhir dan remaja
k. Mimpi dan fantasi
h. Masa dewasa
STATUS 1. Deskripsi Umum
MENTAL 2. Bicara

3. Mood dan Afek

4. Pikiran dan Persepsi

5. Sensorium dan Fungsi Kognitif

6. Tilikan

7. Daya Nilai
1. DESKRIPSI 1. Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri,
rambut, kuku, sehat, sakit, marah, takut, apatis, bingung,

UMUM merendahkan, tenang, tampak lebih tua, tampak lebih


muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki,
tandatanda kecemasan–tangan basah, dahi berkeringat,
gelisah, tubuh tegang, suara tegang, mata melebar, tingkat
kecemasan berubah-ubah selama wawancara atau dengan
topik khusus.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan,
mannerisme, tics, gerak–isyarat, berkejang-kejang
(twitches), stereotipik, memetik, menyentuh pemeriksa,
ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas (agile),
pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan
(combative), bersikap seperti lilin (waxy)
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian,
menarik perhatian, menantang (frack), sikap bertahan,
bermusuhan, main-main, mengelak (evasive), berhati-hati
(guarded)
2. BICARA

Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant), emosional, monoton, keras, membisik
(whispered), mencerca (slurred), komat-kamit (mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch),
berkurang (ease), spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody)
3. MOOD DAN AFEK

Afek: Respon emosional


Mood: Suasana perasaan
saat sekarang, yang dapat
yang bersifat pervasive
dinilai melalui ekspresi
dan bertahan lama, yang
wajah, pembicaraan,
mewarnai persepsi orang
sikap dan Bahasa tubuh
terhadap kehidupannya
pasien.
3. MOOD DAN AFEK

Keserasian
• keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien
• Sebagai contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah atau takut tentang pengalaman yang
sedang terjadi pada mereka
• Afek yang tidak serasi, ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada beberapa pasien skizofrenia; afeknya
inkongruen dengan topik yang sedang mereka bicarakan. (contohnya : mereka mempunyai afek yang datar ketika
berbicara tentang impuls membunuh)
• Ketidakserasian juga mencerminkan tarap hendaya dari pasien untuk mempertimbangkan atau pengendalian dalam
hubungan dengan respons emosional.
KLASIFIKASI MOOD

1. Mood eutimia
Mood “normal”, tidak ada depresi atau elevasi mood

2. Mood disforia
Mood yang tidak menyenangkan

3. Mood iritabel
Keadaan ketika seseorang mudah terganggu atau marah

4. Mood hipertimia
Suasana perasaan yang secara pervasive memperlihatkan semangat dan kegairahan berlebihan

5. Anhedonia
Hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas biasa dan menyenangkan
MOOD

6. Aleksitimia
ketidakmampuan seseorang untuk mendeskripsikan atau menyadari emosi atau moodnya

7. Elasi
    Perasaan gembira, euphoria, kepuasan diri yang intens

8. Ekstasia
Rasa nikmat yang intens

9. Mood labil
Suasana perasaan yg berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan muncul bergantian dan tak terduga
AFEK

a. Luas b. Menyempit
Menggambarkan nuansa ekspresi
Ekspresi luas dengan sejumlah c. Tumpul
emosi yang terbatas. Intensitas dan
variasi yang beragam dalam ekspresi Gangguan afek yang bermanifestasi
keluasan dari ekspresi emosinya
wajah, irama suara maupun gerakan sebagai penurunan intensitas tonus
berkurang, yg dapat dilihat dari
tubuh, serasi dengan suasana yg perasaan yang diungkapkan
ekspresi wajah dan bahasa tubuh yg
dihayatinya. Dalam rentan normal kurang bervariasi

d. Datar e. Labil
Hampir tidak ada tanda ekspresi Perubahan nada perasaan emosional
afektif, ex: suara monoton, wajah yang cepat dan mendadak, tidak
tidak bergerak disebabkan stimulus eksterna
4. PIKIRAN
DAN PERSEPSI Bentuk Ganggua
pikiran n pikiran

Ganggua Mimpi
n dan
persepsi fantasi
BENTUK PIKIRAN
Produktivitas : Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas), kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-
lompat (flight of ideas), berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant thinking), apakah pasien bicara
secara spontan ataukah menjawab hanya bila ditanya, pikiran mengalir (stream of thought), kutipan dari pasien
(quotation from patient)

Arus pikiran : Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan sungguhsungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau
tidak relevan, asosiasi longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam penjelasan pasien; tidak logis, tangensial,
sirkumstansial, melantur (rambling), bersifat mengelak (evasive), perseverasi, pikiran terhambat (blocking) atau pikiran
kacau (distractibility).

Gangguan Berbahasa : Gangguan yang mencerminkan gangguan mental seperti inkoheren, bicara yang tidak
dimengerti (word salad), asosiasi bunyi (clang association), neologisme.
GANGGUAN • Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan
kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya, ; waham
PIKIRAN penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang menetap, serasi
mood (congruent) atau tak serasi mood (incongruent)
• Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai, dan arti /
makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.
• Obsesi: suatu ide yang menetap dan seringkali tdk rasional, yang biasanya yg
biasanya dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat
dihilangkan dengan usaha yang logis, behubungan dgn kecemasan.
• Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls,
jika ditahankan akan menimbukan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons
dari obsesi atau timbul untuk memenuhi suatu aturan tertentu.
• Fobia: ketakutan patologis yg persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yg mengakibatkan keinginan
yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut.
GANGGUAN PERSEPSI

Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat


bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi,
halusinasi hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting.

Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda


terhadap diri dan lingkungan.
MIMPI DAN FANTASI

• Mimpi : satu yang menonjol, mimpi buruk.


• Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan
5. SENSORIUM DAN FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian, kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen,
stupor, kelelahan, keadaan fugue.
2. Orientasi :
a. Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia dia
berbaring disitu,
b. Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada c. Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran dari orang-orang
yang bertemu denganya.

3. Konsentrasi dan Perhitungan : Pasien dapat diminta untuk menghitung atau mengeja, terdapat perubahan pada pasien yang punya
gangguan mood dan kesadaran
4. Memori: Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu – penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik,
sirkumstansialitas yang digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah proses registrasi, retensi, rekoleksi material
terlibat.
5. SENSORIUM DAN FUNGSI KOGNITIF

Jenis Memori
1. Memori segera (immidiate memory): mampu mengingat peristiwa yg baru saja terjadi, yakni
rentang waktu beberapa detik sampai beberapa menit.
2. Memori baru (recent memory): ingatan terhadap pengalaman/ informasi yg terjadi dalam
bebeapa hari terakhir.
3. Memori jangka menengah (recent past memory): ingatan terhadap peristiwa yg terjadi selama
beberapa bulan yang lalu.
4. Memori jangka panjang : ingatan terhadap peristiwa yg sudah lama terjadi (bertahun tahun lalu)
5. SENSORIUM DAN FUNGSI KOGNITIF

5. Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien mengkonsepsualisasikan atau
menggunakan ide-idenya, (misalnya membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam
mengartikan peribahasa yang sederhana, misalnya ; “Batu-batu berguling tidak dikerumuni
lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contoh- contoh yang spesipik terhadap
ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak (memberikan penjelasan yang umum) ; kesesuaian dengan
jawaban.
6. TILIKAN

Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi
• Derajat 1  penyangkalan total terhadap penyakitnya
• Derajat 2  mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga menyangkal pada waktu sama
• Derajat 3  sadar akan penyakitnya namun menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
• Derajat 4  menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tdk memahami penyebabnya
• Derajat 5  menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun
tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
• Derajat 6  menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya.
7. DAYA NILAI

Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dengan
situasi tersebut.
Daya nilai sosial
• Kemampuan seseorang menilai situasi secara benar dan bertindak yg sesuai dalam situasi tersebut
dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya.
Uji daya nilai
• Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yg sesuai dalam situasi imajiner yg
diberikan.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan • Pemeriksaan neurologi
• Wawancara psikiatrik dengan diagnostik
diagnostic tambahan
• Wawancara dengan anggota keluarga, teman atau
lanjutan tetangga
• Tes psikologis, neurologis, lab sesuai indikasi
DIAGNOSIS

Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis :


• Aksis I : gg klinis misal gangguan mood, skizofrenia, gangguan anxietas menyeluruh dan kondisi
lain yang menjadi perhatian khusus
• Aksis II : gg kepribadian, retardasi mental, mekanisme defensi
• Aksis III : kondisi medis umum (epilepsi, kardiovaskular, kelainan endokrin)
• Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
• Aksis V : penilaian fungsi secara global yg ditunjukkan selama pasien wawancara dengan
menggunakan kisaran nilai kontinu dari 100 (fungsi superior) sampai 1 (fungsi sangat terganggu)
PROGNOSIS

• Nilai kemungkinan perjalanan perluasan, hasil akhir penyakit di masa mendatang, dan tujuan
spesifik dari terapi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai