Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi pada bagian
pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri menyebabkan gangguan pada aktivitas yang
sedang dijalankan oleh penderitanya. Hal ini disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan
sebagainya. Penyebab penyakit gangguan pencernaan yang paling utama ini adalah pola makan yang
mungkin tidak sehat. Penyebabnya bermacam-macam, dapat terjadi karena luka di bagian dalam
yang terinfeksi oleh virus atau bakteri, hingga kelainan kerja fisiologis tubuh.
Pemeriksaan diagnostik merupakan suatu pemeriksaan penunjang yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperkuat dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Macam-macam pemeriksaan
diagnostik pada gangguan pencernaan, antara lain :
1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium
b. Manometri
c. Pengukuran pH kerongkongan
d. Uji Bernstein (Tes perfusi asam kerongkongan)
2. Intubasi
a. Intubasi Nasogastrik
Yaitu sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
b. Intubasi Nasoenterik
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang,
karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
3. Endoskopi
4. Laparoskopi
5. Rontgen
6. Parasentesis
7. USG Perut
a. Apendisitis
Merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan
segera akan terjadi infeksi berat yang menyebabkan pecahnya lumen usus. (Sulistyoningtyas
and Khusnul Dwihestie 2022).
A. Pemeriksaan Diagnostik
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Persiapan
a) Spuit
b) Alkohol swab.
c) Tabung vacutainer.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Meminta pasien berbaring dan membuka pakaian bagian abdomen.
b) Menekan perut bagian kanan.
c) Menghangatkan suhu telapak tangan pasien.
d) Memberikan penekanan dengan ujung jari sambil melihat ekspresi pasien
dan meminta pasien memberitahu jika terasa nyeri, lakukan dengan sangat
hari hati, jika positif apendisitis pasien akan merasa sangat nyeri.
e) Melakukan memfleksikan paha kanan sambil melakukan rotasi dan melihat
ekspresi pasien jika terasa nyeri.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan darah pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan yang
lainnya karena dalam mendiagnosa dan menentukan penanganan, tidak bisa berdasarkan
hasil darah saja.
2. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau di bagian paling bawah usus
besar yang terhubung ke naus (rektum). Kanker kolorektal dapat dinamai kanker kolon atau kanker
rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.(richard oliver ( dalam Zeithml. 2021)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Persiapan
a). Dokter spesialis gastroentrologi menanyakan riwayat kesehatan, riwayat mengonsumsi obat-
obatan sebelumnya, alergi klien.
b). Klien dianjurkan mengosongkan usus besar agar dinding usus terlihat lebih jelas (dengan diet 1-3
hari sebelum pemeriksaan).
d). Anjurkan klien mengganti pakaian dengan baju khusus yang digunakan untuk pemeriksaan.
e). Atur posisi klien berbaring di tempat tidur dalam posisi miring dengan lutut ditekuk kearah dada.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a). Setelah obat bius bekerja, dokter memasukkan kolonoskop kedalam anus sekaligus memompa
udara kedalam usus besar untuk mengembangkannya, sehingga dinding usus nampak terlihat jelas.
c). Jika ditemukan polip atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal, dilakukan pemotongan polip
dan dilanjutkan tindakan biopsi (pengambilan sampel jaringan) di area tersebut.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah selesai dilakukan prosedur kolonoskopi , pasien harus tetap berada di ruang perawatan
hinggapegaruh obat bius berkurang. Rasa kembung dan kram perut mungkin timbul sesuai tindakan.
Keluhan tersebut akan mereda secara perlahan dan hilang dengan sendirinya.
b. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal,
mulai dari infeksi virus, kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu.
Penyakit autoimun, dan infeksi cacing hati. Jika disebakan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular
ke orang lain.(Pratama 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan diganostik yang digunakan dalam gangguan hepatitis ialah menggunakan metodeTes
Fungsi Hati. Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:
1. Kapas beralkohol
2. Jarum suntik.
3. Tourniquet.
4. Tabung penyimpanan darah.
5. Perban.
b. Prosedur Penatalaksanaan,
a) Membersihkan area kulit yang menjadi lokasi pengambilan darah dengan kapas
beralkohol.
b) Mengikatkan tali elastis ke lengan agar pembuluh darah vena pasien dapat terlihat dengan
jelas.
c) Menusukkan jarum suntik ke pembuluh darah vena, kemudian mengambil darah dengan
jumlah yang dibutuhkan.
d) Melepaskan tali di lengan dan penutup luka bekas suntikan dengan perban untuk
menghentikan perdarahan.
e) Membawa sampel darah yang telah diambil untuk diperiksa di laboratorium.
d. Pasca Pemeriksaan
Hasil tes fungsi hati pasien akan dibandingkan dengan patokan nilai fungsi hati yang normal. Hasil tes
fungsi hati pasien menunjukkan adanya kerusakan pada hati, dokter akan mencari tau penyebabnya
dengan mengevaluasi gejala dan riwayat penyakit pasien.
5. Gastritis
Gastritis merupakan peradangan pada dinding yang ditandai dengan nyeri di ulu hati atau lambung.
Jika dibiarkan, gastritis bisa berlangsung hingga bertahun-tahun dan menyebabkan komplikasi serius,
seperti tukak lambung.
B. Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam gangguan gastritis ialah menggunakan metode
UBT (Urea Breath Test). Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Persiapan
Pasien dianjurkan untuk jangan mengonsumsi obat-obatan kecuali mendapatkan persetujuan
dokter &dianjurkan untuk menghindari makanan & minuman 1 jam sebelum test termasuk air putih.
Peralatan yang digunakan:
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien akan diberikan kapsul yang mengandung urea & air putih.
b) Jika sudah tiga menit, dokter akan memberikan segelas air kecil.
c) Setelah tujuh menit pasien akan diminta untuk meniup balon
d) Saat selesai meniup balon dokter akan mengidentifikasi ada atau
tidaknya bakteri H. Pylori pada lambung pasien yang keluar lewat
udara pada balon.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah tes dilakukan sampel akan diperiksa di laboratorium. Sementara itu pasien bisa
melanjutkan aktivitas sehari-hari secara normal.
3.1 Kesimpulan
Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi pada bagian
pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri menyebabkan gangguan pada aktivitas yang
sedang dijalankan oleh penderitanya. Hal ini disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan
sebagainya.
Pemeriksaan diagnostik merupakan suatu pemeriksaan suatu penunjang yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperkuat dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Pemeriksaan diagnostik pada
sistem pencernaan terdiri dari pemeriksaan kerongkongan, intubasi, endoskopi, laparoskopi,
rontgen, parasentesis, USG perut, pemeriksaan analisis lambung, pemeriksaan darah samar.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur pelaksanaan pemeriksaan yang bertujuan untuk
deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan penyakit pada pasien. Pemeriksaan laboratorium pada
sistem pencernaan terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik.