Anda di halaman 1dari 44

TUGAS GIZI TERAPAN

PENYAKIT GAGAL GINJAL

Komang Anggarini (2211307002)

PROGRAM STUDI DIV AKUPUNTUR DAN PENGOBATAN HERBAL


FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai
“Penyakit Gagal Ginjal Kronis”.

Makalah ini berisikan informasi tentang penyakit gagal ginjal kronis.


Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai
penyakit gagal ginjal kronis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Badung, 19 Mei 20223

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius
atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit
gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum
lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari
atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-
lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah.  Gagal ginjal
kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85 %.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana anatomi fisiologi dari ginjal ?

2. Apa definisi dari gagal ginjal ?

3. Apa etiologi dari gagal ginjal ?

4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal?

5. Bagaimana WOC dari penyakit gagal ginjal?

6. Apa saja manifestasi klinis dari gagal ginjal?

3
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik gagal ginjal?

8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada gagal ginjal?

9. Apa saja komplikasi dari gagal ginjal?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada gagal ginjal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi ginjal

2. Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal

3. Untuk mengetahui etiologi dari gagal ginjal

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal ginjal

5. Untuk mengeetahui WOC dari penyakit gagal ginjal

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik gagal ginjal

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gagal ginjal

9. Untuk mengetahui komplikasi dari gagal ginjal

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gagal ginjal

D. Manfaat

Manfaat Bagi mahasiswa


Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan sistem
perkemihan dengan cepat dan tanggap  dan meningkatkan potensi diri sehubungan
dengan  penanggulangannya

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi fisiologi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem perkemihan terdiri dari :
 dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
 dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
 satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
 satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.

5
a. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah
1) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun,
2) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
3) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
dan
4) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
b. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

6
Potongan membujur ginjal

Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus


Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius.
c. Proses Pembentukan Urin
Tahap pembentukan urin :
1) Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring
disebut filtrate gromerulus.

7
2) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.
sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan
ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

8
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:


a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.

9
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga
agar urethra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
c. Lapisan mukosa.
 Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

10
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
 Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.
 Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
B. Definisi Gagal Ginjal
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam
darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur
penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi

11
kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin yang berfungsi
mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang
disebut kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai
dan beberapa yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler
sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap
tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal
yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus
ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat
akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke
dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang
menyerang traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni :
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF) adalah
sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak.
Secara epidemologi, gagal ginjal akut (Acute Renal Felure) merupakan
gangguan ginjal yang sering dikarenakan adanya perubahan usia.
2. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irrevesibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah (KMB volume II, hal 1448)
C. Etiologi gagal ginjal
1. Gagal ginjal akut
Tiga katagori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:

12
a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status
penipisan volume (hemoragi atau kehilangn cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif atau syok kardiogenik)
b. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis
tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan
benturan menyebabkan bembesaran hemoglobin dan mioglobin (protein yang
dilepaskan dari otot keika cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau
keduanya. Reaksi perfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal,
heglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran
glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi factor pencetus
terbentuknya emoglobin. Penyebab lain adala pemakaian obat-obatan
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia. Medikasi ini
mengganggu prostaglandin yang secara normal melindungi aliran darah renal,
menyebakan iskemia ginjal.
c. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan ditubulus ginjal meningkat, akhirnya
laju fitrasi glomerulus meningkat. Eskipun pathogenesis pasti dari gagal
ginjal akut dan oliguria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar
yang menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika
diidentifikasi dan ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu.
Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal :
1) Hipovolemia
2) Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif

13
3) Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, ekuan darah,
atau batu ginjal, dan
4) Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal

2. Gagal ginjal kronik


a. Gangguan pembuluh darah ginjal : berbagai jenis lesi vaskular dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan. Lesi yang paling sering
adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang benar, dengan kontriksi
skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular pada satu
atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah.
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang bdi sebabkan oleh hipertensi lama
yang tidak di obati, di karakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas
sistem, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan
akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis dan SLE
c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada fraktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius Lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan
kerusakan irefersibel ginjal yang di sebut plenlinefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan
berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis
yang di sebabkan oleh endapan zat-zat proteinnemia abnormal pada dinding
pembuluh darah secara serius merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksik akibat analgesik atau logam
berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertropi prostat, dan konstriksi
uretra.
g. Kelainan kongelital : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang din
karateristikkan oleh terjadinya kista atau kontomg berisi cairan di dalam

14
ginjal dan organ lain , serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
kongenital ( hipoplasia renalis ) serta adanya asidosis.

D. Patofisiologi gagal ginjal


1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut di akibatkan oleh 3 faktor pemmicu yaitu pre renal, renal dan
post renal. Ketiga faktor ini memiliki kaitan yang berbeda-beda. Pre renal
berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah (blood flow) keginjal mengalami
penurunan (hipoperfusi). Kondisi ini dipicu oleh kondisi hipovolemi, hipotensi,
vasokonstriksi dan penurunan kardiac output. Dengan adanya kondisi ini, maka
GFR(Glomerular Filteration Rate) akan mengalami penurunan dan
meningkatkan reabsorbsi tubular. Untuk faktor renal berkaitan dengan adanya
kerusakan pada jaringan parenkim ginjal. Kerusakan ini dipicu karena trauma
maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu sendiri. Jaringan yang menjadi tempat
utama fisiologis ginjal, jika rusak dapat mempengaruhi berbagai fungsi ginjal.
Sedangkan faktor post renal adalah berkaitan dengan adanya obstruksi pada
saluran kemih, sehingga akan timbul stagnansi bahkan adanya refluks urine flow
pada ginjal. Dengan demikian beban tahanan/ resistensi ginjal akan meningkat
dan ahirnya mengalam i kegagalan (Judith, 2005).
2. Gagal ginjal kronik
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sabagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya sering.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yan
bisa direabsopsi berakibat diuresi osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai bila

15
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu.(Barbara C Long,1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialysis. (Brunner & Suddarth, 2001 :1448)

E. WOC
1. WOC Gagal Ginjal Akut

prerenal renal Post renal

Masalah Kerusakan struktur Obstruksi di bagian


aliran darah glomelurus / tubulus ginjal distal ginjal

Hipoperfusi ginjal dan


turunnya laju filtrasi Tekanan tubulus di
glomerulus ginjal

Laju filtrasi
glomerulus

Gagal Ginjal Akut

Gangguan Gangguan Disfungsi ekskresi


filtrasi reabsorbsi amonia

Hipofiltrasi hipernatremis Permeabilitas Retensi amonia


kapiler
Penurunan Kadar H20 terganggu PH
ekskresi urine meningkat
Penurunan Asidosis
16 oksidasi metabolik
sirkulasi
Oliguria, Anuria Oedema

Mk : kelebian Mekanisme
Akumulasi
vol cairan Hipoksi sel kompensasi
residual urine

Mk : ketidak hiperventilasi
Timbunan zat efektifan perfusi
sisa metabolisme jaringan perifer
MK : ketidak
efektifan pola nafas
Timbunan zat sisa metabolisme
hiperventilasi
Sirkulasi terganggu

Kerja otot
Kulit kering, gatal,
pucat, purpura
Ketidak
seimbangan energi
Mk : kerusakan
itegritas kulit
Mk : intoleransi
aktivitas

Ketidak seimbangan
O2 dan CO2

Mk : gangguan
pertukaran gas

17
18
2. WOC Gagal Ginjal Kronik
Gangguan tubulus Gangguan
Ganggan metabolik Gangguan imunologi primer ( nefrotoksin ) kongenital
Infeksi Obst Tr. Urinaria Hipertensi
( DM ) ( piolancfritis ) (glomerulonefritis )
(batu ginjal )
Gangguan Gangguan fungsi
Mobilisasi lemak Penembusan cairan di Akumulasi peredaran darah ginjal
Kerusakan progresif
peluis ginjal ureter kompleks antigen ginjal
hampir semua struktur
ginjal
Penebalan
Atrofi parenkim Penebalan membran
membran kapiler Iskemia ginjal
ginjal yang progresif
Sebagian besar
jaringan fungsional
Disfungsi endotel Hidronefrosis Invasi jaringan fibrosa Nekrosis
ginjal hilang
mikrovaskuler pada glomerulus
Kerusakan
Mikroangiopati struktur ginjal Jumplah kapiler
penyaring
Nefropati
GFR

Gagal ginjal kronis

19
Gagal ginjal kronis

Proses hemodialisa Gangguan Hipernatremia


kontinyu reabsorbsi

Retensi cairan
Tindakan invasif Hiponatremia
berulang Vol.vaskuler
Informasi Oedema
inadekuat Vol. Vaskuler pulmonal
turun Permeabilitas
Ansietasn kapiler Ekspansi paru retensi co2
Hipotensi turun

Stress ulcer oedema Asidosis


Defisiensi Perfusi dyspneu respiratory
energi sel Stagnansi
HCL : meningkat
vena Mk : Mk : Gangguan
Mk : ketidakefektifan
Mk : ketidakefektifan pertukaran gas
perfusi jaringan
intoleransi pola napas
Mual muntah perifer infiltrasi
aktivitas

Mk : ketidak Mk : kerusakan
seimbangan nutrisi integritas kulit
kurang dari kebutuhan
tubuh

20
F. Manifestasi Klinis
1. Gagal ginjal akut
Hampir semua system tubuh dipengaruhi ketika terjadi kegagalan mekanisme
pengaturan ginjal normal. Pasen tampak sangat menderita dan latergi disertai mual
persisten, muntah, diare. Kulit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi dan
napas mungin berbau urin (fetor uremik). Manifestasi system saraf pusat
mencakupwrtynhgfdsa rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang.
a. Perubahan haluaran urin
Haluaran urin sedikit dapat mengandung darah, dan grafitas spesifiknya rendah
(0,010 sedangan nilai normalnya 0,015-0,025)
b. Peningkatan BUN dan kadar keratin
Terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN dan laju peningkatannya
katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan protein. Serum
kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
c. Hiperkalemia
Pasien yang mengalami laju filtrasi glomerulus tidak mampu mengeksresikan
kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebaban hiperkalemia berat (kadar
serum K+ tinggi). Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.
d. Asidosis metabolic
Pasien oliguria akut tidak dapat mengeliminasi muatan metabolic seperti
subtansi jenis asam yang terbentuk oleh proses metabolic normal. Selain itu,
mekanisme buffer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
penurunan kandungan karbon dioksida dara dan pH darah. Sehingga asidosis
metabolic progresif menyertai gagal ginjal akut.
e. Abnormalitas Ca++ dan PO4
Peningkatan konsentrasi serum fosfat mungkin terjadi, seru kalsium mungkin
menurun sebagai respon terhadap penurunan absorbsi kalsium di usus dan
sebagai mekanisme kompensasi terhadap peningkatan kadar serum fosfat.
f. Anemia
Anemia yang menyertai gagalginjal akut merupakan kondisi yang tidak dapat
dilelakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eripoetin, lesi

21
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran GI.
2. Gagal ginjal kronik
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak napas akibat perikarditis, effuse perikardiac
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema
b. Gangguan pulmonary
Napas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolism protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, napas bau ammonia
d. Gangguan muskuloskoletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan), burning
feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor,
miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas)
e. Gangguan integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan disminor. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
g. Gangguan cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Bisanya retensi garam dan airtetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipmagnesemia.
h. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang, hemolisis akibat

22
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi thrombosis dan trombositopeni.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gagal ginjal akut
Pemeriksaan klinis yang di butuhkan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal
akut adalah (Anymous, 2008; Judith, 2002):
a. Kadar kimia darah
Meliputi natrim, kalium, ureum, kreatinin dan bikarbonat. Biasanya natrium
mengalami penurunan (< 20 mmol/ l). Sedangkan urea akan mengalami
peningkatan (>8) yang akan mempengaruhi sistem RAA (Renin Angiotensin
Aldosteron).
b. Urinalisis
Pemeriksaan analisa kimia pada urine untuk melihat fungsi ginjal.
c. Ultrasonografi (USG)
Hal ini untuk mendapatkan data yang mendukung tentang ukuran ginjal,
adanya obstruksi pada tract urinary. Hidronephosis, dan penyakit pada saluran
kemih bagian bawah. USG juga diperuntuhkan adanya komplikasi dari ginjal,
misalnya adanya kardiomegali dan edema pulmonal.
d. Darah lengkap
Adapun hassil darah yang spesifik dari hasil pemeriksaan daerah lengkap pada
klien gagal ginjal akut adalah:
1) Peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)
2) Peningkatan kadar serum kratinin
3) Peningkatan kadar kalium
4) Penurunan pH darah
5) Penurunan kadar bikarbonat
6) Penurunan kadar hematrokit dan kadar hemoglobin pada gagal
ginjal akut jarang terjadi anemia normokrom. Namun, pada gagal
ginjal kronik sering terjadi. Biasanya sering didapatkan
trombositopenia, fragmentasi sel darah merah dan hemolitik
uremic syndrome.

23
7) ECG (electrocardiogrsphy)
Biasanya menunjukkan adanya iskhemia jantung dengan gejala
bardikardia dan pelebaran kompleks QRS.
2. Gagal ginjal kronik
a. Urine
1) volume : < 400 ml/24 jam ( oliguria ) atau anuria
2) warna : urine keruh
3) berat jenis < 1,015
4) osmolalitas < 350 m osm / kg
5) klirens kreatinin : turun
6) Na++ > 40 mEq/lt
7) Protein : proteinuria ( 4-3 + )
b. Darah
1) BUN / kreatinin :
2) Hitung darah lengkap : Ht , Hb < 7-8 gr %
3) Ritrosit : waktu hidup
4) GDA, PH : asidosis metabolik
5) Na ++ serum :
6) K+ :
7) Mg + / fosfat :
8) Protein ( khisus albumin ) :
9) Osmolalitas serum > 285 m osm / kg .
c. GFR
Laju filtrasi glomerular (LFG) (bahasa Inggris: Gromerular filtration
rate (GFR)) adalah laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus
yaitu sekitar 25% dari total curah jantung per menit ± 1.300 ml . LFG
digunakan sebagai salah satu indikator menilai fungsi ginjal. Biasanya
digunakan untuk menghitung bersihan kreatinin yang selanjutnya dimasukkan
kedalam formula.

24
Komposisi dari hasil filtrasi glomerulus adalah kalsium, asam lemak,
dan mineral. LFG di hitung dari hasil koefisien filtrasi dan tekanan filtrasi
bersih. Koefisien filtrasi adalah 12.5 ml/min/mmHg. Sedangkan Tekanan
filtrasi bersih dapat dihitung dengan mencari selisih antara tekanan hidrostatik
glomerulus dikurangi hasil penjumlahan tekanan onkotik glomerulus
dengan tekanan kapsula bowman.
Nilai GFR normal adalah 90 – 120 mL/min/1.73 m2.
Rumus Menghitung GFR-Rumus Glomerular Filtration Rate berdasarkan
alat kalkulasi GFR adalah sebagai berikut:
GFR for male : (140 – age) x wt(kg) / [72 x Serum Creatinine]
GFR for female : GFR(females) = GFR (males) x 0.85
Nilai GFR <60mL/min/1,73m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal atau terdapat kerusakan / kelainan ginjal selama ≥ 3 bulan
dengan atau tanpa penurunan GFR.
Keterangan: GFR pada Gagal Ginjal adalah jika nilai GFR pasien
dibawah 60mL/min maka artinya anda perlu terapi ginjal secepatnya sebelum
kondisi ginjal nya bertambah parah. Apabila GFR ≥ 60mL/min/ 1, 73 m2 dan
tidak ada indikasi kerusakan / kelainan ginjal maka tidak dinyatakan sebagai
penyakit ginjal kronik
Keterangan : GFR normal adalah jika nilai GFR berada diatas 60mL/min
selama 3 bulan, ini menandakan pasien tersebut sehat dan tidak mempunyai
masalah ginjal.
Keterangan : Perhitungan GFR diatas adalah rumus sederhana yang
digunakan untuk mengukur GFR. Perhitungan GFR di laboratorium atau rumah
sakit bisa saja mempunyai rumus yang berbeda dan bisa mempunyai
perhitungan yang lebih tepat. Alat bantu kalkulasi GFR ini hanya untuk
mempermudah pasien gagal ginjal kronik menentukan secara garis besar
kondisi ginjal berdasarkan stadium tabel diatas sehingga bisa lebih cepat
mengambil tindakan preventif.

H. Penatalaksanaan

25
1. Gagal ginjal akut
Penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut dilakukan secara komperhensif baik
dari disiplin medis, nurse practitionist, nutrritionist dan lain sebagainya. Berikut
ini adalah menejemen penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut (Judith, 2002):
a. Tata laksana umum
Secara umum yang harus dilakukan pada gagal ginjal akut adalah
memberlakukan dan mengawasi secara ketat diet tinggi kalori dan rendah
protein, natrium, kalium, dengan pemberian suplemen vitamin tambahan. Dan
yang paling penting adalah membatasi asupan cairan. Untuk mengontrol kadar
elektrolit yang tidak seimbang dalam tubuh, maka diperlukan tindakan dialisis
(hemodilysis/ peritoneal dialysis).
b. Tata laksana medis
Penggunaan terapi medis pada gagal ginjal akut utamanya diperuntuhkan untuk
menjaga volume cairan dalam tubuh sesuai dengan komplikasi ginjal dan
menjaga kondisi asam basa darah terapi medis yang digunakan adalah:
1) Furosemid
Pemberian furosemid 20 sampai 100mg per IV setiap 6 (enam) jam akan
menjaga setabitas voume cairan dalam tubuh.
2) Kalsium glukonat
Pemberian 10 ml/ 10% dalam caran solut (IV) akan membantu kadar
kalium
3) Natrium polystyrene
15 gr dalam 4 kali sehari dicampur dalam 100ml dari 20%sorbitol,
30sampai 50 gr dalam 150ml 70% sorbitol dan 150ml dalam air akan
menjaga kadar kalium.
4) Natrium bikarbonat
Pemberian ini akan mengatasi kondisi asidosis metabolic

c. Observasi ketat

26
Hasil pemeriksaan laboratorium (BUN, kratinin dan kadar kalium) harus
dimonitori secara ketat. Hal ini sangat bermakna dalam mempertahankan hidup
klien.
d. Terapi edukatif
Sebagai perawat, hal yang sangat penting adalah memberikan pendidikan
kehatan kepada klien untuk mengikuti petunjuk diet yang telah di tentukan
(tinggi kalori, rendah protein, natrium kalium, dan pemberian suplemen
vitamin tambahan).
2. Gagal ginjal kronik
a. Optimalisasi dan pertahankan kesimbangan cairan dan garam biasanya
diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat
edema betis ringan. Pengwasan dilakukan melalui berat badan, urine dan
pencatatan keseimbangan cairan.
Menghitung cairan ada asien dengan gagal ginjal
Cairan masuk = cairan keluar
Cairan masuk dari minum dan infus, cairan keluar dari urine dan IWL
(pernafasan, keringat, dan penguapan tubuh). IWL dewasa pada daerah tropis
sekitar 500– l lt/24 jam.
Contoh perhitungannya :
Produksi urine 100/3 jam, 1/8 dari 24 jam maka 100 x 8 = 800 cc produksi
urine/hari
IWL misal 500 jadi cairan keluar adalah 800+500=1300 cc/24 jam.
Cairan yang masuk jangan lebih dari 1300cc, misal : infus 15 tetes/menit=2
flas/hari = 1000cc/hari.
Jadi dari minum cukup 300 cc saja.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia dan
perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam.
c. Kontrol hipertensi

27
Pada pasien hipertensi pada penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretic
loop, selain obat anti hipertensi
d. Kontrol keidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga
60 mmol/hari), diuretic hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dn obat antiinflamasi nonsteroid),
asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium
dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan
EKG.
e. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih
ketat
f. Modifikasi terapi obat dengn fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya
toksik dan keluarkan oleh ginjal.
g. Deteksi dini dan erapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neuropati
perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yan meningakat,
infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan
dialysis.
h. Persiapkan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski
telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi. (Arif Mansjoer, hal
534).
i. Hemodialisa
Baik penyakit ginjal kronik maupun ginjal akut tetaplah disarankan untuk cuci
darah, untuk itu kapankah sebenarnya kita disarankan cuci darah? Cuci darah
dapat dilakukan bila fungsi ginjal kurang dari 15 ml/menit. Namun bisa juga

28
kurang dari 10 ml/menit dengan disertai gejala uremia dan malnutrisi. Bagi
penderita diabetes bila 5 ml/menit pun dapat dilakukan lebih awal untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berikut marilah kita lihat kondisi-kondisi tertentu yang perlu segera dilakukan
cuci darah (hemodialisis) secara medis, yaitu:
1) Kondisi pH darah pasien yang sangat rendah dan tidak dapat dinaikkan lagi
dengan obat-obatan.
2) Kondisi keracunan, dilakukan cuci darah untuk membantu menurunkan
tingkat keracunannya, seperti keracunan methanol.
3) Kondisi dengan tingkat sisa metabolisme ureum dalam tubuh sangat tinggi
dengan gejala klinis sbb: mual muntah, kecegukan yang tidak berhenti,
penurunan kesadaran, bahkan bisa kejang - kejang.
4) Elektrolit imbalance. Pada umumnya yang menjadi masalah adalah
kelebihan kalium, menjadi hiperkalemi. Kondisi ini bila tidak segera diatasi
dapat menyebabkan gangguan pada jantung.
5) Terjadi penumpukan cairan di dalam tubuh. Biasanya terjadi penumpukan
cairan dalam paru-paru yang disebut sebagai Edema Paru, sehingga
menyebabkan pasien menjadi sesak nafas hebat
Cuci darah hanyalah salah satu tindakan medis untuk penyakit ginjal diatas,
prosedur lain yang bisa ditempuh oleh penderita ginjal kronik adalah dengan
transplantasi ginjal.
Cara medis diatas yaitu dengan cuci darah maupun transplantasi ginjal
sangatlah mahal biayanya. Selain biaya yang mahal juga mengandung resiko
tinggi untuk kegagalanya. Untuk itu cara yang terbaik adalah sayangilah sedini
mungkin ginjal anda dari kerusakan. Carilah alternatif obat sakit ginjal alami
yang lebih aman tetapi sudah terbukti dan dapat menyembuhkan kembali. Mari
kita jaga ginjal agar tetap sehat, Semoga bermanfaat.
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal adalah (Baughman,
2000):
1. Penyakit tulang

29
penuran kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasi metrik tulang sehingga tulang menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika
berlangsung lama akan mengakibatkan faktur patologis
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secar sistemik berupa
hipertensi, kelainan lipid, intolerannsi glukosa dan kelainan hemodinamik (sering
terjadi hipertrofi ventikel kiri
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritopoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Gangguan seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginnjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi ipotensi pada pria. Pada wanita bisa terjadi
hiperprolaktinemia.

30
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian klien dengan gagal ginjal kronik sebenarnya hampir sama dengn klien
dengan gagal ginjal akut, namun disini pengkajiannya lebih penekanan pada support
system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh
(hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/ gagalnya fungsi ginjal, maka
tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi pada ambang batas kewajaran.
Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai
manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah
pengkajian keprawatan pada klien dengan gagal ginjal :

1. Biodata
Tidak ada sepesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal
ginjal kronis merupakan periode lanjut dari isidensi gagal ginjal akut, sehingga
tidak berdiri sendiri
2. Keluhan utama
Keluhan sangat berfariasi, terlebih apa bila terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, fatigue, dan pruritus. Kondisi ini di picu oleh
penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/ toksin dalam tubuh karena ginjal
mengalami kegagalan fungsi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjaadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena komplikasi dari gangguan

31
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, baru urea pada napas. Selain
itu, karena berdampak pada proses metabolisme (sekunder karena intoksinasi),
maka akan terjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk ganguan
nutrisi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Gagal ginjal kronik di mulai dari gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab
(multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan menegaskan
untuk menegakkan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat berlebihan overdosis kususnya obat yang bersifat nefrotoksin,
BPH dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi kerja ginjal. selain itu, ada
berbagai penyakit yang langsung mempengaruhi/ menyebabkan gagal ginjal yaitu
diabetes militus, hipertensi, batu saluran kemih (Urolithiasis)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronik bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap gagal ginjal kronik,
karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan jika ada keluarga yang sakit, misalnya minum jamu sehat.
6. Riwayat pisikososial
Kondisi ini tidak selalu ada ganguan jika klien mempunyai koping adaftif yang
baik. Pada gagal ginjal kronis, biasanya perubahan pisikososial terjadi pada kelien
mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien
banyak mengurung diri dan berdiam diri (murung). Selain itu kondisi ini dipicu
oleh biaya dalam proses melakukan pengobatan, sehingga klien mengalami
kecemasan.
7. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien dengan gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue). Tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering di
dapatkan RR menningkat (tachypneu), hipertensi/ hipotensi sesuai dengan kondisi
fluktuatif.
8. Sistem pernapasan

32
Adanya bau pada nafas. Jika terjadi komplikasi asidosis/ alkalosis respitorik
maka kondisi pernafasan akan mengalami patologis gangguan. Pola nafas akan
semakin cepat dan dalam sebagian bentuk kompensasi tubuh mempertahankan
ventilasi (kussmaull)
9. Sistem hematologi
Ditemukan adanyas friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin CRT > 3 detik, palpitsi jantung, chest pain,
dyspneu, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Selain itu, pada
fisiologis darah sendiri sering adanya gangguan anemia karena penurunan
eritropoetin.
10. Sistem neuromuskuler
Penurunana kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi
cerebal terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi
akan dialami klien gagal ginjal kronis.
11. Sistem kardiovaskuler
Penyakit yang berlangsung dengan kejadian gagal ginjal kronis salah satunya
adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran akan
mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini akan memicu retensi natrium dan air
sehingga akan meningkatkan beban jantung.
12. Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksuallisasi, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami difusi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi. Selain itu,
jika kondisi gagal ginjal kronis brthubungan dengan penyakit diabetes melitus,
maka akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
13. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,sekresi
reabsorbsi dan ekresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan
urin output < 400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (yang adanya urine output).
14. Sistem pencernaan

33
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress effect).
Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.

15. Sistem muskuloskeletal


Dengan penurunaan/ kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka berdampak pada
proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosia tinggi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kadar H2O meningkat
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan timbunan zat sisa metabolisme
ditandai dengan kulita yang kering, gatal, pucat, dan purpura
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
oksigenasi sirkulasi
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan O2 dan CO2
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berghubungan dengan
mual, muntah
C. Intervensi dan Rasional
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kadar H2O meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawaan selama 2 x 24 jam klien dapat
mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
a. Haluaran urine normal.
b.  BB stabil.
c.  TTV dalam batas normal (RR: 16-24 x/menit; N: 60-100 x/menit; TD: 120/80;
T: 36,5-37,5 0C)
d.  Tidak ada edema
e.  Turgor kulit baik
f.  Membran mukosa lembab

Intervensi Rasional

34
Identifikasi faktor penyebab Untuk menentukan tindakan
keperawatan

Kaji status cairan dengan menimbang Pengkajian merupakan dasar dan data
berat badan perhari, keseimbangan dasar berkelanjutan untuk memantau
masukan dan pengeluaran, turgor kulit dan perubahan dan mengevaluasi intervensi.
adanya edema, distensi vena leher.

b.  Batasi masukan cairan Pembatasan cairan akan menentukan


berat tubuh ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi

Kurangi asupan garam, Agar tidak terjadi peningkatan natrium


pertimbangkan penggunaan garam
pengganti

Jelaskan pada pasien dan keluarga Pemahaman meningkatkan kerja sama


tentang pembatasan cairan. pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan

Bantu pasien dalam menghadapi Kenyamanan pasien meningkatkan


ketidak nyamanan akibat kepatuhan terhadap pembatasan diet.
pembatasan cairan.

Kolaborasi : Diuretic bertujuan untuk


g.   Berikan diuretic furosemide, menurunkan volume plasma dan
spironolakton, hidronolakton. menurunkan retensi cairan di
Adenokortikosteroid, golongan jaringan sehingga menurunkan
prednisone resiko terjadinya edema paru.
Adenokortikosteroid, golongan
predison digunakan untuk

35
menurunkan proteinuri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan timbunan zat sisa


metabolisme ditandai dengan kulit yang kering, gatal, pucat, dan purpura
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam intregitas
kulit dapat terjaga
Kriteria hasil : integritas kulit dapat dipertahankan

Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap berubahan Menandakan area sirkulasi buruk atau
warna, turgor, vaskuler, perhatikan kerusakan yang dapat menimbulkan
adanya kemerahan pembentukan dekubitus/infeksi
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi berlebihan
dan membrane mukosa yang mempengarahui sirkulasi dan
inergritas jaringan
Inspeksi area tergantung terhadap odem Jaringan udem lebih cenderun rusak
/robek
Berikan perawatan kulit Mengurangi pengeringan, robean kulit
Pertahankan linen kering Menurunkan iritasi dermal dan resiko
kerusakan kulit
Anjurkan pasien menggunakan kompres Menghilangkan ketidaknyamanan dan
lembab dan dingin untuk memberikan menurunkan resiko cedera
tekanan pada area pruritis
Anjurkan memakai pakaian katun Mencegah iritasi dermal langsung dan
longgar meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit

36
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
oksigenasi sirkulasi
Tujuan : setelah dialakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :

-    Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler


-    Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
-     Kulit sekitar luka teraba hangat.
-     Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Intervensi Rasional

Ajarkan pasien untuk melakukan dengan mobilisasi meningkatkan


mobilisasi sirkulasi darah.

Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan melancarkan aliran


meningkatkan aliran darah  : Tinggikan darah balik sehingga tidak terjadi
kaki sedikit lebih rendah  dari jantung  oedema..
(posisi elevasi pada waktu istirahat),
hindari penyilangkan kaki, hindari
balutan ketat, hindari penggunaan bantal,
di belakang lutut dan sebagainya.

Ajarkan tentang modifikasi kolestrol tinggi dapat mempercepat


faktor-faktor resiko berupa : terjadinya arterosklerosis, merokok
Hindari diet tinggi kolestrol, dapat menyebabkan terjadinya 
teknik relaksasi, menghentikan vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi
kebiasaan merokok, dan untuk mengurangi efek dari stres.
penggunaan obat vasokontriksi.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain pemberian vasodilator akan


dalam pemberian vasodilator, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
pemeriksaan gula darah secara rutin dan sehingga perfusi jaringan dapat

37
terapi oksigen (HBO). diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula
darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien,
HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.

4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam pola napas
kembali normal/ stabil
Kriteria hasil : pola napas normal 16-24x/menit

Intervensi Rasional
Ausultasi bunyi napas, catat adanya bunyi Menyatakan adanya pengumpulan
krakles secret
Ajarkan pasien batuk efektif dan napas Membersihkan jalan napas dan
dalam memudakan aliran O2
Atur posisi senyaman mungkin Mencegah terjadinya sesak napas
Batasi untuk beraktivitas Mengurangi beban kerja dan mencegah
terjdinya sesak atu hipoksia

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Kriteria hasil : Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri, klien dapat
melakukan aktivitas secara normal

38
Intervensi Rasional

Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan Memberi panduan dalam penentuan
penuhi kebutuhan ADL pemberian bantuan dalam
pemenuhan ADL.
Kaji tingkat kelelahan. Menentukan derajat dan efek
ketidakmampun
Bantu aktifitas perawatan diri yang Memungkinkan berlanjutnya
diperlukan. aktifitas yang dibutuhkan memberika
rasa aman bagi klien.
Lakukan rentan gerak aktif dan pasif Menurunkan resiko terjadinya
cedera dan mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah
penurunan tonus

6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan O2 dan


CO2
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi
gangguan pertukaran gas.
Kriteria hasil : Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat

Intervensi Rasional

Kaji status pernafasan, catat peningkatan Takipneu adalah mekanisme


respirasi atau perubahan pola nafas. kompensasi untuk hipoksemia dan
peningkatan usaha nafas.

Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya Suara nafas mungkin tidak sama atau
bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
wheezing. karena peningkatan cairan di permukaan
jaringan yang disebabkan oleh

39
peningkatan permeabilitas membran
alveoli – kapiler. Wheezing terjadi
karena bronchokontriksi atau adanya
mukus pada jalan nafas

Berikan istirahat yang cukup dan nyaman Menyimpan tenaga pasien,


mengurangi penggunaan
oksigen.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berghubungan


dengan mual, muntah
Tujuan : setelah dilakukan intervensi kepeerawatan selama 2x24 jam
mempetahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : menunjukkan BB stabil

Intervensi Rasional
Observasi konsumsi makanan Mengidentivikasi kekurangan nutrisi
Perhatikan adanya mual dan muntah Gejala yang menyertai akumulasi toksin
endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan
pemasukan dan memerlukan intervensi
Berikan makanan sedikit tapi sering Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan makanan
Berikan perawatan mulut sering Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitisoral dan rasa tak disukai dalam
mulut yang dapat mempengaruhi masukan
makanan

40
Panduan Diet Sehat untuk Kesehatan Ginjal

1. Batasi Garam atau Natrium

Asupan garam yang tinggi dapat memicu penyakit hipertensi yang menjadi penyebab
utama penyakit ginjal kronis. Pastikan konsumsi garam Anda maksimal 2.300 miligram
atau satu sendok teh dalam sehari

2. Kurangi Makanan Berprotein Tinggi


Protein adalah nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan regenerasi sel
tubuh. Namun, jika dikonsumsi berlebihan, terutama bagi lansia atau penderita penyakit
ginjal, protein dapat memperberat kerja ginjal.
Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi atau tidak
mengonsumsi secara berlebihan makanan berprotein tinggi seperti daging merah, telur,
susu, dan sejenisnya. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan
konsumsi protein sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan yang dimiliki.

3. Tidak Mengonsumsi Makanan Manis, Olahan, dan Berlemak

Makanan manis dan berlemak digemari banyak orang karena rasanya yang enak dan
gurih. Anda perlu waspada karena jenis makanan tersebut mengancam kesehatan karena
dapat memicu obesitas dan diabetes yang berujung menganggu kerja ginjal.
Begitu juga dengan makanan olahan yang biasanya mengandung natrium dan zat aditif
fosfat yang berdampak buruk untuk ginjal. Mengurangi ketiga jenis makanan tersebut
adalah cara efektif mencegah dan menghindari penyakit ginjal di masa depan.

4. Pilih Makanan Rendah Lemak

Hindari makanan berlemak dengan memperhatikan proses pengolahannya secara tepat


agar lebih sehat. Misalnya, ganti minyak goreng menjadi minyak zaitun atau wijen, olah
makanan dengan menumis, dan potong lemak daging sebelum dikonsumsi.
 

5. Minum Air Putih Delapan Gelas per Hari atau Sekitar Dua Liter

Pada dasarnya, tubuh membutuhkan cukup cairan sehingga Anda disarankan meminum
air putih sebanyak delapan gelas per hari atau sekitar dua liter air. Jika kekurangan
cairan, ginjal harus bekerja ekstra keras untuk memfiltrasi darah dan racun dalam tubuh.
Apabila kondisi tersebut sering terjadi dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

41
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam
darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni :
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF) adalah
sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak.
Secara epidemologi, gagal ginjal akut (Acute Renal Felure) merupakan
gangguan ginjal yang sering dikarenakan adanya perubahan usia.
2. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irrevesibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah (KMB volume II, hal 1448).
B. Saran

42
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan segala
sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang professional
dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Rendi Clevo. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Saferi Andra. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta :
Nuha Medika
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

43
44

Anda mungkin juga menyukai