Anda di halaman 1dari 4

KONSEP DASAR & ASUHAN KEPERAWATAN “KOR PULMONAL”

Fungsi Normal dari Sirkulasi Paru-paru

 Dalam keadaan normal, aliran darah dalam anyaman vaskuler paru-paru tidak hanya tergantung dari
ventrikel kanan tetapi juga dari kerja pompa pada pergerakan pernapasan.
 Karena sirkulasi paru-paru normal merupakan sirkulasi yang bertekanan dan resistensi rendah; maka curah
jantung dapat meningkat sampai beberapa kali (seperti yang terjadi pada waktu latihan fisik) tanpa
peningkatan bermakna dari tekanan arteria pulmonalis.
 Contoh  Keadaan ini dapat terjadi karena besarnya kapasitas anyaman vaskuler paru-paru, dimana perfusi
normal hanya 25% dalam keadaan istirahat, serta kemampunan untuk menggunakan lebih banyak pembuluh
sewaktu latihan fisik.

Prognosis : Prognosis kor pulmonal sangat bervariasi, tergantung penjalanan alami penyakit paru yang mendasari
dan ketaatan pasien berobat. Penyakit bronkopulmonal simtomatik angka kematian rata-rata 5 tahun sekitar 40-
50%.

Definisi

 Keadaan patologis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan
fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993)
 Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat
kelainan paru, kelainan dinding dada, atau kelainan pada kontrol pernafasan. Tidak termasuk di dalamnya
kelainan jantung kanan yang terjadi akibat kelainan jantung kiri atau penyakit jantung bawaan. (Boughman,
2000).
 Contoh  Kor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan
tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru-
paru atau pembuluh darahnya. Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jantung kiri maupun penyakit
jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale. Kor pulmonale bisa terjadi akut
(contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik. (A. Price Sylvia and M. Wilson Lorraine, 1995).

Etiologi

1. Penyakit paru obstruksi kronik.


2. Emfisema
3. Penyumbatan vaskuler/ remodeling vaskuler/ obstruksi pembuluh darah: emboli paru, atau penyakit yang
menyebabkan kompresi perivaskular atau destruksi jaringan pada fibrosis paru, granulomatosis, kanker
paru.
4. Trombo emboli
5. Vasokonstriksi pulmonal menyeluruh: dapat disebabkan oleh hipoksia, pirau intrapulmonal kanan ke kiri.
6. Penyakit / radang pembuluh darah
7. Penyakit sickle cell
8. Penyakit parenkim dan pengurangan daerah pembuluh darah
9. Bronkiektasis difus
10. TB paru luas
11. Hipertensi pulmonal primer

4 kategori Mekanisme hipertensi pulmonale pada kor pulmunale

 Obstuksi : Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik. Disebut Chronic Thromboembolic
Pulmonary Hypertesion (CTEPH)
 Obliterasi : Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan hipertensi pulmonale adalah lupus
eritematosus sistemik scleroderma, sarkoidosis, asbestosis, dan pneumonitis radiasi.
 Vasokontriksi : Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting dalam pathogenesis terjadinya
hipertensi pulmonale.
 Idiopatik : Kelainan idiopatik ini di dapatkan pada apsien hipertensi pulmonale primer yang di tandai
dengan adanya lesi pada arteri pumonale yang kecil tanpa di dapatkan adanya penyakit dasar lainnya baik
pada paru maupun pada jantung.

Klasifikasi

1. Kor pumonal (Pulmonary heart disease) akibat Emboli Paru.


2. Kor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan PPOM.
3. Kor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan Hipertensi Pulmonal primer.
4. Kor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan kelainan jantung kanan.

Insiden  Meskipun prevalensi PPOK di Amerika Serikat pada tahun 2006 terdapat sekitar 15 juta, prevalensi
yang tepat dari cor pulmonale sulit untuk ditentukan karena tidak terjadi pada semua kasus PPOK, pemeriksaan
fisik tidak sensitive untuk mendeteksi adanya hipertensi pulmonal. Cor pulmonal mempunyai insidensi sekitar 6-7
% dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
karena bronchitis kronis dan emfisema menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale.

Contoh  Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi pulmonal penyebab kor-
pulmonal berkisar antara 0,65-28,6%. Biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi
tercatat di daerah Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera barat (19,4%) serta yang terendah di daerah
lembah Bariem, Irian Jaya.

Manifestasi Klinis

 Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-
batuk, dan hemoptisis.
 Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
 Kor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas
(exertional syncope).
 Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan jantung
3. Elektro Kardiogram (EKG)
4. Radiografi
5. Ekokardiografi,
6. Kateterisasi jantung kanan
7. Laboratorium

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam.


2. Preventif, yaitu : berhenti merokok olahraga dan teratur DAN senam pernapasan sangat bermanfaat
walaupun harus dalam jangka panjang.
Penatalaksanaan Medis

Di fokuskan pada penatalaksanaan untuk penyakit paru dan peningkatan oksigenasi serta peningkatan fungsi
ventrikel kanan dengan menaikkan kontraktilitas dari ventrikel kanan dan menurunkan vasokonstriksi pada
pembuluh darah di paru. Yaitu dengan :

1. Terapi Oksigen
2. Diuretik
3. Vasodilator
4. Digitalis
5. Trakeostomi
6. Antikoagulan

Komplikasi pulmonary heart disease diantaranya: 

1. Sinkope
2. Gagal jantung kanan
3. Edema perifer
4. Kematian

ASKEP

Pengkajian Anamnesa :

1. Kasus yg paling sering ditemukan adl pd lansia krn sering didapati dgn kebiasaan merokok dan terpapar
polusi
2. Pekerjaan berresiko kor pulmonal = pekerjaan yg sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yg
tinggi
3. Lingkungan berresiko kor pulmonal = lingkungan yg dekat daerah perindustrian
4. Riwayat Sakit dan Kesehatan
 Keluhan utama : sering mengeluh sesak, nyeri dada
 Riwayat penyakit saat ini : biasanya akan diawali dgn tanda2 mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yg tdk
produktif
5. Riwayat penyakit dahulu : biasanya memilki riwayat penyakit spt PPOK, fibrosis paru, fibrosis pleura, dan
yg paling sering adl klien dgn riwayat hipertensi pulmonal.

Pemeriksaan fisik = B1-B6

Psikososial  meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan. hipoksemia secara reversible/ menetap, refraktori dan
kebokoran interstisial pulmonal/ alveolar pada status cedera kapiler paru.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan. penurunan nafsu makan
(energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4. Intoleransi aktifitas  yang berhubungan dengan. kelemahan fisik dan keletihan.
5. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan. Oliguria
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan. Hipoksemia secara reversible/ menetap, refraktori
dan kebokoran interstisial pulmonal/ alveolar pada status cedera kapiler paru.
Tujuan pemberian askep : meningkatkan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh dapat
dipertahankan.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan. Hipoksia. 
Tujuan pemberian askep : Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal dan Pasien
mencapai fungsi paru-paru yang maksimal
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen.
Tujuan pemberian askep : tercapainya keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen
4. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan. Penurunan curah jantung.
Tujuan pemberian askep : pola eliminasi urin normal dapat dikembalikan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
(energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
Tujuan pemberian askep : meningkatkan nafsu makan membaik

Anda mungkin juga menyukai