Anda di halaman 1dari 25

Makalah Pre & Post Op

Dosen Pembimbing : Rusmawati Sitorus Sp.d, S.Kep, MA

Di Susun Oleh :

1. Beny diktus risiyudia (1910)


2. Debora yuniarti (19011)
3. Gusti arif pamungkas 19022)
4. Sendy chaerunisya salsabilah (19044)
5. Shellawati maylani (19045)
6. Ummi kalsum elmahmiyyah (19055)
7. Vivi rahmawati (19056)
8. Windy novia sari (19057)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No. 37 TanjungPriok Jakarta Utara

Komplek RS. SukmulSismaMedika


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pre & Post Op tepat waktu.
Makalah Pre & Post Op disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi/mata kuliah
di Akademi Keperawatan Harum Jakarta. Selain itu, kami juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang topik makalah.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen


mata kuliah. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan . kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 September 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat bergantung pada
fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk
kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini
akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Fase pra operasi dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan untuk
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatf. Asuhan
keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat
beberapa masalah pasien yang belum teratasi diruang rawat inap, poliklinik,
bedah sehari , atau unit gawat darurat, akan tetapi dilanjutkan oleh perawat peri
operatif di kamar oprasi.

B. Rumusan masalah
1. Apa pre post op itu?
2. Apa peran perawat ppada pasien pre-operatif?
3. Apa saja jenis-jenis tindakan keperawatan pre-oeratif?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pasien pre-operatif.
2.  Diketahuinya definisi pre operatif.
3. Diketahuinya persiapan klien di unit perawatan pada klien pre-operatif.
4.  Diketahuinya peran perawatan pada pasien pre-operatif.
5. Diketahuinya tujuan dilakukan keperawatan pre-operatif.
6. Diketahinya jenis-jenis tindakan keperawatan pre-operatif.
7. Diketahuinya asuhan keperawatan klien pre-operatif secara umum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer
and Bare, 2002).
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre
operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre
bedah merupakan masasebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra
bedah merupakan masa pembedaahan dimulaisejak ditransfer ke meja bedah dan
berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa
setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasukiruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Keperawatan praoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada
fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan
untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada
tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral
dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan
untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (scribd, 2016).

B. Tipe pembedahan
Menurut fungsinya (tujuannya), Potter & Perry ( 2005 ) membagi menjadi:
1. Diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
2. Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktom
3. Reparatif : memperbaiki luka multiple
4. Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah.
5. Paliatif : menghilangkan nyeri,
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ
atau struktur tubuh
yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
Sedangkan Smeltzer and Bare ( 2001 ), membagi operasi menurut tingkat urgensi
dan luas atau tingkat resiko:
1. Menurut tingkat urgensinya 
a. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
b.  Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
c. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan.

d.  Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika
tidak dilakukan.
e.  Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi
klien).
2. Menurut luad dan tingkat resiko
a. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
b. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

C. Persiapan Klien di Unit Perawatan


1. Persiapan fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai
persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi
menurut Brunner & Suddarth (2002), antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masalalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamik, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalam stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mngukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat dirumah sakit. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit


Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan
diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 134-145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum
(0,70-1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan eksresi metabolit obat-obatan anstesi. Jika fungsi ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, infusiensi renal akut, dan nefritis akut,
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, keculi
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan
operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT
(naso gastric tube).
c. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada
lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali
pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa
lebih nyaman.
d. Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
e. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
f. Latihan pra operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
1) Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini
segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
2)  Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut.
3) Latihan gerak sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien
seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setelah operasi. Banyak pasien  yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan
segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik
usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena
dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien
diminta melakukan secara mandiri.

2. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-
IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida),
CT/BT, ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsum tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
5. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang
akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
6. Persiapan mental/emosional.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah
kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien
dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung/support system.

D. Peran perawat pra-operatif


Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data pengkajian,
misalnya: jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari yang sama, maka
waktu yang tersedia mungkintidak cukup untuk melakukan pemeriksaan fisik
yang komprehensif. Dalam kasus ini perawat lebih berfokus pada pengkajian
utama seluruh sistem tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada masalah yang
terabaikan. Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan
menyeluruh sebelum menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian
praoperatif sering kali menunjukkan adanya ketidakabnormalan. Hal ini akan
mengakibatkan penundaan atau pembatalan jadwal pembedahan yang telah
dibuat. Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya
komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan memperlihatkan
hasil yang normal-normal saja.pengkajian praoperatif secara umum meliputi:
1. Pengkajian umum
2.  Riwayat kesehatan
3. Pengkajian psikososialspiritual
4.  Pemeriksaan fisik
5. Pengkajian diagnostik.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan,
baik asuhan keperawatan praoperatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian
bedah sehari
(one day care ) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan dikamar
operasi oleh
perawat perioperatif. Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi di ruang
rawat inap,
poloklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh
perawat
perioperatif dikamar operasi (Muttaqin, 2009).

E.     Tujuan Asuhan Keperawatan Pre-Operatif


Tujuan utama asuhan keperawatan pre-operatif pada klien bedah dapat meliputi :
1. Menghilangkan ansietas pre-operatif
2. Peningkatan pengetahuan tentang persiapan pre-operatif

F.     Jenis – jenis tindakan keperawatan preoperatif


Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat perioperatif antara
lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan operasi,
mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan memfasilitasi persiapan fisik dan
psikologis selama masa pra pembedahan (Taylor, 1997 ).
Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain :
1. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
2. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
3. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
4. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
5. Mengajarkan batuk dan nafas dalam
6. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
7. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi
8. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi.

G.    Asuhan keperawatan praoperatif


1. Pengkajian
a. Pengkajian umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari,
atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal
yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama.
1) Identitas pasien
Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur
pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai
jenis pembedahan. Perawat perioperatif harus mengetahui bahwa faktor
usia, baik anak-anak dan lansia dapat meningkatkan risiko pembedahan.
Untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk
dimasukkan ke dalam rencana asuhan keperawatan.
2) Jenis pekerjaan
Sebagai persiapan umum, persiapan finansial sangat bergantung pada
kemampan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan
menjalani proses pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan sebaiknya
pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan dan informasi terkait
masalah finansial, mulai dari biaya operasi hingga pemmakaian alat
tambahan. Hal ini diperlukan agar setelah operasi nanti tidak ada komplain
atau ketidakpuasan pasien dan keluarga. 
3) Persiapan umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan.
Pasien dan keluarga harus mengetahui proses operasi, jenis operasi, dan
prognosis dari hasil pembedahan. Peran perawat disini adalah bertanggung
jawab dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter sudah
menandatangani isi dari formulir dari informed consent. Persiapan alat
dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus dilakukan secara
optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah sakit
memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus dilakukan
sebelum pasien masuk kamar operasi. Beberapa rumah sakit lainnya
mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan tranfusi harus dilakukan
oleh pihak keluarga. Pengkajian ulang pada ketepatan tranfusi darah
antara pendonor dan resipien dapat menurunkan risiko kesalahan
pemberian tranfusi.
Pasien yang diterima di kamar operasi akan di klarifikasi secara ringkas
dan disesuaikan dengan intervensii bedah yang akan dilakukan. Dalam
melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi
hanya melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan
sistem checklist.  Formlir checklist  bertujuan untuk mendokumentasikan
prosedur secara rutin dilakukan pada pembedahan. Yang diharapkan dari
pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat secara ringkas
memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit
memberlakukan lembar pengenal yang dipasang pada lengan bawah
pasien yang bertujuan mencegah kekeliruan atau kesalahan intervensi
yang akan dilakukan.
b. Pengkajian riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan
Wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan
klasifikasi pembedahan. Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus
meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama pasien
mencari pengobatan. Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat
baik. Sumber berharga lainnya adalah rekammedis dari riwayat perawatan
sebelumnya. Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi
kemampuan pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai
pemulihan yang menyelurh.
2) Riwayat alergi
Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka
pasienperlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada
pergelangan tangan sebelum menjalanu pembedahan atau penulisan
simbol alergi yang tertulis jelas pada status rekam medis sesia dengan
kebijakan institusi. Perawat juga harus memastikan bahwa bagian depan
lembar pencatatan pasien berisi daftar yang dideritanya.
3) Kebiasaan merokok, alkohol, dan narkoba
Pasien perokok memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
komplikasi paru-paru pasca operasi daripada pasien bukan perokok.
Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan
sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum akan meningkatkan
iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi
tersebut akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama
anestesi.
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol mengakibatkan reaksi yang merugikan
terhadap obat anestesi, mengalami toleransi silang (toleransi obat meluas)
sehingga memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain
itu dokter mungkin perlu meningkatkan dosis analgesik pascaoperasi.
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi
sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Pasien yang mempunyai
riwayat adanya pemakaian narkoba perlu diwaspadai atas kemungkinan
yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis,
terutama pada pasien pengguna narkoba suntik. Penggunaan narkotika
akan mengganggu kemampan pasien mengontrol nyeri serta memengaruhi
tingkat serta jumlah pemberian anestesi selama pembedahan. Penggunaan
narkoba suntik dapat mengganggu sistem vaskular dan menyulitkan akses
ke dalam vena.
c. Pengkajian psikososialspiritual
1) Kecemasan praoperatif
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya
ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang dapat mengakibatkan
kecemasan yang terekspresikan dalam berbagai bentuk seperti marah,
menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas
sering mengalami ketakutann atau perasaan tidak tenang. Berbagai bentuk
ketakutan muncul seperti keakuratan akan hal yang tidak diketahui,
misalnya terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keunangan, dan
tanggung jawab keluarga. Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan
praoperatif adalah untuk menggali peran orang terdekat, baik dari keluarga
maupun sahabat pasien. Adanya sumber dukungan orang dekat akan
menurnkan kecemasan.
2) Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan pasien mengenai pembedahan dari
perilaku dan perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya sering
bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan,
atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.
3)  Kepercayaan spiritual
Kemampuan yang paling berguna bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah kemampuan untuk mendengarkan pasien, terutama
saat mengumpulkan prinsip-prinsip komunikasi dan wawancara, perawat
dapat mengumpulkan prinsip-prinsip komunikasi dan wawancara, perawat
dapat mengumpulkan informasi dan wawasan yang sangat berharga.
Perawat yang tenang, memperhatikan, dan pengertian akan menimbullkan
rasa percaya pasien.
4) Pengetahuan, persepsi, dan pemahaman
Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk menghadapi
pembedahan. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, dan
pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan penyuluhan
dan tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien. Apabila
pasien dijadwalkan menjalani bedah sehari, maka pengkajian dapat
dilakukan diruang praktik dokter atau rumah pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik awal adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, untuk
menentukan status kesehatan atau untuk menilai respon pasien terhadap
stres terhadap intervensi pembedahan. Pengukuran TTV memberi data
untuk menentukan status kesehatan pasien yang llazim, seperti respon
terhadap stres fisik dan psikologis, terapi medis dan keperawatan, atau
menandakan perubahan fungsi fisiologis. Perubahan TTV menandakan
kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis praoperatif.
Pengkajian TTV praoperatif memberikan data dasar yang penting untuk
dibandingkan dengan perubahan TTV yang terjadi selama dan setelah
pembedahan. Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena adanya
kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan
natrium. Apabila denyuk nadi kuat dan keras, hal tersebut mungkin
disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung biasanya
disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2) Pengkajian tingkat kesadaran
Penilaian tingkat respon kesadaran secara mum dapat mempersingkat
pemeriksaan. Pada keadaan emergensi, kondisi pasien dan waktu
pengumpulan data penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh
karena itu Glasgow Coma Scale/GCS dapat memberikan jalan pintas yang
sangat berguna. Skala tersebut memngkinkan pemeriksa untuk membuat
peringkat tiga respon utama pasien terhadap lingkungan, yaitu: membuka
mata, mengucapkan kata, dan gerakan.
3)  Pengkajian status nutrisi

Perbaikan jaringan normal da resistensi terhadap infeksi bergantung pada


status nutrisi yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan
nutrisi. Setelah pembedahan pasien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari
untuk mempertahankan cadangan energi. Namun jika pasien malnutrisi
harus menjalani prosedur darurat, maka upaya perbaikan nutrisi dilakukan
setelah pembedahan.
Obesitas meningkatkan risiko pembedahan akibat menurunnya ventilasi
dan fungsi jantung. Pasien akan mengalami keslitan melakukan aktifitas
fisik dan normal setelah pembedahan. Pasien obesitas rentan mengalami
penyembuhan luka yang buruk dan infeksi luka karena struktur jaringan
lemak memiliki suplai darah yang buruk.
4) Hiduung dan sinus
Lakukan inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dengan tujuan untuk
mengkaji drainase sinus yang menggambarkan adanya infeksi sinus atau
pernapasan.
5)  Mulut, bibir, lidah dan palatum

Kondisi membran mukosa mulut menunjukkan status dehidrasi. Pasien


dehidrasi berisiko mengalami ketidak seimbanagn cairan dan elektrolit
yang serius selama pembedahan.
6) Sistem saraf
Pasien yang akan menjalani pembedahan karena penyakit neurologis
kemungkinan menunjukkan gangguan tingkat kesadaran atau perubahan
perilaku. Tingkat kesadaran dapat berubah karena anestesi umum, namun
setelah efek anestesi menghilang, tingkat respon pasien akan kembali pada
tingkat respon sebelum operasi.
Jika pasien akan mendapatkan anestesi spinal, maka pengkajian
praoperatif terhadap fungsi dan kekuatan motorik kasar penting dilakukan.
Anestesi spinal menyebabkan ekstermitas bawah mengalami paralisis
sementara. Perawat harus menyadari adanya kelemahan atau gangguan
mobilisasi pada ekstermitas bawah pasien agar perawat tidak cemas jika
seluruh fungsi motorik tidak kembali normal pada saat efek anestesi spinal
menghilang. pengkajian sensibilitas prabedah sangat bermanfaat sebagai
bahan evaluasi pada saat pascaanestesi di ruang pemulihan. Peta
dermatom dapat membantu perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik
sensibilitas fungsi kontrol sistem saraf dari pusat ke perifer.
7)   Sistem endokrin
Bahaya utama yang dapat mengancam penderita diabetes tidak terkontrol
adalah hipoglikemi. Hipoglikemi perioperatif mungkin terjadi selama
anestesi, akibat asupan karbohidrat pascaoperatif yang tidak adekuat atau
pemberian obat insulit yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam
pasien tetapi onsetnya tidak secepat hipoglikemi adalah asidosis atau
glukosuria. Secara umum risiko pembedahan bagi pasien dengan diabetes
yang tidak terkontrol tidak lebih besar dari pasien nondiabetes, namun
pemantauan kadar gula darah secara rutin penting dilakukan sebelum,
selama, dan setelah pembedahan. Pasien yang mendapat kortikosteroid
berisiko mengalami insufisiensi adrenal. Oleh karena itu, penggunaan
medikasi steroid untuk segala tujuan selama tahun-tahun sebelumnya
harus dilaporkan pada ahli anestesi dan ahli bedah.
8) Sistem pernapasan
Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan dapat menjadi data dasar
rencana intervensi pascaoperatif. Pemeriksaan dimulai dengan melihat
(inspeksi) keadaan umum sistem pernapasan dan tanda-tanda abnormal
seperti sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, dan lainnya. Pada
palpasi, perawat menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan
merasakan perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin
didapatkan pada pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema
sbkutan, atau terdapat penurunan getaran suara napas pada satu sisi akibat
adanya cairan atau udara pada rongga pleura.
Untuk menentukan kondisi paru-paruu, perawat mengauskultasi bunyi
napas normal, bunyi napas tambahan. Auskultasi bunyi napas akan
menunjukkan apakah pasien mengalami kongesti paru atau penyempitan
jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban pada jalan napas akan
memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti paru yang
serius dapat menyebabkan ditundanya pembedahan. Beberapa obat dapat
menyebabkan spasme otot laring, oleh karena itu jika perawat mendengar
bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada pemeriksaan
praoperatif, maka hal ini menunjukkan pasien berisiko mengalami
penyempitan jalan napas yang lebih lanjut selama pembedahan. 
9) Sistem kardiovaskular
Pemeriksaan tekanan darah praoperatif dilakukan untuk menilai adanya
peningkatan darah di atas normal (hipertensi) yang berpengaruh pada
kondisi hemodinamik intraoperatif dan pascaoperatif. Apabila pasien
mempunyai penyakit jantung, maka perawat harus mengkaji karakter
denyut jantung apikal. jantung, maka perawat harus mengkaji karakter
denyut jantung apikal. jantung, maka perawat harus mengkaji karakter
denyut jantung apikal. Setelah pembedahan, maka perawat harus
membandingkan frekuensi dan irama nadi dengan data yang diperoleh
sebelum operasi. Obat-obatan anestesi, perubahan dalam keseimbangan
cairan, dan stimulasi respon stres akibat pembedahan dapat menyebabkan
disritmia jantung.
 Nadi periper juga harus di kaji oleh perawat, begitu juga dengan waktu
pengisian kapiler, dan warna serta suhu ekstermitas untuk menentukan
sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler dikaji untuk menilai kemampuan
perfusi perifer. Pengukuran pengisian kapiler penting dilakukan pada
pasien yang menjalani pembedahan vaskular atau pasien yang
ekstermitasnya dipasang gips ketat.
10) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Pembedahan akan diproses oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat
respon adrenokortikal, reaksi hormon akan menyebabkan retensi air dan
natrium serta kehilangan kalium dalam 2-5 hari pertama setelah
pembedahan. Banyaknya protein yang pecah, akan menimbulkan
keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respon stres memengaruhi
tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas
pembedahan, maka semakin berat pula stres akibat kehilangan cairan dan
elektroloi intra operatif.
Pasien yang mengalami syok hipovolemik atau perbahan elektrolit
praoperatif yang serius mempunyai risiko yang signifikan selama dan
setelah pembedahan. Misalnya, kelebihan atau kekurangan kalium akan
meningkatkam peluang terjadinya disritmia. Apabila pasien sebelumnya
telah mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal, atau
kardiovaskular, maka risiko terjadinya perubahan cairan dan elektrolit
akan semakin besar.
11) Abdomen dan panggul
Hepar berperan penting dalam biotransformasi senyawa-senyawa anestesi.
Oleh karena itu segala bentuk kelainan hepar berefek pada bagaimana
anestesi tersebut dimetabolisme. Karena penyakit hepar akut berkaitan
dengan mortalitas bedah yang tinggi, maka perbaikan fungsi hepar pada
fase praoperatif sangat diperlukan. Pengkajian yang cermat dilakukan
dengan berbagai pemeriksaan fungsi hepar.
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar.
Perawat juga menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila
pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien
diberikan anestesi umum, maka peristaltik tidak akan kembali normal dan
bising usus akan hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah
operasi.
Ginjal terlibat dalam ekskresi obat-obat anestesi dan metaboliknya. Status
asam basa da metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam
pemberian anestesi. Pembedahan dikontraindikasikan bila pasien
menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut dengan oliguri atau anuri,
atau masalah renal akut lainnya, kecuali kalau pembedahan merupakan
satu tindakan  penyelamat hidup atau amat penting untuk memperbaiki
fungsi urin, seperti obstruksi uropati.
e. Pemeriksaan diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta pasien
untuk menjalani pemeriksaan diagnostik guna memeriksa adanya kondisi
yang tidak normal. Banyak pemeriksaan laboratorium dan diagnostik seperti
EKG dan foto dada tidak lagi dilakukan secara rutin untuk pasien yang
menjalani bedah sehari karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemeriksaan tersebut tidak efektif jika pasien sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang tidak normal. Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam
klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar pasien
menjalani pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji hasil
pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu
merencanakan terapi yang tepat.
f. Pemeriksaan skrining tambahan
Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempnyai penyakit jantung,
maka dokter mngkin akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan
sinar-X dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah tertentu seperti bedah
saraf, jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih untuk
menegakkan diagnosa prabedah, misalnya: MRI, CT-Scan, USG doppler, dan
lainnya sesuai kebutuhan diagnosis prabedah.
A. Diagnosa Keperawatan

1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur


pembedahan.
2. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,
ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

B. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Intervensi Kriteria Hasil


Keperawatan

1. Cemas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
tentang prosedur
pembedahan.

2. Nausea Setelah dilakukan


intervensi keperawatan
berhubungan 1. Kaji mual pada pasien
selama 1x24 jam maka
dengan efek 2. Memberikan diharapkan mual dan
muntah tidak terjadi,
anaesthesi, aromaterapi untuk
dengan kriteria hasil :
narkotika, menurunkan mual pasien dapat
mengendalikan mual
ketidakseimbangan 3. Mengajarkan teknik
dan muntah
elektrolit. relaksasi nafas dalam
3. Kerusakan Intervensi mandiri Setelah dilakukan
mobilitas fisik intervensi keperawatan
1. Lakukan latihan range
berhubungan selama 1x24 jam maka
of motion pasif atau
dengan nyeri. aktif sesuai program diharapkan masalah
2. Kaji kemampuan hambatan mobilitas
mobilisasi pasien
fisik dapat teratasi
3. Lakukan alih baring dan
perubahan posisi pada dengan kriteria hasil:
pasien dengan tirah
baring total 2 jam 1. Klien
meningkat
dalam aktivitas
fisik
2. Mengerti tujuan
meningkatkan
mobilitas fisik

C. Implementasi Keperawatan

Implementasi hari

No Tanggal/j Diagnosa Implementasi Respon Hasil Ttd


. am Keperawatan Keperawatan

1. 20-09- Cemas
2020 berhubungan
Jam dengan kurangnya
pengetahuan
tentang prosedur
pembedahan.

2. 20-09- Nausea 1. Mengkaji mual


2020 berhubungan pada pasien
Jam 18.00 dengan efek 2. Memberikan aroma
– 18.15 anaesthesi, terapi untuk
narkotika, menurunkan mual
(minyak kayu
ketidakseimbanga
putih)
n elektrolit.
3. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam

3. Kerusakan 1. Melakukan latihan 1. DS : Klien


mobilitas fisik range of motion mengatakan
berhubungan pasif atau aktif mampu
dengan nyeri. sesuai program kelakukan
2. Mengkaji latihan ROM
kemampuan
mobilisasi pasien DO : Klien
3. Melakukan alih terlihat
baring dan koperatif
perubahan posisi
pada pasien dengan 2. DS : Klien
tirah baring total 2 mengatakan
jam mampu
melakukan
mobilisasi
mandiri

DO : Klien
mampu
melakukan
mobilisasi
mandiri

3. DS : Klien
mengatakan
mampu miring
kanan dan
miring kiri
DO : Klien
mampu miring
kanan dan
miring kiri

D. Evaluasi Keperwatan

Evaluasi Keperawatan hari

No. Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Ttd

1. Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
prosedur pembedahan.

2. Nausea berhubungan
dengan efek anaesthesi,
narkotika,
ketidakseimbangan
elektrolit.

3. Kerusakan mobilitas fisik S:


berhubungan dengan 1. Klien mengatakan
nyeri. mampu kelakukan
latihan ROM

2. Klien mengatakan
mampu melakukan
mobilisasi mandiri

3. Klien mengatakan
mampu miring kanan
dan miring kiri
O:
1. Klien terlihat
koperatif

2. Klien mampu
melakukan mobilisasi
mandiri

3. Klien mampu miring


kanan dan miring kiri

A : Masalah teratasi

P : Intervensi selesai

Anda mungkin juga menyukai