Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENERAPAN CARING

PADA PASIEN DEHAT DAN SAKIT

Dosen Pembimbing :

Ns.Ria Ika Imelda,S.kep

Disusun Oleh :

Dinar Vega Diana (19014)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jalan Cumi No.37 Jakarta Utara
Tahun ajaran 2020/202
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “Makalah
Caring Penerapan Sehat Sakit ”, makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapat pengajaran maupun bimbingan sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

                                                                                                                 Jakarta , Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. ii


Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan
Masalah ........................................................................... 1
1.3. Tujuan
Penulisan ............................................................................. 2
Bab II Isi
2.1. Konsep Caring

2.1.1. Pengertian Caring secara Umum .................................. 3


2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring ....................................... 4
2.1.3. Beberapa Teori Caring .................................................. 6
2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ................ 9
2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing ....................................... 10
2.2. Konsep
Keluarga
2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis ........... 11
2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga ..................................... 12
2.2.3. Jenis/Tipe Keluarga ....................................................... 14
2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga ........................................ 15
2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga ...................................... 16
2.3. Aplikasi
Konsep Caring .................................................................. 18
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan .....
................................................................................. 20
3.2. Saran ...............
.................................................................................. 21
Daftar Pustaka .............................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, segala bidang kehidupan sedang mengalami dinamika


perkembangan dan kemajuan. Bidang pelayanan kesehatan salah satunya, tidak hanya
sarana dan prasarana saja yang mengalami kemajuan, tetapi juga profesionalisme dari
tenaga kesehatan.

Ketika berada di rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, wajib bagi perawat untuk terus meningkatkan
profesionalismenya. Dengan meningkatkan perilaku caring saja, klien akan merasa
puas, dan bagi perawat sendiri kepuasan klien tersebut adalah kepuasan untuk dirinya
juga karena telah sukses memberi pelayanan dengan baik. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan
yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi tanpa mengabaikan
rasa aman dan keselamatan klien. (Carruth et all, 1999).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian caring secara umum?
2. Bagaimana persepsi klien tentang caring?
3. Sebutkan beberapa teori dasar mengenai caring!
4. Bagaimana perilaku caring dalam praktik keperawatan?
5. Apa perbedaan caring dan curing?
6. Apa pengertian keluarga secara umum dan teoritis?
7. Bagaimana tahap perkembangan keluarga?
8. Sebutkan jenis dan tipe keluarga!
9. Apa saja struktur dan fungsi keluarga?
10. Jelaskan konsep keperawatan keluarga dalam kehidupan sehari-hari!
11. Bagaimana aplikasi dari konsep caring kepada orang yang lebih muda secara
usia?
1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian caring secara umum


2. Mengetahui persepsi klien tentang caring
3. Mengetahui beberapa teori dasar mengenai caring
4. Mengetahui perilaku caring dalam praktik keperawatan
5. Mengetahui perbedaan caring dan curing
6. Mengetahui pengertian keluarga secara umum dan teoritis
7. Mengetahui tahap perkembangan keluarga
8. Mengetahui jenis dan tipe keluarga
9. Mengetahui Apa saja struktur dan fungsi keluarga
10. Mengetahui konsep keperawatan keluarga dalam kehidupan sehari-hari!
11. Mengetahuiaplikasi dari konsep caring kepada orang yang lebih muda secara
usia?
BAB II
ISI

2.1. Konsep Caring

2.1.1. Pengertian Caring secara Umum

Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang
lain yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih
sayang yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat
diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa
kepedulian kita untuk orang lain, pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati
dan perasaan cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.

Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan dari
rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring, karena
seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga kepada orang
lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada keluarga atau
orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.

Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang pasiennya, memahami pasien,
caring dala]m spiritual dan juga dalam perawatan keluarga. Keperawatan sebagai
suartu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat, Keperawatan adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindbreg, 1990).

Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberi dukungan kepada
individu secara utuh. Tindakan dalam bentuk perilaku caring diajarkan kepada manusia
sejak lahir, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa pertahanan, sampai
meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi untuk mengubah struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai dalam merawat diri sendiri dan orang lain, serta dalam
prakteknya akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesioanal
carenya (Leininger, 1991).

Proses keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya


dengan konsep caring ditunjukkan dengan memperkenalkan diri kita kepada pasien kita
serta membuat kontak hubungan yang baik, memanggil klien kita dengan menyebutkan
namanya secara halus, selalu memotivasi klien kita, meyakinkan klien bahwa seorang
perawat akan terus membantunya jika terjadi masalah, memenuhi kebutuhan dasar
seorang klien dengan iklas, menjadi pendengar yang aktif, bersikap jujur, dapat
mengendalikan perasaan kita dengan baik, dan tentunya rasa empati kita terhadap
seorang klien.

Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat, cepat, dan
berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat klien kita senang
dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya. Bentuk dari sebuah caring dalam
keperawatan merupakan inti dari profesi keperawatan. Caring memliki banyak makna
yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994). Caring di
dalam suatu praktik keperawatan juga termasuk dalam tidak menerima uang atau
meminta uang kepada seorang klien, kolaborasi dengan baik bersama anggota tim
kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan jaminan mutu.

2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring

Pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan seorang


klien atau pasien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan bersikap
sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,
mereka biasanya menjadi teman kerja yang aktif dalam merencanakan perawatan
(Attree, 2001). Dalam penelitian, klien menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat
perawat melakukan aksi sebuah caring.

Bagi seorang perawat, membangun suatu hubungan dengan klien sangatlah


penting. Seperti contohnya, perawat yang mempunyai klien yang takut untuk
dipasangkan kateter intravena. Kebetulan juga perawat ini masih baru dan belum
terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut pun memutuskan
untuk dibantu oleh perawat yang sudah terampil sehingga klien tidak akan cemas.
Dengan mengetahui karakteristik klien, seorang perawat akan terbantu dalam memilih
pendekatan yang paling sesuai dengan klien.

Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
seseorang yang menolong klien, memecahkan dilematis dengan cara menghadirkan
hubungan dan memberikan prioritas kepada seorang klien. Kepuasan klien dapat diukur
dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan kepuasan
terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar manusia (Pohan, 2006).

Persepsi klien wanita terhadap perilaku caring cenderung hadir secara fisik.
Karena itu perawat harus merespon keunikan klien, memahami dan mendukung klien,
memiliki sikap dan berperilaku yang membuat klien merasa dihargai, kembali kepada
klien dengan sukarela, menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan
relaksasi kepada klien, serta bersuara halus dan lembut dan memberi perasaan yang
nyaman untuk klien. Dengan adanya tindakan-tindakan tersebut klien akan merasa
dihargai dan membuat klien tersebut merasa nyaman (Riamen, 1986).

Selain itu terdapat klien dewasa yang berpersepsi bahwa kehadiran perawat
dapat menentramkan hati, memberikan informasi, mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan yang profesional, mampu menangani rasa sakit, mengenali kualitas dan
individual, serta mempromosikan otonomi dan selalu mengawasi klien (Brown, 1986).
Pada dasarnya seorang perawat harus memiliki rasa caring terutama pada pasien yang
sedang dirawat agar pasien dapat segera pulih dan kembali sehat serta bisa melakukan
aktivitas seperti sedia kala.

2.1.3. Beberapa Teori Caring

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1984) sebagai usaha untuk


menguraikan dan menjelaskan beberapa fenomena dalam keperawatan (dikutip oleh
Taylor C. Dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam rangka membedakan antara
keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang berpengaruh
dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan,
konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski keempat konsep digunakan pada
setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan antara konsep ini berbeda antara
teori yang satu dengan teori yang lain.

Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan yang
menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan
secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa proses pelayanan
manusia dengan lingkungan pemulihan menyertakan proses generasi kehidupan,
penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta pemulihan untuk perawat dan
kliennya.

Watson (1988) juga menambahkan, teori ini menggambarkan suatu kesadaran


perawat untuk mengetahui apa itu perawat, sakit, caring, serta pulih. Oleh karena itu,
caring transpersonal menolak tempat maupun pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada penyakit sebelum pengobatan sebab harus dilihat apa penyebab penyakit klien dan
bagaimana pengobatannya terlebih dahulu. Selain itu juga harus mencari sumber
pemulihan dari dalam untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi diri secara
menyeluruh.

Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan transformatif yang
berarti keperawatan pemulihan itu mendukung proses penyembuhan dari dalam diri
(batin). Terdapat sepuluh faktor karatif, yaitu sifat dari karakter perawat yang
menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan.
Teori Watson sebagai pembangun struktur ilmu caring, yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik yang dapat dipraktikkan


dengan menggunakan kebaikan hati dan kasih sayang untuk memperluas diri dan
juga sikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan klien.
Jadi, dari kata altruistik dapat diartikan bahwa perawat harus memiliki nilai
mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

2. Menciptakan kepercayaan, keyakinan, dan harapan, yaitu dengan cara


menciptakan suatu hubungan baik dengan klien yang menawarkan maksud dan
petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.

3. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu dengan cara
belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain, atau menempatkan
kedudukan diri dengan orang lain secara merata.
4. Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya dengan
belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain melalui komunikasi
yang efektif dengan klien.

5. Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif dengan cara


mendukung dan menerima perasaan klien.

6. Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah dengan


cara menerapkan proses keperawatan secara sistematis dalam membuat keputusan
pemecahan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan berfokus
pada klien.

7. Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar dengan cara belajar bersama


kepada klien guna mendapatkan keterampilan perawatan diri yang dapat
diimplementasikan pada kehidupan klien ke depan.

8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau perbaikan suasana mental, fisik,


sosial, serta spiritual dengan cara membuat pemulihan suasana pada semua
tingkatan, fisik maupun non-fisik. Juga dengan meningkatkan kebersamaan,
keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.

9. Mendapatkan kebutuhan manusia dengan cara membantu klien mendapatkan


kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja atau disadari.

10. Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomenal yang bersifat spiritual dengan


cara memberikan pengertian yang lebih baik mengenai diri dan klien.

Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi lima proses
pelayanan, yaitu :

1. Mengetahui, dengan cara berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam


kehidupan seseorang akan menghindari asumsi, fokus pada pelayanan seseorang,
penilaian menyeluruh, mencari petunjuk dan mengikat diri atau keduanya.

2. Melakukan bersama, dengan hadir secara emosional akan berakibat berada di


sana menunjukkan kemampuan berbagi perasaan dengan tidak marah-marah.

3. Sebisa mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain seperti melakukannya


terhadap diri sendiri yang berakibat timbulnya kenyamanan dan antisipasi dengan
cara menunjukkan kepercayaan dan keterampilan.
4. Kemampuan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan
seperti kelahiran dan kematian atau kejadian tak terduga. Caranya dengan
memberi tahu, menjelaskan, mendukung, atau mengizinkan fokus membuat
alternatif, membenarkan, dan memberikan umpan balik.

5. Mengatasi kepercayaan dengan menaruh kepercayaan menjalani hidup atau


transisi dalam menghadapi masa depan. Caranya dengan mempercayai dan
mempertahankan sikap penuh pengharapan menawarkan keyakinan yang
realistik.

2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring merupakan sikap peduli terhadap semua makhluk hidup, misalnya


keluarga, teman, orang-orang di sekitar, bahkan terhadap makhluk hidup lain, seperti
hewan dan tumbuhan. Caring bukan hanya sekedar sikap peduli saja tetapi juga
menunjukkan perhatian, rasa empati, kasih sayang, dan lain-lain. Tindakan caring
bertujuan untuk memberikan pelayanan, asuhan, dan memperhatikan emosi sang
pasien. Pelaksaan caring dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan
memperbaiki image perawat di kalangan masyarakat.

Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring yaitu kehadiran, sentuhan


kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami klien atau pasien. Itu semua
merupakan tindakan caring dalam keperawatan. Caring dilakukan pada saat
pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan klien atau pasien.

Kehadiran bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat-


manfaat caring pada suatu pertemuan. Kehadiran seorang perawat sangat penting bagi
pasien ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kehadirannya, perawat dapat
memberikan dukungan, kenyamanan, dan menenangkan hati seorang klien atau pasien.
Bentuk kehadiran juga merupakan suatu keadaan dimana seorang perawat dapat selalu
ada dan bersedia untuk sang pasien. Dengan adanya kehadiran perawat, pasien juga
dapat merasakan dan mengerti tentang keadaan dirinya sendiri.

Sentuhan merupakan kegiatan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan


klien untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam situasi yang dapat memalukan,
menakutkan, ataupun menyakitkan klien tersebut. Perlakuan yang ramah dan cekatan
akan memberikan rasa aman. Sentuhan dapat dilakukan dengan cara memegang tangan
klien, memberikan pijatan pada punggung, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
ikut serta dalam pembicaraan. Sentuhan dapat memberikan beragam pesan, oleh karena
itu harus digunakan secara bijaksana.

Mendengarkan merupakan suatu tindakan caring yang membantu kita untuk


memahami dan mengerti maksud klien serta memberikan respon balik. Dalam
melakukan tindakan tersebut, perawat dapat membangun kepercayaan, membuka topik
pembicaraan, dan mendengarkan apa yang klien katakan. Dengan begitu perawat akan
terlibat dalam kehidupan klien, sehingga perawat lebih bisa memahami dan mengerti
apa yang klien rasakan. Mendengarkan klien mungkin saja sulit tetapi dengan
mendengarkan, perawat dapat memperkuat hubungan yang baik dengan pasien atau
klien.

Memahami klien berarti fokus pada klien tersebut dan ikut serta dalam
hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat
berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis. Dengan memahami klien, perawat
dapat memperkuat suatu hubungan yang baik dengan klien dan membuat klien lebih
merasa nyaman dan aman.

2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing

Perbedaan caring dan curing yaitu, caring merupakan mengidentifikasi masalah


dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien, membantu klien memenuhi
masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, membantu pelaksanaan
rencana pengobatan atau terapi, serta membantu pasien atau klien beradaptasi dengan
masalah kesehatan. Intinya caring lebih menitikberatkan pada kebutuhan dan respon
klien untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan. Sedangkan curing merupakan
suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien, melakukan
tindakkan pengobatan dengan obat, serta menentukan dan menyingkirkan penyebab
penyakit atau mengubah masalah penyakit dan penanganannya.

Jadi caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, simpati yang
kita berikan kepada siapapun. Caring dalam keperawatan juga sangatlah penting bagi
pasien atau klien karna seperti kehadiran, sentuhan, mendengarkan, dan memahami
klien sangat dibutuhkan klien dalam menghadapi situasi yang sesulit apapun.
Sedangkan curing merupakan lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta
penanggulangannya.

2.2. Konsep Keluarga

2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis

Keluarga merupakan suatu gambaran individu dewasa dan anak yang hidup
bersama dalam kebahagiaan. Keluarga mengalami perubahan konsep, struktur, dan
fungsi dari masing-masing anggota keluarga seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh,
karena faktor kesehatan, merawat anak, perubahan struktur dan pergerakan keluarga,
serta perlakuan kepada orang tua yang telah usia lanjut. Ketahanan, ketangguhan, dan
ragam yang merupakan karakteristik keluarga dapat membantu proses adaptasi keluarga
dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada (Ford-Gilboe, 2002; Hanson, et al.,
2005; Potter & Perry, 2009).

Ketahanan atau durability keluarga adalah istilah untuk bentuk dukungan dari
dalam keluarga yang melewati batasan rumah tangga. Ketangguhan keluarga adalah
kemampuan keluarga untuk beradaptasi dalam perubahan terduga ataupun tidak terduga
yang dapat memberikan pengetahuan baru bagi anggota keluarga dan orang di
sekitarnya. Keragaman suatu keluarga dapat diartikan sebagai keunikan dari keluarga
tersebut yang menjadi pembeda ataupun menunjukkan kesamaan dengan keluarga lain.

Keluarga juga dapat diartikan dua orang atau lebih yang saling bergantung satu
sama lain dalam hal emosional, jasmani, dan dukungan ekonomi (Kaakinen, et al.,
2015). Definisi dari keluarga menjadi sebuah perdebatan di antara ahli sosial dan
hukum karena memiliki definisi yang berbeda. Selain itu, keluarga juga dapat
didefinisikan dari segi biologis.

Para ahli juga telah mengemukakan definisi dari keluarga. Duval (1972)
menyatakan bahwa keluarga adalah suatu hubungan yang dilandasi oleh ikatan
pernikahan, adaptasi, dan kelahiran untuk mempertahankan budaya, mengembangkan
fisik, mental, emosi, dan sosial anggota di dalamnya dengan adanya ketergantungan
untuk mencapai tujuan. Bailon dan Maglaya (1989) berpendapat bahwa keluarga adalah
hubungan antar dua atau lebih individu karena perkawinan, hubungan darah, dan adopsi
di rumah tangga yang berinteraksi untuk mempertahankan suatu budaya.

Burges, dkk. (1963) menyebutkan bahwa keluarga disatukan oleh ikatan


perkawinan, darah, dan adopsi yang menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka
dan saling berinteraksi dengan kultur atau budaya yang sama. Departemen kesehatan RI
(1988) mengemukakan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang lainnya yang tinggal satu atap dengan keadaan
saling bergantung (Ali, 2006).

2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga

Seiring berjalannya waktu suatu keluarga akan terus mengalami perkembangan


dan perubahan pada hal-hal tertentu. Contohnya adalah bukanlah hal yang normal bisa
dalam satu keluarga terdapat dua orang tua dan anak. Contoh lainnya adalah menikah
pada usia tua atau pasangan yang menunda bahkan tidak berniat untuk memiliki anak
kini sudah marak di masyarakat. Selain itu perubahan pada keluarga juga dapat
dipengaruhi oleh adanya dua pencari nafkah dalam satu keluarga, perceraian,
kehamilan pada remaja, pasangan biseksual, dan lain-lain.

Keluarga akan tumbuh dengan seiringnya waktu yang berisi bergaman


tantangan, kebutuhan, dan sumber daya yang harus diselesaikan sebelum berpindah ke
tingkat selanjutnya. McGolrick dan Carter (1985) membuat tingkat kehidupan keluarga
berdasarkan ekspansi, kontraksi, dan penyusunan ulang suatu hubungan keluarga yang
mendukung proses dan perkembangan masing-masing anggota. Tingkatan ini terdiri
dari orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan anak kecil, keluarga dengan
remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga dalam kehidupan lanjut
(Potter & Perry, 2009).

Pada tahap orang tua tunggal, pihak keluarga harus menerima perpisahan anak
dari orang tua atau sebaliknya. Perpisahan ini dapat berupa sang anak yang
memisahkan diri dari orang tuanya atau orang tua yang telah meninggal sehingga anak
akan hidup bersama keluarga besar (paman, bibi, nenek, atau kakek) dan hidup sendiri
ketika sudah dewasa (anak tersebut meninggalkan keluarga asalnya. Dalam tahap ini
sang anak harus bisa menghadapi pemisahan diri dari keluarga, membentuk hubungan
dekat dengan kelompok pergaulan, dan pencapaian diri dalam dunia kerja.

Saat tahap pernikahan atau dapat disebut penyatuan keluarga, orang yang sudah
melewati tahap sebelumnya harus dapat berkomitmen kepada sistem baru pada tahap
ini. Selain itu, orang tersebut harus mampu membentuk sistem keluarga yang baru dan
penyusunan ulang semua hubungan dengan menyertakan pasangan. Pada tahap ini
seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan keluarga yang baru dengan peran yang
berbeda

Tahap selanjutnya adalah keluarga dengan anak kecil. Pada tahap ini pasangan
menerima anggota generasi baru di keluarga. Pasangan juga harus menyesuaikan sistem
pernikahan mereka dengan kehadiran anak dan mulai berperan sebagai orang tua.
Beberapa keluarga juga akan menyertai peran kakek-nenek pada tahap ini.

Tingkat keluarga dengan remaja akan membuat perubahan baru di keluarga,


yaitu orang tua akan mulai memberikan kebebasan bertanggung jawab pada anak. Anak
pada masa remaja tentu membutuhkan ruang untuk bergerak bebas guna
mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Anak remaja akan mempunyai rasa
ingin tahu lebih dan akan lebih banyak menghabiskan banyak waktu di luar rumah
untuk bersosialisasi. Pada tahap ini orang tua tetap harus mengawasi anak sembari
mempersiapkan kebutuhan paruh baya.

Selanjutnya memasuki tingkat melepas anak dan melanjutkan hidup. Pada


tingkat ini orang tua akan menerima berbagai kemungkinan keluar-masuk sistem
keluarga. Orang tua akan memulai perubahan perhatian, beradaptasi dengan adanya
pengurangan anggota, membangun hubungan dewasa antara anak dan orang tua,
menyesuaikan hubungan baru yang disertai cucu dan besan. Dalam beberapa kasus
sang anak juga harus bisa mengatasi keterbatasan fungsional dan kematian orang
tuanya.

Tahap terakhir adalah keluarga dalam kehidupan lanjut. Orang tua kini harus
menerima perpindahan generasi dan mengalami masa mempertahankan minat di tengah
penurunan fungsi fisiologis serta memilih peran sosial dalam keluarga baru. Orang tua
akan menyediakan ruangan untuk kebijakan dan pengalaman lansia, mendukung
generasi yang lebih tua tanpa perlu campur tangan terlalu jauh, berhadapan dengan
masa pensiun, dan mempersiapkan diri untuk kehilangan pasangan atau saudara,
bahkan kematian diri sendiri.

2.2.3. Jenis / Tipe Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seseorang memulai kehidupannya.


Keluarga dapat disebut juga sebagai suatu wadah yang dapat menyatukan antara ayah,
ibu dan anak. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk dan membangun
kepribadian serta karakter seorang anak. Sikap saling peduli antar anggota keluarga
akan menimbulkan kenyamanan dan kebersamaan.

Jenis-jenis keluarga muncul beriringan dengan perkembangan keluarga dari


waktu ke waktu. Jenis-jenis keluarga ini dapat dibagi berdasarkan suatu kelompok
tertentu. Jenis-jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga
dengan orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua berkarir,
keluarga dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga
besar yaitu keluarga selain keluarga inti, termasuk kerabat seperti bibi, paman, nenek,
kakek dan sepupu. Keluarga dengan orang tua tunggal terbentuk apabila salah satu
orang tua dari keluarga inti mengalami kematian, perceraian dan sebagainya. Keluarga
campuran terbentuk ketika orang tua yang membawa anaknya ke keluarga baru.
Sedangkan, keluarga dengan orang tua berkarir akan menyebabkan anak kurang
perhatian. Apabila dalam satu atap tinggal satu atau lebih keluarga dengan generasi
berbeda disebut dengan keluarga dengan generasi. Orang dewasa yang tinggal sendiri
adalah orang tua yang telah menikah, tetapi ditinggalkan oleh pasangannya (Potter &
Perry, 2009).

Setiap keluarga memiliki masalah yang berbeda-beda jika dilihat dari jenis-jenis
keluarga tersebut. Perawat harus bisa memberikan solusi terhadap masalah yang
dihadapi oleh masing-masing keluarga. Hal tersebut juga tergantung pada tiap keluarga.
Struktur dan fungsi keluarga akan membantu keluarga dalam menghadapi masalahnya.
2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga

Keluarga memiliki struktur dan cara tersendiri dalam menjalankan fungsinya.


Struktur dan fungsi saling berhubungan erat dan terus berinteraksi. Struktur didasarkan
pada keanggotaan keluarga dan pola hubungannya yang bersifat kompleks.

Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi,


struktur peran, struktur kekuatan dan nilai serta norma keluarga. Pola dan proses
komunikasi dapat berfungsi dengan baik apabila setiap keluarga bersikap terbuka, jujur
dan dapat menyelesaikan konflik keluarga. Struktur peran adalah serangkaian perilaku
yang yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan, baik peran formal maupun
informal. Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi prilaku orang lain.

Nilai keluarga yaitu sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan, norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial. Struktur dapat meningkatkan atau memperburuk kemampuan
keluarga untuk memberikan respon terhadap stresor. Struktur yang terlalu kaku atau
fleksibel akan mengganggu fungsi. Struktur yang terlalu terbuka juga memberikan
masalah bagi keluarga (Potter & Perry, 2009).

Fungsi keluarga merupakan apa yang dilakukan keluarga tersebut. Fungsi


keluarga diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, dan fungsi perawatan. Fungsi afektif adalah fungsi utama keluarga dalam
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan.

Fungsi reproduksi berguna untuk mempertahankan generasi dan menjaga


kelangsungan keluarga. Dalam fungsi ekonomi, keluarga harus dapat memenuhi segala
kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya. Fungsi keperawatan merupakan fungsi yng
bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga (Friedman, 1998).

2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga


Sebagai sebuah ilmu, keperawatan mempunyai konsep-konsep yang dapat
dikembangkan berdasarkan filosopi dan paradigma keperawatan. Menurut Nursalam
(2008), terdapat tiga unsur utama pada filosopi keperawatan yaitu humanism, holism,
dan care. Dari filosopi keperawatan berkembang empat konsep utama paradigma
keperawatan yakni manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.

Pengertian keperawatan sebagai sebuah profesi ialah sebuah ilmu kesehatan


yang melingkupi asuhan atau pelayanan keperawatan yang mempunyai istilah lain yaitu
The Health Science Of Caring (Lindberg, 1990). Caring atau asuhan adalah membantu
individu sesuai dengan kasus yang dialami dan kebutuhannya. Menurut H. Zaidin Ali
(2006), terdapat tiga tingkat masyarakat yang menerima asuhan perawatan yaitu
individu, keluarga, dan masyarakat.

Pada tingkat individu, asuhan keperawatan diberi khusus kepada individu dan
sesuai dengan kasus yang dialami. Pada tingkat keluarga, asuhan keperawatan bertuju
untuk menghadapi keluarga yang anggotanya menderita kasus tertenru. Pada tingkat
masyarakat, asuhan keperawatan berfokus pada satu kesatuan masyarakat seperti
asuhan penanggulangan wabah penyakit dalam lingkungan masyarakat.

Peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan salah satu anggota
keluarga. Terkadang peran primer pengasuh pasien akan diambil oleh keluarga (Potter,
2009). Menurut H. Zaidin Ali (2006), tujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga
secara menyeluruh melalui upaya keperawatan secara tidak langsung juga mengangkat
derajat kesehatan setiap anggota keluarga.

Menurut Potter (2009), terdapat tiga tingkat pendekatan yang penting dalam
menyediakan pelayanan keperawatan yang efektif. Tingkat pendekatan yang pertama
adalah keluarga sebagai konteks. Pada tingkat pendekatan tersebut hanya satu orang
anggota yang menerima pelayanan keperawatan. Tingkat pendekatan yang kedua
adalah keluarga sebagai klien dimana seluruh anggota keluarga terlibat dalam
pelayanan harian. Tingkat pendekatan yang ketiga adalah keluarga sebagai sistem.
Tingkat pendekatan tersebut mencakup konsep hubungan dan transaksi dalam keluarga.
Menurut H. Zaidin Ali (2006), penting bagi seorang perawat untuk mengkaji individu
dan juga keluarga agar mendapat pengkajian holistik.

Keperawatan keluarga penting bagi seorang perawat untuk berinteraksi dengan


keluarga pasien. Menurut Potter (2009), terdapat tiga faktor yang mengatur pendekatan
keluarga terhadap proses keperawatan, yaitu bahwa perawat meninjau seluruh individu
dalam konteks keluarganya, bahwa keluarga memiliki dampak terhadap individu, dan
bahwa individu memliki dampak terhadap keluarga. Perawat dapat mengkaji kebutuhan
keluarga dengan memahami fungsi keluarga, pengaruh penyakit terhadap struktur
keluarga, serta latar belakang budaya klien. Untuk mengkaji kebutuhan keluarga,
perawat dituntut untuk berpikir kritis dan berhati-hati dalam membuat pertimbangan.
Dibutuhkan pendekatan yang dalam terhadap klien beserta keluarga agar mendapat
asuhan yang tepat untuk klien.

Dalam keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang penting. Konsep


keluarga bersifat individu yaitu pelayanannya berfokus pada sikap klien terhadap
keluarga. Struktur dan fungsi keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan
individu. Sensitivitas kebudayaan keluarga juga berpengaruh besar kepada keperawatan
keluarga.

2.3. Aplikasi Konsep Caring

Caring berarti kita harus peduli dan mempunyai sikap empati terhadap orang
lain. Caring tidak hanya dilakukan dalam bidang keperawatan, tetapi juga harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh pengaplikasian konsep
caring dalam keperawatan keluarga adalah caring mahasiswa terhadap seseorang yang
lebih muda (adik).

Dalam kehidupan sehari-hari, peran seorang kakak dalam keluarga bisa


dikatakan sebagai pengganti posisi seorang ibu atau ayah. Bila ibu sedang sibuk atau
sedang bekerja, seorang kakak harus bisa merawat dan menjaga adiknya sebaik
mungkin dengan menerapkan caring, yaitu dengan cara memperhatikan kesehatan,
merawat, serta memberikan pengetahuan baru tentang hidup yang baik.

Seorang kakak juga dapat mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan diri.


Hal itu dapat dilakukan dengan mengajarkan seorang adik untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, mandi dua kali sehari, memotong kuku, menyuci rambut,
menggosok gigi, memakai alas kaki saat keluar rumah, dan masih banyak lagi. Selain
itu juga seorang kakak harus bisa menjaga pola makan seorang adik dengan cara
memberi tahu seorang adik agar memakan makanan yang bergizi seimbang serta tidak
lupa untuk memberikan vitamin.

Di samping itu kita sebagai seorang kakak harus mampu mengajarkan seorang
adik untuk belajar pada setiap waktu karena dengan belajar memungkinkan seorang
adik untuk cerdas karena dapat mengingat kembali materi apa saja yang telah dipelajari.
Tidak lupa kita sebagai seorang kakak harus mengajarkan seorang adik untuk belajar
disiplin. Seorang kakak harus bisa mengayomi adik ketika ia membutuhkan seorang
kakak.

Aplikasi konsep caring juga dapat dilakukan di kalangan mahasiswa terhadap


juniornya, yaitu dengan menunjukkan sikap perhatian, saling menyayangi dan
membantu ketika ia sedang mengalami kesulitan dalam suatu hal. Sebagai contoh,
seorang mahasiswa membantu adiknya yang masih menyesuaikan diri di jenjang
pendidikan yang baru. Mahasiswa tersebut sebagai seorang kakak harus memberi
pengertian tentang status baru adiknya tersebut dan membantu membangkitkan
semangat adiknya tersebut untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.

Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi dasar dan wajib
untuk diterapkan pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah sakit, klinik, rumah
perawatan, dll. Berikut contoh kecil aplikasi perilaku caring perawat saat memberikan
asuhan keperawatan pada klien yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan keselamatan klien yang tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan klien.

 Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali kontak dengan klien


 Selalu tersenyum saat kontak dengan klien
 Perawat Memiliki rasa empati (menolong klien misalnya dalam menghilangkan rasa
sakit)
 Perawat menunjukan perhatian kepada klien (misalnya menyakan keadaan/keluhan
yang dirasakan)
 Perawat selalu melibatkan keluarga klien dalam proses kesembuhan klien
 Perawat melakukan pengkajian secara menyeluruh (pengkajian yang holistik/bio-
psiko-sosio-spritual-kultural)
 Perawat memiliki pendekatan yang konsisiten pada klien
 Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan kemampuan yang kompeten
 Perawat mendengar keluhan, perasaan, dan masukan dari klien
 Perawat menunjukan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada klien
 Perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada klien
 Perawat menyarankan kepada klien bila ada kesulitan/menemui masalah segera
menghubungi perawat
 Perawat melakukan tindakan sesuai SPO
 Perawat menghormati hak-hak klien.
 Perawat membantu klien dan memberikan kesempatan untuk memandirikan klien
dalam mengatasi masalah
 Perawat memberikan motivasi klien untuk selalu berpikir positif tentang kondisi
sakitnya
 Perawat mengajarkan cara untuk merawat diri sendiri jika itu memungkinkan untuk
dilakukan oleh klien.
 Perawat mendiskusikan kndisi klien dan memberikan umpan balik pada klien

Definisi Sehat-Sakit
A. Definisi Sehat :
1. WHO ( 1947 )
- Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
- Mengandung tiga karakteristik :
a. merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun
eksternal
c. sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
2. President’s Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
- Sehat ⇒ bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian,
bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses
- Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.
3. Pender ( 1982 )
- Sehat ⇒ aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.
- Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi
4. Payne ( 1983 )
- Sehat ⇒ fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( Self Care
Resources ) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( Self Care Action )
secara adekuat.
- Self Care Resources ⇒ mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
- Self Care Action ⇒ perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikososial dan
spiritual.
B. Definisi Sakit
1. Parsors ( 1972 )
Sakit ⇒ Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya

2. Baursams ( 1965 )
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :

- Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri


- Persepsi tentang bagaimana mereka mersakan baik, buruk, sakit
- Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, bekerja ataupun
sekolah

2.2 Rentang Sehat Sakit


● Yaitu suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan
seseorang.
● Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
● Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian
pada titik lain.
● Rentang sehat sakit menurut Neuman (1990): “sehat dalam suatu rentang merupakan
tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan
kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi
kematian yang menandakan habisnya energi total.” Jadi menurut model ini sehat
adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi
individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya
untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan
dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu
dalam suatu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingakan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit
merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat
jika ditetukkan sesuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat Sakit. Kekurangan
dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik
tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu (kesejahteraan tingkat
tinggi-kematian). Misalnya apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia
mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat
atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi
mengalami depresi berat. Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga
bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam menentukan tujuan pencapaiam tingkat
kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan dating.
● Berikut ini adalah Rentang Sehat Sakit menurut Model “Holistik Health”

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit


Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat.
a. Status perkembangan
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap
perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasinya.
b. Pengaruh sosiokultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari orang tua
pada anaknya.
Contoh : Orang Cina, sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang; Orang dengan
ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa sehat
c. Pengalaman masa lalu
Seseorang dapat merasakan nyeri/sakit atau disfungsi ( tidak berfungsi ) keadaan normal
karena pengalaman sebelumnya; Membantu menentukan defenisi seseorang tentang sehat
d. Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun
psikososialnya jika mereka sehat.

Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan faktor yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20% serta
perilaku 35%
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, dan simpati yang
dapat kita berikan kepada siapapun. Sikap caring harus dilakukan perawat karena dapat
mempengaruhi persepsi klien akan perawat. Beberapa ahli telah mengemukakan teori
caring, contohnya Watson dan Swanson. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan
caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami
klien atau pasien yang dilakukan dalam setiap pertemuan dengan pasien.

Curing lebih fokus sikap atau tindakan dalam pengobatan dan penanggulangan
yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan respon pasien. Tujuan caring adalah
untuk mendukung proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002), oleh karena itu
perawat dituntut untuk selalu menerapkan caring dan curing.

Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang berdasarkan ikatan pernikahan, adaptasi, dan kelahiran, tinggal di satu atap,
dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. McGolrick dan Carter (1985) membuat
tingkatan keluarga, yaitu tingkat orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan
anak kecil, keluarga dengan remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga
dalam kehidupan lanjut (Potter & Perry, 2009).

Jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga dengan
orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua berkarir, keluarga
dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri. Struktur dan fungsi saling
berhubungan erat dan terus berinteraksi. Struktur didasarkan pada keanggotaan
keluarga dan pola hubungannya yang bersifat kompleks. Fungsi keluarga diantaranya
adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi
perawatan.

Keperawatan keluarga penting bagi seorang perawat untuk berinteraksi dengan


keluarga pasien. Terdapat tiga faktor yang mengatur pendekatan keluarga terhadap
proses keperawatan, yaitu perawat meninjau seluruh individu dalam konteks
keluarganya, keluarga memiliki dampak terhadap individu, dan individu memliki
dampak terhadap keluarga. Dalam keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang
penting.

Contoh aplikasi konsep caring pada kehidupan sehari-hari adalah kepada orang
yang lebih muda secara usia di lingkungan keluarga, pendidikan, maupun dunia kerja.
Di dalam keluarga seorang perawat dapat menerapkan konsep caring kepada adik. Di
dalam lingkungan pendidikan konsep caring dapat diterapkan kepada junior. Di dalam
lingkungan kerja perawat dapat menerapkannya kepada pasien yang lebih muda tanpa
membedakan dari yang lebih tua secara usia.
konsep sehat sakit memiliki beberapa definisi menurut para ahli. Salah satunya
menurut WHO yaitu Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara sakit
menurut Parsors yaitu Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas,
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Kemudian Rentang sehat sakit yaitu skala ukur secara relative dalam mengukur
keadaan sehat/kesehatan seseorang. Lalu faktor yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20% dan
perilaku 35%

3.2. Saran

Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :

1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
penulis.

2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan
di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Z. (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Efy Afifah, M.Kes. (n.d.). Konsep Caring. 12 September 2015. Diakses dari
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/konsepcaringef.pdf pada pukul 20.19
WIB.
Friedman, M M. (1998). Family Nursing: Research, Theory and Practice. Norwalck CT :
Alpleton & Lange.
Kaakinen, J., et al. (2015). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research Ed.
5. Amerika : F. A. Davis Company.
Nursalam, Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 6th Ed. ST Louis, MI : Elsevier Mosby.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing Ed. 7th. (Terj. Tem Salemba
Medika bekerja sama dengan Dr. Adrina Ferderika). Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Swanson, K. (1991). Emperical Development of a Middle Range Theory of Caring. Nursing
Research 40, 3.

Anda mungkin juga menyukai