Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan Intravena Pyelography (IVP) adalah pemeriksaan traktus
urinarius dengan mengggunakan sinar – X untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukan adanya kelainan pada saluran
perkemihan dengan menyuntikan media kontras melalui intra vena. Sehingga
dapat menampakkan anatomi, fungsi ginjal, evaluasi kinerja sistem
perkemihan serta kelainnya (Kenneth and John, 2014).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan pengambilan gambar secara
keseluruhan ginjal, ureter dan kandung kemih atau dikenal dengan foto BNO
– IVP. Indikasi pemeriksaan intravena Pyelography antara lain batu ginjal,
batu kandung kemih, radang ginjal, batu ureter, hidronefrosis dan
penyempitan ginjal (Trihadijaya et al., 2016)
Pemeriksaan BNO – IVP diawali dengan melakukan foto pendahuluan,
kemudian dilakukan fotoantara menit ke – 2 sampai dengan menit ke – 8
setelah dilakukan penyuntikan media kontras untuk melihat sistem
pelviscalyces dengan disertai kompresi, kemudian dilakukan foto kembali
antara menit ke – 15 sampai dengan menit ke – 20 untuk memperlihatkan
konsentrasi terbesar pada kedua ginjal, lalu dilakukan pengambilan foto full
blass untuk melihat bentuk dari kandung kemih, setelah itu dilakukan
pengambilan foto post void (Long, Rollins and Smith, 2016).
Menurut Bontranger 2014, kompresi ureter adalah metode yang
digunakan untuk meningkatkan pengisian sistem pelviscalyces dan proksimal
ureter. Dengan kompresi ureter ginjal akan lebih lama menyerap media
kontras (Kenneth and John, 2014).
Kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu saluran kemih,
massa abdominal atau aneurisma, colostomy, kateter suprapubik nyeri perut,

1
2

dan trauma (Long, Rollins and Smith, 2016). Sedangkan menurut Bontranger
(2014), kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu ureter, massa
abdominal, aneurisma aorta abdominal, nyeri perut, dan trauma (Kenneth and
John, 2014).
Berdasarkan pengamatan penulis selama Praktik Kerja Lapangan 3 (PKL
3) di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, penulis
menemukan pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal menggunakan
kompresi. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
prosedur pemeriksaan BNO – IVP pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu penulis mengangkat dalam
suatu penelitian dengan judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan BNO – IVP
Dengan Kompresi Pada klinis Batu Ginjal di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mendapatkan
suatu rumusan masalah, yaitu sebagai berikut : “Bagaimana hasil gambar batu
pada saluran perkencingan dengan kompresi ?“

C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian ini
pada pasien pemeriksaan BNO – IVP dengan kompresi pada klinis batu ginjal
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
penatalaksanaan pemeriksaan radiografi BNO – IVP dengan kompresi
pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan fungsi kompresi pada pemeriksaan BNO – IVP
dengan klinis Batu Ginjal.
3

b. Untuk menganalisa hasil gambar pemeriksaan BNO – IVP dengan


kompresi pada klinis batu ginjal.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan penelitan ini sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai prosedur penatalaksanaan
pemeriksaan BNO – IVP dengan kompresi pada klinis batu ginjal yang
dapat diterapkan dilapangan kerja.
b. Bagi Instansi
Sebagai acuan untuk penatalaksanaan pemeriksaan BNO – IVP pada
klinis batu ginjal dan bahan referensi bagi mahasiswa jurusan Teknik
Radiagnostik dan Radioterapi.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan evaluasi pemeriksaan BNO – IVP di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang.

F. Keaslian Penelitian
Pada penelitian ini penulisan melakukan identifikasi dengan penelitian
terdahulu, ditemukan judul penelitian yang membahas mengenai pemeriksaan
BNO – IVP. Namun, penulisan tersebut dilakukan pada tempat dan waktu
yang berbeda.
Penulisan terdahulu yang membahas mengenai BNO – IVP yaitu Difa
Ariestha, dengan judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan BNO – IVP Tanpa
Kompresi Dengan Klinis Nephrolithiasis Di RSUD Jakarta Utara”, KTI 2015.
Dengan kesimpulan pemeriksaan ini dilakukan tanpa memakai kompresi agar
dapat melihat fungsi ginjal secara alami dan juga agar pasien lebilh nyaman
dan tidak merasa sakit. Dan pemeriksaan BNO- IVP dilakukan adalah plan
foto, 5 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit. prone 60 menit, dan yang
terakhir post void.
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian Teori
1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Perkencingan
Traktus urinarius adalah sistem yang memproduksi dan mengeluarkan
urin dari dalam tubuh, melalui proses penyaringan darah dari zat – zat yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh (Syaifuddin, 2006).
Saluran perkemihan terdiri dari dari dua ginjal, dua ureter, dan kandung
kencing, dan uretra. Ginjal berfungsi memproduksi urin; ureter berfungsi
membawa urin ke dalam kandung kemih; kandung kemih berfungsi sebagai
sebuah penampungan sementara; dan uretra berfungsi mengalirkan urin
keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna (Sloen, 2003).

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Perkencingan


(Long, Rollins and Smith, 2016)

a. Ginjal
Ginjal atau yang biasa juga disebut dengan renal berbentuk seperti
kacang dan terdapat 2 buah. Ginjal terletak di belakang peritoneum dan
berada pada dinding posterior rongga abdomen. Kedudukan ginjal
diperkirakan mulai dari belakang vertebrae thoracalis 12 sampai vertebrae

4
5

lumbalis 3. Letak ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri. Panjang setiap
ginjal kira – kira 6 sampai 7,5 cm, dan tebalnya sekitar 3,8 cm.. Pada orang
dewasa beratnya kira – kira 140 gram (Pearce, 2010).
Ginjal mempunyai fungsi antara lain (Sloen, 2003) :
1. Pengeluaran zat – zat sisa organik, seperti urea, asam urat,
kreatinin, serta produk penguraian hemoglobin dan hormon.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting, seperti ion natrium,
kalsium, kalium dan sebagainya.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa.
4. Pengaturan tekanan darah.
5. Pengendalian konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
6. Pengeluaran zat beracun.
Mekanisme fungsi ginjal adalah sebagai berikut (Syaifuddin, 2006) :
1. Proses Filtrasi
Terjadi glomelurus, berupa urine primer dan akan diteruskan ke
tubulus renalis.
2. Proses Reabsorbsi
Terjadi proses penyerapan kembali di tubulus kontortus proksimal
dan menghasilkan urine sekunder.
3. Proses Sekresi
Sekresi (Augmentasi) di tubulus kontortus distal, urine
sesungguhnya sudah terbentuk.
b. Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis dan berjalan menuju ke kandung
kemih. Panjangnya setiap ureter kira – kira 35 sampai 40 cm, dan
diameternya sekitar 4 mm sampai 6 mm (Pearce, 2010).
c. Kandung Kemih
Kandung kemih berbentuk kantong yang merupakan tempat
penampungan urin yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul, sekitar bagian postero superior
dari simfisis pubis (Pearce, 2010).
6

Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya,


tergantung dari volume urin yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari
kandung kemih adalah 250 – 500 ml (Ballinger and Frank, 2003).
d. Uretra
Uretra berfungsi menyalurkan urin keluar tubuh, terdiri dari mukosa
membran dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari
kandung kemih. Pada wanita panjang uretra sekitar 2,5 – 3,5 cm dan pada
pria sekitar 17 – 22,5 cm (Pearce, 2010).
7

2. Patologi
a. Batu Ginjal
Batu ginjal (nefrolithiasis) adalah batu di dalam sistem pelviscalyces.
Batu – batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urin, dan batu yang lebih
besar akan tertahan di dalam ureter (Sloen, 2003).
b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah pelebaran pelviscalyces akibat urin yang
terbendung. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh obstruksi kronis saluran
perkemihan. Kelainan kongenital yang menyebabkan hidronefrosis adalah
struktur, pita atau bands, penyimpangan pembuluh darah dan katup. Tumor,
batu, pembesaran prostat dan tindakan operasi juga dapat menyebabkan
hidronefrosis (Rasad, 2005).
c. Obstruksi Ginjal
Obstruksi Ginjal adalah kelainan yang dapat disebabkan oleh batu ginjal,
trombosit darah atau trauma. Obstruksi ginjal dapat menyebabkan kerusakan
ginjal (Kenneth and John, 2014)
d. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat
yang bersifat jinak dan dapat menyebabkan kompresi dan obstruksi uretra
serta terhambatnya aliran urin. Obstruksi ini sering menimbulkan nyeri saat
buang air kecil dan kemungkinan refluks vesicoureteral ginjal (Kenneth and
John, 2014).
e. Cystitis
Cystitis merupakan peradangan pada membran mukosa yang melapisi
kandung kemih (vesica urinaria) yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sloen,
2003).
f. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan keadaan hilangnya fungsi ginjal, dan dapat
menimbulkan nefritis, luka, perdarahan bahkan terhentinya fungsi jantung
secara tiba-tiba (Sloen, 2003).
8

3. Media Kontras
Media kontras adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau
radiolucent apabila berinteraksi dengan sinar – X, sehingga dapat
membedakan organ dan jaringan disekitarnya. Media kontras secara garis
besar terbagi menjadi dua yaitu (Rasad, 2005) :
a. Media kontras negatif yaitu udara O2 dan CO2.
b. Media kontras positif yaitu turunan barim dan turunan iodium.
Pada pemeriksaan BNO – IVP adalah media kontras positif turunan
iodium yang terdiri atas beberapa kelompok. Berikut ini, penggolongan media
kontras turunan iodium :
a. Media kontras yang larut dalam minyak, contohnya pantopaque,
lipiodol dan lain – lain.
b. Media kontras yang larut dalam air, terdiri atas :
1) Monomer ionik, contohnya : Urografin, agiofrafin dan lain –
lain.
2) Monomer non ionik, contohnya : Iopamiron, Omnipaque dan
Ultravist.
3) Dimer ionik, contohnya : Hexabric.
4) Dimer non ionik, contohnya : iotrolan dengan iodixonal.
Ciri media kontras turunan iodium adalah (Rasad, 2005):
a. Mempunyai konsentrasi iodium yang tinggi.
b. Larut dalam air.
c. Viskositasnya minimal.
d. Tekanan osmotik rendah.
e. Stabil terhadap panas.
Lima faktor penting pemilihan media kontras sebagai berikut (Bryan,
1987) :
1) Toksisitas.
2) Menghasilkan kontras yang cukup.
3) Viskositas.
4) Memiliki ketahanan waktu berjalan di suatu organ yang sesuai
dengan pemeriksaan.
9

5) Memiliki sifat dapat dicampur.


Pemeriksaan BNO – IVP biasanya menggunakan media kontras yaitu
Conray (Meglumine Iothalamate 60% atau Hypaque Sodium atau Sodium
Diatrizoate 50%) dan Urografin 60 – 70 mg%. Sebelum pasien disuntik
Urografin 60 mg% harus dilakukan skin test, dengan pengujian intravena.
Jika penderita alergi terhadap media kontras, pemeriksaan intravena
dibatalkan (Rasad, 2005).
Pemberian jumlah media kontras untuk pemeriksaan BNO – IVP adalah
30 ml sampai dengan 100 ml atau disesuaikan dengan ketentuan 1 ml/kg berat
badan (Long, Rollins and Smith, 2016).
Komplikasi penggunaan media kontras, yaitu :
a) Reaksi ringan : seperti rasa mual, panas, dan rasa gatal.
b) Reaksi sedang : seperti urtikaria, kulit kemerahan, muntah, sesak
napas, dan hipotensi.
c) Reaksi berat : seperti edema paru, gagal ginjal, shock, gagal
jantung.

4. Kompresi Ureter
Kompresi ureter adalah penghambatan aliran urin menuju kandung
kemih, dengan memberikan tekanan pada ujung ureter bagian distal yang
setinggi Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS). Hal ini dilakukan agar media
kontras tertahan di bagian proksimal ureter, sehingga pengisian pelvis renalis
dan calyces meningkatkan (Long, Rollins and Smith, 2016).
Kompresi ureter dikontraindikasikan pada pasien batu saluran kemih,
massa abdominal atau aneurisma, colostomy, kateter suprapubik nyeri perut,
dan trauma (Long, Rollins and Smith, 2016).
Kontraindikasi penggunaan kompresi ureter (Lampignano and Kendrick,
2018) :
a. Terdapat batu ureter .
b. Massa abdomen.
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Operasi pada bagian perut.
e. Nyeri perut yang parah.
10

f. Trauma akut abdomen.

5. Teknik Pemeriksaan BNO – IVP


a. Prosedur Pemeriksaan (Long, Rollins and Smith, 2016)
1) Pengertian Pemeriksaan BNO – IVP
Pemeriksaan BNO – IVP adalah pemeriksaan saluran perkemihan
dengan menggunakan media kontras untuk memperlihatkan anatomi
dan mengevaluasi fungsi fisiologis saluran perkemihan.
2) Indikasi Pemeriksaan :
a) Evaluasi massa abdomen, kista ginjal, dan tumor ginjal.
b) Urolithiasis, adanya batu pada saluran perkemihan.
c) Pyelonephritis, infeksi saluran perkemihan bagian atas, bisa akut
atau kronis.
d) Hidronefrosis, pelebaran pada sistem pelvicalyceal.
e) Evaluasi efek trauma.
f) Evaluasi fungsi, lokasi, ukuran, dan bentuk ginjal
dan ureter sebelum operasi.
g) Hipertensi ginjal.
3) Kontraindikasi Pemeriksaan :
a) Pasien dengan kondisi ginjal yang tidak dapat menyaring atau
mengeluarkan urin (gagal ginjal, anuria).
b) Pasien lanjut usia atau pasien dengan faktor-faktor risiko
berikut: asma, alergi media kontras, penyakit peredaran darah
atau kardiovaskular, peningkatan kadar kreatinin, sickle cell
disease, diabetes mellitus, atau multipel mieloma.
11

4) Persiapan Pasien
Untuk pemeriksaan BNO – IVP perlu dilakukannya persiapan
tujuannya adalah agar abdomen bebas dari feses dan udara. Selain itu
juga harus dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin (normal 0,6 – 1,5
mg/100 ml) dan ureum (normal 8 – 25 mg/100 ml) darah di
laboratorium serta pengukuran tekanan darah pasien.
Prosedur pelaksanaan persiapan pasien sebelum pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
a) Diet makan – makanan lunak yang tidak berserat 1 – 2 hari
sebelum pemeriksaan, mencegah pembentukan gas yang
disebabkan oleh fermentasi berlebihan pada usus.
b) Pasien makan – makan ringan pada malam hari sebelum
pemeriksaan.
c) Minum obat pencahar pada malam hari sebelum pemeriksaan.
d) Pasien tidak boleh makan dan minum setelah tengah malam
pada hari pemeriksaan.
e) Pasien dengan multipel mieloma, kadar asam urat tinggi, atau
diabetes harus terhindar dari dehidrasi sebelum pemeriksaan
dilakukan.
5) Prosedur Pemeriksaa
Prosedur pemeriksaan BNO-IVP adalah sebagai berikut :
a. Persiapan pemeriksaan
1) Sebelum pemeriksaan BNO – IVP pasien diminta untuk
mengosongkan kandung kemihnya, mencegah pengenceran
media kontras dengan urin.
2) Melepaskan segala sesuatu yang berbentuk logam pada area
addomen.
3) Menyertakan clinical history, riwayat alergi dan hasil
laboratorium ureum dan kreatinin.
b. Persiapan alat dan bahan
1) Tersedianya pesawat rontgen dan meja pemeriksaan yang
dilengkapi dengan tomografi (dibutuhkan ketika gas dari
12

usus mengaburkan gambaran struktur ginjal atau ketika


pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan tipe
hipersentik).
2) Marker untuk penanda waktu dan marker sebagai penanda
posisi tubuh.
3) Kaset dan film ukuran 24 cm x 30 cm di buat melintang
untuk melihat saluran perkemihan bagian proximal, lalu
kaset 35 cm x 43 cm dibuat memanjang untuk proyeksi AP
tegak untuk menilai renmobilis dan kaset ukuran 24 cm x
30 cm untuk menilai kandung kemih sebelum dan sesudah
voiding.
4) Sediakan obat – obatan emergensi, wingsneedle, tourniquel,
kapas alkohol, bengkok, bendcompression.
c. Prosedur Pemeriksaan
1) Pasien tidur diatas meja pemeriksaan dengan posisi supine
dengan MSP tubuh sejajar dengan pertengahan grid.
2) Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien untuk
mengurangi kurva lordotik dari columna vertebralis
lumbalis dan untuk membuat pasien lebih nyaman.
3) Jika meja pada bagian kepala harus diturunkan untuk
meningkatkan pengisian pelvis kalises berikan ganjalan
pada bahu supaya pasien lebih nyaman.
4) Jika pemeriksaan menggunakan kompresi ureter, siapkan
kompresi sebelum dilakukan pemeriksaan.

Gambar 2.2 Kompresi Ureter


13

(Long, Rollins and Smith, 2016)

5) Buat foto pendahuluan abdomen polos. Tujuannya adalah


untuk melihat persiapan pasien, keadaan umum abdomen,
dan untuk menentukan faktor eksposi.
6) Letakkan kaset pada buckytray dan tempatkan marker
penanda posisi tubuh dan marker penanda waktu.
7) Lakukan skin test dan persiapkan media kontras yang akan
disuntikkan.
8) Media kontras disuntikkan 30 – 100 ml untuk pasien
dewasa dan 1 ml/kg berat badan untuk pasien anak-anak.
9) Pengambilan gambar selanjutnya dilakukan pada menit ke 2
sampai dengan ke 8 dengan posisi pasien supine. Media
kontras diserap oleh ginjal tampak dari nefronnya.
Pengambilan gambar dimulai ketika ginjal mulai menyaring
media kontras dari darah yaitu sekitar 2 menit setelah media
kontras diinjeksikan. Fase ini disebut dengan fase
nefrogram. Kemudian ketika ginjal mengkonsentrasikan
media kontras, pelviscalyces akan tervisualisasi.
10) Pengambilan gambar pada menit ke 15 sampai menit ke 20
dengan posisi pasien AP supine. Tujuannya adalah untuk
melihat ureter ketika diisi oleh media kontras dengan
melepaskan kompresi ureter.
11) Pengambilan foto full blass dengan posisi pasien AP supine.
Tujuan pengambilan foto full blass adalah untuk melihat
struktur dari kandung kemih yang terisi penuh media
kontras dan melihat kelainan yang terjadi pada kandung
kemih. Atau bisa juga menggunakan posisi oblique atau
lateral pada klinis tertentu.
12) Pengambilan foto post void dengan posisi AP supine.
Tujuannya adalah untuk melihat sisa media kontras pada
kandung kemih supaya dapat mengevaluasi kondisi seperti
terdapat tumor pada saluran reproduksi wanita dan laki-laki.
14

d. Teknik Pemeriksaan
1) Proyeksi AP
a) Posisi Pasien :
Pasien supine diatas meja pemeriksaan.
Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.
b) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien berada pada pertengahan grid atau
meja pemeriksaan.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Pada titik pertengahan antara kedua krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm.
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.3 Proyeksi AP


(Long, Rollins and Smith, 2016)

2) Proyeksi Oblique
a. Posisi Pasien:
Pasien supine kemudian tubuh dirotasikan sehingga
menjadi semi supine dan membentuk sudut 30 derajat
dari film atau kaset.
15

Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.


b. Posisi Obyek :
MCP tubuh pasien diletakkan sedikit miring pada
pertengahan meja pemeriksaan sehingga membentuk
sudut 30 derajat.
c. Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d. Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca digeser 5 cm ke arah lateral.
e. Jarak Fokus Film : 100 cm
f. Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g. Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.4 Proyeksi Oblique


(Long, Rollins and Smith, 2016)

3) Proyeksi Lateral
a. Posisi Pasien:
Pasien lateral recumbent dengan sisi yang diperiksa
menempel pada meja pemeriksaan.
Tekuk lutut pasien untuk kenyamanan pasien dan
tempatkan tangan pasien di awa kepala.
b. Posisi Obyek :
16

MCP tubuh pasien diletakkan pasien diletakkan pada


pertengahan grid atau meja pemeriksaan.
c. Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d. Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca pada MCP tubuh pasien.
e. Jarak Fokus Film : 100 cm
f. Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g. Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.5 Proyeksi Lateral


(Long, Rollins and Smith, 2016)

e. Kriteria Gambaran
1) Proyeksi AP
Tampak gambaran ginjal tanpa pergerakan. Pemeriksaan
menggunakan kompresi, gambaran ginjal akan terisi media
kontras optimal dan bagian distal ureter minimal. Tampak
media kontras mengisi area ginjal, ureter dan kandung
kemih. Tampak tulang belakang berada di pertengahan film.
Tidak ada artefak.
17

Gambar 2.6 Hasil Gambar Proyeksi AP


(Long, Rollins and Smith, 2016)

2) Proyeksi Oblique
Tampak gambaran oblique dari sistem perkemihan.
Gambaran ginjal tidak superposisi dengan tulang belakang.

Gambar 2.7 Hasil Gambar Proyeksi Oblique


(Long, Rollins and Smith, 2016)

3) Proyeksi Lateral
18

Tampak gambaran sistem perkemihan. Tampak kandung


kemih dan symphisis pubis, tampak media kontras di area
ginjal, ureter, dan kandung kemih. Tampak marker.

Gambar 2.8 Hasil Gambar Proyeksi Lateral


(Long, Rollins and Smith, 2016)

b. Prosedur Pemeriksaan (Kenneth and John, 2014)


1) Pengertian Pemeriksaan BNO – IVP
Pemeriksaan BNO – IVP adalah pemeriksaan saluran
perkemihan. untuk memperlihatkan minor calyces dan mayor
calyces, renal pelvis, ureter, dan kandung kemih setelah injeksi
media kontras secara intravena. Dan untuk melihat fungsional
saluran perkemihan dengan mengeluarkan media kontras dari aliran
darah dengan cepat oleh ginjal normal.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memvisualisasikan saluran
perkemihan, untuk menilai kemampuan fungsional ginjal, dan untuk
mengevaluasi sistem perkemihan atau patologi anatomi anomali.
2) Kontra Indikasi
Kontra Indikasi pemeriksaan BNO – IVP antara lain sebagai
berikut :
a) Hipertensi terhadap media kontras.
b) Anuria, atau tidak ada ekskresi urin.
c) Multiple myeloma.
d) Penyakit hati dan gagal ginjal parah.
19

e) Gagal jantung.
f) Diaetes, khususnya diaetes melitus.
g) Gagal ginjal, akut atau kronis.
3) Persiapan Pasien
Persiapan umum pasien untuk pemeriksaan BNO – IVP meliputi:
a) Makan malam ringan atau tidak mengandung serat sehari
sebelum pemeriksaan.
b) Malam hari sebelum pemeriksaan diberi obat pencahar untuk
membersihkan usus.
4) Prosedur pemeriksaan
a. Persiapan alat dan bahan
1) Media kontras.
2) Wing needle, needle, spuit.
3) Spons alkohol atau tisu.
4) Tournique.
5) Perisai gonad
6) Marker R dan L, Marker menit.
7) Epinefrin atau Benadry, dan oksigen untuk keadaan darurat.
8) Kompresi ureter (jika digunakan).
b. Prosedur Pemeriksaan
1) Pengambilan foto polos abdomen AP supine kemudian
dilakukan skin test.
2) Setelah pengambilan gambar BNO dilakukan, maka
dilanjutkan dengan penyuntikkan media kontras dan
dilakukan kompresi ureter.
3) Pengambilan gambar pada fase nefrogram segera setelah
injeksi (1 menit setelah injeksi) untuk menangkap tahap
awal media kontras masuk ke dalam collecting sistem.
4) Pengambilan pada menit ke 15, mencakup keseluruhan
KUB (Kidney, Ureter, Bladder) dengan posisi AP supine.
5) Pengambilan pada menit ke 20 menggunakan posisi oblique
yaitu LPO dan RPO untuk mendapatkan gambaran ginjal
20

dari perspektif yang berbeda dan untuk mendapatkan


gambaran ureter menjauhi vertebra.
6) Pengambilan foto pada saat post void menggunakan posisi
prone atau AP erect, kandung kemih harus tercakup.
c. Teknik Pemeriksaan
1) Proyeksi AP
a) Posisi Pasien :
Pasien supine diatas meja pemeriksaan.
Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.
Kedua tangan disamping tubuh.
b) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien diletakkan pada pertengahan grid
atau meja pemeriksaan.
Jika menggunakan kompresi ureter, tempatkan
kompresi ureter setinggi krista illiaca.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Pada titik pertengahan antara kedua krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm.
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.9 Proyeksi AP


(Kenneth and John, 2014)
21

2) Proyeksi Oblique
a) Posisi Pasien :
Pasien supine kemudian tubuh dirotasikan sehingga
menjadi semi supine dan membentuk sudut 30 derajat
dari film atau kaset.
Letakkan pengganjal dibawah lutut pasien.
Kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan lurus,
sedangkan yang jauh dari meja pemeriksaan ditekuk.
b) Posisi Obyek :
MCP tubuh pasien diletakkan sedikit miring pada
pertengahan meja pemeriksaan sehingga membentuk
sudut 30 derajat.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm.
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.10 Proyeksi Oblique


22

(Kenneth and John, 2014)

3) Proyeksi PA
Tujuan dilakukannya posisi prone ini dilakukan bila
media kontras lambat mengisi ureter atau vesica urinaria.
a) Posisi Pasien :
Pasien tidur tengkurap di atas meja pemeriksaan.
b) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien diletakkan pada pertengahan grid
atau meja pemeriksaan, kedua kaki di luruskan.
c) Arah Sinar :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan film.
d) Titik Bidik :
Setinggi krista illiaca.
e) Jarak Fokus Film : 100 cm
f) Kaset dan Film :
Ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang.
g) Eksposi :
Saat pasien ekspirasi dan tahan napas.

Gambar 2.11 Proyeksi PA


(Kenneth and John, 2014)
23

d. Kriteria Gambar
1) Proyeksi AP Dengan Kompresi
Tampak gambaran ginjal dan calyces yang terisi media
kontras. Tampak gambaran tulang belakang di pertengahan
film. Tidak ada pergerakan.

Gambar 2.12 Proyeksi AP dengan Kompresi


(Kenneth and John, 2014)

2) Proyeksi Oblique
Tampak gambaran ginjal yang jauh dengan kaset.
Gambaran ureter akan superposisi dengan tulang belakang.
Batas atas diafragma dan batas bawah symphisis pubis.
Tidak ada pergerakan. Tampak marker.
3) Proyeksi PA
Tampak gambaran keseluruhan dari sistem
perkencingan terisi media kontras. Batas atas diafragma dan
batas bawah symphisis pubis. Tidak ada pergerakan.
c. Prosedur Pemeriksaan (Clark, 1973)
1) Pengertian Pemeriksaan BNO – IVP
Pemeriksaan BNO – IVP adalah pemeriksaan saluran perkemihan
dengan menggunakan media kontras positif yang disuntik secara
intra vena.
2) Persiapan Pasien
a) Pasien minum obat pencahar dua malam berturut turut sebelum
pemeriksaan, seperti Dulcolax.
24

b) Makan yang telah dibatasi biasanya dari makan malam


sebelum pemeriksaan kecuali untuk sarapan kecil dan yang
paling penting bahwa asupan cairan telah dibatasi selama 24
jam untuk maksimum satu liter untuk 12 jam.
c) Pasien diminta buang air kecil sebelum pemeriksaan dimulai.
3) Prosedur pemeriksaan
a) Persiapan pemeriksaan
1) Pengambilan foto polos abdomen sebelum penyuntikan
dengan menggunakan film 30 cm x 40 cm, yang tujuannya
untuk mengecek persiapan dan keadaan patologis pasien.
2) Setelah foto polos abdomen dilakukan, maka dilanjutkan
dengan menyuntikkan media kontras melalui vena mediana
cubiti secara perlahan selama 2 menit sampai 3 menit untuk
menghindari reaksi tidak nyaman, kemudian dilanjutkan
dengan pemasang kompresi ureter.
3) Pengambilan gambar pada menit ke – 3, ke – 8, ke – 15 dan
ke – 20 dengan menggunakan film 24 cm x 30 cm.
4) Jika gambaran sudah baik, maka kompresi dapat dilepaskan.
5) Kemudian pengambilan gambar diambil kembali untuk
melihat ginjal dan ureter dengan menggunakan film 30 cm x
40 cm, juga pengambilan gambar untuk melihat kandung
kemih dengan menggunakan film ukuran 18 cm x 24 cm.
6) Terakhir pengambilan gambar post void setelah pasien
buang air kecil dengan menggunakan film 30cm x 40 cm
dan 18 cm x 24 cm.
7) Untuk pasien dengan kasus hipertensi pengambilan gambar
pada menit ke – 2, ke – 4, dan ke – 6 tanpa kompresi untuk
mengamati aliran urin dengan menggunakan film 30 cm x
40 cm. Pada menit ke – 15, kompresi dipasang dan
memasang film 24 cm x 30 cm melintang. Kemudian
kompresi dilepaskan dan pasien buang air kecil. Terakhir
pengambilan gambar post void.
25

8) Untuk pasien pada anak-anak pengambilan gambar


dilakukan pada menit ke – 5, ke – 12 dan ke – 20 dengan
menggunakan kompresi. Dilanjutkan pengambilan gambar
pada menit ke – 30 tanpa kompresi, setelah itu pasien buang
air kecil dan dilakukan pengambilan gambar pada menit ke
– 45.
d. Prosedur Pemeriksaan (Meschan, 1975)
Prosedur pemeriksaan BNO – IVP sebagai berikut :
1. Pengambilan foto abdomen polos.
2. Setelah pengambilan foto abdomen polos dilakukan, maka
dilanjutkan dengan menyuntikan media kontras. Untuk
hipertensi diberikan kontras media 20 – 30 ml.
3. Pengambilan gambar pada menit ke – 3.
4. Pengambilan gambar pada menit ke – 5.
5. Pengambilan gambar pada menit ke – 10.
6. Pengambilan gambar pada menit ke – 20.

B. Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT


Pasien BNO – • Persiapan alat Evaluasi Gambar
IVP dengan klinis dan bahan Radiografi
batu ginjal Pemeriksaan BNO
• Posisi Pasien
– IVP dengan
• Teknik kompresi
Pemeriksaan
Radiografi
Pemeriksaan
BNO – IVP
dengan
kompresi
26

Keterangan kerangka konsep adala sebagai berikut :


1. Pasien BNO – IVP dengan klinis batu ginjal yang datang ke
Instalasi Radiologi membawa surat rujukan dari dokter untuk
pemeriksaan BNO – IVP.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan
BNO – IVP. Sehari sebelum di lakukan pemeriksaan pasien sudah
terlebih dahulu melakukan persiapan, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Lalu dilakukan pemeriksaan BNO – IVP dengan
menggunakan kompresi. Pasien mengganti pakaian terlebih dahulu,
kemudian buang air kecil. Setelah itu pasien diposisikan diatas
meja pemeriksaan dan disuntikan kontras media oleh perawat
melalui intra vena. Dan lakukan pengamilan gambar sesuai interval
waktu yang ditentukan.
3. Setelah dilakukan pengambilan gambar radiografi maka di
dapatkan hasil pemeriksaan BNO – IVP dengan menggunakan
kompresi dari plan foto hingga post void.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, berupa studi
kasus tentang penatalaksanaan pemeriksaan BNO – IVP dengan
menggunakan kompresi pada klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Radiologi di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang pada bulan Maret sampai dengan bulan April
tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel


Pada penelitian ini populasi yang akan diambil adalah pasien yang akan
melakukan pemeriksaan BNO – IVP di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang. Jumlah sample yang diambil adalah pasien dengan pemeriksaan
BNO – IVP sebanyak 1 pasien dengan klinis batu ginjal.

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan untuk
memperoleh data sebagai pelengkap karya tulis ilmiah penatalaksanaan
pemeriksaan BNO – IVP dengan menggunakan kompresi pada klinis batu
ginjal di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dan membantu jalannya pemeriksaan BNO – IVP di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang serta mencatat
hal-hal penting yang diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

28
29

2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada pihak – pihak
yang berkompeten, yang berperan dalam menjalankan pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

E. Instrumen Penelitian
1. Lembar kerja
Lembar kerja ini digunakan untuk mencatat hasil pengumpulan data dan
mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Lembar
kerja berisi langkah – langkah kerja yang dilakukan oleh penulis selama
melakukan penelitian.
2. Pedoman wawancara
Berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan pelaksaannya
pemeriksaan dan hasil bacaan radiolog.

F. Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
data dari hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Dan
kemudian data yang telah diperoleh tersebut diolah dan dianalisis sehingga
dapat dideskripsikan untuk menjadi sebuah kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada saat melakukan
pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal, yang dilakukan peneliti
pada Maret sampai dengan April 2019 maka diperoleh hasil berupa data
sebagai berikut :
1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan BNO – IVP dengan
klinis batu ginjal di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang adalah sebagai
berikut:
a. Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen digital radiography (DR) yang dilengkapi dengan
fluoroscopy yang digunakan dalam pemeriksaan BNO – IVP di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1) Merek Pesawat : Siemens
2) Tipe Pesawat : Luminos 6021
3) Kapasitas Pesawat : 800 mA
4) Tegangan Pesawat : 150 kVp
5) Tahun Pemasangan : 2016

Gambar 4.1 Pesawat Rontgen Siemens


RSU Kabupaten Tangerang, 2019
30
31

b. Control Table dan Monitor


Control table dan monitor yang digunakan di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yaitu :

Gambar 4.2 Consule Table dan Monitor


RSU Kabupaten Tangerang, 2019

c. Printer
Printer yang digunakan untuk mencetak gambar memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
1) Merek : Carestrem
2) Tipe : Dry View 5950 Laser Imager

Gambar 4.3 Printer


RSU Kabupaten Tangerang, 2019

d. Media Kontras
Media kontras yang di gunakan pada pemeriksaan ini merupakan
media kontras positif non ionik.
1) Merek : Ultravist Iopromide-300
2) Konsentrasi : 300 mg I/ml
32

Gambar 4.4 Media Kontras


RSU Kabupaten Tangerang, 2019

e. Spuit
1) Merek : Terumo
2) Ukuran : 20 cc

Gambar 4.5 Spuit


RSU Kabupaten Tangerang, 2019

f. Wing Needle
1) Merek : Terumo
2) Ukuran : 19G X ¾ inch
33

Gambar 4.6 Wing Needle


RSU Kabupaten Tangerang, 2019

g. Kapas Alkohol
h. Handscoon
i. Alat kompresi
2. Subjek Penelitian
Pasien yang dijadikan sampel oleh peneliti adalah Tn. W yang berumur
39 tahun. Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang pada tanggal 4 April 2019 dikirim oleh dokter spesialis urologi
dengan klinis batu ginjal (nefrolithiasis) bilateral. Adapun data pasien sebagai
berikut :
a. Nama Pasien : Tn. W
b. Usia : 39 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Klinis : Batu ginjal (nefrolithiasis) bilateral
e. Pengirim : Poli Bedah Urologi
3. Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk pemeriksaan BNO – IVP di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut :
a. Pasien melakukan cek darah di laboratorium untuk mengetahui kadar
ureum dan kreatininnya.
b. Sehari sebelum pemeriksaan makan bubur dengan kecap dan jangan
makan-makanan yang mengandung serat-serat.
c. Jam 20.30 makan terakhir.
34

d. Jam 21.30 minum Dulcolax tablet 4 buah per oral (@ 5 mg) dan
dimasukan melalui anus 1 buah Dulcolax Aupositoria jam 05.00 pagi
(agar buang air besar).
e. Sampai jam 23.30 boleh minum bila haus sekali, kemudian setelah itu
puasa dan dilarang merokok.
f. Besok pagi datang ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangeran dengan tetap berpuasa untuk dilakukan pemeriksaan.
4. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh Tn. W dalam pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu sebagai
berikut :
a. Pasien datang ke bagian radiologi dengan membawa surat permintaan dari
dokter untuk melakukan pemeriksaan BNO – IVP dan pasien sudah
melakukan cek darah di laboratorium dengan hasil urenum 22 dan
kreatinin 1,04 (ureum normal antara 8 – 25 mg/100 ml dan kreatinin
normal antara 0,6 – 1,5 mg/100 ml).
b. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien dan keluarganya diberikan
penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan penandatanganan
informconcent.
c. Pasien diminta untuk melakukan persiapan sebelum melakukan
pemeriksaan dan pasien di jadwalkan besok paginya jam 08.00.
d. Keesokan paginya pasien datang ke bagian radiologi ditemani
keluarganya.
e. Pasien lalu masuk ke kamar pemeriksaan dan melepaskan benda – benda
logam di sekitar tubuh.
f. Pasien buang air kecil sebelum pemeriksaan.
g. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
h. Lalu dilakukan foto pendahuluan sebelum kontras media di masukan ke
dalam tubuh pasien seperti pada gambar 4.7. Foto ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal tubuh pasien.
1) Posisi Pasien :
Pasien berbaring terlentang atau supine diatas meja pemeriksaan.
35

2) Posisi Obyek :
MSP tubuh pasien diletakkan pada pertengahan meja pemeriksaan.
3) Central ray :
Sinar diatur vertikal tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
4) Central point :
Pada titik pertengahan antara kedua krista illiaca.
5) Jarak Fokus Film : 100 cm.
6) Eksposi :
Tahan napas setelah ekspirasi penuh
7) Faktor Eksposi :
70 kVp, 20 mAs
8) Hasil Gambaran

Gambar 4.7 Foto Pendahuluan Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto pendahuluan dengan proyeksi AP tampak


keseluruhan rongga abdomen, tampak gambaran radiopaque pada
kedua ginjal yang dicurigai batu, tampak masih banyak terdapat
udara di rongga abdomen, tampak kontur ginjal bagian kiri, batas
kanan dan kiri dari rongga abdomen tidak terpotong, batas bawah
symphysis pubis tidak terpotong, tulang vertebra berada pada
pertengahan film, tampak marker.
9) Penyuntikan Media Kontras
Setelah foto pendahuluan selesai dilakukan skin test. Skin test
bertujuan untuk mengetahui pasien mengalami alergi atau tidak. Jika
36

pasien mengalami alergi maka pemeriksaan selanjutnya akan di


batalkan, jika tidak mengalami alergi maka pasien tersebut dapat
dilakukan pemeriksaan BNO – IVP.
Skin test dilakukan dengan menggunakan kontras media
sebanyak 2 ml. Setelah 5 menit penyuntikan kontras media dan tidak
ada alergi pada tubuh pasien, , lalu kontras media di suntikan melalui
pembuluh darah vena dengan cara memasukkan wing needle ke
dalam vena mediana cubiti sebanyak 50 ml. Pemberian jumlah bahan
kontras media adalah 30 ml – 100 ml atau sesuai dengan ketentuan 1
ml/kg berat badan.
10) Foto Post Kontras
Foto setelah pemasukan media kontras ini bertujuan untuk
melihat dan mengevaluasi kondisi anatomi dan fisiologi saluran
perkemihan pasien. Foto setelah pemasukan media kontras ini
dilakukan secara berkala dengan interval waktu 7 menit, 15 menit,
30 menit setelah pemasukan kontras media dengan posisi pasien
supine dan dilakukan foto pada menit ke – 60 (full blass) dengan
posisi pasien supine dan dengan posisi pasien prone serta lateral kiri
dan kanan. Setelah dirasa foto cukup menggambarkan maka pasien
diminta untuk buang air kecil dan sehabis itu di foto post void dan
pemeriksaan selesai.
a) Foto Menit ke - 7
Diambil 7 menit setelah penyuntikan media kontras dengan
menggunakan kompresi. Pasien diposisikan supine di atas meja
pemeriksaan, MSP tubuh tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan dan tangan di letakkan di samping tubuh. Central
ray di atur vertikal tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan
central point setinggi krista illiaca dengan faktor eksposi 70
kVp, 16 mAs dan eksposi dilakukan pada saat pasien tahan
napas setelah ekspirasi penuh.
37

Gambar 4.8 Foto Menit ke - 7 Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto menit ke - 7 tampak kontras mulai mengisi


kedua ginjal, kedua ginjal tidak terpotong, tampak masih banyak
terdapat udara di rongga abdomen, tampak hidronefrosis, batas
kanan dan kiri dari rongga abdomen tidak terpotong, tulang
vertebra berada pada pertengahan film, tampak marker.
b) Foto Menit ke - 15
Diambil 15 menit setelah penyuntikan media kontras
dengan menggunakan kompresi. Pasien diposisikan supine di
atas meja pemeriksaan, MSP tubuh tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan dan tangan di letakkan di samping tubuh. Central
ray di atur vertikal tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan
central point setinggi krista illiaca dengan faktor eksposi 70
kVp, 20 mAs dan eksposi dilakukan pada saat pasien tahan
napas setelah ekspirasi penuh.

Gambar 4.9 Foto Menit ke - 15 Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang
38

Pada hasil foto menit ke - 15 menunjukkan media kontras


mengisi kedua ginjal, dan media kontras mulai mengisi kedua
ureter, kedua ginjal tidak terpotong, tampak hidronefrosis, batas
kanan dan kiri dari rongga abdomen tidak terpotong, tulang
vertebra berada di pertengahan, tampak marker.
c) Foto Menit ke - 30
Diambil 30 menit setelah penyuntikan media kontras
dengan pelepasan kompresi. Pasien diposisikan supine di atas
meja pemeriksaan, MSP tubuh tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan dan tangan di letakkan di samping tubuh. Central
ray di atur vertikal tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan
central point setinggi krista illiaca dengan faktor eksposi 70
kVp, 20 mAs dan eksposi dilakukan pada saat pasien tahan
napas setelah ekspirasi penuh.

Gambar 4.10 Foto Menit ke - 30 Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto menit ke 30 menunjukkan bahwa media


kontras masih mengisi kedua ginjal, tampak gambaran kandung
kemih, tampak masih banyak terdapat udara di rongga abdomen,
tampak hidronefrosis, batas kanan dan kiri dari rongga abdomen
tidak terpotong, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong,
tulang vertebra berada pada pertengahan film, tampak marker.
39

d) Foto Full Blass


Dilakukan 60 menit setelah setelah penyuntikan media
kontras. Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan,
MSP tubuh tepat pada garis tengah meja pemeriksaan dan
tangan di letakkan di samping tubuh. Central ray di atur vertikal
tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan central point
setinggi krista illiaca dengan faktor eksposi 70 kVp, 20 mAs dan
eksposi dilakukan pada saat pasien tahan napas setelah ekspirasi
penuh.

Gambar 4.11 Foto Menit ke – 60 Posisi Supine Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto menit ke – 60 dengan posisi pasien tetap


supine menunjukkan bahwa media kontras sudah mengisi
kandung kemih, tampak kontras media masih mengisi kedua
ginjal, tampak hidronefrosis, batas kanan dan kiri dari rongga
abdomen tidak terpotong, batas bawah symphysis pubis tidak
terpotong, tulang vertebra berada pada pertengahan film, tampak
marker.
Selanjutnya dilakukan foto dengan pasien diposisikan
prone di atas meja pemeriksaan, MSP tubuh tepat pada garis
tengah meja pemeriksaan dan tangan di letakkan di samping
tubuh. Central ray di atur vertikal tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan dan central point setinggi krista illiaca dengan
40

faktor eksposi 70 kVp, 20 mAs dan eksposi dilakukan pada saat


pasien tahan napas setelah ekspirasi penuh.

Gambar 4.12 Foto Menit ke – 60 Posisi Prone Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto menit ke – 60 dengan posisi pasien prone


menunjukkan bahwa media kontras mengisi kandung kencing,
tampak kontras media masih mengisi kedua ginjal, tampak
hidronefrosis, batas kanan dan kiri dari rongga abdomen tidak
terpotong, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong, tulang
vertebra berada pada pertengahan film, tampak marker.
e) Foto Proyeksi Lateral
Pasien diposisikan tidur miring atau lateral recumbent
dengan sisi kanan menempel pada meja pemeriksaan dan kedua
tangan di letakkan di atas kepala. Central ray di atur vertikal
tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan central point
setinggi krista illiaca pada MCP tubuh pasien dengan faktor
eksposi 82 kVp, 23 mAs dan eksposi dilakukan pada saat pasien
tahan napas setelah ekspirasi penuh.
41

Gambar 4.13 Foto Proyeksi Lateral Kanan Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto proyeksi lateral kanan menunjukkan bahwa


media kontras mengisi kandung kemih, tampak ginjal dan ureter
kanan terisi media kontras, tampak masih banyak terdapat udara
di rongga abdomen, batas kanan dan kiri dari rongga abdomen
tidak terpotong, tampak marker.
Pasien diposisikan tidur miring atau lateral recumbent
dengan sisi kiri menempel pada meja pemeriksaan dan kedua
tangan di letakkan di atas kepala. Central ray di atur vertikal
tegak lurus terhadap meja pemeriksaan dan central point
setinggi krista illiaca pada MCP tubuh pasien dengan faktor
eksposi 82 kVp, 23 mAs dan eksposi dilakukan pada saat pasien
tahan napas setelah ekspirasi penuh.

Gambar 4.14 Foto Proyeksi Lateral Kiri Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang
42

Pada hasil foto proyeksi lateral kiri menunjukkan bahwa


media kontras mengisi kandung kencing, tampak ginjal dan
ureter kanan terisi media kontras, tampak masih banyak terdapat
udara di rongga abdomen, batas kanan dan kiri dari rongga
abdomen tidak terpotong, tampak marker.
f) Foto Post Void
Diambil setalah pasien buang air kecil. Tujuan dilakukan
pemeriksaan adalah untuk melihat apakah masih ada sisa media
kontras yang masih mengisi kandung kencing. Pasien
diposisikan supine di atas meja pemeriksaan, MSP tubuh tepat
pada garis tengah meja pemeriksaan dan tangan di letakkan di
samping tubuh. Central ray di atur vertikal tegak lurus terhadap
meja pemeriksaan dan central point setinggi krista illiaca
dengan faktor eksposi 70 kVp , 20 mAs dan eksposi dilakukan
pada saat pasien tahan napas setelah ekspirasi penuh.

Gambar 4.15 Foto Post Void Tn.W


RSU Kabupaten Tangerang

Pada hasil foto Post Void menunjukkan tidak ada sisa


media kontras yang tersisa di kandung kemih, tampak kontras
masih mengisi ginjal kiri, batas kanan dan kiri dari rongga
abdomen tidak terpotong, batas bawah symphysis pubis tidak
terpotong, tulang vertebra berada pada pertengahan film, tampak
marker.
43

B. Pembahasan
1. Teknik Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan yang dilakukan terhadap Tn. W dalam pemeriksaan
BNO – IVP di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang yang pertama yaitu
buat foto pendahuluan (BNO) untuk melihat persiapan pasien dan keadaan
umum dari rongga abdomen. Setelah foto pendahuluan selesai, lalu dilakukan
skin test kepada pasien dan jika tidak ada alergi pada tubuh pasien maka
dilanjutkan penyuntikkan kontras media sebanyak 50 ml melalui intravena
mediana cubiti. Di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang dilakukan
proses kompresi dengan menggunakan bendcompression sampai menit ke 15
untuk menahan media kontras yang di eksresikan ginjal melalui ureter,
sehingga pelvis renalis dan calyces terisi dengan baik. Selanjutnya dilakukan
foto menit ke 7 dengan posisi pasien AP supine dengan pemasangan
kompresi untuk melihat fase nefrogram. Dilanjutkan dengan foto menit ke 15
tanpa melepas kompresi dengan posisi pasien supine untuk melihat kontras
media lebih maksimal mengisi kedua ginjal dan proksimal ureter. Setelah itu
dibuat foto menit ke 30 dengan pelepasan kompresi, pasien diposisikan
supine untuk melihat jalannya media kontras menuju kandung kemih.
Dilanjutkan dengan foto menit ke 60 atau foto full blass dengan 2 proyeksi
yaitu proyeksi AP supine dan PA prone untuk melihat apakah kandung kemih
sudah terisi media kontras atau belum. Proyeksi PA prone dilakukan jika
kontras media lambat mengisi ureter dan kandung kemih dan agar ureter
lebihdekat dengan film dan sesuai anatomi. Kemudian dilakukan foto dengan
proyeksi lateral kanan dan kiri untuk melihat posisi ureter. Terakhir dilakukan
foto post void, jika kandung kemih sudah terisi cukup penuh, maka pasien
diminta untuk buang air kecil. Setelah pasien buang air kecil, dibuat foto post
void dengan posisi pasien supine untuk melihat sisa kontras pada kandung
kemih. Pada dasarnya teknik pemeriksaan yang di lakukan di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang sesuai apa yang ada pada di teori, karena
proyeksi oblique juga digunakan untuk melihat posisi ureter dan penegakan
diagnosa pada klinis tertentu.
44

2. Fungsi Kompresi Ureter


Penggunaan kompresi ureter pada pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis
batu ginjal di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang
adalah untuk menahan aliran media kontras menuju kandung kemih, sehingga
sistem pelviscalyces dapat terisi secara maksimal.
Pemasangan kompresi ureter dilakukan setelah penyuntikan media
kontras dengan menempatkan tekanan pada ujung ureter bagian distal yang
tepusat setinggi Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS). Kompresi ureter
yang masih terpasang pada foto menit ke 7 setelah penyuntikan media kontras
berfungsi untuk melihat fase nefrogram yaitu fase dimana media kontras
memvisualisasikan sistem pelviscalyces dari ginjal. Kemudian penggunaan
kompresi ureter pada foto menit ke 15 setelah penyuntikan media kontras
berfungsi untuk melihat kontras media lebih maksimal mengisi kedua ginjal
dan proksimal ureter.
3. Hasil dan Kriteria Gambaran
Gambaran yang dihasilkan dalam pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis
batu ginjal di Rumah Sakit Umun Kabupaten Tangerang yang dilakukan oleh
Tn. W yang pertama foto BNO (Abdomen Polos). Posisi yang digunakan
adalah AP supine terlihat keseluruhan rongga abdomen, tampak gambaran
radiopaque pada kedua ginjal yang dicurigai batu, tampak masih banyak
terdapat udara di rongga abdomen, tampak kontur ginjal bagian kiri, batas
batas bawah symphysis pubis tidak terpotong. Foto pendahuluan bertujuan
untuk melihat persiapan pasien dan keadaan umum dari rongga abdomen.
Banyak udara pada rongga abdomen Tn. W disebabkan karena pasien tidak
melakukan persiapan dengan baik.
Pada hasil foto pendahuluan dengan proyeksi AP Setelah itu dibuat foto
menit ke 7. Posisi yang digunakan adalah AP dengan posisi supine di atas
meja pemeriksaan dan dilakukan dengan kompresi. Dengan posisi AP supine
maka terlihat gambaran dari kedua ginjal yang terisi kontras. Hal ini sesuai
dengan teori pengambilan foto pada menit ke ke 2 sampai dengan ke 8 untuk
melihat fungsi ginjal dan untuk melihat pengisian media kontras pada pada
sistem pelviscalyces.
45

Lalu dibuat foto menit ke 15. Posisi yang digunakan adalah AP dengan
posisi pasien supine dengan kompresi. Terlihat gambaran ginjal yang masih
terisi media kontras, ureter yang mulai terisi oleh media kontras. Pengambilan
foto pada menit ke 15 tidak sesuai dengan teori karena pada menit ke 15
sampai menit ke 20 dilakukan pelepasan kompresi. Tujuannya adalah untuk
melihat ureter ketika diisi oleh media kontras.
Selanjutnya dibuat foto menit ke 30. Posisi yang digunakan adalah AP
dengan posisi supine di atas meja pemeriksaan. Dengan posisi ini terlihat
gambaran dari kedua ginjal yang masih terisi media kontras, tampak
gambaran kandung kemih, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong.
Tujuan dilakukan foto pada menit ke 30 ialah untuk melihat pengisian ureter
dan kandung kemih.
Kemudian dilakukan pengambilan foto full blass yang dilakukan pada
pada menit ke 60 setelah penyuntikan media kontras dengan posisi pasien
supine diatas meja pemeriksaan, terlihat bahwa media kontras sudah mengisi
kandung kemih, tampak kontras media masih mengisi kedua ginjal, batas
bawah symphysis pubis tidak terpotong. Selanjutnya dilakukan pengambilam
foto kembali dengan posisi pasien prone, memperlihatkan bahwa media
kontras mengisi kandung kemih, tampak kontras media masih mengisi kedua
ginjal, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong. Tujuan pengambilan
foto full blass adalah untuk melihat struktur dari kandung kemih yang terisi
penuh media kontras dan melihat kelainan yang terjadi pada kandung kemih.
Lalu dilakukan foto proyeksi lateral kanan dan kiri untuk menunjukkan
bahwa media kontras mengisi kandung kemih, tampak ginjal dan ureter yang
terisi media kontras, tampak masih banyak terdapat udara di rongga abdomen.
Tujuan dilakukan foto dengan proyeksi lteral adalah untuk melihat kelainan
pada kandung kemih atau bisa juga menggunakan posisi oblique pada klinis
tertentu.
Terakhir dibuat foto post void. Posisi yang digunakan adalah AP dengan
posisi pasien supine. Sebelumnya pasien diminta untuk buang air kecil
terlebih dahulu. Terlihat gambaran dari ureter yang bersih dari kontras, dan
masih ada sisa kontras sedikit pada ginjal, tidak ada sisa media kontras pada
46

kandung kemih, batas bawah symphysis pubis tidak terpotong. Dasar teori
ujuan dilakukannya foto post void ialah untuk melihat pengosongan kandung
kemih dari media kontras agar dapat dievaluasi jika terdapat kelainan.
Pada dasarnya hasil gambaran pemeriksaan BNO – IVP dengan kasus
batu ginjal yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
telah sesuai dengan dasar teori dan hasil pemeriksaan ini dikuatkan dengan
hasil ekspertise dokter spesialis radiologi. Hasil ekspertisenya ialah :
- BNO :
Preperitonal fat line kanan – kiri baik
Kontuor kedua ginjal tertutup udara usus yang prominent
Distribusi udara mencapai rektum
Tidak tampak dilatasi usus maupun penebalan dinding usus
Tampak lesi radiopak multipel di hemiabdomen kanan setinggi
paravertebra L 1-2 kanan proyeksi ginjal kanan dan hemiabdomen kiri
setinggi paravertebra L 1-2 kanan proyeksi ginjal kiri
Tampak lesi slight radiopak, bentuk oval multipel di regio pelvis minor
kanan – kiri proyeksi buli
Tulang – tulang kesan intak
- IVP :
Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal sudah terlihat pada menit ke 7
Sistem pelviokalises kedua ginjal melebar dengan bentuk kaliks
balloning, masih tampak aliran kontras ke ureter, namun masih tampak
sisa kontras di sistem pelviokalises ginjal sampai akhir pemeriksaan
Ureter kanan – kiri bentuk dan kaliber normal, tidak tampak dilatasi,
tidak tampak batu.
- Buli :
Bentuk normal, dinding reguler
Tidak tampak additoonal shadow maupun filling defek
- Post void :
Tampak sisa kontras minimal.
- Kesan :
47

Nefrolithiasis multipel bilateral yang menyebabkan hidronefrosis


bilateral IV dan obstruksi parsial di level kira – kira uterupelvic
junction kanan dan pelviokalises ren kiri
Sugestif phlebolith multipel, DD / kemungkinan vesicolithiasis multipel
belum dapat disingkirkan
Fungsi sekresi dan eksresi kedua ginjal tampak baik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teknik Pemeriksaan
Persiapan yang dilakukan oleh Tn. W dalam pemeriksaan BNO – IVP di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu di haruskan berpuasa terlebih
dahulu satu hari sebelum hari pemeriksaan dan mengecek kadar ureum dan
kreatinin. Sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk buang air kecil dan
sebelum penyuntikan kontras media, dilakukan terlebih dahulu skin test untuk
mengetahui ada tidaknya alergi pada tubuh pasien. Pemberian media kontras
kepada pasien diberikan melalui penyuntikan langsung melalui intravena mediana
cubiti sebanyak 50 ml. Teknik pemeriksaan yang di lakukan oleh Tn. W pada
pemeriksaan BNO – IVP dengan klinis batu ginjal dengan kompresi di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang yaitu :
a. Foto pendahuluan (BNO) dengan posisi pasien supine.
b. Foto menit ke 7 dengan posisi pasien supine dengan kompresi.
c. Foto menit ke 15 dengan posisi pasien supine dengan kompresi.
d. Foto menit ke 30 dengan posisi pasien supine.
e. Foto full blass atau foto menit ke 60 dengan posisi pasien supine dan
prone.
f. Foto proyeksi lateral kanan dan kiri dengan posisi pasien lateran
recumbent.
g. Foto Post Void dengan posisi pasien supine.

B. Saran
1. Memberikan penjelasan mengenai persiapan pasien dengan jelas kepada
pasien agar mendapatkan hasil gambaran yang baik.
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang proses, waktu yang
digunakan dalam pemeriksaan BNO – IVP ini.

48

Anda mungkin juga menyukai