Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring ditemukannya modalitas pencitraan radiografi yang canggih

seperti CT- Scanning dan MRI, maka diagnostik imejing saat ini tidak lagi

hanya sebatas foto rontgen konvensional tetapi telah berkembang menjadi

berbagai jenis pemeriksaan radiologi dengan berbagai kelebihan. Salah

satunya yakni pemeriksaan radiologi dengan menggunakan bantuan media

kontras. Media kontras adalah suatu bahan yang sangat radiopaque atau

radiolucent apabila berinteraksi dengan sinar-x, sehingga dapat membedakan

antara organ dan jaringan sekitarnya (Rasad, 2011).

Pemeriksaan radiografi secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu

pemeriksaan radiografi non kontras dan pemeriksaan radiografi kontras.

Pemeriksaan radiografi yang menggunakan kontras media antara lain, Colon

In Loop, Cystogram, Uretrogram, Esopaghus, OMD, BNO IVP dan lain-lain.

Pemeriksaan BNO IVP adalah pemeriksaan radiografi sistem perkencingan

(Tractus Urinaris) dengan menggunakan kontras media positif yang

disuntikkan melalui pembuluh darah vena yang memerlukan persiapan

pasien, dimana organ-organ dalam rongga abdomen antara lain colon harus

bersih dari faces dan udara, sehingga dapat terciptanya gambaran abdomen

yang bersih. Jenis bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan BNO

IVP adalah bahan kontras yang bersifat water soluble (Rasad, 2005).

Pada Penatalaksanaan Teknik Radiografi BNO IVP dengan kasus

Nefrolithiasis ada kendala yang sering dihadapi adalah masalah persiapan

1
2

pasien, jika persiapan pasien kurang baik maka saat dilakukan pemeriksaan

sering kurang optimal sehingga menghasilkan atau mengakibatkan hasil

gambar yang kurang optimal juga.

Karena adanya kesulitan dalam pemeriksaan BNO IVP dengan

persiapan yang kurang optimal, maka perlu dilakukan teknik-teknik untuk

mengantisipasinya. Yaitu dengan penambahan bahan kontras sehingga organ-

organ yang diperiksa akan terisi penuh dan terlihat jelas apabila terdapat

kelainan.

Proyeksi yang sering biasa dilakukan di instalasi radiologi untuk teknik

radiografi BNO IVP dengan kasus Nefrolithiasis adalah proyeksi Anterior

Posterior (AP), posisi pasien tidur telentang diatas meja pemeriksaan

(supine), sinar vertikal tegak lurus film., kaset diletakkan dibawah meja

pemeriksaan yang menggunkaan grid. Teknik pemeriksaan BNO IVP diawali

dengan foto pendahuluan atau plain foto abdomen (BNO), tujuannya untuk

melihat persiapan pasien, menilai abdomen secara umum, mengetahui letak

ginjal dan menentukan faktor eksposi selanjutnya, kemudian disuntikkan

bahan kontras, perjalanan kontras tersebut akan dilihat melalui tahap

pengambilan gambar. Pengambilan gambar dibuat pada interval khusus dari

waktu injeksi kontras. (Ballinger & Frank,2003).

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

dilengkapi dengan pesawat konvensional yang dilengkapi dengan sistem CR

(computed radiogrphy). Computed Radiography adalah proses digitalisasi


3

gambar yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akuisisi

data gambar (Ballinger & Frank,2003).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui tentang

penatalaksanaan teknik radiografi BNO-IVP. Maka proposal karya tulis ini

diberi judul Penatalaksanaan teknik radiografi pemeriksaan bno-ivp pada

kasus nephrolithiasis dengan modalitas computed radiography di rumah sakit

islam siti khadijah palembang”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah pada proposal karya tulis ini : Bagaimana

penatalaksanaan teknik radiografi pemeriksaan BNO-IVP dengan indikasi

nephrolitiasis dengan modalitas CR di Rumah Sakit Siti Khadijah

Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan mempunyai tujuan untuk mendapatkan

hasil gambaran penatalaksanaan teknik radiografi BNO-IVP pada kasus

nephrolitiasis dengan modalitas CR sehingga dapat memberikan informasi

dan membantu menegakkan diagnosa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :


4

1. Untuk Mahasiswa

Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian akhir dan

dapat menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam melakukan

pemeriksaan BNO-IVP.

2. Untuk Rumah Sakit

Untuk sumber infomasi bagi pegawai instalasi radiologi khususnya

penatalaksanaan pemeriksaan BNO-IVP.

3. Untuk Institusi Pendidikan

Dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai penatalaksanaan

BNO-IVP pada kasus nephrolitiasis dengan modalitas CR.


5

BAB II
DASAR TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

System urinary terdiri dari dua buah ginjal, dua ureter, satu vesika

urinari, dan satu urethra. Fungsi ginjal adalah membuang produk limbah dari

darah, memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit, dan membuat

substansi yang mempengaruhi tekanan darah dan fungsi penting tubuh

lainnya. Urine dikeluarkan dari tubuh via system ekskretori.

System urinary pria dan wanita memiliki struktur yang hampir sama. Pada

pria, beberapa struktur urinari juga memiliki fungsi reproduksi (Ballinger &

Frank, 2003).

1. Ginjal
Sisi lateralnya berbentuk cembung, sisi medial cekung sedikit pada

permukaan anterior, sedikit cembung pada permukaan posterior. Ukuran

ginjal 4,5 inci x 3 inci x 1,5 inci. Ginjal kiri sedikit lebih panjang dari pada

ginjal kanan. Letak ginjal yang normal setinggi columna vertebralis thoracalis

XXI s.d columna vertebralis lumbalis III dibelakang peritoneum

bersinggungan dengan dinding abdomen posterior. Ginjal kanan lebih rendah

dari pada ginjal kiri. (Ballinger & Frank, 2003)

Bagian Korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron, sehingga

permukaan kapiler ginjal menjadi luas akibatnya perembesan zat buangan

menjadi banyak. Setiap nerfron terdiri atas :

5
6

a. Glomerolus adalah gulungan kapilar dikelilingi dinding epitel ganda yang

disebut kapsula bowman.


b. Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15 mm & sangat

berliku.
c. Tubulus kontortus distal panjangnya sekitar 5 mm & membentuk segmen

terakhir nefron.
d. Tubulus dan duktus pengumpul adalah membentuk tuba yg lebih besar yg

mengalirkan urin ke dlm kaliks minor.

Adapun fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi

garam dalam darah, keseimbangan asam basah darah, serta ekskresi bahan

buangan dan kelebihan garam (Pearce, 2013).

Renal capsule
Renal cortex

Renal sinus
Renal medula

Renal
papila
Renal pyramid
Hilum
Renal column
Renal Minor calyx
pelvis
Major calyx

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal


Ballinger & Frank, 2003

2. Ureter
7

Setiap Ureter memiliki panjang 10 sampai 12 Inchi (25 samapi 30 cm)

yang terletak menuju kebawah (desenden) di belakang peritoneum dan di

depan otot psoas dan processus tranversus vertebra lumbalis, melewati

inferior dan posterior di depan sayap sakral, dan kemudian kurva anterior

dan medial untuk memasuki permukaan podterolateral dari tingkat spina

iskiadika. Ureter menyampaikan urin dari pelvis ginjal ke kandung kemih

dengan lambat, kontraksi peristaltik ritmis. Ureter berfungsi sebagai jalannya

urin dan ginjal ke vesical urinaria (Ballinger & Frank, 2003)

Kidney
(inside view)
kidney

Urine backup
stricture

ureters

Bladder

Gambar 2.2 Anatomi Ureter


Ballinger & Frank, 2003

3. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)


8

Ureter

Urinary bladder

Ureteral
openings

Trigone

Internal
urethra urethral
orifice

External
urethral
orifice

Gambar 2.3 Kandung kemih


Ballinger & Frank, 2003

Kandung kencing bekerja sebgai penampung urine, organ ini berbentuk

buah pir (kendi). Letaknya didalam panggul besar, didepan isi lainnya, dan

dibelakang simfisis pubis. Bagian terbawah terpancang erat dan disebut basis,

bagian atas atau fundus naik apabila kandung memekar karena urine.

Puncaknya (apeks) mengarah kedepan kebawah dan ada dibelakang simfisis

pubis (Pearce, 2013).

Bagiannya terdiri dari :


9

1. Fundus adalah bagian yg menghadap ke arah belakang dan bawah,

terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale.


2. Korpus adalah bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks adalah bagian runcing ke arah muka dan berhubungan dengan

ligamentum vesika umbilikalis.

4. Uretra

Uretra pada wanita merupakan saluran yang pendek, panjang dari

buli – buli sampai ke orifisium uretra eksterna dalah kira – kira 4 cm. Pada

laki – laki uretra melewati kelenjar prostat (pars prostatika), diafragma

urogenitalis (pars membrasona), sepanjang korpus kavernosa (pars

kavernosa), dan berakhir pada glans pelvis (Rasad, 2005).

B. Patologi
Nefrolihiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-

batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksolat asam

urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari

yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar

krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit

ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi

(Mansjoer, 2000).

Jenis-jenis batu ginjal :


1. Batu kalsium disebabkan oleh tingginya kadar kalsium dalam urine. Jenis

batu ginjal ini merupakan yang paling umum terjadi. Tingginya kadar

kalsium bias diakibatkan karena penyakit keturunan hiperkalsuria. Kondisi

ini menyebabkan penderitanya melepaskan kalsium yang banyak dalam


10

urine. Tingginya kadar kalsium juga bisa disebabkan oleh kelenjar

paratiroid yang terlalu aktif. Hormon yang diproduksi kelenjar ini

berfungsi mengatur jumlah kalsium didalam darah.


2. Batu asam urat terbentuk akibat tingginya kadar asam urat didalam urine

yang disebabkan oleh makanan berkadar purin tinggi. Contoh makanan

yang memicu tingginya asam urat adalah kerang-kerangan, daging dan

ikan. Penderita penyakit gout juga berisiko tinggi membentuk batu jenis

ini.
3. Batu struvit batu yang dapat terbentuk dan membesar secara cepat.

Penyebab utama terbentuknya batu struvit adalah infeksi saluran kemih

yang telah berlangsung lama. Jenis batu ini lebih sering ditemukan pada

pasien wanita dibandingkan pasien laki-laki.


4. Batu sistin terbentuk akibat terlalu banyak asam amino sistin yang

dikeluarkan oleh ginjal. Batu sistin merupakan jenis batu ginjal yang

sangat jarang ditemukan. Penyakit ini mempengaruhi jumlah asam amino

sistin yang dikeluarkan didalam urine.

1. Indikasi Pemeriksaan BNO IVP (Bontrager, 2001)

a. Benigna Prostatica Hyperplasi (pembesaran prostat jinak), adalah

suatu tumor prostate yang disebabkan oleh adanya penyempitan atau

obstruksi uretra.

b. Bladder calculi/vesico lithiasis/batu kandung kemih

c. Polinephritis, adalah peradangan pada ginjal dan renal pelvis

yang disebabkan oleh pyogenic bakteri (pembentukan nanah)

d. Ren calculi (batu pada ginjal), adalah kalkulus yang terdapat


11

pada ginjal atau pada parenchim ginjal.

5. Hidronefrosis, adalah distensi dari renal pelvis dan system

kalises dari ginjal yang disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau

ureter.

6. Hipertensi ginjal (renal hypertension), adalah meningkatnya

tekanan darah pada ginjal melalui renal arteri.

7. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal

yang disebabkan oleh batu, trombosis, atau trauma.

8. Penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease), yaitu suatu

penyakit ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidak teratur

pada satu atau kedua ginjal.

9. Cystitis, yaitu peradangan pada vesika urinaria

10. Nefrolithiasis , yaitu batu ginjal

2. Kontra Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)

a. Hipersensitif terhadap media kontras

b. Tumor ganas

c. Gangguan pada hepar

d. Kegagalan jantung

e. Anemia

f. Gagal ginjal akut maupun kronik

g. Diabetes, khususnya diabetes mellitus

h. Pheochrocytoma

i. Multiple myeloma
12

j. Anuria (tidak adanya ekskresi dari urine)

k. Perforasi ureter

C. Kontras Media

1. Pengertian Kontras Media


Media kontras adalah bahan yang dapat digunakan untuk

menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh (baik anatomi maupun

fisiologi dalam pemeriksaan radiologi, dimana dengan foto polos organ

tersebut kurang dapat dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena

mempunyai densitas yang relatif sama (Bontrager, 2001).


2. Fungsi Kontras Media

Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang

tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk

memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang

diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah:

a. Visualisasi saluran kemih ( ginjal, vesika dan saluran kemih)

b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal)

c. Visualisasi saluran empedu ( kandung empedu dan saluran empedu)

d. Visualisasi saluran cerna ( lambung dan usus )

3. Jenis-Jenis Kontras Media (Rasad, 2005)

Jenis bahan kontras dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :


13

a. Bahan kontras negatif terdiri dari O2 (oksigen) dan CO2 (karbon

dioksida).

b. Bahan kontras positif yang terdiri dari turunan barium sulfat (BaSO4)

dan turunan iodium (I).

Bahan kontras iodium terdiri dari kelompok ionik dan non ionik

yang seluruhnya berasal dari bangunan gugus karbo hexagonal yang

berikatan dengan tiga buah gugus iodium yang dikenal

sebagai triodobenzene.

Perbedaan bahan kontras ionik dan non ionik pada dasarnya adalah

adanya gugus hidroksil pada bahan kontras yang non ionik, sehingga dapat

membuat osmolaritas menjadi lebih rendah dibandingkan dengan yang

ionik.

Antara kontras media ionik dan non ionik terdapat perbedaan yang

jelas, dimana pada kontras ionik masih mengandung ion pada molekulnya

dan yang lain tidak. Ion-ion dalam cairan kontras media tersebut dapat

terlepas dan akan mempengaruhi struktur jaringan dalam tubuh. Jika

disuntikan karena terjadi ion interchange diantara sel-sel tubuh dengan

kontras media ionik yang masuk, hal ini berakibat efek samping seperti

mual dan alergi, muntah, pusing, bahkan panas dan shock anafilaktik

Ikatan Ion Kontras Media :


14

1) Ionik → kontas media masih mempunyai ikatan dalam molekul

garamnya

2) Non Ionik → kontras media yang tidak mempunyai ion didalam

molekul garamnya.

Penggolongan bahan kontras dari turunan iodium, yaitu :

1. Bahan kontras yang larut dalam minyak

Contoh : duroliopaque, pantopaque dahulu dipakai untuk pemeriksaan

myelografi, lipiodol dipakai untuk pemeriksaan limfografi.

2. Bahan kontras yang larut dalam air terdiri dari

a. Monomer ionik, ditandai dengan satu senyawa triodobenzene (tiga

atom iodium), mempunyai ion dan terdapat gugus karboksil (garam

sodium, meglumine). Contoh : angiografin / turunan

asam iothalamate, telebrix / turunan asam ioxithalamate.

b. Monomer non ionik, ditandai dengan satu senyawa triodobenzene,

tanpa ion, tanpa gugus karboksil dan terdapat tiga atau lebih

gugus hidroksil. Contoh : omnipaque / nama generic iohexol,

ultravist / nama dagang iopromide.

c. Dimer ionik, ditandai dengan dua senyawa triodobenzene (enam

atom iodium), mempunyai ion dan terdapat gugus karboksil.

Contoh: hexabrix/nama generik ioxaglate.


15

d. Dimer non ionik, ditandai dengan dua senyawa triodobenzene, tanpa

ion, tanpa gugus karboksil dan terdapat gugus hidroksil.

Contoh: isovist / nama generik iotrolan, visipaque / nama

dagang iodixonal.

4. Proses perjalanan kontras media sampai ke organ


Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan

mengalir ke vena capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava

superior(VCS). Dari VCS bahan kontras akan masuk ke atrium kanan dari

jantung, kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmo.

Kemudian mengalir ke vena pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel

kiri dan mengalir ke aorta, serta terus mengalir menuju aorta desendens

kemudian ke dalam aorta abdominalis dan masuk ke dalam arteri renalis

dan mulai memasuki korteks ginjal.


5. Efek Samping Pemakaian Kontras Media (Rasad, 2005)
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi akibat pemakaian bahan

kontras terbagi menjadi 3 (tiga) kategori :

1. Komplikasi ringan seperti rasa panas, bersin-bersin, mual, dan rasa gatal.

2. Komplikasi sedang seperti urticaria, kulit kemerahan, muntah-muntah,

sesak napas, dan hipotensi.

3. Komplikasi berat seperti edema laryng, thrombosis pembuluh darah,

henti jantung hingga kematian.

D. Teknik Radiografi
16

Dalam pemeriksaan Teknik Radiografi IVU (Intravenous Urography)

atau yang sering disebut IVP dengan kasus Nephrolithiasis menggunakan

proyeksi Anterior Posterior (AP) (Ballinger & Frank,2003)


1. Prosedur Persiapan Pasien (Rasad, 2005)
Persiapan pasiennya sebagai berikut :
a. Satu hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan – makanan yang

tidak berserat. Contohnya seperti bubur kecap.


b. Makan terakhir jam 19 : 00
c. Minum obat pencahar.
d. Puasa sampai dengan dilakukannya pemeriksaan radiografi.
e. Selama persiapan pasien, pasien tidak diperbolehkan banyak bicara

atau merokok.
f. Tes laboratorium, tingkat kimiawi darah harus normal yaitu creatinine

normal antara 0,6 – 1,5 mg/100ml dan tingkat normal BUN (Blood

Urea Nitrogen) antara 8 – 25 mg / 100 ml.


2. Persiapan Alat (Ballinger & Frank,2003)
Persiapan alatnya sebagai berikut :
a. Kontras media
b. Troli atau kereta dorong
c. Jarum suntik
d. Torniket
e. Kapas alkohol
f. Handuk yang dilipat atau bantal kecil untuk pengganjal siku saat

penyutikan media kontras


g. Obat-obatan emergency
h. Marker
3. Prosedur Pemeriksaan BNO – IVP (Ballinger & Frank, 2003)
Prosedur pemeriksaan BNO – IVP sebagai berikut :
a. lakukan pemotretan awal dengan proyeksi Anterior Posterior (AP)

dimana posisi pasien supine. Posisi ini akan menunjukkan letak dari

kontur ginjal, radiograf ini juga berfungsi untuk melihat persiapan

pasien dan faktor eksposi yang digunakan.


b. Siapkan handuk yang dilipat atau bantalan lain di bawah elbow untuk

kenyamanan saat injeksi di lakukan.


c. Mempersiapkan media kontras untuk injeksi.
17

d. Dosis untuk media kontras antara, 30-100ml untuk pasien dewasa

dengan berat badan ideal. Dosis yang di berikan untuk bayi dan anak-

anak di atur sesuai dengan umur dan berat badan.


e. Radiografi yang dibuat pada interval waktu penyelesaian sesuai

dengan injeksi media kontras. Tergantung apakah pasien dehidrasi dan

pada kecepatan injeksi, kontras biasanya mulai muncul pada system

pelviokalises dalam waktu 2-8 menit.


f. Kontras yang bagus terlihat dalam nefro-nefron ginjal dan jika suatu

radiograf di ekspose, ginjal yang mulai menyaring kontras dari darah.

Selanjutnya ginjal terus menyaring dalam mengkonsentrasikan kontras

yang diarahkan ke system pelvicauceal. Konsentrasi terbesar kontras

di dalam ginjal secara normal 15-20 menit setelah injeksi.


g. Radiograf yang sering di sarankan untuk IVP adalah proyeksi

Anterior Posterior (AP) pada interval waktu yang berbeda dengan

range waktu 3-20 menit. Proyeksi Anterior Posterior (AP) diambil

pada interval 5-10 menit dalam beberapa kasus radiograf tambahan di

butuhkan untuk lebih menunjukkan bagian-bagian system urine dan

perbedaan anatomi normal dan patologi.


h. Pasien dibawa ke kamar mandi untuk pengosongan kandung kemih.

Suatu radiograf post volding kandung kemih dapat diambil untuk

mendeteksi, dengan melihat keadaan urine seperti kondisi tumor atau

pada pasien pria yaitu terdapat pembesaran kelenjar prostat. Kontras

yang masih tertinggal di dalam tubuh pasien akan disaring oleh ginjal

dan dieksresikan oleh pasien ke dalam urine (Ballinger &

Frank,2003).
4. Proyeksi Pemeriksaan
18

a. Foto Polos Abdomen (Ballinger & Frank,2003)


Foto polos abdomen adalah pemotretan abdomen yang

dibuat sebelum dilakukan penyuntikan media kontras. Tujuan

dibuatnya foto polos abdomen adalah :


1) Untuk melihat persiapan penderita
2) Untuk menentukan faktor eksposi
3) Untuk mengetahui ketepatan posisi objek
4) Untuk menilai organ-organ yang ada dalam abdomen

secara keseluruhan.
Teknik pemotretan adalah sebagai berikut :
a) Posisi pasien: Pasien tidur

telentang diatas meja

pemeriksaan dengan kedua

tangan berada disamping tubuh

dan kedua kaki lurus ke bawah


b) Posisi obyek : Bidang MSP

tubuh diatur sedemikian rupa

sehingga berada pada garis

tengah bucky table


c) Kaset dan IP : Ukuran 30 X

40 cm diatur membujur dengan

batas atas kaset pada processus

xypoideus dan batas bawah pada

simpisis pubis
d) Central point : Ditujukan

pada MSP tubuh setinggi garis

yang menghubungkan antara

crista iliaka kanan dan kiri


19

e) Central ray : tegak lurus

terhadap kaset
f) Eksposi : Pada saat

pasien ekspirasi

Gambar 2.4 posisi supine proyeksi Anterior Posterior


Ballinger & Frank,2003

E. Pesawat Computed Radiography


Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang

menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akuisisi data gambar

(Ballinger & Frank, 2003).


1. Komponen Computed Radiography
Dalam Computed Radiography terdapat sistem komponen utama

yaitu, image plate (IP), image reader, image console dan imager.
a. Image plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan

menyimpan sinar-X.
b. Image reader merupakan alat untuk mengolah gambaran pada imaging

plate (IP) menjadi digital.


c. Image console berfungsi sebagai pembaca dan pengolahan gambar yang

diperoleh dari IP dengan menggunakan optoelectronic laser scanner

(helium neon (He-Ne) 632,8 Nm). Dilengkapi dengan preview monitor


20

untuk melihat radiograf yang dihasilkan, apakah goyang, terpotong dan

lain-lain.
2. Proses Produksi Gambar Digital Pada Computed Radiography
Media penerimaan gambar pada computer radiography adalah IP,

yaitu sebagai pengganti kaset yang berisi film screen. Secara ringkas

produksi gambar digital pada computer radiography adalah imaging plate

(IP) di ekspose dengan sinar-X. IP yang telah diekspose ini dimasukkan

pada image plate reader. IP kemudian di scan dengan helium neon laser

(emisi cahaya merah) sehingga kristal pada IP menghasilkan cahaya biru.

Cahaya ini kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui

analog digital converter ke komputer untuk diproses. Setelah gambar

diperoleh, IP ditransfer kebagian lain dari imaging plate reader untuk

dihapus agar IP tersebut dapat digunakan kembali. Gambar yang telah

discan kemudian dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses lalu

ditampilkan pada monitor atau film (Ballinger & Frank, 2003).


3. Keuntungan Computed Radiography (Papp, 2006)
Computed radiography mempunyai bebrapa kelebihan dibandingkan

dengan radiografi konvensional, antara lain :


a. Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-kesalahan

faktor teknis.
b. Resolusi kontras yang lebih tinggi dari latitude eksposi yang lebih

luas dibandingkan emulsi film radiografi.


c. Tidak memerlukan kamar gelap.
d. kualitas gambar dapat ditingkatkan.
e. Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun

penyimpanan elektronik.
4. Kekurangan Computed Radiography (Papp, 2006)
Kekurangan computed radiography antara lain yaitu :
21

a. Biaya yang cukup tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware dan

software untuk workstation.


b. Resolusi spatial rendah.
c. Pasien potensial untuk menerima radiasi yang overexsposed. Computed

radiography (CR) dapat mengkompensasi overexsposure, sehingga

radiografer terkadang memberi eksposi yang berlebih pada pasien.


F. Kualitas Gambar Radiografi
Sebuah kualitas diharuskan bisa meberikan informasi yang jelas dalam

upaya menegakan sebuah diagnosa. Ketika radiograf yang dihasilkan

mempunyai semua informasi yang dibutuhkan dalam memastikan sebuah

diagnosa, maka radiograf dikatakan memiliki kualitas gambaran yang tinggi.


Untuk memenuhi kualitas radiograf yang tinggi, maka sebuah radiograf

harus memenuhi beberapa aspek yang akan dinilai pada sebuah radiograf

yaitu densitas, detail, kontras, dan ketajaman gambar. Semua aspek ini harus

bernilai baik supaya radiograf bisa dikatakan mempunyai kualitas gambaran

yang baik (Rahman, 2009).


1. Densitas
Pengertian densitas yang umum adalah derajat kehitaman pada

film. Hasil dari eksposi film setelah diproses menghasilkan efek

penghitaman karena sesuai dengan sifat emulsi film yang akan

menghitam apabila dieksposi. Derajat kehitaman ini tergantung pada

tingkat eksposi yang diterima baik itu kV maupun mAs (Rahman,

2009).
2. Kontras
Kontras adalah perbedaan densitas pada area yang berdekatan

dalam radiograf (Rahman, 2009).


3. Ketajaman
Ketajaman adalah kemampuan untuk memperlihatkan batas yang

tegas antara dua daerah yang memiliki densitas yang berbeda.


22

Ketajaman radiografi dikatakan optimum bila atas bayangann yang

satu dengan yang lain terlihat dengan jelas.


4. Detail
Detail adalah kemampuan untuk memperlihatkan struktur yang

sangat kecil pada sebuah film. Pada sebuah pemeriksaan radiografi ,

ada bagian dari gambar tersebut yang memiliki strutur sangat kecil

namun sangat penting dalam menegakkan diagnosa (Rahman, 2009).


G. Proteksi Radiasi
a. Pengertian Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi (Keselamatan Radiasi) adalah cabang ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu

tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau kelompok

orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negative dari radiasi

pengionan, salah satunya adalah sinar-x, adapun alat – alat pelindung

radiasi adalah apron, kaca mata, sarung tangan, pelindung leher dan

pelindung gonad (Akhadi, 2000).


b. Asas – Asas Proteksi Radiasi (Alkhadi, 2000)
Asas proteksi radiasi merupakan falsafah yang bertujuan untuk

mencapai tujuan dari proteksi radiasi yaitu terciptanya keselamatan dan

kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan. Maka dalam falsafah

proteksi radiasi diperkenalkan tiga proteksi radiasi :


a. Asas jastifikasi atau pembenaran
Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat

mengakibatkan paparan radiasi yang hanya boleh dilakukan setelah

dilakukan pengkajian yang cukup dan diketahui manfaat serta kerugian

yang ditimbulkannya.
b. Asas optimisi atau ALARA (As Low As Reasonably Achieveble)
23

Asas ini mneghendaki agar papran radiasi yang brasal dari suatu

kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan

faktor ekonomi dan sosial.


c. Asas limitasi atau pembatasan dosis perorangan
Asas ini menghendaki agar dosis yang diterima oleh perorangan

tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang telah ditetapkan


3. Efek – Efek Radiasi
Efek – efek radiasi merupakan akibat atau resiko yang akan diterima

seseorang setelah terpapar radiasi.


Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi efek radiasi :
a. Efek genetic adalah efek yang dirasakan dari keturunan individu yang

terkena paparan radiasi.


b. Efek somatic adalah efek radiasi yang dirasakan individu yang terpapar

radiasi.
Sedangkan efek radiasi berdasarkan dosis radiasinya :
a. Efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi

dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan sel.


b. Efek deterministic adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi

menurut dosis dan hanya timbul setelah dosis ambang dilampaui.


Yang harus diperhatikan dlam proteksi radiasi terhadap pasien dan petugas

radiologi yaitu :
1) Proteksi terhadap dokter pemeriksa dan petugas radiologi lainnya untuk

proteksi ini harus di perhatikan :


a) Hindari penyinaran bagian – bagian tubuh yang tidak terlindungi
b) Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal

maksimum 0,5 mm Pb
c) Gunakan alat pengukur sinar rontgen
d) Pemeriksaan alat sebelum dipakai
e) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan kebocoran/rusaknya

perlengkapan – perlengkapan pelindung berlapis Pb (Rasad,2011).


2) Proteksi radiasi untuk pasien :
a) Berikan faktor eksposi seminimal mungkin
b) Atur kolimasi sekecil mungkin
c) Hindari pengulangan foto
24

d) Hindari radiasi pada ibu – ibu yang sedang hamil.


3) Proteksi radiasi terhadap lingkungan
a) Beri tanda pada bahaya radiasi.
b) Limbah radiasi ditempatkan pada daerah yang aman.
c) Daerah tempat penggunaan radiasi harus memenuhi standar yang

telah diciptakan.
d) Arahkan sinar ketempat yang kosong (daerah tidak bahaya orang).
H. Defini Operasional
1. Proyeksi Anterior Posterior adalah pasien diletakkan dalam posisi tubuh

telentang atau berdiri dengan bagian belakang tubuh menempel pada kaset

(Ballinger & Frank, 2003).


2. BNO (Blass Near Overzich) adalah suatu pemeriksan di daerah abdomen

dan pelvis untuk mengetahui kelainan – kelainan pada daerah tersebut

khususnya pada system urinaria (Rahma, 2016)


3. IVP ( Intra Vena Pyelografi) adalah pemeriksaan radiografi umum dari

system urinary, pemeriksaan ini sering disebut intravenous pyeolografi

(IVP) (Ballinger & Frank, 2003).


4. Processus xypoideus merupakan ujung tulang dada paling bawah.
5. Mid Sagital Plane (MSP) adalah suatu bidang sagital tertentu yang

melewati garis tengan tubuh dan membaginya menjadi dua bagian kanan

dan kiri sama besar (Ballinger &Frank ,2003).


6. Central Point adalah titik point dari arah sinar (Ballinger & Frank, 2003).
7. Central Ray adalah pusat dari berkas sinar yang digunakan dalam

pemeriksaan radiograf (Bontrager, 2001).


25

BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam tugas akhir ini adalah penelitian dengan

pendekatan studi kasus yang bersifat deskriptif, merupakan penelitian yang di

makasudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada sat penelitian

dilakukan (Arikunto, 2013).


Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan semua informasi tentang

pemeriksaan BNO-IVP di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dan

menjelaskan secara lengkap dalam karya tulis ilmiah ini.


B. Bahan atau Materi Penelitian
Dalam memperoleh data penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis

menggunakan metode deskriptif dengan cara :


1. Observasi
Pengamatan di lapangan merupakan pengamatan langsung jalannya

pemeriksaan mulai dari awal hingga pemeriksaan berakhir.


2. Study Kepustakaan
Study kepustakaan diambil dari buku – buku dan internet yang

berhubungan dengan teknik radiografi BNO-IVP.


C. Jadwal Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari s/d 14 Februari

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam

Siti Khadijah Palembang 28


3. Populasi
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan BNO-IVP yang datang

pada bulan Februari ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang
D. Analisa Data
26

Sebelum menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengumpulkan data

terlebih dahulu dengan observasi langsung mengenai penatalaksanaan teknik

radiografi BNO-IVP dengan kasus nephrolithiasis dengan modalitas

computer radiography dan dilakukan pembagian kuisioner kepada 5 orang

responden untuk menilai foto-foto hasil penelitian. Penulis melakukan

pengamatan terhadap pemeriksaan BNO-IVP ini sesuai dengan prosedur

yang ada dan sesuai dengan materi yang di pelajari, dari semua data yang

didapat dan dikumpulkan maka tersusunlah propasal ini. Adapun alat dan

bahan penunjang jalannya pemeriksaan, berikut adalah peralatan dan

perlengkapan yang digunakan :


1. Persiapan Bahan
a. Kontras media positif
b. Aquades 25cc (1buah)
c. Spuit disposible 3cc, 50cc
d. Wing needle no.18 (1 buah)
e. Kapas, alkohol
f. Plester
g. Gunting
h. Bengkok
i. Obat – obatan emergenc

2. Pesawat

a. Merk Pesawat : Toshiba Rotanode


b. Tipe pesawat : DRX – 1824B
c. Model : BLR – 1000A
d. Jenis Anoda: Anoda putar
e. Jenis Fokus : Fokus besar dak kecil
f. Filter : 1,3 mmAI
g. kV max : 150 kV pada 500 mA
h. kV min : 40 kV pada 10 mA
27

Gambar 3.1. Pesawat Sinar X


Di Instalasi Radiologi RSI Siti Khadijah Palembang
3. kaset IP
a. Merk kaset : Konita Minolta
b. Ukuran Kaset : 35 x 43 cm

25 x 30 cm

Gambar 3.2. Kaset IP

Di Instalasi Radiologi RSI Siti Khadijah Palembang

4. Image Reader
a. Merk reader : Konita Minolta
b. Tipe reder : Regius 110s
c. Resolusi Max : 14 x 17 inci
d. Tingkat gradasi : 4096 levels
e. Kekuatan pemakaian : AC100/60 Hz approx.
28

0.8 kVA

Gambar 3.3. Image Reader

Di Instalasi Radiologi RSI Siti Khadijah Palembang

5. Dry Printer
a. Tipe Dry : Drypix 6000
b. Sumber sinar :Laser exsposure thermal

development system
c. Ukuran film : 35 x 43 cm
d. Memori gambar : 1 GB
e. Dimensi : W610 x D630 x H893mm
29

Gambar 3.4. Dry Printer

Di Instalasi Radiologi RSI Siti Khadijah Palembang

6. Marker R / L

Gambar 3.6. Marker R / L

7. Work station terdiri dari :


a. Monitor
b. Mouse
c. Keyboard
d. CPU
30

Gambar 3.5. Work Station


Di Instalasi Radiologi RSI Siti Khadijah Palembang

DAFTAR PUSTAKA
31

Akhadi, Muklis (2000). Dasar – dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta : Jakarta.
Arikunto, Suharsimi (2003). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta.
Indonesia
Ballinger, W. Philip (2003). Radiographic Position and Radiologic Prosedure.
Tenth edition. Volume 2. Mosby: Amerika
Bontrager, Kenneth L. Lampignano, john P (2001). Taxtbook Of Radiographic
Positioning and Related Anatomy. The United States : Amerika
Evelyn, C. Pearce (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta. Indonesia
Mansjoer, Arief (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua Medikal
Aesculapius. Badan Penerbit FKUI : Jakarta. Indonesia
Nursalam (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba Medika : Jakarta. Indonesia
Rahma, Nova (2016). Teknik Pemeriksaan BNO-IVP atau IVU, diunduh dari
http://catatanbreckhelie.blogspot.co.id/2016/04/teknik-pemeriksaan-bno-ivp-
ivu.html?m=1/pada 02-05-2018, pukul 17.45 WIB
Rahman, Nova (2009). Radio Fotografi. Universitas Baiturrahman : Padang.
Indonesia
Rasad, Sjahriar (2011). Radiologi Diagnostik. Badan Penerbit FKUI : Jakarta.
Indonesia
Papp, Jeffery (2006). Quality Management in the Imaging Sciences, 3rd Edition,
Mosby Inc : St. Louis, Missouti, United States Of America.

Anda mungkin juga menyukai