Anda di halaman 1dari 17

ASKEP COR PULMONALE /

PULMONARY HEART DISEASE


ASNANI, S.Kep.Ns.M.Ked
PENGERTIAN
• Kor pulmonal : terjadinya pembesaran dari jantung
kanan (dengan / tanpa gagal jantung kiri) sbg akibat dari
penyakit yg mempengaruhi struktur dan fungsi paru-
paru / vaskularisasinya (Sumantri,2009).
• Pulmonary heart disease : pembesaran ventrikel kanan
(hipertrofi dan/atau dilatasi) yg tjd akibat kelainan paru,
kelainan dinding dada atau kelainan pada kontrol
pernafasan.
• Cor Pulmonal Chronic adalah : keadaan patologis dg
ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yg disebabkan
oleh kelainan fungsional dan struktur paru (WHO ,
1963).
• Cor Pulmonal Chronic adalah suatu keadaan patologis
akibat hipertropi atau dilatasi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh hipertensi pulmonal
Penyebab penyakit pulmonary heart disease
1) Penyakit paru menahun dengan hipoksia :
a) Penyakit paru obstrutif kronik,
b) Fibrosis paru,
c) Penyakit fibrokistik,
d) Cryptogenic fibrosing alveolitis,
e) Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
2) Kelainan dinding dada : Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura
Penyakit neuromuscular
3) Gangguan mekanisme control pernafasan :
Obesitas, hipoventilasi idopatik, Penyakit serebro vascular.
4) Obstruksi sal. Nafas pada anak : Hipertrofi tonsil dan adenoid.
5) Kelainan primer pembuluh darah : Hipertensi pulmonale primer,
emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.
KLASIFIKASI
1. Kor pulmonal akut
 dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan
dekompensasi.
 Etiologi : embolus multiple pada paru-paru atau massif
yg secara mendadak akan menyumbat aliran darah dan
ventrikel kanan.
 Gejala : biasanya segera di susul oleh kematian, Terjadi
dilatasi dari jantung kanan.
2. Kor pulmonal kronik
• Merupakan jenis kor pulmonal yang paling sering terjadi.
Tjd akibat penyakit paru atau/ pembuluh darah /adanya
kelainan pada thorak, yg menyebabkan hipertensi dan
hipoksia shg tjd hipertropi ventrikel kanan.
Mekanisme terjadinya hipertensi pulmonale pada cor
pulmunale :
1. Obstuksi
• Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun
kronik. Chronic Thromboembolic Pulmonary
Hypertesion (CTEPH) merupakan salah satu penyebab
hipertensi pulmonale yg penting dan terjadi pada 0.1 – 0.5
% pasien dengan emboli paru. Pada saat terjadi emboli
paru, system fibrinolisis akan bekerja untuk melarutkan
bekuan darah sehingga hemodinamik paru dapat berjalan
dengan baik. Pada sebagian kecil pasien system fibrinolitik
ini tidak berjalan baik sehingga terbentuk emboli yang
terorganisasi disertai pembentukkan rekanalisasi dan
akhirnya menyebabkan penyumbatan atau penyempitan
pembuluh darah paru.
2. Obliterasi
• Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan
hipertensi pulmonale adalah lupus eritematosus
sistemik scleroderma, sarkoidosis, asbestosis, dan
pneumonitis radiasi. Pada penyakit-penyakit
tersebut timbul fibrosis paru dan infiltrasi sel-sel
yang progresif selain menyebabkan penebalan atau
perubahan jaringan interstisium, penggantian
matriks mukopolisakarida normal dengan jaringan
ikat, juga menyebabkan terjadinya obliterasi
pembuluh paru
3. Vasokontriksi
• Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting
dalam pathogenesis terjadinya hipertensi pulmonale.
Hipoksia merupakan vasokontrikstor yang paling
penting. PPOM merupakan penyebab yang paling di
jumpai. Asidosis juga berperan sebagai vasokonstriktor
pembuluh darah paru tetapi dengan potensi lebih
rendah. Hiperkapnea secara tersendiri tidak
mempunyai efek fasokonstriksi tetepi secara tidak
langsung dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmunalis melalui efek asidosisnya. Eritrositosis yang
terjadi akibat hipoksia kronik dapat meningkatkan
vikositas darah sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan arteri pumonalis.
4. Idiopatik
• Kelainan idiopatik ini didapatkan pada pasien
hipertensi pulmonale primer yg ditandai dg adanya
lesi pada arteri pumonale kecil tanpa didapatkan
adanya penyakit dasar lainnya baik pada paru
maupun pada jantung.
• Secara histopatologis didapatkan adanya hipertrofi
tunikamedia, fibrosis tunikaintima, lesi pleksiform
serta pembentukan mikro thrombus.
• Kelainan ini jarang didapat dan etiologinya belum di
ketahui walaupun sering dikaitkan dg adanya
penyakit kolagen, hipertensi portal, penyakit
autoimun lainnya serta infeksi HIV.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala / tanda :
• Gagal ventrikel kanan : distensi vena leher, efusi pleura,
asites, Sakit kepala, confusion, dan somnolen terjadi
akibat peningkatan PCO2.
• Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada
saat istirahat, kadang batuk dan hemoptisis.
• Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai
batuk produktif (banyak sputum).
• Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer :
sesak napas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).
• Pulmonary heart disease dg kelainan jantung kanan :
bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
• Gejala predominan pulmonary heart disease yang
terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
• Perluasan hilus menunjukkan hipertensi pulmonal.
• Batang pulmonal dan hilus membesar
2. Ekokardiografi
• memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan
yg menggambarkan adanya pembesaran ventrikel kiri.
Septum interventrikel dapat bergeser ke kiri.
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
• untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan
dinding, volume kavitas, dan fraksi ejeksi.
4. Biopsi paru
• untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe
penyakit vaskuler paru seperti penyakit vaskuler
kolagen, arthritis rheumatoid.
PENATALAKSANAAN MEDIS :
• Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat :
diberikan O2 untuk memperbaiki pertukaran gas dan
menurunkan tekanan arteri pulmonal dan tahanan
vaskuler pulmonal.
• Bronchial hygiene, diberikan obat golongan
bronkodilator.
• Jika terdapat gejala gagal jantung, maka harus
memperbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnea.
• Bedrest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretic
• Digitalis : untuk meningkatkan kontraktilitas dan
menurunkan denyut jantung.

Komplikasi :
• Sinkope
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen, obstruksi alveoli
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya
lapang respirasi dan penekanan toraks.
• Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan dengan
masalah pertukaran pada tingkat alveolar atau tingkat jaringan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan (energi lebih
banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolisme
berlangsung lebih cepat).
• Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
dan keletihan.
• Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen, obstruksi alveoli.
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen, obstruksi alveoli
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat utk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :Klien tidak mengalami sesak napas, TTV DBN, Tidak ada tanda-
tanda sianosis, PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal,
Saturasi O2 dalam rentang normal
Intervensi :
1) Pantau frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, nafas bibir, tidakmampuan bicara/ berbincang.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan atau toleransi individu.
3) Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
4) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
5) Awasi tingkat kesadaran/ status mental.
6) Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Berikan lingkungan yang tenang Batasi
aktifitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat dikursi selama fase akut.
7) Awasi tanda vital dan irama jantung
8) Kolaborasi : seri GDA dan nadi oksimetri, pemberian oksigen, Bantu
instubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik
Ketidakefektifan pola napas b.d Hipoksia.
Tujuan : - Memperbaiki atau mempertahankan pola
pernapasan normal
– Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang
efektif.
• Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda
lain distress pernapasan
Intervensi :
1) Kaji jumlah/kedalaman pernafasan dan pergerakan
dada
2) Auskultasi daerah paru, catat area yang
menurun/tidak adanya aliran udara, adanya suara
tambahan seperti crekels, wheezing.
Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal
berhubungan dengan masalah pertukaran pada
tingkat alveolar atau tingkat jaringan.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan
Kriteria hasil : TTV normal, tidak ada tanda sianosis
Intervensi :
1) Auskultasi HR dan ritme, serta catat suara jantung
tambahan
2) Observasi perubahan status mental
3) Observasi warna dan temperatus kulit/membrane
mukosa
4) Evaluasi ekstremitas dari adanya kualitas nadi
5) Kolaborasi :
• Berikan cairan sesuai dengan indikasi
• Monitor hasil diagnostic/ laboratorium, misalnya EKG,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Penurunan nafsu makan (energi
lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas,
sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
Tujuan : Nafsu makan membaik.
Kriteria hasil :
– Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
– Massa tubuh dan berat badan klien dbn.
Intervensi :
1) Beri motivasi pada klien untuk mengubah kebiasaan
makan.
2) Sajikan makanan untuk klien semenarik mungkin.
3) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin,
albumin, dan elektrolit.
4) Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat.
Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan demand oksigen
Tujuan : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
Kriteria hasil : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di
tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan penghematan
energi.
Intervensi :
1) Evaluasi respons klien terhadap aktivitas
2) Beri lingkungan yang nyaman dengan membatasi pengunjung.
Anjurkan untuk menggunakan menejemen stress dan aktivitas
diversional
3) Jelaskan pentingnya beristirahat pada rencana terapi dan
perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat
4) Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman untuk
beristirahat dan atau tidur.
5) Ajarkan klien bagaimana meningkatkan rasa control dan
mandiri dengan kondisi yang ada
6) Ajarkan klien bagaimana menghadapi aktivitas menghindari

Anda mungkin juga menyukai