FOBIA SOSIAL
Oleh :
Riska Rianti
11120212074
Dokter Pembimbing :
dr. Hj. Hidajah, M.Kes, Sp.KJ
Identitas Pasien
● Nama : Ny. B. M
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Tanggal Lahir / Umur : 32 Tahun
● Status Perkawinan : Sudah Menikah
● Agama : islam
● Warga Negara : Indonesia
● Pekerjaan : Kepala bagian
● Alamat : Tidak Dicantumkan
● No.Status / No.Regis : Tidak Dicantumkan
● Tanggal Datang ke RSKD : Tidak Dicantumkan
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis dari:
Nama : Tn. X
Usia : Tidak Dicantumkan
Seorang pasien (wanita) Ny.B.M. (usia 32 th) dikonsul ke poliklinik Psikiatri dengan keluhan jantung berdebar-debar,
keringat dingin, perut mulas, dan pusing. Keluhan ini telah berlangsung sejak 3 tahun yang lalu. Sehari sebelumnya pasien
pingsan tak sadarkan diri. Dari auto dan alloanamnesis (dari suami pasien), didapatkan hal-hal sebagai berikut : keluhan
utama/alasan berobat/alasan perawatan, pasien pingsan tak sadarkan diri pada saat akan berpidato di depan undangan, saat
pelantikan pasien sebagai Kepala Bagian. Pasien dibawa ke institusi gawat darurat. Setelah tenang, disarankan untuk
konsultasi ke poliklinik Psikiatri.
Dari anamnnesis diperoleh kesan pasien tidak akan mengikuti kegiatan bila harus berhadapan pada situasi publik (sosial)
lainnya. Selalu dalam pikirannya sudah tersedia jawaban bahwa “saya tidak bisa dan akan malu-maluin“. Pada pertemuan
khusus, misalnya resepsi perkawinan yang mengharuskan pasien bersama suaminya pergi ke tempat tersebut, selalu tersedia
jawaban, lebih baik saya “ tinggal di rumah, kasihan anak- anak tidak mempunyai teman.“ guna menolak ajakan.
Deskripsi umum
Deskripsi umum menunjukkan, pasien tampak gelisah, mengeluh dadanya sakit, kesemutan yang menjalar ke lengan kiri,
deg-degan, pusing, keringat dingin dan mual. Sikap terhadap pemeriksa: koperatif, pembicaraan lancar, tingkah laku motorik
dalam batas normal. Tidak diketemukan tanda-tanda psikopatologis lainnya, dalam proses pikir, alam perasaan, tingkah laku
motorik, persepsi, sensorium dan kognisi, orientasi, daya ingat, dan konsentrasi. Daya menilai realitas: baik. Penghayatan
terhadap penyakit : tingkat V (intelektual). Pasien mengeluh dadanya sakit, disertai nyeri yang menjalar pada daerah lengan
kiri yang berasal dari daerah dada, dan untuk menyikirkan kelainan gangguan kardiovaskular pasien dikonsulkan ke dokter
ahli jantung. Dilakukan pemeriksaan elektrokardiograf dan tidak didapatkan kelainan elektrokardiogram (EKG). Dan
pemeriksaan echocardiography menunjukkan hasil sebagai berikut, dimensi ruang: ruang jantung normal. Left ventricle (LV):
tebal normal. Fungsi sistolik : baik, normokinetik, semua segmen dan katub-katub jantung: normal. Diagnostic impression
dari pada jantung: Fungsional normal dan tidak tampak gangguan kinetik. Karena ada keluhan mulas, pasien dikonsulkan ke
bagian penyakit dalam, namun tidak didapatkan kelainan yang signifikan.
Riwayat Riwayat
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit
fisik seperti infeksi, trauma kapitis, dan
kejang yang mempengaruhi fungsi otak.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah ada riwayat
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Tidak dicantumkan dalam jurnal
Lanjutan
Riwayat Pekerjaan
Dari alloanamnesi Pasien baru saja dilantik sebagai kepala bagian, yang
mengharuskannya berpidato di depan tamu undangan dihari pelantikannya
dan pasien pingsan tak sadarkan diri. Saat dilakukan autoanamnesis pasien
mengatakan tidak akan mengikuti kegiatan serupa bila harus berhadapan pada situasi
publik (sosial) lainnya. Dengan pikiran bahwa sanya “saya tidak bisa dan akan malu-
maluin“.
Riwayat Pernikahan
Pasien Telah menikah
Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama suaminya. Pasien saat ini istirahat dari
pekerjaanya. sebelum sakit pasien dilantik sebagai kepala bagian di suatu
daerah
1) Status Internus
2) Status Neurologis
Penampilan
Seorang Wanita, wajah kesan sesuai usia , perawatan diri kesan cukup.
Kesadaran
Kuantitas : Glasgow Coma Scale 15 (E4M6V5)
Kualitas : Composmentis
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang saat dilakukan wawancara
Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif, pembicaraan lancar
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Taraf Pendidikan
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : cukup relevan
Hendaya berbahasa : tidak ada
Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Fobia : rasa takut berbicara di depan umum, serta
takut akan keramaian
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls cukup baik.
keluhan jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut mulas, dan pusing. Keluhan ini telah berlangsung sejak 3 tahun
yang lalu.
Sehari sebelumnya pasien pingsan tak sadarkan diri. pada saat akan berpidato di depan undangan, saat pelantikan
pasien sebagai Kepala Bagian
anamnnesis diperoleh kesan pasien tidak akan mengikuti kegiatan bila harus berhadapan pada situasi publik (sosial)
lainnya
Dalam pikirannya sudah tersedia jawaban bahwa “saya tidak bisa dan akan malu-maluin“. Pada pertemuan khusus,
misalnya resepsi perkawinan yang mengharuskan pasien bersama suaminya pergi ke tempat tersebut, selalu tersedia
jawaban, lebih baik saya “ tinggal di rumah, kasihan anak- anak tidak mempunyai teman.“ guna menolak ajakan.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Deskripsi umum menunjukkan, pasien tampak gelisah, mengeluh dadanya sakit, kesemutan
yang menjalar ke lengan kiri, deg-degan, pusing, keringat dingin dan mual.
Sikap terhadap pemeriksa: koperatif, pembicaraan lancar, tingkah laku motorik dalam batas
normal
Tidak diketemukan tanda-tanda psikopatologis lainnya, dalam proses pikir, alam perasaan,
tingkah laku motorik, persepsi, sensorium dan kognisi, orientasi, daya ingat, dan konsentrasi.
Daya menilai realitas: baik. Penghayatan terhadap penyakit : tingkat V (intelektual). Pasien
mengeluh dadanya sakit, disertai nyeri yang menjalar pada daerah lengan
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Karena ada keluhan mulas, pasien dikonsulkan ke bagian penyakit dalam, namun tidak didapatkan
kelainan yang signifikan.
Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna
yaitu perilaku gelisah, mengeluh dadanya sakit keringat dingin dan mual. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress)
pada pasien, hendaya (dissability) ringan pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya dalam menilai realita berupa kurangnya
kepercayaan diri tampil didepan umum, sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa non psikotik
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa non Psikotik Non
Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya berupa kurangnya
kepercayaan diri tampil didepan umum dengan perlangsungan gejala lebih dari 6 bulan, sehingga memenuhi diagnosis Fobia
Sosial (F40.1)
EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis II
. Data yang didapatkan belum cukup yang mengarah pada ciri suatu
kepribadian tertentu.
Axis III
Tidak ada
Axis IV
Masalah pekerjaan
Axis V
GAF Scale 50-41 (gejala berat (serious), disabilitas berat).
DAFTAR MASALAH
Organobiologik :
Takikardi
Psikologik :
Sosial :
• Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi
hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
• memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur
• Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
Psikoterapi
memahami dan menghadapi penyakitnya
Ad vitam : Bonam
Agorafobia
Fobia spesifik
DISKUSI
Fobia sosial adalah ketakutan yang tidak rasional terhadap pandangan negatif orang lain.
Keadaan ini menetap, berlangsung terus menerus dan dapat ditimbulkan oleh orang yang mereka
kenal. Kecemasan penderita lebih kuat ditimbulkan oleh kelompok daripada individual, teman-
teman sebaya daripada orang yang lebih tua, orang dengan jenis kelamin yang berbeda, dan orang
yang lebih berkuasa .
Terdapat dua tipe fobia sosial, yaitu fobia sosial umum yang lebih parah dan lebih buruk
prognosisnya dimana penderitanya cemas dalam sebagian besar situasi sosial; dan fobia sosial
spesifik yang lebih mudah ditangani dengan prognosis yang lebih baik karena kecemasan
penderita hanya terbatas pada situasi sosial tertentu.
Secara umum, penderita fobia sosial terlihat tidak nyaman, cemas, ragu-ragu dan sulit mengungkapkan
pendapat di tengah orang banyak. Namun pada situasi percakapan satu lawan satu menunjukkan
keterampilan sosial yang normal. Penyebab fobia sosial masih belum jelas. Terdapat beberapa pendapat
yang berusaha menjelaskan tentang hal ini dimana faktor genetik dan lingkungan diduga saling
berinteraksi di dalamnya. Keterbatasan utama dalam mencari penyebab neurobiologinya adalah
kesulitan menentukan apakah hal yang diteliti merupakan akibat atau faktor risiko dari timbulnya fobia
sosial.
Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III, Kriteria diagnostic
untuk Fobia Sosial: