PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan Intravena Pyelography (IVP) adalah pemeriksaan traktus
urinarius dengan mengggunakan sinar – X untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukan adanya kelainan pada saluran
perkemihan dengan menyuntikan media kontras melalui intra vena. Sehingga
dapat menampakkan anatomi, fungsi ginjal, evaluasi kinerja sistem
perkemihan serta kelainnya (Kenneth and John, 2014).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan pengambilan gambar secara
keseluruhan ginjal, ureter dan kandung kemih atau dikenal dengan foto BNO
– IVP. Indikasi pemeriksaan intravena Pyelography antara lain batu ginjal,
batu kandung kemih, radang ginjal, batu ureter, hidronefrosis dan
penyempitan ginjal (Trihadijaya et al., 2016)
Pemeriksaan BNO – IVP diawali dengan melakukan foto pendahuluan,
kemudian dilakukan fotoantara menit ke – 2 sampai dengan menit ke – 8
setelah dilakukan penyuntikan media kontras untuk melihat sistem
pelviscalyces dengan disertai kompresi, kemudian dilakukan foto kembali
antara menit ke – 15 sampai dengan menit ke – 20 untuk memperlihatkan
konsentrasi terbesar pada kedua ginjal, lalu dilakukan pengambilan foto full
blass untuk melihat bentuk dari kandung kemih, setelah itu dilakukan
pengambilan foto post void (Long, Rollins and Smith, 2016).
Menurut Bontranger 2014, kompresi ureter adalah metode yang
digunakan untuk meningkatkan pengisian sistem pelviscalyces dan proksimal
ureter. Dengan kompresi ureter ginjal akan lebih lama menyerap media
kontras (Kenneth and John, 2014).
Kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu saluran kemih,
massa abdominal atau aneurisma, colostomy, kateter suprapubik nyeri perut,
1
2
dan trauma (Long, Rollins and Smith, 2016). Sedangkan menurut Bontranger
(2014), kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu ureter, massa
abdominal, aneurisma aorta abdominal, nyeri perut, dan trauma (Kenneth and
John, 2014).
Berdasarkan pengamatan penulis selama Praktik Kerja Lapangan 3 (PKL
3) di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, penulis
menemukan pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal menggunakan
kompresi. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
prosedur pemeriksaan BNO – IVP pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu penulis mengangkat dalam
suatu penelitian dengan judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan BNO – IVP
Dengan Kompresi Pada klinis Batu Ginjal di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mendapatkan
suatu rumusan masalah, yaitu sebagai berikut : “Bagaimana hasil gambar batu
pada saluran perkencingan dengan kompresi ?“
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian ini
pada pasien pemeriksaan BNO – IVP dengan kompresi pada klinis batu ginjal
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
penatalaksanaan pemeriksaan radiografi BNO – IVP dengan kompresi
pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan fungsi kompresi pada pemeriksaan BNO – IVP
dengan klinis Batu Ginjal.
3
E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan penelitan ini sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai prosedur penatalaksanaan
pemeriksaan BNO – IVP dengan kompresi pada klinis batu ginjal yang
dapat diterapkan dilapangan kerja.
b. Bagi Instansi
Sebagai acuan untuk penatalaksanaan pemeriksaan BNO – IVP pada
klinis batu ginjal dan bahan referensi bagi mahasiswa jurusan Teknik
Radiagnostik dan Radioterapi.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan evaluasi pemeriksaan BNO – IVP di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang.
F. Keaslian Penelitian
Pada penelitian ini penulisan melakukan identifikasi dengan penelitian
terdahulu, ditemukan judul penelitian yang membahas mengenai pemeriksaan
BNO – IVP. Namun, penulisan tersebut dilakukan pada tempat dan waktu
yang berbeda.
Penulisan terdahulu yang membahas mengenai BNO – IVP yaitu Difa
Ariestha, dengan judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan BNO – IVP Tanpa
Kompresi Dengan Klinis Nephrolithiasis Di RSUD Jakarta Utara”, KTI 2015.
Dengan kesimpulan pemeriksaan ini dilakukan tanpa memakai kompresi agar
dapat melihat fungsi ginjal secara alami dan juga agar pasien lebilh nyaman
dan tidak merasa sakit. Dan pemeriksaan BNO- IVP dilakukan adalah plan
foto, 5 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit. prone 60 menit, dan yang
terakhir post void.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Teori
1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Perkencingan
Traktus urinarius adalah sistem yang memproduksi dan mengeluarkan
urin dari dalam tubuh, melalui proses penyaringan darah dari zat – zat yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh (Syaifuddin, 2006).
Saluran perkemihan terdiri dari dari dua ginjal, dua ureter, dan kandung
kencing, dan uretra. Ginjal berfungsi memproduksi urin; ureter berfungsi
membawa urin ke dalam kandung kemih; kandung kemih berfungsi sebagai
sebuah penampungan sementara; dan uretra berfungsi mengalirkan urin
keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna (Sloen, 2003).
a. Ginjal
Ginjal atau yang biasa juga disebut dengan renal berbentuk seperti
kacang dan terdapat 2 buah. Ginjal terletak di belakang peritoneum dan
berada pada dinding posterior rongga abdomen. Kedudukan ginjal
diperkirakan mulai dari belakang vertebrae thoracalis 12 sampai vertebrae
4
5
lumbalis 3. Letak ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri. Panjang setiap
ginjal kira – kira 6 sampai 7,5 cm, dan tebalnya sekitar 3,8 cm.. Pada orang
dewasa beratnya kira – kira 140 gram (Pearce, 2010).
Ginjal mempunyai fungsi antara lain (Sloen, 2003) :
1. Pengeluaran zat – zat sisa organik, seperti urea, asam urat,
kreatinin, serta produk penguraian hemoglobin dan hormon.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting, seperti ion natrium,
kalsium, kalium dan sebagainya.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa.
4. Pengaturan tekanan darah.
5. Pengendalian konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
6. Pengeluaran zat beracun.
Mekanisme fungsi ginjal adalah sebagai berikut (Syaifuddin, 2006) :
1. Proses Filtrasi
Terjadi glomelurus, berupa urine primer dan akan diteruskan ke
tubulus renalis.
2. Proses Reabsorbsi
Terjadi proses penyerapan kembali di tubulus kontortus proksimal
dan menghasilkan urine sekunder.
3. Proses Sekresi
Sekresi (Augmentasi) di tubulus kontortus distal, urine
sesungguhnya sudah terbentuk.
b. Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis dan berjalan menuju ke kandung
kemih. Panjangnya setiap ureter kira – kira 35 sampai 40 cm, dan
diameternya sekitar 4 mm sampai 6 mm (Pearce, 2010).
c. Kandung Kemih
Kandung kemih berbentuk kantong yang merupakan tempat
penampungan urin yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul, sekitar bagian postero superior
dari simfisis pubis (Pearce, 2010).
6
2. Patologi
a. Batu Ginjal
Batu ginjal (nefrolithiasis) adalah batu di dalam sistem pelviscalyces.
Batu – batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urin, dan batu yang lebih
besar akan tertahan di dalam ureter (Sloen, 2003).
b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah pelebaran pelviscalyces akibat urin yang
terbendung. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh obstruksi kronis saluran
perkemihan. Kelainan kongenital yang menyebabkan hidronefrosis adalah
struktur, pita atau bands, penyimpangan pembuluh darah dan katup. Tumor,
batu, pembesaran prostat dan tindakan operasi juga dapat menyebabkan
hidronefrosis (Rasad, 2005).
c. Obstruksi Ginjal
Obstruksi Ginjal adalah kelainan yang dapat disebabkan oleh batu ginjal,
trombosit darah atau trauma. Obstruksi ginjal dapat menyebabkan kerusakan
ginjal (Kenneth and John, 2014)
d. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat
yang bersifat jinak dan dapat menyebabkan kompresi dan obstruksi uretra
serta terhambatnya aliran urin. Obstruksi ini sering menimbulkan nyeri saat
buang air kecil dan kemungkinan refluks vesicoureteral ginjal (Kenneth and
John, 2014).
e. Cystitis
Cystitis merupakan peradangan pada membran mukosa yang melapisi
kandung kemih (vesica urinaria) yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sloen,
2003).
f. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan keadaan hilangnya fungsi ginjal, dan dapat
menimbulkan nefritis, luka, perdarahan bahkan terhentinya fungsi jantung
secara tiba-tiba (Sloen, 2003).
8
3. Media Kontras
Media kontras adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau
radiolucent apabila berinteraksi dengan sinar – X, sehingga dapat
membedakan organ dan jaringan disekitarnya. Media kontras secara garis
besar terbagi menjadi dua yaitu (Rasad, 2005) :
a. Media kontras negatif yaitu udara O2 dan CO2.
b. Media kontras positif yaitu turunan barim dan turunan iodium.
Pada pemeriksaan BNO – IVP adalah media kontras positif turunan
iodium yang terdiri atas beberapa kelompok. Berikut ini, penggolongan media
kontras turunan iodium :
a. Media kontras yang larut dalam minyak, contohnya pantopaque,
lipiodol dan lain – lain.
b. Media kontras yang larut dalam air, terdiri atas :
1) Monomer ionik, contohnya : Urografin, agiofrafin dan lain –
lain.
2) Monomer non ionik, contohnya : Iopamiron, Omnipaque dan
Ultravist.
3) Dimer ionik, contohnya : Hexabric.
4) Dimer non ionik, contohnya : iotrolan dengan iodixonal.
Ciri media kontras turunan iodium adalah (Rasad, 2005):
a. Mempunyai konsentrasi iodium yang tinggi.
b. Larut dalam air.
c. Viskositasnya minimal.
d. Tekanan osmotik rendah.
e. Stabil terhadap panas.
Lima faktor penting pemilihan media kontras sebagai berikut (Bryan,
1987) :
1) Toksisitas.
2) Menghasilkan kontras yang cukup.
3) Viskositas.
4) Memiliki ketahanan waktu berjalan di suatu organ yang sesuai
dengan pemeriksaan.
9
4. Kompresi Ureter
Kompresi ureter adalah penghambatan aliran urin menuju kandung
kemih, dengan memberikan tekanan pada ujung ureter bagian distal yang
setinggi Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS). Hal ini dilakukan agar media
kontras tertahan di bagian proksimal ureter, sehingga pengisian pelvis renalis
dan calyces meningkatkan (Long, Rollins and Smith, 2016).
Kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu saluran kemih,
massa abdominal atau aneurisma, colostomy, kateter suprapubik nyeri perut,
dan trauma (Long, Rollins and Smith, 2016).
Kontraindikasi penggunaan kompresi ureter (Lampignano and Kendrick,
2018) :
a. Terdapat batu ureter .
b. Massa abdomen.
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Operasi pada bagian perut.
e. Nyeri perut yang parah.
10
4) Persiapan Pasien
Untuk pemeriksaan BNO – IVP perlu dilakukannya persiapan
tujuannya adalah agar abdomen bebas dari feses dan udara. Selain itu
juga harus dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin (normal 0,6 – 1,5
mg/100 ml) dan ureum (normal 8 – 25 mg/100 ml) darah di
laboratorium serta pengukuran tekanan darah pasien.
Prosedur pelaksanaan persiapan pasien sebelum pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
a) Diet makan – makanan lunak yang tidak berserat 1 – 2 hari
sebelum pemeriksaan, mencegah pembentukan gas yang
disebabkan oleh fermentasi berlebihan pada usus.
b) Pasien makan – makan ringan pada malam hari sebelum
pemeriksaan.
c) Minum obat pencahar pada malam hari sebelum pemeriksaan.
d) Pasien tidak boleh makan dan minum setelah tengah malam
pada hari pemeriksaan.
e) Pasien dengan multipel mieloma, kadar asam urat tinggi, atau
diabetes harus terhindar dari dehidrasi sebelum pemeriksaan
dilakukan.
5) Prosedur Pemeriksaa
Prosedur pemeriksaan BNO-IVP adalah sebagai berikut :
a. Persiapan pemeriksaan
1) Sebelum pemeriksaan BNO – IVP pasien diminta untuk
mengosongkan kandung kemihnya, mencegah pengenceran
media kontras dengan urin.
2) Melepaskan segala sesuatu yang berbentuk logam pada area
addomen.
3) Menyertakan clinical history, riwayat alergi dan hasil
laboratorium ureum dan kreatinin.
b. Persiapan alat dan bahan
1) Tersedianya pesawat rontgen dan meja pemeriksaan yang
dilengkapi dengan tomografi (dibutuhkan ketika gas dari
12
d. Teknik Pemeriksaan
1) Proyeksi AP
a) Posisi Pasien :
Pasien supine diatas meja pemeriksaan.
Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.
b) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien berada pada pertengahan grid atau
meja pemeriksaan.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Pada titik pertengahan antara kedua krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm.
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
2) Proyeksi Oblique
a. Posisi Pasien:
Pasien supine kemudian tubuh dirotasikan sehingga
menjadi semi supine dan membentuk sudut 30 derajat
dari film atau kaset.
15
3) Proyeksi Lateral
a. Posisi Pasien:
Pasien lateral recumbent dengan sisi yang diperiksa
menempel pada meja pemeriksaan.
Tekuk lutut pasien untuk kenyamanan pasien dan
tempatkan tangan pasien di awa kepala.
b. Posisi Obyek :
16
e. Kriteria Gambaran
1) Proyeksi AP
Tampak gambaran ginjal tanpa pergerakan. Pemeriksaan
menggunakan kompresi, gambaran ginjal akan terisi media
kontras optimal dan bagian distal ureter minimal. Tampak
media kontras mengisi area ginjal, ureter dan kandung
kemih. Tampak tulang belakang berada di pertengahan film.
Tidak ada artefak.
17
2) Proyeksi Oblique
Tampak gambaran oblique dari sistem perkemihan.
Gambaran ginjal tidak superposisi dengan tulang belakang.
3) Proyeksi Lateral
18
e) Gagal jantung.
f) Diaetes, khususnya diaetes melitus.
g) Gagal ginjal, akut atau kronis.
3) Persiapan Pasien
Persiapan umum pasien untuk pemeriksaan BNO – IVP meliputi:
a) Makan malam ringan atau tidak mengandung serat sehari
sebelum pemeriksaan.
b) Malam hari sebelum pemeriksaan diberi obat pencahar untuk
membersihkan usus.
4) Prosedur pemeriksaan
a. Persiapan alat dan bahan
1) Media kontras.
2) Wing needle, needle, spuit.
3) Spons alkohol atau tisu.
4) Tournique.
5) Perisai gonad
6) Marker R dan L, Marker menit.
7) Epinefrin atau Benadry, dan oksigen untuk keadaan darurat.
8) Kompresi ureter (jika digunakan).
b. Prosedur Pemeriksaan
1) Pengambilan foto polos abdomen AP supine kemudian
dilakukan skin test.
2) Setelah pengambilan gambar BNO dilakukan, maka
dilanjutkan dengan penyuntikkan media kontras dan
dilakukan kompresi ureter.
3) Pengambilan gambar pada fase nefrogram segera setelah
injeksi (1 menit setelah injeksi) untuk menangkap tahap
awal media kontras masuk ke dalam collecting sistem.
4) Pengambilan pada menit ke 15, mencakup keseluruhan
KUB (Kidney, Ureter, Bladder) dengan posisi AP supine.
5) Pengambilan pada menit ke 20 menggunakan posisi oblique
yaitu LPO dan RPO untuk mendapatkan gambaran ginjal
20
2) Proyeksi Oblique
a) Posisi Pasien :
Pasien supine kemudian tubuh dirotasikan sehingga
menjadi semi supine dan membentuk sudut 30 derajat
dari film atau kaset.
Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.
Kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan lurus,
sedangkan yang jauh dari meja pemeriksaan ditekuk.
b) Posisi Obyek :
MCP tubuh pasien diletakkan sedikit miring pada
pertengahan meja pemeriksaan sehingga membentuk
sudut 30 derajat.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm.
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
3) Proyeksi PA
Tujuan dilakukannya posisi prone ini dilakukan bila
media kontras lambat mengisi ureter atau vesica urinaria.
a) Posisi Pasien :
Pasien tidur tengkurap di atas meja pemeriksaan.
b) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien diletakkan pada pertengahan grid
atau meja pemeriksaan, kedua kaki di luruskan.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
d. Kriteria Gambar
1) Proyeksi AP Dengan Kompresi
Tampak gambaran ginjal dan calyces yang terisi media
kontras. Tampak gambaran tulang belakang di pertengahan
film. Tidak ada pergerakan.
2) Proyeksi Oblique
Tampak gambaran ginjal yang jauh dengan kaset.
Gambaran ureter akan superposisi dengan tulang belakang.
Batas atas diafragma dan batas bawah symphisis pubis.
Tidak ada pergerakan. Tampak marker.
3) Proyeksi PA
Tampak gambaran keseluruhan dari sistem
perkencingan terisi media kontras. Batas atas diafragma dan
batas bawah symphisis pubis. Tidak ada pergerakan.
c. Prosedur Pemeriksaan (Clark, 1973)
1) Pengertian Pemeriksaan BNO – IVP
Pemeriksaan BNO – IVP adalah pemeriksaan saluran perkemihan
dengan menggunakan media kontras positif yang disuntik secara
intra vena.
2) Persiapan Pasien
a) Pasien minum obat pencahar dua malam berturut turut sebelum
pemeriksaan, seperti Dulcolax.
24
B. Kerangka Konsep
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, berupa studi
kasus tentang penatalaksanaan pemeriksaan BNO – IVP dengan
menggunakan kompresi pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.
28
29
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada pihak – pihak
yang berkompeten, yang berperan dalam menjalankan pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar kerja
Lembar kerja ini digunakan untuk mencatat hasil pengumpulan data dan
mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Lembar
kerja berisi langkah – langkah kerja yang dilakukan oleh penulis selama
melakukan penelitian.
2. Pedoman wawancara
Berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan pelaksaannya
pemeriksaan dan hasil bacaan radiolog.
A. Hasil
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada saat melakukan
pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal, yang dilakukan peneliti
pada Maret sampai dengan April 2019 maka diperoleh hasil berupa data
sebagai berikut :
1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan BNO – IVP dengan
klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang adalah sebagai
berikut:
a. Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen digital radiography (DR) yang dilengkapi dengan
fluoroscopy yang digunakan dalam pemeriksaan BNO – IVP di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1) Merek Pesawat : Siemens
2) Tipe Pesawat : Luminos 6021
3) Kapasitas Pesawat : 800 mA
4) Tegangan Pesawat : 150 kVp
5) Tahun Pemasangan : 2016
c. Printer
Printer yang digunakan untuk mencetak gambar memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
1) Merek : Carestrem
2) Tipe : Dry View 5950 Laser Imager
d. Media Kontras
Media kontras yang di gunakan pada pemeriksaan ini merupakan
media kontras positif non ionik.
1) Merek : Ultravist Iopromide-300
2) Konsentrasi : 300 mg I/ml
32
e. Spuit
1) Merek : Terumo
2) Ukuran : 20 cc
f. Wing Needle
1) Merek : Terumo
2) Ukuran : 19G X ¾ inch
33
g. Kapas Alkohol
h. Handscoon
i. Alat kompresi
2. Subjek Penelitian
Pasien yang dijadikan sampel oleh peneliti adalah Tn. W yang berumur
39 tahun. Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang pada tanggal 4 April 2019 dikirim oleh dokter spesialis urologi
dengan klinis batu ginjal (nefrolithiasis) bilateral. Adapun data pasien sebagai
berikut :
a. Nama Pasien : Tn. W
b. Usia : 39 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Klinis : Batu ginjal (nefrolithiasis) bilateral
e. Pengirim : Poli Bedah Urologi
3. Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk pemeriksaan BNO – IVP di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut :
a. Pasien melakukan cek darah di laboratorium untuk mengetahui kadar
ureum dan kreatininnya.
b. Sehari sebelum pemeriksaan makan bubur dengan kecap dan jangan
makan-makanan yang mengandung serat-serat.
c. Jam 20.30 makan terakhir.
34
d. Jam 21.30 minum Dulcolax tablet 4 buah per oral (@ 5 mg) dan
dimasukan melalui anus 1 buah Dulcolax Aupositoria jam 05.00 pagi
(agar buang air besar).
e. Sampai jam 23.30 boleh minum bila haus sekali, kemudian setelah itu
puasa dan dilarang merokok.
f. Besok pagi datang ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangeran dengan tetap berpuasa untuk dilakukan pemeriksaan.
4. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh Tn. W dalam pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu sebagai
berikut :
a. Pasien datang ke bagian radiologi dengan membawa surat permintaan dari
dokter untuk melakukan pemeriksaan BNO – IVP dan pasien sudah
melakukan cek darah di laboratorium dengan hasil urenum 22 dan
kreatinin 1,04 (ureum normal antara 8 – 25 mg/100 ml dan kreatinin
normal antara 0,6 – 1,5 mg/100 ml).
b. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien dan keluarganya diberikan
penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan penandatanganan
informconcent.
c. Pasien diminta untuk melakukan persiapan sebelum melakukan
pemeriksaan dan pasien di jadwalkan besok paginya jam 08.00.
d. Keesokan paginya pasien datang ke bagian radiologi ditemani
keluarganya.
e. Pasien lalu masuk ke kamar pemeriksaan dan melepaskan benda – benda
logam di sekitar tubuh.
f. Pasien buang air kecil sebelum pemeriksaan.
g. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
h. Lalu dilakukan foto pendahuluan sebelum kontras media di masukan ke
dalam tubuh pasien seperti pada gambar 4.7. Foto ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal tubuh pasien.
1) Posisi Pasien :
Pasien berbaring terlentang atau supine diatas meja pemeriksaan.
35
2) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien diletakkan pada pertengahan meja pemeriksaan.
3) Central ray :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
4) Central point :
Pada titik pertengahan antara kedua krista illiaca.
5) Jarak Fokus Film : 100 cm.
6) Eksposi :
Tahan napas setelah ekspirasi penuh
7) Faktor Eksposi :
70 kVp, 20 mAs
8) Hasil Gambaran
B. Pembahasan
1. Teknik Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan yang dilakukan terhadap Tn. W dalam pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang yang pertama yaitu
buat foto pendahuluan (BNO) untuk melihat persiapan pasien dan keadaan
umum dari rongga abdomen. Setelah foto pendahuluan selesai, lalu dilakukan
skin test kepada pasien dan jika tidak ada alergi pada tubuh pasien maka
dilanjutkan penyuntikkan kontras media sebanyak 50 ml melalui intravena
mediana cubiti. Di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang dilakukan
proses kompresi dengan menggunakan bendcompression sampai menit ke 15
untuk menahan media kontras yang di eksresikan ginjal melalui ureter,
sehingga pelvis renalis dan calyces terisi dengan baik. Selanjutnya dilakukan
foto menit ke 7 dengan posisi pasien AP supine dengan pemasangan
kompresi untuk melihat fase nefrogram. Dilanjutkan dengan foto menit ke 15
tanpa melepas kompresi dengan posisi pasien supine untuk melihat kontras
media lebih maksimal mengisi kedua ginjal dan proksimal ureter. Setelah itu
dibuat foto menit ke 30 dengan pelepasan kompresi, pasien diposisikan
supine untuk melihat jalannya media kontras menuju kandung kemih.
Dilanjutkan dengan foto menit ke 60 atau foto full blass dengan 2 proyeksi
yaitu proyeksi AP supine dan PA prone untuk melihat apakah kandung kemih
sudah terisi media kontras atau belum. Proyeksi PA prone dilakukan jika
kontras media lambat mengisi ureter dan kandung kemih dan agar ureter
lebihdekat dengan film dan sesuai anatomi. Kemudian dilakukan foto dengan
proyeksi lateral kanan dan kiri untuk melihat posisi ureter. Terakhir dilakukan
foto post void, jika kandung kemih sudah terisi cukup penuh, maka pasien
diminta untuk buang air kecil. Setelah pasien buang air kecil, dibuat foto post
void dengan posisi pasien supine untuk melihat sisa kontras pada kandung
kemih. Pada dasarnya teknik pemeriksaan yang di lakukan di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang sesuai apa yang ada pada di teori, karena
proyeksi oblique juga digunakan untuk melihat posisi ureter dan penegakan
diagnosa pada klinis tertentu.
44
Lalu dibuat foto menit ke 15. Posisi yang digunakan adalah AP dengan
posisi pasien supine dengan kompresi. Terlihat gambaran ginjal yang masih
terisi media kontras, ureter yang mulai terisi oleh media kontras. Pengambilan
foto pada menit ke 15 tidak sesuai dengan teori karena pada menit ke 15
sampai menit ke 20 dilakukan pelepasan kompresi. Tujuannya adalah untuk
melihat ureter ketika diisi oleh media kontras.
Selanjutnya dibuat foto menit ke 30. Posisi yang digunakan adalah AP
dengan posisi supine di atas meja pemeriksaan. Dengan posisi ini terlihat
gambaran dari kedua ginjal yang masih terisi media kontras, tampak
gambaran kandung kemih, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong.
Tujuan dilakukan foto pada menit ke 30 ialah untuk melihat pengisian ureter
dan kandung kemih.
Kemudian dilakukan pengambilan foto full blass yang dilakukan pada
pada menit ke 60 setelah penyuntikan media kontras dengan posisi pasien
supine diatas meja pemeriksaan, terlihat bahwa media kontras sudah mengisi
kandung kemih, tampak kontras media masih mengisi kedua ginjal, batas
bawah symphysis pubis tidak terpotong. Selanjutnya dilakukan pengambilam
foto kembali dengan posisi pasien prone, memperlihatkan bahwa media
kontras mengisi kandung kemih, tampak kontras media masih mengisi kedua
ginjal, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong. Tujuan pengambilan
foto full blass adalah untuk melihat struktur dari kandung kemih yang terisi
penuh media kontras dan melihat kelainan yang terjadi pada kandung kemih.
Lalu dilakukan foto proyeksi lateral kanan dan kiri untuk menunjukkan
bahwa media kontras mengisi kandung kemih, tampak ginjal dan ureter yang
terisi media kontras, tampak masih banyak terdapat udara di rongga abdomen.
Tujuan dilakukan foto dengan proyeksi lteral adalah untuk melihat kelainan
pada kandung kemih atau bisa juga menggunakan posisi oblique pada klinis
tertentu.
Terakhir dibuat foto post void. Posisi yang digunakan adalah AP dengan
posisi pasien supine. Sebelumnya pasien diminta untuk buang air kecil
terlebih dahulu. Terlihat gambaran dari ureter yang bersih dari kontras, dan
masih ada sisa kontras sedikit pada ginjal, tidak ada sisa media kontras pada
46
kandung kemih, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong. Dasar teori
ujuan dilakukannya foto post void ialah untuk melihat pengosongan kandung
kemih dari media kontras agar dapat dievaluasi jika terdapat kelainan.
Pada dasarnya hasil gambaran pemeriksaan BNO – IVP dengan kasus
batu ginjal yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
telah sesuai dengan dasar teori dan hasil pemeriksaan ini dikuatkan dengan
hasil ekspertise dokter spesialis radiologi. Hasil ekspertisenya ialah :
- BNO :
Preperitonal fat line kanan – kiri baik
Kontuor kedua ginjal tertutup udara usus yang prominent
Distribusi udara mencapai rektum
Tidak tampak dilatasi usus maupun penebalan dinding usus
Tampak lesi radiopak multipel di hemiabdomen kanan setinggi
paravertebra L 1-2 kanan proyeksi ginjal kanan dan hemiabdomen kiri
setinggi paravertebra L 1-2 kanan proyeksi ginjal kiri
Tampak lesi slight radiopak, bentuk oval multipel di regio pelvis minor
kanan – kiri proyeksi buli
Tulang – tulang kesan intak
- IVP :
Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal sudah terlihat pada menit ke 7
Sistem pelviokalises kedua ginjal melebar dengan bentuk kaliks
balloning, masih tampak aliran kontras ke ureter, namun masih tampak
sisa kontras di sistem pelviokalises ginjal sampai akhir pemeriksaan
Ureter kanan – kiri bentuk dan kaliber normal, tidak tampak dilatasi,
tidak tampak batu.
- Buli :
Bentuk normal, dinding reguler
Tidak tampak additoonal shadow maupun filling defek
- Post void :
Tampak sisa kontras minimal.
- Kesan :
47
A. Kesimpulan
1. Teknik Pemeriksaan
Persiapan yang dilakukan oleh Tn. W dalam pemeriksaan BNO – IVP di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu di haruskan berpuasa terlebih
dahulu satu hari sebelum hari pemeriksaan dan mengecek kadar ureum dan
kreatinin. Sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk buang air kecil dan
sebelum penyuntikan kontras media, dilakukan terlebih dahulu skin test untuk
mengetahui ada tidaknya alergi pada tubuh pasien. Pemberian media kontras
kepada pasien diberikan melalui penyuntikan langsung melalui intravena mediana
cubiti sebanyak 50 ml. Teknik pemeriksaan yang di lakukan oleh Tn. W pada
pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal dengan kompresi di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu :
a. Foto pendahuluan (BNO) dengan posisi pasien supine.
b. Foto menit ke 7 dengan posisi pasien supine dengan kompresi.
c. Foto menit ke 15 dengan posisi pasien supine dengan kompresi.
d. Foto menit ke 30 dengan posisi pasien supine.
e. Foto full blass atau foto menit ke 60 dengan posisi pasien supine dan
prone.
f. Foto proyeksi lateral kanan dan kiri dengan posisi pasien lateran
recumbent.
g. Foto Post Void dengan posisi pasien supine.
B. Saran
1. Memberikan penjelasan mengenai persiapan pasien dengan jelas kepada
pasien agar mendapatkan hasil gambaran yang baik.
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang proses, waktu yang
digunakan dalam pemeriksaan BNO – IVP ini.
48