Anda di halaman 1dari 7

SUBJEKTIF

Pasien Ny.H, 28 tahun datang dengan keluhan terdapat bekas luka dan gatal serta
berbenjol-benjol seperti jarum pentul berisi cairan sejak 7 hari yang lalu dibagian kaki kanan.
Luka berukuran 10x15 cm. Berawal adanya benjolan kecil seperti kepala jarum pentul dan
berisi cairan serta terasa gatal. Lama kelamaan karena digaruk benjolan pecah dan menyebar
kebagian lain dan berbentuk seperti kulit terkelupas.
Os mengaku sebelumnya pernah timbul penyakit seperti ini dan sembuh dengan obat
yang dibeli di apotik.
OBJEKTIF
Kesadaran
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Pernapasan
Suhu
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorok
Leher
Abdomen

Paru

Jantung

: Composmentis, GCS 15 (E4V5M6 )


: Tampak sakit ringan
: 120/80 mmHg
: 76 x/menit, reguler, isi cukup
: 19 x/menit, reguler, kedalaman cukup
: 36,8 oC
: deformitas (-), rambut hitam tidak mudah dicabut
: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
( 3mm), refleks cahaya (+/+)
: serumen (-), secret (-)
: deformitas (-), deviasi septum (-), secret (-)
: faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
: pembesaran KGB (-)
: Inspeksi
: simetris
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi
: soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan pada
pubic (-)
Perkusi
: timpani
: Inspeksi
: simetris pada inspirasi dan ekspirasi
Palpasi
: stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
:vesikular,rhonki-/-,wheezing -/: Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Ektremitas

Auskultasi
: Superior
Inf. dextra

: iktus kordis terlihat


: iktus kordis teraba di sela iga 5 linea
midklavikularis sinistra
: batas jantung kiri 2 jari medial linea midklavikularis
sinistra, batas jantung kanan di linea sternalis kanan
: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
: akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, sianosis -/: terdapat bekas luka berbentuk likenifikasi dan skuama,
papulovesikel ukuran variatif dan tersebar. Lesi
berbentuk mata uang (koin), agak lonjong, berbatas
tegas.

Laboratorium
Tidak dilakukan Pemeriksaan

ASSESMENT
Pasien Ny.H, 28 tahun datang dengan keluhan terdapat bekas luka dan gatal serta
berbenjol-benjol seperti jarum pentul berisi cairan sejak 7 hari yang lalu dibagian kaki kanan.
Luka berukuran 10x15 cm. Berawal adanya benjolan kecil seperti kepala jarum pentul dan
berisi cairan serta terasa gatal. Lama kelamaan karena digaruk benjolan pecah dan menyebar
kebagian lain dan berbentuk seperti kulit terkelupas.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan kesadaraan baik dan terdapat bekas luka berbentuk
likenifikasi dan skuama, papulovesikel ukuran variatif dan tersebar. Lesi berbentuk mata uang
(koin), agak lonjong, berbatas tegas pada ekstremitas inferior dextra.
DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis
TERAPI
Amoxicilin 2x1 tab
Dexamethason 2x1 tab
CTM 1x1 tab
Chloramfenicord zalf
ANJURAN
Hindari faktor pencetus
PROGNOSIS
Dubia at bonam

DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfk). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap, dengan
keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval
berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul
disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Nama lain dari
dermatitis nummular adalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous
dermatitis. Terdapat beberapa klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi kelainan, penyebab,
usia, faktor konstitusi.

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian dermatitis numular pada usia dewasa lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan wanita, onsetn puncaknya ya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Pada wanita
onset puncaknya pada usia 15 25 tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dibawah
usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis numular dan
frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis numularis sampai saat ini belum diketahui. Namun demikian
banyak faktor predisposisi, baik predisposisi primer maupun sebagai predisposisi sekunder
telah diketahui sebagai agen etiologi. Staphylokokkus dan mikrokokus diketahui sebagai
penyebab langsung melalui mekanisme hipersensitivitas. namun demikian, perannya secara
patologis belum juga diketahui.Dalam beberapa kasus, adanya tekanan emosional, trauma
lokal seperti gigitan serangga dan kontak dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi
timbulnya dermatitis numular, tetapi bukan merupakan penyebab utama. Penyakit ini
umumnya cenderung meningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit
yang kering dan frekuensi mandi yang sering dalam sehari akan memperburuk kondisi
penyakit ini.
PATOFISIOLOGI
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermis
saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan dengan
kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat
menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu
penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih
tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit
yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak
alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular terdapat

sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini
dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang
tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis. Suatu penelitian juga
mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis
numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf
sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien
dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan
mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural Cfibersdapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal
antara mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita
dermatitis numular. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah
lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien
dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya
kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.

GEJALA KLINIS
Gejala gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
Timbul rasa gatal
Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambalan :
Bentuk numular (seperti koin).
Terutama pada tangan dan kaki.
Umumnya menyebar.
Lembab dengan permukaan yang keras.
Kulit bersisik atau ekskoriasi.
Kulit yang kemerahan atau inflamasi.

Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan, yaitu;
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari
tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia
atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan
sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat
akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous dan
berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis
numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis
berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas
relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar
ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.

3. Dermatitis numular bentuk kering.


Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena di sini
dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah serta
beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak
tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis
numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.

DIAGNOSIS
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala klinis.
Tingkat gatal dan terjadinya likenifikasi akan membedakannya dari neurodermatitis.
Distribusi lesi biasanya pada kedua lutut, kedua siku dan kulit kepala. Pada psoriasis, lesinya
kering, skuamanya lebih tebal dan iritasinya lebih ringan, patch test dan prick test akan
membantu mengidentifikasikan penderita dengan dermatitis kontak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk
membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukanpatch
test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk
membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di
tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk
menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.
Gambaran histopatologi yang ditemukan pada lesi akut adalah spongiosis, vesikel
intradermal, serbukan sel radang, limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Pada lesi
kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis, dan hyperkeratosis dan spongiosis
ringan.

I.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :

1.

Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya terjadi pada
masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien dengan lesi pada
tangan. Patch test danprick test dapat membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.
2. Dermatofitosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut,
dan kuku yang disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis dapat
terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara
klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepilebih vesikuler
dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari
sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.

3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak diderita
oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi dan musim
gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat
sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan cenderung
mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan biasanya disertai dengan rasa gatal
yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda terang dengan skuama halus. Bisa juga
lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama yang kasar, berlapis,
dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.

TATALAKSANA
Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab atau faktor yang
memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.
1. Melindungi kulit dari trauma.
Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma pada tangan,
gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.
2. Emollients.
Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada kulit.
Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan
cetomacrogol cream, wool fat lotions.
Pengobatan topikal:
1. Obat Antiinflamasi.
Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi kulit. Misalnya
dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. KS topikal
yang diberikan contohnya triamcinolone 0,025-0,1%.
Pengobatan Sistemik
1. Antibiotik
Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.
2. Antihistamin oral.
Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisin HCl.
3. Steroid sistemik.
Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya dierikan dalam jangka
waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis
yang diturunkan secara perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis
yang belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid
dan emolilients.

PROGNOSIS
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit dari
dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari faktorfaktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang dengan
menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini. Dari data
pengamatan, didapatkan 22% sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu hingga tahun,
dan 53% tidak bebas lesi tanpa pengobatan.

Daftar Pustaka
1. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of the Skin Clinical Dermatology.
Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.
3. Budimulja U. Mikosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
4. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

Anda mungkin juga menyukai