Anda di halaman 1dari 29

ATRESIA ANI

Nama Kelompok :

Apriyani
Rina Sujarwati
Siti Julaiha
Tika Nur Andiani

Here is where your presentation begins


Pengertian
Atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

 Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai


anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara
keduanya (Betz, 2002).
 Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi,
2001).
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan


daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran
pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum
Anatomi dan Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :

1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.

2. Lidah
Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan
apeks lingua (ujung lidah). Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
3. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit merupakan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah
lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan
submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal.
5. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya
coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama :
permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan
bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati mempunyai 2
jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.
6. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di
daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui
orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri
fundus uteri.

7. Pankreas
Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke limpa. Bagian dari pankreas :
kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan deudenum yang
melingkarinya.

8. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah
di dalam), lapisan otot melingkar (M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal), dan lapisan
serosa (sebelah luar)).
9. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara
saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).

10. Jejunum dan ileum


Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian atas adalah
jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m. Lekukan jejunum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
11. Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5- 6 cm.
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri.
12. Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya
ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup.
13. Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke
bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan
sebagai kolon transversum.

14. Apendiks (usus buntu)


Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu keluar
yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.

15. Kolon transversum


Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada dibawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

16. Kolon desendens


Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan
fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
17. Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

18. Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus,
terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis. Organ ini berfungsi untuk tempat
penyimpanan feses sementara.

19. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar
(udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter :
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Etiologi
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.

2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi


lahir tanpa lubang anus.

3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,


karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum


urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan
rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Terjadi atresia
anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon
antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir
tanpa lubang anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:

1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas Muscle levator ani (muscle


puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum
lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau saluran genital.

2. Intermediate : rektum terletak pada muscle levator ani tetapi tidak


menembusnya.

3. Rendah : rektum berakhir di bawah Muscle levator ani sehingga jarak


antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
Manifestasi Klinik
1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air
besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius.

Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung
kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
Komplikasi

1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.


2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
b. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
c. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
Penatalaksanaan

1. Pembuatan kolostomi Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.

2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan
umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang

3. Tutup kolostomi atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai
BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB
berkurang frekuensinya dan agak padat.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan


keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan
kantung rektum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi


organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pola Persepsi Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada pasien dengan atresia ani post
tutup kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan muntah
dampak dari anastesi.

3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari
bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena itu pada pasien
atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam
defekasi.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari kelemahan otot.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan daya ingatan masa
lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

6. Pola Tidur dan Istirahat


Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka insisi.

7. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri


Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Tidak
terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi.

8. Pola Peran dan Pola Hubungan


Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat
reproduksi.
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, dan
rumah.
11. Pola Keyakinan
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Diagnosa
1. Pre Operasi
a. Inkontinentia bowel b.d tidak lengkapnya pembentukan anus.
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah.
c. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.

2. Post Operasi
d. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
f. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.
Intervensi keperawatan
1. Pre Operasi
a. Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.
Tujuan : Terjadi peningkatan fungsi usus.
KH :
1. Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek
2. Tidak ada nyeri saat defekasi
3. Tidak terjadi perdarahan

Intervensi :
a. Lakukan dilatasi anal sesuai program.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan pada anak.
b. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam.
Rasional : Menyakinkan berfungsinya usus.
c. Ukur lingkar abdomen klien.
Rasional : Membantu mendeteksi terjadinya distensi.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.) Turgor kulit baik dan bibir tidak kering
2.) TTV dalam batas normal

Intervensi :
a. Awasi masukan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
b. Kaji tanda-tanda vital seperti TD, frekuensi jantung, dan nadi.
Rasional : Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, TD dan nadi turun.
c. Observasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi post operasi.
Rasional : Penurunan volume menyebabkan kekeringan pada jaringan.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1.) Klien mengatakan nyeri berkurang
2.) Skala nyeri 0-1
3.) Ekspresi wajah terlihat rileks
 
Intervensi :
a. Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri.
Rasional : Bantu klien untuk menilai nyeri dan sebagai temuan dalam
pengkajian.
b. Ajarkan klien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Membantu dalam menurukan atau mengurangi persepsi atau respon nyeri.  
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan anjurkan klien untuk istirahat.
Rasional : Memberikan kenyamanan untuk klien agar dapat istirahat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
1. Tujuan : Asupan nutrisi dapat terpenuhi dan menuunjukkan perbaikan usus.
2. Kriteria Hasil :
1.) Tidak terjadi penurunan BB.
2.) Klien tidak mual dan muntah
 
Intervensi :
3. Kaji kemampuan klien untuk menelan dan menguyah makanan.
Rasional : Menentukan pemilihan jenis makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi.
4. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi.
5. Jaga keamanan saat memberikan makan klien seperti kepala sedikit fleksi saat menelan.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya aspirasi dan mengurangi rasa nyeri pada saat
menelan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
1. Tujuan : Tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi
2. Kriteria Hasil :
1.) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2.) Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan peningkatan leukosit.
3.) Luka post operasi bersih
 
Interversi :
• Pantau suhu tubuh klien (peningkatan suhu).
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi.
• Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun anti mikroba.
Rasional : Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting untuk mencegah infeksi di rumah sakit.
• Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi luka.
Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. implementasi
keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Nettina, 2002).
Evaluasi
` Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan
sebagai prosesyang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat
mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan
membandingkan pada kriteria yangdiidentifikasi atau standar
sebelumnya.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis
untukmencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui
dampak dari suatukegiatan dan juga membantu pengambilan
keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program
perencanaan yang akan datang.
« TERIMA KASIH »

Anda mungkin juga menyukai