Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULAN POST OP TUBEKTOMI

DI RUANG OK RUMAH SAKIT DR. M. HAULUSSY

Disusun oleh:

NAMA : APRILLIA HUKOM


NIM : P07120321001

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN MEDIKAL BEDAH II

PADA KLIEN DENGAN

DIRUANG RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON

DISUSUN OLEH :
NAMA : APRILLIA HUKOM
NIM : P0712321001

Mengesahkan,
CI. Lahan CI. Institusi

(……………………………..) (..……………………………)
NIP NIP
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
berkatnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Kaperawatan KMB II Yang Berjudul
" Asuhan Keperawatan post op laparatomi " yang telah disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah KMB II .
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua
bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan laporan ini i penulis menyadari masih jauh
dan kesempurnaan Untuk itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif penulis terima
dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
siapa saja khususnya para mahasiswa/i serta seluruh pembaca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). Metode Operatif Wanita (MOW) atau
disebut dengan tubektomi adalah tindakan memotong tubu fallopituba uterina
Sedangkan Metode Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu
tindakan memotong atau mengikat saluran vasdeferens (Meilani dkk, 2018).
Sterilisasi (tubektomi) merupakan salah satu cara KB modern yang paling efektif.
Keefektifan metode sterilisasi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dilakukan
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan Di dalam
pelaksanaan program, animo masyarakat terhadap sterilisasi sangat kurang. Peserta
sterilisasi sejak program KB dicanangkan pada tahun 1970 hingga saat ini masih
menunjukkan angka yang sangat sedikit. Rendahnya proporsi peserta KB sterilisasi
tentu saja tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap penurunan angka
kelahiran di Indonesia.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membaca laporan ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang bagaimana prosedur operasi tubektomi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa itu tubektomi
b. Untuk mengetahui penyebab atau dampak dari tubektomi
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dilakukannya operasi tubektomi
d. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan pada operasi tubektomi
e. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan bagi klien
dengan operasi tubektomi

C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensi
penulis tentang konsep operasi tubektomi
2. Bagi pembaca
Diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana
prosedur operasi tubektomi
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Tubektomi adalah suatu kontrasepsi permanent yang dilakukan dengan cara
melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel
telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Tubektomi adalah setiap tindakan pada
kedua saluran telur yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak akan dapat
keturunan lagi.

B. Etiologi

Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan


ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan
bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan
menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus. Cara memblokir saluran tuba dapat
dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup dengan mempergunakan implan,
klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat. Metode yang paling dipakai
sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi kemudian menjepit kedua
saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah operasi sterilisasi tuba yaitu :
laparoskopi, mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC),
mini-laparotomi (operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan
merangsang jaringan ikat, sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan /
teknik melalui vagina (sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. /okter dapat
menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop
berupa pipa kecil dan berpameran ini dimasukkan melalui sayatan kecil diperut untuk
menentukan lokasi tuba falopi
C. Komplikasi
a.Selama Operasi
1. Perdarahan dan syok
2. Sesak nafas (dispnea)
b.Pasca bedah
1. Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada, nyeri bahu
2. Infeksi dan febris
c. Dispareunia karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka laparatomi.

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan lokal pada bagian post operasi
2. Pucat

E. Patofisiologi
Tubektomi adalah prosedur pemotongan atau penutupan tuba falopi, yaitu saluran
yang menghubungkan indung telur (ovarium) dan rahim. Prosedur ini membuat sel-
sel telur tidak bisa memasuki rahim sehingga tidak dapat dibuahi. Tubektomi juga
dapat menghalangi sperma masuk ke dalam tuba falopi.
Sebagai salah satu metode KB yang bersifat permanen, tubektomi sangat efektif
bila dibandingkan dengan KB jenis lain. Hal ini karena tubektomi tidak memerlukan
wanita untuk menghitung masa subur saat siklus menstruasi, atau mengingat jadwal
minum pil dan suntik KB.
Oleh karena itu, pasien dapat berhubungan seksual seperti biasa tanpa perlu ingat
untuk memakai kondom. Selain itu, pasien juga mendapatkan siklus menstruasi
normal dan menopause, karena tubektomi tidak mempengaruhi hormon.Tubektomi
juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah menjalani persalinan normal
maupun caesar

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen: untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah

G. Penatalaksanaan
1. Tahap Pru Operasi Untuk melihat sepenuhnya syarat kesehatan bagi pasien
kontrasepsi mantap. Hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan pra operasi,
yaitu:
a) Anamnesis
1. Identitas pasien dan penanggung
2. Jumlah anak
3. Metode kontrasepsi yang pernah digunakan
4. Perhatikan penyakit yang pernah diderita perilaku seksual.
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) Persiapan pasien kontrasepsi mantap
1. Inform Consent
2. Pemasangan infuse IVFD
3. Puasa 6 jam sebelum operasi
4. Mencukur rambut kemaluan pasien
5. Mandi dengan memakai sabun
6. Tidak memakai perhiasan
7. Tidak boleh memakai kosmetik seperti pemerah bibir. pemerah pipi dan
kuteks
2. Tahap Operasi Premedikasi dan anastesi
a. Laparoskopi Cara visualisasi rongga perut dan panggul melalui insisi kecil
pada dinding perut setelah dibuat dalam keadaan pneumoperitoneum
b. Minilaparotomi dengan cara modifikasi pomeroy
c. Evaluasi lagi keadaan pasien secara umum Anastesi umum dengan lidokain
Dengan posisi operator dikiri calon akseptor dan asisten di kanannya, dibuat
insisi sepanjang 2 cm setinggi fundus Cari tuba lalu angkat pada
pertengahannya sampai membentuk lengkungan dasarnya dapat diklem.
Bagian yang berada di bawah diklem diikat dengan benang dan bahan yang
dapat diserap oleh jaringan. Lakukan pemotongan (tubektomi) pada bagian
atas ikatan. Setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung
akan terpisah satu dengan lainnya.
3. Penatalaksanaan Pasca Operatif
Setelah tindakan pembedahan, pasien dirawat di ruang pulih selama + 4-6 jam. Bila
dilakukan anestesi lokal, pemindahan pasien dari meja operasi ke brankar di ruang
pulih dilakukan 2 orang perawat. Bila pasien memperoleh anestesi umum maka
pemindahan operasi ke brankar di ruang pulih dilakukan 2 orang perawat. Bila
pasien memperoleh anestesi umum maka pemindahan pasien dilakukan oleh 3-4
orang perawat.
Selam di ruang pulih pasien diamati dan dinilai
(1) Nadi, TD, RR tiap jam 1 jam pertama, tiap ½ jam pada jam kedua,
selanjutnya tiap jam hingga pasien dipulangkan.
(2) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan tambahan analgetik.
(3) Perdarahan dari luka dan kemaluannya.
(4) Suhu badannya.
Dua jam setelah minilaparotomi dengan anestesi lokal pasien diizinkan minum dan
makan makanan lunak.
Jika kondisi pasien stabil dan tidak memperoleh anestesi umum maka tubektomi
pada masa interval atau pasca keguguran dapat dipulangkan 4-6 jam pasca bedah,
dengan ditemani keluarganya, asalkan saja pasien tidak pusing bila duduk atau
berdiri.
Berikan KIE pada pasien:
(1) Perawatan luka diusahakan agar luka tetap kering, dan jangan sampai
basah sebelum sembuh karena dapat menimbulkan infeksi.
(2) Jaga kebersihan diri terutama daerah sekitar luka operasi.
(3) Segera kembali ke Rumah Sakit apabila terjadi perdarahan. badan panas
(demam), nyeri yang hebat, pusing, muntah atau sesak nafas.
(4) Memakan obat yang diberikan, yaitu antibiotik dan analgetik.
(5) Hubungan seksual dapat dilakukan setelah 1-2 hari, namun sebaiknya
setelah 1 minggu pasca tubektomi.analgetik.
(6) Hubungan seksual dapat dilakukan setelah 1-2 hari, namun sebaiknya
setelah 1 minggu pasca tubektomi.
(7) Boleh makan biasa esok harinya, tidak ada pantangan.
(8) Datang untuk kontrol memeriksakan dirinya sesuai nasehat.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan (dermawan, 2018).
a. Identifikasi pasien dan penanggung jawab
b. Pemeriksaan fisik
1) System kardiovaskular : untuk mengetahui tanda - tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, edema, dan kelainan bunyi jantung
2) System hematologi : untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan perdarahan, mimisan,
splenomegali.
3) System urogenital : ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang
4) System musculoskeletal : untuk mengetahui ada tidaknya
kesulitan dalam pergerakan, sakit pada tulang sendi, dan terdapat fraktur atau
tidak.
c. Keluhan utama
Penderita datang ingin menjadi akseptor KB kontap (tubektomi)
d. Riwayat KB
Riwayat KB sebelumnya yang digunakan
e. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit keturunan, menular dan berat
f. Riwayat keluarga
Penyakit keturunan, menular, dan berat
g. Riwayat haid
Menarche lama haid, siklus, banyaknya, dismenorhea, keputihan
h. Riwayat perkawinan
Umur waktu perkawinan, berapa kali, berapa lama
i. Riwayat psikososial
Ketidaktahuan ibu tentang kontrasepsi ( tubektomi )
j. Kebiasaan sehari hari
Nutrisi, eliminasi, PH, istirahat, tidur, spiritual

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah, dan merubah .
Diagnosa yang muncul adalah :
1. Nyeri akut b.d agen pancadera fisik ( prosedur operasi )
C. Intervensi keperawatan
N Diagnosa Tujuan Tindakan
o
1 (D.0077) (L.08066) Tingkat (I.08238) Manajemen nyeri
Nyeri Nyeri Setelah Observasi
akut b.d dilakukan - Identifikasi lokasi,
agen tindakan karakteristik, durasi,
pencedera fisik frekuensi, kualitas,
( prosedur keperawatan selama intensitas nyeri
operasi ) 1x24 - Identifikasi skala nyeri
jam, - Identifikasi respon
diharapkan tingkat nyeri non verbal
nyeri menurun dengan - Identifikasi faktor
kriteria hasil : yang memperberat
1. Keluhan dan memperingan
nyeri
nyeri menurun - Identifikasi
2. Meringis pengetahuan
menurun
dan keyakinan
3. Gelisah menurun
tentang nyeri
4. Kesulitan

tidur menurun
5. Frekuensi

nadi membaik
6. Pola

tidur
membaik
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian analgetik
D. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana


perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan .Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan adalah kegiatan
mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
mengawasi dan mencatat transpor pasien terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan.
E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah


tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah. (Meirisa, 2019). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap
ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi
untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran


telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik
untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam
sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus
dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah
terlampaui maka pilihan untuk memilih tetap tubektomi, dilakukan setelah
6-8 minggu persalinan atau pada masa interval .

Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi,


yang mana terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan
dalam pelayanan. tubektomi, aitu minilaparotomi dan laparoskopi. Teknik
ini menggunakan anestesi lokal dan ila dilakukan secara benar, kedua
teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi pasca-bedah (Buku
Panduan Pelayanan Kontrasepsi
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2016 Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca Persalinan, Jakarta,

BKKBN. Bobak, 2018, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC.

Doengoes, Marilyn E. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan.

Prawirohardjo, S, 20017 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta,


Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai