DI SUSUN OLEH :
NIM : P07120321050
TINGKAT : 2B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-Nya sehingga
tugas ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari ibu/bapak demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
KONSEP MEDIS......................................................................................................................... 3
V. PENATALAKSANAAN.....................................................................................................8
VI. KOMPLIKASI................................................................................................................8
I. Pengkajian..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 18
KONSEP MEDIS
I. Definisi cor pulmonal
Menurut Bhattacarya (2004), cor pulmonal merupakan suatu perubahan pada
struktur ventrikel kanan yang disebabkan karena adanya hipertensi pulmonal. Secara
sederhana, cor pulmonale didefinisikan sebagai “hipertrofi ventrikel kiri yang disebakan
karena penyakit yang akan mempengaruhi fungsi dari paru-paru. (Shujaat, Minkin &
Eden: 2007). Cor pulmonale merupakan jenis paling umum dari penyakit jantung.
(Weitzenblum: 2012).
Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi dan atau
dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang
disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, dinding thoraks maupun vaskuler
paru. Karena itu untuk mendiagnosa CP maka harus disingkirkan adanya stenosis
Mitral, Kelainan Jantung Bawaan atau Gagal Jantung Kiri yang juga menyebabkan
dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B : 2003)
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), kondisi Cor Pulmonale diawali dari penyakit
paru yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada saatnya akan
menyebabkan gangguan jantung dan menyebabkan ventrikel kanan membesar dan
akhirnya mengalami kegagalan. Setiap kondisi yang menganggu oksigen ke paru-
paru akan mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia, mengakibatkan insufisiensi
ventilator. Selanjutnya akan menyebabkan vasokonstriksi artei pulmonal dan
kemungkinan reduksi jarring-jaring vaskuler paru. Hal ini akan mengakibatkan
resistensi dalam sistem sirkulasi pulmonal dengan akibat adalah peningkatan tekanan
darah dalam paru. Dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:
1) Obstruksi
Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik. Chronic
Thromboembolic Pulmonary Hypertesion (CTEPH) merupakan salah satu
penyebab hipertensi pulmonale yang penting dan terjadi pada 0.1 – 0.5 %pasien
dengan emboli paru. Pada saat terjadi emboli paru, sistemfibrinolisis akan
bekerja untuk melarutkan bekuan darah sehingga hemodinamik paru dapat
berjalan dengan baik. Pada sebagian kecil pasien sistem fibrinolitik ini tidak
berjalan baik sehingga terbentuk emboli yang terorganisasi disertai
pembentukkan rekanalisasi dan akhirnya menyebabkan penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah paru.
2) Obliterasi
Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan hipertensi pulmonale
adalah lupus eritematosus sistemik scleroderma, sarkoidosis, asbestosis, dan
pneumonitis radiasi. Pada penyakit-penyakit tersebut adanya fibrosis paru dan
infiltrasi sel-sel yang prodgersif selain menyebabkan penebalan atau perubahan
jaringan interstisium, penggantian matriks mukopolisakarida normal dengan
jaringan ikat, juga menyebabkan terjadinya obliterasi pembuluh paru.
3) Vasokonstriks
Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting dalam
pathogenesis terjadinya hipertensi pulmonale. Hipoksia sejauh ini merupakan
vasokontrikstor yang paling penting. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan
penyebab yang paling di jumpai. Selain itu tuberkolosis dan sindrom hipoventilasi
lainnya misalnya sleep apnea syndrome, sindromhipoventilasi pada obesitas,
dapat juga menyebabkan kelainan ini. Asidosis juga dapat berperan sebagai
vasokonstriktor pembuluh darah paru tetapi dengan potensi lebih rendah.
Hiperkapnea secara tersendiri tidak mempunyai efek fasokonstriksi tetepi secara
tidak langsung dapat meningkatkan tekanan arteri pulmunalis melalui efek
asidosisnya. Eritrositosis yang terjadi akibat hipoksia kronik dapat meningkatkan
vikositas darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan arteri pumonalis.
4) Idiopatik
Kelainan idiopatik ini di dapatkan pada apsien hipertensi pulmonale
primer yang di tandai dengan adanya lesi pada arteri pumonale yang kecil tanpa
di dapatkan adanya penyakit dasar lainnya baik pada paru maupun pada
jantung. Secara histopatologis didapatkan adanya hipertrofitunikamedia,
fibrosistunikaintima, lesi pleksiform serta pembentukan mikro thrombus. Kelainan
ini jarang di dapat dan etiologinya belum di ketahui Waupun sering di kaitkan
dengan adanya penyakit kolagen, hipertensi portal, penyakit autoimun lainnya
serta infeksi HIV.
1) Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-
kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
2) Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak
sputum).
3) Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan
jika beraktifitas (exertional syncope).
4) Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan
kaki serta cepat lelah. Gejala predominan pulmonary heart disease yang
terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik,
dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika
penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih
berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
5) Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher
distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya), pulsasi sternum
bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema
dependen.
V. PENATALAKSANAAN
Terapi medis untuk pulmonary heart disease kronis di fokuskan pada
penatalaksanaan untuk penyakit paru dan peningkatan oksigenasi serta peningkatan
fungsi ventrikel kanan dengan menaikkan kontraktilitas dari ventrikel kanan dan
menurunkan vasokonstriksi pada pembuluh darah di paru. Pada pulmonary heart
disease akut akan dilakukan pendekatan yang berbeda yaitu di fokuskan pada
kestabilan klien. Untuk mendukung system kardiopulmonal pada klien dengan
pulmonary heart disease harus diperhatikan mengenai kegagalan jantung kanan yang
meliputi masalah pengisian cairan di ventrikel dan pemberian vasokonstriktor
(epinephrine) untuk memelihara tekanan darah yang adekuat.Tetapi pada dasarnya
penatalaksanaan akan lebih baik jika di fokuskan pada masalah utama, misalnya pada
emboli paru harus dipertimbangkan untuk pemberian antikoagulan, agen trombilisis atau
tindakan pembedaham embolektomi.
a) Terapi Oksigen. Terapi oksigen sangat penting diberikan pada klien. Klien dengan
pulmonary heart disease memiliki tekanan oksigen (PO2) di bawah 55 mm Hg dan
menurun dengan cepat ketika beraktivitas atau tidur. Terapi oksigen dapat
menurunkan vasokonstriksi hipoksemia pulmonar, kemudian dapat menaikkan
cardiac output, mengurangi vasokonstriksi, meringankan hipoksemia jaringan, dan
meningkatkan perfusi ginjal. Secara umum, terapi oksigen di berikan jika PaO2
kurang dari 55 mm Hg atau saturasi O2kurang dari 88%.Manfaat dari terapi oksigen
adalah untuk menurunkan tingkat gejala dan meningkatkan status fungsional.
b) Diuretik. Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart disease kronis,
terutama ketika pengisian ventrikel kiri terlihat meninggi dan pada edema perifer.
Diuretic berperan dalam peningkatan fungsi dari ventrikel kanan maupun kiri.
Diuretik memproduksi efek hemodinamik yang berlawanan jika tidak di perhatikan
penggunaannya. Volume pengosongan yang berlebihan dapat menimbulkan
penuruna cardiac output. Komplikasi lain dari diuretic adalah produksi hypokalemic
metabolic alkalosis yang akan mengurangi efektivitas stimulasi karbondioksida
pada pusat pernafasan dan menurunkan ventilasi. Produksi elektrolit dan asam
yang merugikan sebagai akibat dari penggunaaan diuretic juga dapat menimbulkan
aritmia, yang berakibat menurunnya cardiac output Oleh karena itu diuretik di
rekomendasikan pada managemen pulmonary heart disease kronis, dengan
memperhatikanpemakaian
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:
1) Sinkope
2) Gagal jantung kanan
3) Edema perifer
4) Kematian
Diagnosa keperwatan: bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif
definisi penyebab Gejala & tanda Gejala & tanda minor
mayor
Ketidakmampuan Fisiologi : Subjektif : Subjektif :
membersihkan secret 1. Spasme jalan ( tidak tersedia ) 1. dispnea
atau obstruksi jalan napas 2. sulit bicara
napas untuk 2. Hipersekresi Objektif : 3. ortopnea
mempertahankan jalan jalan napas 1. batuk tidak
napas tetap paten. 3. Disfungsi efektif Objektif :
neuromuskuler 2. tidak mampu 1. gelisah
4. Benda asing batuk 2. sianosis
dalam jalan 3. sputum 3. bunyi napas menurun
napas berlebihan 4. frekuensi napas
5. adanya jalan 4. mengi, berubah
napas buatan wheezing 5. pola napas berubah
6. sekresi yang dan / atau
tertahan ronkhi kering
7. hyperplasia 5. meconium di
dinding jalan jalan napas
napas ( pada
8. proses infeksi neonates )
9. respon alergi
10. efek agen
farmakologis
( mis. Anastesi )
situasional :
1. merokok aktif
2. merokok pasif
terpajan polutan
https://docplayer.info/205210218-Asuhan-keperawatan-askep-cor-pulmonal-atau-pulmonary-
heart-disease.html
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/641/1/MODUL%20PRAKTIKUM%20KMB%201.pdf
https://adoc.pub/cor-pulmonale-yang-diperberat-pekerjaan.html
PPNI( 2016), standar diagnosis keperawatan indonesia: definisi dan indikator diagnostik, edisi
1, jakarta: DPD PPNI
PPNI( 2018), standar luaran keperawatan indonesia: definisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1, jakarta: DPD PPNI
PPNI( 2018), standar intervensi keperawatan indonesia: definisi dan tindakan keperawatan,
edisi 1, jakarta: DPD PPNI