DI RS KRAKATAU MEDIKA
Abstrak
Latar Belakang : Sinus paranasal merupakan rongga yang berisi udara yang
terdapat di tulang tengkorak dan terdapat juga pada tulang wajah. Sinus paranasal
terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu, sinus frontalis pada os frontal, sinus
ethmoidalis pada os ethmoid, sinus sphenoidalis pada os spenoid, dan sinus
maxillaries pada os maxilla. Fungsi dari keempat sinus tersebut adalah untuk
meringankan berat pada kepala dan memperjelas resonansi atau memperjelas
suara pada manusia. Semua rongga atau sinus ini saling berhubungan terhadap
saluran pernapasan)(3,6). Terdapat klinis yang sering terjadi pada sinus paranasal
yaitu sinusitis, sinusitis adalah radang sinus tulang, hidung, berasal dari demam
salesma atau sakit gigi. Disebabkan oleh bakteri: haemophilus influenzae,
streptococcus pneumonia atau staphylococcus. Ingus hijau dan berbau. (13).
Pemeriksaan radiografi sinus paranasal telah menjadi salah satu teroboson
terbesar dalam dunia kesehatan. Pemeriksaan radiografi sinus paranasal
memberikan gambaran yang jelas untuk sinus. Keadaan sinus normal pada
gambaran rontgen akan tampak berwarna lucent (hitam) karena rongga tersebut
berisi udara(3).
PENDAHULUAN
Menurut Pearce C evelyn (2002 : 211), sinus dapat menjadi sasaran infeksi
yang disebut sinusitis, menjadi sasaran infeksi pada sinus, yang mengalir dari
hidung karena adanya hubungan sinus dengan hidung. Infeksi sinus frontalis yang
terdapat pada tulang dahi, menyebabkan rasa sakit kepala dan tubuh menjadi lesu.
Menurut Santy Sayuti (2015), sinusitis adalah radang sinus tulang, hidung,
berasal dari demam salesma atau sakit gigi. Disebabkan oleh bakteri:
haemophilus influenzae, streptococcus pneumonia atau staphylococcus. Ingus
hijau dan berbau.
Infeksi pada sinus paranasal sangat sering terjadi pada sinusitis adalah
komplikasi, yang terbanyak adalah sinusitis bacterial, yaitu sinusitis yang
terjadi karena adanya infeksi. Sinusitis akut adalah peradandangan mukosa
pada sebagian atau seluruh sinus paranasal. Sedangkan sinusitis kronis
adalah proses peradangan kronis pada mukosa dan dinding tulang dari
sinus paransal.
c. Kista retensi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif
berupa studi kasus dengan melakukan observasi pada instalasi Radiologi Rumah
Sakit Krakatau Medika. Observasi mengambil data selama tanggal 1 februari – 28
februari 2019 dan tempat pengumpulan data di lakukan di instalasi radiologi
Rumah Sakit Krakatau Medika. Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang
ke instalasi radiologi untuk melakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal
proyeksi parietoacantial, metode waters selama tanggal 1 februari – 28 februari
2019. Jumlah sampel yang diambil adalah 1 orang pasien di instalasi Radiologi
Rumah Sakit Krakatau Medika yang melakukan pemeriksaan radiografi sinus
paranasal proyeksi parietoacantial, metode waters. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar kerja untuk mencatat seluruh hasil selama observasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka, observasi lapangan, dan hasil ekpertise dari dokter radiolog. Pengolahan
data yang digunakan selama observasi di instalasi Radiologi Rumah Sakit
Krakatau Medika diperoleh secara kualitatif dan hasil gambaran dari pemeriksaan
sinus paranasal proyeksi parietoacantial, metode waters dengan cara deskriptif
sehingga menjadi hasil kesimpulan untuk menjawab permasalahan dalam kasus
ini.
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan
radiografi sinus paranasal, namun pasien disuruh melepaskan benda-benda logam,
anting, plastik atau benda lain yang terdapat dikepala yang dapat mengganggu
hasil gambaran pemeriksaan.
Teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk pemeriksaan sinus paransal
1. Proyeksi parietoacantial, metode waters yaitu :
a) Menggunakan film berukuran 18 x 24cm
b) Posisi Pasien : erect atau duduk
c) Posisi Objek : tempatkan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh sejajar
dengan garis tengah grid. tempatkan lengan pada posisi yang nyaman
dan atur bahu pada bidang yang sama. Ekstensikan leher tempatkan
pertengahan kaset pada acanthion. Letakkan dagu pada grid vertikal
dan atur sehinnga MSP (Mid Sagital Plane) kepala tegak lurus bidang
film. Gunakan busur derajat sebagai pembantu, atur kepala sehingga
garis orbitomeatal line membentuk suduk 37 derajat dengan bidang
film. Kepala dimobilisasikan dan minta pasien untuk menahan nafas
pada saat eksposi.
d) Central Ray : tegak lurus terhadap bidang film.
e) Central Point : tepat pada parieto occipital menembus acanthion.
f) Kriteria Gambar : sinus maxillaries ditampilkan dengan bagian petrous
ridge melintang pada dasar sinus maxillaries. Tampak pula gambaran
sinus frontalis dan sinus ethmoidalis.
2. Proyeksi Lateral
a) Menggunakan kaset ukuran 18x24 cm
b) Posisi Pasien : erect atau duduk
c) Posisi Objek : Titik tengah kaset sekitar 0,5-1 inchi berada diberada
dibelakang outer cantus. Sandarkan kepala pada kedudukan parietal dan
atur hingga benra-benar lateral. MSP (Mid Sagital Plane) kepala parallel
dengan bidang film dan IPL (Inter Pupilari Line) tegak lurus film.
Kepala di imobilisasikan.
d) Central Ray : tegak lurus terhadap bidang film
e) Central Point : 0,5-1 inchi posterior ke autercantus yang jauh dari film
f) Kriteria Gambar : semua sinus tercakup terutama sinus spenoidal,
sella tursica tidak mengalami perputaran, atap orbita dan ramus
mandibula akan superposisi serta luas kolimasi harus sesuai objek yang
dibutuhkan .
Hasil gambaran
Gambar 1
Hasil gambaran Sinus paranasal proyeksi waters
Hasil Ekspertise
Hasil ekspertise Sinus paranasal proyeksi waters yang dibacakan oleh
dokter spesialis radiologi di Rumah Sakit Krakatau Medika sebagai berikut :
Menguraikan : Septum nasi deviasi, penebalan mukosa konka nasal inferior
bilateral, penebalan mukosa sinus maksila bilateral, dinding antrum maksila
bilateral baik, sella tursica dan jaringan lunak adenoid tidak dapat dievaluasi.
Kesan : Hipertrofi mukosa sinus maksila bilateral
DAFTAR PUSTAKA