Anda di halaman 1dari 11

POST TEST KOASS

JIWA RS MARZOEKI MAHDI BOGOR


AREVIA MEGA DIDUTA UTAMI
030.08.036
1A. STATUS MENTAL GANGGUAN DELUSIONAL
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 januari 2014
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang perempuan berumur 23 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan
usianya. Penampilan cukup rapi, memakai baju kemeja berwarna krem, kulit sawo matang
dan tidak berdandan atau berhias.
2. Kesadaran
- Neurologis/biologis : compos mentis
- Psikologis
: terganggu
- Sosial
: baik
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Sebelum wawancara : pasien sedang duduk .
Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang tenang, kontak mata dengan
pemeriksa baik.
Setelah wawancara : pasien tetap duduk di kursi.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang cukup, spontan,
dan lambat.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Alam Perasaan
1. Afek
2. Mood
3. Keserasian
4. Empati

: datar, echt, dangkal, skala differensiasi sempit


: dysthym
: serasi antara emosi dan isi pembicaraan.
: tidak dapat diraba-rasakan

C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi visual (-) :
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Taraf Pendidikan
:SMA

Pengetahuan Umum

:Baik (dapat menyebut nama gubernur DKI Jakarta saat

ditanya)
Kecerdasan
2. Daya Konsentrasi

:Baik (pasien bisa membaca dan menulis)


:Baik (karena pasien dapat mengeja WAHYU dalam

urutun terbalik)
3. Orientasi
Daya Orientasi Waktu

:Baik (pasien dapat menyebutkan mengidentifikasi hari,

tanggal, bulan dan tahun)


Daya Orientasi Tempat

:Baik (pasien mengetahui dimana ia berada sekarang.

Pasien dapat menyebutkan ruang rawat, Ruang Kresna)


Daya Orientasi Personal
:Baik (pasien mengenali suaminya).
4. Daya Ingat
Daya Ingat Jangka Panjang

:Baik (pasien dapat menceritakan perjalanan hidupnya)

Daya Ingat Jangka Pendek

:Baik (pasien ingat hari ini jam berapa sarapan, dan lauk

makan apa saja)


Daya Ingat Sesaat
5. Kemampuan Visuospasial

:Baik (pasien mampu mengulang nama pemeriksa)


:Baik (pasien dapat menggambar gambar bertumpang

tindih)
6. Pikiran Abstrak

:Baik (pasien dapat membedakan antara bola dan buah

jeruk)
7. Kemampuan Menolong Diri :Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur)
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas
Kontinuitas Pikiran
Hendaya Berbahasa
2. Isi Pikir
Preokupasi
Waham

: Cukup. Pasien dapat memberi jawapan sesuai


pertanyaan tanpa terputus-putus.
: Asosiasi longgar.
: Tidak ada.
: Ada.
:Waham eritromanik (pasien mengatakan bahwa semua
tetangganya menyukainya)

F. Pengendalian Impuls

: Pasien tenang selama wawancara (pengendalian


impuls cukup baik)

G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
Terganggu ( ketika diberi pertanyaan apakah marah- marah baik, pasien menjawab
kalau dia tidak marah tetapi dia hanya mengomel)
2. Uji daya nilai
Baik
3. Penilaian realita

Terganggu (karena ditemukan adanya perilaku kacau, waham dan halusinasi)


H. Tilikan

: Derajat 1

I. Taraf Dapat Dipercaya

: Dapat dipercaya dipercaya

1B. STATUS MENTAL SKIZOFRENIA PARANOID


Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 januari 2014
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang perempuan berumur 32 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan
usianya. Penampilan cukup rapi, memakai baju piyama berwarna krem, kulit sawo matang
dan tidak berdandan atau berhias.
2. Kesadaran
- Neurologis/biologis : compos mentis
- Psikologis
: terganggu
- Sosial
: terganggu
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Sebelum wawancara : pasien sedang duduk bersama suami.
Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang tenang, hanya berbicara jika
ditanya, kontak mata dengan pemeriksa kurang.
Setelah wawancara : pasien tetap duduk di kursi.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang cukup, spontan,
dan lambat.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Alam Perasaan
5. Afek
6. Mood

: datar, echt, dangkal, skala differensiasi sempit


: dysthym

7. Keserasian
8. Empati

: tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan.


: tidak dapat diraba-rasakan

C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi

Halusinasi visual (+) : pasien mengatakan dia melihat sosok wanita sedang

berhubungn seksual dengan suaminya


2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Taraf Pendidikan
:SLA
Pengetahuan Umum
:Baik (dapat menyebut nama gubernur DKI Jakarta saat
ditanya)
Kecerdasan
2. Daya Konsentrasi

:Baik (pasien bisa membaca dan menulis)


:Baik (karena pasien dapat mengeja WAHYU dalam

urutun terbalik)
3. Orientasi
Daya Orientasi Waktu

:Baik (pasien dapat menyebutkan mengidentifikasi hari,

tanggal, bulan dan tahun)


Daya Orientasi Tempat

:Baik (pasien mengetahui dimana ia berada sekarang.

Pasien dapat menyebutkan ruang rawat, Ruang Kresna)


Daya Orientasi Personal
:Baik (pasien mengenali suaminya).
4. Daya Ingat
Daya Ingat Jangka Panjang

:Baik (pasien dapat menceritakan perjalanan hidupnya)

Daya Ingat Jangka Pendek

:Baik (pasien ingat hari ini jam berapa sarapan, dan lauk

makan apa saja)


Daya Ingat Sesaat
5. Kemampuan Visuospasial

:Baik (pasien mampu mengulang nama pemeriksa)


:Baik (pasien dapat menggambar gambar bertumpang

tindih)
6. Pikiran Abstrak

:Baik (pasien dapat membedakan antara bola dan buah

jeruk)
7. Kemampuan Menolong Diri :Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur)
E. Proses Pikir
3. Arus Pikir
Produktivitas
Kontinuitas Pikiran
Hendaya Berbahasa
4. Isi Pikir
Preokupasi
Waham

: Cukup. Pasien dapat memberi jawapan sesuai


pertanyaan tanpa terputus-putus.
: Asosiasi longgar.
: Tidak ada.
: Tidak ada.
: Waham cemburu (pasien mengatakan dia melihat
sosok wanita yang melakukan hubungan seksual dengan

suaminya). Waham kejar (pasien mengatakan bahwa dia


diteror oleh 3 tetangga dalam bentuk pencabulan).
F. Pengendalian Impuls

: Pasien tenang selama wawancara (pengendalian


impuls cukup baik)

G. Daya Nilai
4. Daya nilai sosial
Terganggu ( ketika diberi pertanyaan apakah marah- marah baik, pasien menjawab
kalau dia tidak marah tetapi dia hanya mengomel)
5. Uji daya nilai
Baik
6. Penilaian realita
Terganggu (karena ditemukan adanya perilaku kacau, waham dan halusinasi)
H. Tilikan

: Derajat 1

I. Taraf Dapat Dipercaya

: Tidak dapat dipercaya dipercaya

2A. DD skizoafektif dan skizofrenia


Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif dapat ditegakkan apabila terdapat:
1. Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi dan atau manik yang bersamaan
engan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni:
Gejala karakteristik : 2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang signifikan selama
1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati)
a. Waham
b. Halusinasi

c. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll)


d. Perilaku disorganized, katatonik
e. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll
Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi yang bersifat
commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi.
2. Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya minimal 2
minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang berarti
3. Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada bagian dari
total durasi periode aktif dan residual dari penyakit
4. Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun penyakit
sistemik tertentu.

Pedoman Diagnostik PPDGJ III


Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;

2. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar; atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3. Halusinasi Auditorik:
* Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
* Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
* Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
4. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Menurut Bleuler, diagnosa skizofrenia sudah boleh dibuat bila terdapat ganguan-gangguan
primer dan disharmoni pada unsur-unsur kepribadian serta diperkuat dengan adanya gejalagejala sekunder.

Sedangkan Schneider berpendapat bahwa diagnosa sudah boleh dibuat bila terdapat satu dari
gejala-gejala halusinasi pendengaran dan satu gejala gangguan batas ego dengan syarat
bahwa kesadaran penderita tidak menurun (PPDGJ III).
Setionegoro (Maramis, 2004) membuat diagnosa skizofrenia dengan memperhatikan gejalagejala pada tiga buah koordinat. Koordinat pertama (organobiologik) yaitu, autisme,
gangguan afek dan emosi, gangguan asosiasi (proses berfikir), ambivalensi (gangguan
kemauan) serta gangguan aktifitas maupun gangguan konsentrasi. Koordinat kedua
(psikologik) yaitu, gangguan pada cara berfikir yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keperibadian, dengan memperhatikan perkembangan ego, sistematik motivasi dan
psikodinamika dalam interaksi dengan lingkungan. Koordinat ketiga (sosial) yaitu, gangguan
pada kehidupan sosial penderita yang diperhatikan secara fenomenologik.
Schneider (Kaplan dan Sadock, 2003) memberikan kriteria diagnosa berdasarkan urutan
gejala sebagai berikut:
Gejala urutan pertama:
1. Pikiran yang dapat digeser
2. Suara-suara yang berdebat atau berdiskusi atau keduanya
3. Suara-suara yang mengkomentari
4. Pengalaman pasivitas somatik
5. Penarikan pikiran dan pengalaman pikiran yang dipengaruhi lainnya
6. Siar pikiran
7. Persepsi bersifat waham
8. Semua pengalaman lain yang melibatkan kemauan, membuat afek dan membuat impuls.
Gejala urutan kedua:
1. Gangguan persepsi lain
2. Gagasan bersifat waham yang tiba-tiba
3. Kebingungan
4. Perubahan mood disforik dan euforik
5. Perasaan kemiskinan emosional
6. dan beberapa lainya juga

2B. DD bipolar episode manik ciri psikotik dan skizoafektif tipe manik

Bipolar episode manik dengan ciri psikotik :


1. Durasi 1 minggu, gejala mood meningkat, ekspansif, irritable : lebih dari 3 gejala dari
7 gejala atau 4 bila hanya irritabilitas :

Harga diri melambung atau grandiositas (kebesaran)

Penurunan kebutuhan tidur

Banyak bicara dari biasanya

Flight of ideas

Perhatian mudah teralih

Peningkatan aktifitas ataupun agitasi psikomotor

Terlibat aktifitas menyenangkan tetapi berpotensi merugikan

Disertai dengan gangguan RTA (Reality Testing Ability) :


o Inside terganggu
o Bicara dan perilaku kacau
o Halusinasi
o Waham (delusi) : jenis non bizzare

Skizoafektif tipe manik :


1. Merupakan gangguan psikotik dengan gejala skizofrenia dan manik yang sama-sama
menonjol dalam 1 episode penyakit yang sama.
2. Mood meningkat dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya 1 atau lebih
baik lagi 2 gejala skizofrenik yang khas
3. Onset akut ; psikosis berkembang lengkap atau berperilaku terganggu menyeluruh,
namun remisi lebih sempurna dalam beberapa minggu

3.TATALAKSANA DEPRESI MAJOR


TUJUAN PENGOBATAN
Mengeliminasi atau mengurangi gejala depresi,
Meminimalkan efek samping,
Memastikan kepatuhan terhadap pengaturan dosis,
Memudahkan kembalinya fungsi-fungsi normal,
Mencegah episoda depresi lanjut.
Terapi Non-Obat (Non-farmakologi)
Psikoterapi dan antidepressan berefek aditif.
Psikoterapi sendiri tdk dianjurkan untuk pengobatan akut penderita depresi major
yang parah.
Untuk gangguan yang tidak begitu parah, kombinasi terapi tidak berefek yang khas.
Terapi kognitif, perilaku, dan psikoterapi antapribadi berefek sama.
ECT, terapi aman dan efektif untuk semua subtipe depresi major.
Respon terapi cepat (10-14 hari).
Dikontraindikasikan terhadap tekanan intrakranial meningkat, cedera otak, infark
miokard, kondisi vaskular tak stabil.
Efek samping ECT bingung, kegagalan daya ingat, sakit kepala, mual, dan sakit otot.
PRINSIP UMUM TERAPI
Umumnya, antidepresan memiliki efek yang sama bila diberikan dalam dosis sepadan.
Faktor-2 yang mempengaruhi pemilihan antidepresan : riwayat respon pasien, riwayat
respon keluarga, subtipe depresi, riwayat pengobatan medis, potensi interaksi obat,
profil efek samping berbagai obat, harga obat.
65% - 70% pasien depresi major membaik dengan terapi obat.
Depresi Melancholic berespon baik terhadap TCA, selective 5-HT reuptake inhibitors
(SSRI), dan ECT.
Respon yang lebih baik terhadap penghambat MAO dilaporkan pada pasien depresi
atipikal.
Pasien yang gagal merespon TCA merespon dgn baik SSRI, atau sebaliknya.
Penderita depresi psikis umumnya memerlukan ECT atau kombinasi terapi dengan
antidepressan dan antipsikotik.
Klasifikasi Obat
SSRI menghambat ambilan kembali 5-HT ke dalam neuron prasinaps
TCA efektif untuk semua tipe depresi.

Penghambat MAO (MAOI), fenelzine dan tranilsipromin meningkatkan kadar NE,


5-HT, dan DA di dalam sinaps melalui penghambatan sistem enzim monoamine
oxidase.
Trazodone dan nefazodone antagonis pada reseptor 5-HT2 dan menghambat ambilan
kembali 5-HT. Afinitasnya sangat kecil terhadap reseptor kolinergik dan
histaminergik.
Aksi neurokimiawi paling kuat dari bupropion adalah penghambatan ambilan kembali
DA

Anda mungkin juga menyukai