Nama Kelompok :
Apriyani
Rina Sujarwati
Siti Julaiha
Tika Nur Andiani
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
2. Lidah
Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan
apeks lingua (ujung lidah). Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
3. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit merupakan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah
lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan
submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal.
5. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya
coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama :
permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan
bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati mempunyai 2
jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.
6. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di
daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui
orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri
fundus uteri.
7. Pankreas
Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke limpa. Bagian dari pankreas :
kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan deudenum yang
melingkarinya.
8. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah
di dalam), lapisan otot melingkar (M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal), dan lapisan
serosa (sebelah luar)).
9. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara
saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
18. Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus,
terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis. Organ ini berfungsi untuk tempat
penyimpanan feses sementara.
19. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar
(udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter :
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Etiologi
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.
Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air
besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius.
Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung
kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
Komplikasi
1. Pembuatan kolostomi Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan
umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang
3. Tutup kolostomi atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai
BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB
berkurang frekuensinya dan agak padat.
Pemeriksaan Penunjang
3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari
bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena itu pada pasien
atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam
defekasi.
2. Post Operasi
d. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
f. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.
Intervensi keperawatan
1. Pre Operasi
a. Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.
Tujuan : Terjadi peningkatan fungsi usus.
KH :
1. Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek
2. Tidak ada nyeri saat defekasi
3. Tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
a. Lakukan dilatasi anal sesuai program.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan pada anak.
b. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam.
Rasional : Menyakinkan berfungsinya usus.
c. Ukur lingkar abdomen klien.
Rasional : Membantu mendeteksi terjadinya distensi.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.) Turgor kulit baik dan bibir tidak kering
2.) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Awasi masukan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
b. Kaji tanda-tanda vital seperti TD, frekuensi jantung, dan nadi.
Rasional : Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, TD dan nadi turun.
c. Observasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi post operasi.
Rasional : Penurunan volume menyebabkan kekeringan pada jaringan.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1.) Klien mengatakan nyeri berkurang
2.) Skala nyeri 0-1
3.) Ekspresi wajah terlihat rileks
Intervensi :
a. Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri.
Rasional : Bantu klien untuk menilai nyeri dan sebagai temuan dalam
pengkajian.
b. Ajarkan klien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Membantu dalam menurukan atau mengurangi persepsi atau respon nyeri.
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan anjurkan klien untuk istirahat.
Rasional : Memberikan kenyamanan untuk klien agar dapat istirahat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
1. Tujuan : Asupan nutrisi dapat terpenuhi dan menuunjukkan perbaikan usus.
2. Kriteria Hasil :
1.) Tidak terjadi penurunan BB.
2.) Klien tidak mual dan muntah
Intervensi :
3. Kaji kemampuan klien untuk menelan dan menguyah makanan.
Rasional : Menentukan pemilihan jenis makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi.
4. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi.
5. Jaga keamanan saat memberikan makan klien seperti kepala sedikit fleksi saat menelan.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya aspirasi dan mengurangi rasa nyeri pada saat
menelan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
1. Tujuan : Tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi
2. Kriteria Hasil :
1.) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2.) Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan peningkatan leukosit.
3.) Luka post operasi bersih
Interversi :
• Pantau suhu tubuh klien (peningkatan suhu).
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi.
• Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun anti mikroba.
Rasional : Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting untuk mencegah infeksi di rumah sakit.
• Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi luka.
Implementasi