Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “Makalah
Caring Penerapan Sehat Sakit ”, makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapat pengajaran maupun bimbingan sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Ketika berada di rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, wajib bagi perawat untuk terus meningkatkan
profesionalismenya. Dengan meningkatkan perilaku caring saja, klien akan merasa
puas, dan bagi perawat sendiri kepuasan klien tersebut adalah kepuasan untuk dirinya
juga karena telah sukses memberi pelayanan dengan baik. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan
yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi tanpa mengabaikan
rasa aman dan keselamatan klien. (Carruth et all, 1999).
Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang
lain yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih
sayang yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat
diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa
kepedulian kita untuk orang lain, pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati
dan perasaan cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.
Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan dari
rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring, karena
seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga kepada orang
lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada keluarga atau
orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.
Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang pasiennya, memahami pasien,
caring dala]m spiritual dan juga dalam perawatan keluarga. Keperawatan sebagai
suartu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat, Keperawatan adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindbreg, 1990).
Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberi dukungan kepada
individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku caring diajarkan kepada manusia
sejak lahir, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa pertahanan, sampai
meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi untuk mengubah struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai dalam merawat diri sendiri dan orang lain, serta dalam
prakteknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesioanal
carenya (Leininger, 1991).
Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat, cepat, dan
berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat klien kita senang
dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya. Bentuk dari sebuah caring dalam
keperawatan merupakan inti dari profesi keperawatan. Caring memliki banyak makna
yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994). Caring di
dalam suatu praktik keperawatan juga termasuk dalam tidak menerima uang atau
meminta uang kepada seorang klien, kolaborasi dengan baik bersama anggota tim
kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan jaminan mutu.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
seseorang yang menolong klien, memecahkan dilematis dengan cara menghadirkan
hubungan dan memberikan prioritas kepada seorang klien. Kepuasan klien dapat diukur
dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan kepuasan
terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar manusia (Pohan, 2006).
Persepsi klien wanita terhadap perilaku caring cenderung hadir secara fisik.
Karena itu perawat harus merespon keunikan klien, memahami dan mendukung klien,
memiliki sikap dan berperilaku yang membuat klien merasa dihargai, kembali kepada
klien dengan sukarela, menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan
relaksasi kepada klien, serta bersuara halus dan lembut dan memberi perasaan yang
nyaman untuk klien. Dengan adanya tindakan-tindakan tersebut klien akan merasa
dihargai dan membuat klien tersebut merasa nyaman (Riamen, 1986).
Selain itu terdapat klien dewasa yang berpersepsi bahwa kehadiran perawat
dapat menentramkan hati, memberikan informasi, mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan yang profesional, mampu menangani rasa sakit, mengenali kualitas dan
individual, serta mempromosikan otonomi dan selalu mengawasi klien (Brown, 1986).
Pada dasarnya seorang perawat harus memiliki rasa caring terutama pada pasien yang
sedang dirawat agar pasien dapat segera pulih dan kembali sehat serta bisa melakukan
aktivitas seperti sedia kala.
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang berpengaruh
dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan,
konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski keempat konsep digunakan pada
setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan antara konsep ini berbeda antara
teori yang satu dengan teori yang lain.
Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan yang
menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan
secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa proses pelayanan
manusia dengan lingkungan pemulihan menyertakan proses generasi kehidupan,
penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta pemulihan untuk perawat dan
kliennya.
Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan transformatif yang
berarti keperawatan pemulihan itu mendukung proses penyembuhan dari dalam diri
(batin). Terdapat sepuluh faktor karatif, yaitu sifat dari karakter perawat yang
menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan.
Teori Watson sebagai pembangun struktur ilmu caring, yaitu :
3. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu dengan cara
belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain, atau menempatkan
kedudukan diri dengan orang lain secara merata.
4. Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya dengan
belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain melalui komunikasi
yang efektif dengan klien.
Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi lima proses
pelayanan, yaitu :
Memahami klien berarti fokus pada klien tersebut dan ikut serta dalam
hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat
berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis. Dengan memahami klien, perawat
dapat memperkuat suatu hubungan yang baik dengan klien dan membuat klien lebih
merasa nyaman dan aman.
Jadi caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, simpati yang
kita berikan kepada siapapun. Caring dalam keperawatan juga sangatlah penting bagi
pasien atau klien karna seperti kehadiran, sentuhan, mendengarkan, dan memahami
klien sangat dibutuhkan klien dalam menghadapi situasi yang sesulit apapun.
Sedangkan curing merupakan lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta
penanggulangannya.
Keluarga merupakan suatu gambaran individu dewasa dan anak yang hidup
bersama dalam kebahagiaan. Keluarga mengalami perubahan konsep, struktur, dan
fungsi dari masing-masing anggota keluarga seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh,
karena faktor kesehatan, merawat anak, perubahan struktur dan pergerakan keluarga,
serta perlakuan kepada orang tua yang telah usia lanjut. Ketahanan, ketangguhan, dan
ragam yang merupakan karakteristik keluarga dapat membantu proses adaptasi keluarga
dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada (Ford-Gilboe, 2002; Hanson, et al.,
2005; Potter & Perry, 2009).
Ketahanan atau durability keluarga adalah istilah untuk bentuk dukungan dari
dalam keluarga yang melewati batasan rumah tangga. Ketangguhan keluarga adalah
kemampuan keluarga untuk beradaptasi dalam perubahan terduga ataupun tidak terduga
yang dapat memberikan pengetahuan baru bagi anggota keluarga dan orang di
sekitarnya. Keragaman suatu keluarga dapat diartikan sebagai keunikan dari keluarga
tersebut yang menjadi pembeda ataupun menunjukkan kesamaan dengan keluarga lain.
Keluarga juga dapat diartikan dua orang atau lebih yang saling bergantung satu
sama lain dalam hal emosional, jasmani, dan dukungan ekonomi (Kaakinen, et al.,
2015). Definisi dari keluarga menjadi sebuah perdebatan di antara ahli sosial dan
hukum karena memiliki definisi yang berbeda. Selain itu, keluarga juga dapat
didefinisikan dari segi biologis.
Para ahli juga telah mengemukakan definisi dari keluarga. Duval (1972)
menyatakan bahwa keluarga adalah suatu hubungan yang dilandasi oleh ikatan
pernikahan, adaptasi, dan kelahiran untuk mempertahankan budaya, mengembangkan
fisik, mental, emosi, dan sosial anggota di dalamnya dengan adanya ketergantungan
untuk mencapai tujuan. Bailon dan Maglaya (1989) berpendapat bahwa keluarga adalah
hubungan antar dua atau lebih individu karena perkawinan, hubungan darah, dan adopsi
di rumah tangga yang berinteraksi untuk mempertahankan suatu budaya.
Pada tahap orang tua tunggal, pihak keluarga harus menerima perpisahan anak
dari orang tua atau sebaliknya. Perpisahan ini dapat berupa sang anak yang
memisahkan diri dari orang tuanya atau orang tua yang telah meninggal sehingga anak
akan hidup bersama keluarga besar (paman, bibi, nenek, atau kakek) dan hidup sendiri
ketika sudah dewasa (anak tersebut meninggalkan keluarga asalnya. Dalam tahap ini
sang anak harus bisa menghadapi pemisahan diri dari keluarga, membentuk hubungan
dekat dengan kelompok pergaulan, dan pencapaian diri dalam dunia kerja.
Saat tahap pernikahan atau dapat disebut penyatuan keluarga, orang yang sudah
melewati tahap sebelumnya harus dapat berkomitmen kepada sistem baru pada tahap
ini. Selain itu, orang tersebut harus mampu membentuk sistem keluarga yang baru dan
penyusunan ulang semua hubungan dengan menyertakan pasangan. Pada tahap ini
seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan keluarga yang baru dengan peran yang
berbeda
Tahap selanjutnya adalah keluarga dengan anak kecil. Pada tahap ini pasangan
menerima anggota generasi baru di keluarga. Pasangan juga harus menyesuaikan sistem
pernikahan mereka dengan kehadiran anak dan mulai berperan sebagai orang tua.
Beberapa keluarga juga akan menyertai peran kakek-nenek pada tahap ini.
Tahap terakhir adalah keluarga dalam kehidupan lanjut. Orang tua kini harus
menerima perpindahan generasi dan mengalami masa mempertahankan minat di tengah
penurunan fungsi fisiologis serta memilih peran sosial dalam keluarga baru. Orang tua
akan menyediakan ruangan untuk kebijakan dan pengalaman lansia, mendukung
generasi yang lebih tua tanpa perlu campur tangan terlalu jauh, berhadapan dengan
masa pensiun, dan mempersiapkan diri untuk kehilangan pasangan atau saudara,
bahkan kematian diri sendiri.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga
besar yaitu keluarga selain keluarga inti, termasuk kerabat seperti bibi, paman, nenek,
kakek dan sepupu. Keluarga dengan orang tua tunggal terbentuk apabila salah satu
orang tua dari keluarga inti mengalami kematian, perceraian dan sebagainya. Keluarga
campuran terbentuk ketika orang tua yang membawa anaknya ke keluarga baru.
Sedangkan, keluarga dengan orang tua berkarir akan menyebabkan anak kurang
perhatian. Apabila dalam satu atap tinggal satu atau lebih keluarga dengan generasi
berbeda disebut dengan keluarga dengan generasi. Orang dewasa yang tinggal sendiri
adalah orang tua yang telah menikah, tetapi ditinggalkan oleh pasangannya (Potter &
Perry, 2009).
Setiap keluarga memiliki masalah yang berbeda-beda jika dilihat dari jenis-jenis
keluarga tersebut. Perawat harus bisa memberikan solusi terhadap masalah yang
dihadapi oleh masing-masing keluarga. Hal tersebut juga tergantung pada tiap keluarga.
Struktur dan fungsi keluarga akan membantu keluarga dalam menghadapi masalahnya.
2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga
Nilai keluarga yaitu sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan, norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial. Struktur dapat meningkatkan atau memperburuk kemampuan
keluarga untuk memberikan respon terhadap stresor. Struktur yang terlalu kaku atau
fleksibel akan mengganggu fungsi. Struktur yang terlalu terbuka juga memberikan
masalah bagi keluarga (Potter & Perry, 2009).
Pada tingkat individu, asuhan keperawatan diberi khusus kepada individu dan
sesuai dengan kasus yang dialami. Pada tingkat keluarga, asuhan keperawatan bertuju
untuk menghadapi keluarga yang anggotanya menderita kasus tertenru. Pada tingkat
masyarakat, asuhan keperawatan berfokus pada satu kesatuan masyarakat seperti
asuhan penanggulangan wabah penyakit dalam lingkungan masyarakat.
Peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan salah satu anggota
keluarga. Terkadang peran primer pengasuh pasien akan diambil oleh keluarga (Potter,
2009). Menurut H. Zaidin Ali (2006), tujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga
secara menyeluruh melalui upaya keperawatan secara tidak langsung juga mengangkat
derajat kesehatan setiap anggota keluarga.
Menurut Potter (2009), terdapat tiga tingkat pendekatan yang penting dalam
menyediakan pelayanan keperawatan yang efektif. Tingkat pendekatan yang pertama
adalah keluarga sebagai konteks. Pada tingkat pendekatan tersebut hanya satu orang
anggota yang menerima pelayanan keperawatan. Tingkat pendekatan yang kedua
adalah keluarga sebagai klien dimana seluruh anggota keluarga terlibat dalam
pelayanan harian. Tingkat pendekatan yang ketiga adalah keluarga sebagai sistem.
Tingkat pendekatan tersebut mencakup konsep hubungan dan transaksi dalam keluarga.
Menurut H. Zaidin Ali (2006), penting bagi seorang perawat untuk mengkaji individu
dan juga keluarga agar mendapat pengkajian holistik.
Caring berarti kita harus peduli dan mempunyai sikap empati terhadap orang
lain. Caring tidak hanya dilakukan dalam bidang keperawatan, tetapi juga harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh pengaplikasian konsep
caring dalam keperawatan keluarga adalah caring mahasiswa terhadap seseorang yang
lebih muda (adik).
Di samping itu kita sebagai seorang kakak harus mampu mengajarkan seorang
adik untuk belajar pada setiap waktu karena dengan belajar memungkinkan seorang
adik untuk cerdas karena dapat mengingat kembali materi apa saja yang telah dipelajari.
Tidak lupa kita sebagai seorang kakak harus mengajarkan seorang adik untuk belajar
disiplin. Seorang kakak harus bisa mengayomi adik ketika ia membutuhkan seorang
kakak.
Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi dasar dan wajib
untuk diterapkan pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah sakit, klinik, rumah
perawatan, dll. Berikut contoh kecil aplikasi perilaku caring perawat saat memberikan
asuhan keperawatan pada klien yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan keselamatan klien yang tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan klien.
Definisi Sehat-Sakit
A. Definisi Sehat :
1. WHO ( 1947 )
- Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
- Mengandung tiga karakteristik :
a. merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun
eksternal
c. sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
2. President’s Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
- Sehat ⇒ bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian,
bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses
- Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.
3. Pender ( 1982 )
- Sehat ⇒ aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.
- Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi
4. Payne ( 1983 )
- Sehat ⇒ fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( Self Care
Resources ) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( Self Care Action )
secara adekuat.
- Self Care Resources ⇒ mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
- Self Care Action ⇒ perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikososial dan
spiritual.
B. Definisi Sakit
1. Parsors ( 1972 )
Sakit ⇒ Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya
2. Baursams ( 1965 )
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan faktor yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20% serta
perilaku 35%
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, dan simpati yang
dapat kita berikan kepada siapapun. Sikap caring harus dilakukan perawat karena dapat
mempengaruhi persepsi klien akan perawat. Beberapa ahli telah mengemukakan teori
caring, contohnya Watson dan Swanson. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan
caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami
klien atau pasien yang dilakukan dalam setiap pertemuan dengan pasien.
Curing lebih fokus sikap atau tindakan dalam pengobatan dan penanggulangan
yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan respon pasien. Tujuan caring adalah
untuk mendukung proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002), oleh karena itu
perawat dituntut untuk selalu menerapkan caring dan curing.
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang berdasarkan ikatan pernikahan, adaptasi, dan kelahiran, tinggal di satu atap,
dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. McGolrick dan Carter (1985) membuat
tingkatan keluarga, yaitu tingkat orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan
anak kecil, keluarga dengan remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga
dalam kehidupan lanjut (Potter & Perry, 2009).
Jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga dengan
orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua berkarir, keluarga
dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri. Struktur dan fungsi saling
berhubungan erat dan terus berinteraksi. Struktur didasarkan pada keanggotaan
keluarga dan pola hubungannya yang bersifat kompleks. Fungsi keluarga diantaranya
adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi
perawatan.
Contoh aplikasi konsep caring pada kehidupan sehari-hari adalah kepada orang
yang lebih muda secara usia di lingkungan keluarga, pendidikan, maupun dunia kerja.
Di dalam keluarga seorang perawat dapat menerapkan konsep caring kepada adik. Di
dalam lingkungan pendidikan konsep caring dapat diterapkan kepada junior. Di dalam
lingkungan kerja perawat dapat menerapkannya kepada pasien yang lebih muda tanpa
membedakan dari yang lebih tua secara usia.
konsep sehat sakit memiliki beberapa definisi menurut para ahli. Salah satunya
menurut WHO yaitu Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara sakit
menurut Parsors yaitu Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas,
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Kemudian Rentang sehat sakit yaitu skala ukur secara relative dalam mengukur
keadaan sehat/kesehatan seseorang. Lalu faktor yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20% dan
perilaku 35%
3.2. Saran
1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
penulis.
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan
di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA