Di Susun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pre & Post Op tepat waktu.
Makalah Pre & Post Op disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi/mata kuliah
di Akademi Keperawatan Harum Jakarta. Selain itu, kami juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang topik makalah.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat bergantung pada
fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk
kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini
akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Fase pra operasi dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan untuk
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatf. Asuhan
keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat
beberapa masalah pasien yang belum teratasi diruang rawat inap, poliklinik,
bedah sehari , atau unit gawat darurat, akan tetapi dilanjutkan oleh perawat peri
operatif di kamar oprasi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pre post op itu?
2. Apa peran perawat ppada pasien pre-operatif?
3. Apa saja jenis-jenis tindakan keperawatan pre-oeratif?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pasien pre-operatif.
2. Diketahuinya definisi pre operatif.
3. Diketahuinya persiapan klien di unit perawatan pada klien pre-operatif.
4. Diketahuinya peran perawatan pada pasien pre-operatif.
5. Diketahuinya tujuan dilakukan keperawatan pre-operatif.
6. Diketahinya jenis-jenis tindakan keperawatan pre-operatif.
7. Diketahuinya asuhan keperawatan klien pre-operatif secara umum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer
and Bare, 2002).
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre
operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre
bedah merupakan masasebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra
bedah merupakan masa pembedaahan dimulaisejak ditransfer ke meja bedah dan
berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa
setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasukiruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Keperawatan praoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada
fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan
untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada
tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral
dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan
untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (scribd, 2016).
B. Tipe pembedahan
Menurut fungsinya (tujuannya), Potter & Perry ( 2005 ) membagi menjadi:
1. Diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
2. Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktom
3. Reparatif : memperbaiki luka multiple
4. Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah.
5. Paliatif : menghilangkan nyeri,
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ
atau struktur tubuh
yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
Sedangkan Smeltzer and Bare ( 2001 ), membagi operasi menurut tingkat urgensi
dan luas atau tingkat resiko:
1. Menurut tingkat urgensinya
a. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
b. Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
c. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan.
d. Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika
tidak dilakukan.
e. Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi
klien).
2. Menurut luad dan tingkat resiko
a. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
b. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
2. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-
IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida),
CT/BT, ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsum tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
5. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang
akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
6. Persiapan mental/emosional.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah
kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien
dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung/support system.
B. Intervensi Keperawatan
1. Cemas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
tentang prosedur
pembedahan.
C. Implementasi Keperawatan
Implementasi hari
1. 20-09- Cemas
2020 berhubungan
Jam dengan kurangnya
pengetahuan
tentang prosedur
pembedahan.
DO : Klien
mampu
melakukan
mobilisasi
mandiri
3. DS : Klien
mengatakan
mampu miring
kanan dan
miring kiri
DO : Klien
mampu miring
kanan dan
miring kiri
D. Evaluasi Keperwatan
1. Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
prosedur pembedahan.
2. Nausea berhubungan
dengan efek anaesthesi,
narkotika,
ketidakseimbangan
elektrolit.
2. Klien mengatakan
mampu melakukan
mobilisasi mandiri
3. Klien mengatakan
mampu miring kanan
dan miring kiri
O:
1. Klien terlihat
koperatif
2. Klien mampu
melakukan mobilisasi
mandiri
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai