DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ADALVINA S. PIRUSU
(22201019)
SOFYAWATI GAFAR
(22201012)
Konsep Medis
A. Definisi
Kor-pulmonal diartikan sebagai keadaan patologis dengan
ditemukannyahipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh
kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993)
Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan
(hipertrofi dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat kelainan paru,
kelainan dinding dada, atau kelainan pada kontrol pernafasan. Tidak
termasuk di dalamnya kelainan jantung kanan yang terjadi akibat
kelainan jantung kiri atau penyakit jantung bawaan.(Boughman, 2000)
Kor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul
hipertrofi dan dilatasiventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung
kanan; timbul akibat penyakit yangmenyerang struktur atau fungsi
paru-paru atau pembuluh darahnya. Definisi inimenyatakan bahwa
penyakit jntung kiri maupun penyakit jantung bawaan tidak
bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale. Kor pulmonale
bisa terjadi akut(contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik. (A.
Price Sylvia and M.Wilson Lorraine, 1995)
Kor Pulmonal adalah terjadinya pembesaran dari jantung kanan
(dengan atau tanpagagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit
yang mempengaruhi struktur ataufungsi dari paru-paru atau
vaskularisasinya. (Irman Somantri, 2012)Kor Pulmonal adalah
penyakit pembesaran jantung kanan (ventrikel kiri) dengan atautanpa
gagal jantung kiri. (Me
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh:
1. Penyakit paru obstruksi kronik.
2. Emfisem
3. Penyumbatan vaskuler/ remodeling vaskuler/ obstruksi pembuluh
darah:emboli paru, atau penyakit yang menyebabkan kompresi
perivaskular ataudestruksi jaringan pada fibrosis paru, granulomatosis,
kanker paru.
4. Trombo emboli
5. Vasokonstriksi pulmonal menyeluruh: dapat disebabkan oleh
hipoksia, pirauintrapulmonal kanan ke kiri.
6. Penyakit / radang pembuluh darah
7. Penyakit sickle cell
8. Penyakit parenkim dan pengurangan daerah pembuluh darah
9. Bronkiektasis difus
10.TB paru luas
11. Hipertensi pulmonal primer. Hipertensi pulmonale merupakan
komplikasihemodinamik.Mekanisme terjadinya hipertensi pulmonale
pada kor pulmunale dapat di bagimenjadi 4 kategori yaitu :
a.Obstuksi
Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik.
ChronicThromboembolic Pulmonary Hypertesion (CTEPH)
merupakan salah satu penyebab hipertensi pulmonale yang penting
dan terjadi pada 0.1 – 0.5 % pasien dengan emboli paru. Pada saat
terjadi emboli paru, systemfibrinolisis akan bekerja untuk melarutkan
bekuan darah sehinggahemodinamik paru dapat berjalan dengan baik.
Pada sebagian kecil pasien system fibrinolitik ini tidak berjalan baik
sehingga terbentuk emboliyang terorganisasi disertai pembentukkan
rekanalisasi dan akhirnyamenyebabkan penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah paru.
b.Obliterasi
Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan hipertensi
pulmonaleadalah lupus eritematosus sistemik scleroderma,
sarkoidosis, asbestosis,dan pneumonitis radiasi. Pada
penyakitpenyakit tersebut adanya fibrosis paru dan infiltrasi sel-sel
yang progersif selain menyebabkan penebalan atau perubahan
jaringan interstisium, penggantian matriks mukopolisakaridanormal
dengan jaringan ikat, juga menyebabkan terjadinya obliterasi
pembuluh paru.
c.Vasokontriksi
Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting dalam
patogenesisterjadinya hipertensi pulmonale. Hipoksia sejauh ini
merupakanvasokontrikstor yang paling penting. Penyakit paru
obstruktif kronikmerupakan penyebab yang paling di jumpai. Selain
itu tuberkolosis dansindrom hipoventilasi lainnya misalnya sleep
apnea syndrome, sindromhipoventilasi pada obesitas, dapat juga
menyebabkan kelainan ini. Asidosis juga dapat berperan sebagai
vasokonstriktor pembuluh darah paru tetapidengan potensi lebih
rendah. Hiperkapnea secara tersendiri tidak mempunyaiefek
fasokonstriksi tetepi secara tidak langsung dapat
meningkatkantekanan arteri pulmunalis melalui efek asidosisnya.
Eritrositosis yangterjadi akibat hipoksia kronik dapat meningkatkan
vikositas darah sehinggamenyebabkan peningkatan tekanan arteri
pumonalis.
d.Idiopatik
Kelainan idiopatik ini didapatkan pada pasien hipertensi
pulmonale primeryang di tandai dengan adanya lesi pada arteri
pumonale yang kecil tanpadidapatkan adanya penyakit dasar lainnya
baik pada paru maupun pada jantung. Secara histopatologis di
dapatkan adanya hipertrofi tunika media,fibrosis tunika intima, lesi
pleksiform serta pembentukan mikro thrombus.Kelainan ini jarang di
dapat dan etiologinya belum di ketahui. Walaupunsering di kaitkan
dengan adanya penyakit kolagen, hipertensi portal, penyakit autoimun
lainnya serta infeksi HIV.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Korpulmonal (Pulmonary heart disease)
diklasifikasikan berdasarkan etiologinya,yaitu :
1. Kor pumonal (Pulmonary heart disease) akibat Emboli Paru adalah
hipertropiventrikel kananyang disebabkan karena adanya sumbatan
pada area sirkulasi pulmonal.
D.Manifestasi klinis
Manifestasi KlinisInformasi yang didapat bisa berbeda-beda
antara satu penderita yang satu denganyang lain tergantung pada
penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
1. Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat
istirahat,kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
2. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk
yang produktif (banyaksputum).
3. Kor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak
napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
4. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan :
bengkak pada perut dankaki serta cepat lelah. Gejala predominan
pulmonary heart disease yangterkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik,dispnea karena
olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit
paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih
berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga
muncul.Tanda-tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis,
clubbing, vena leherdistensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop
(atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen,
hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
1.Sianosis
2.Kurang tanggap/ bingung
3.Mata menonjol
E. Patofisiologi
Patofisiologi cor pulmonale disebabkan oleh peningkatan
tekanan pengisian jantung atau cardiac filling pressure kanan karena
hipertensi pulmonal akibat penyakit paru. Konsensus para ahli
menyebutkan bahwa disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan
disfungsi ventrikel kanan tidak digolongkan sebagai cor pulmonale.
Beratnya pembesaran ventrikel kanan padda kor pulmonal
berbanding lurus denganfungsi pembesaran dari peningkatan
afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkatdan relatif tetap,
seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatancurah
jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka
dapatmeningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna.
Afterload ventrikel kanansecara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit COPD, pemanjangan pembuluh
darah dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan
pada suatu waktu akan mempengaruhi jantung serta menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan. Kondisi inisering kali menyebabkan
terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yangmenyebabkan
penurunan oksigen paru dapat mengakibatkan hipoksemia
(penurunanPaO2) dan hiperkapnea (peningkatan PaCO2) yang
nantinya akan mengakibatkaninsufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokontriksiarteri pulmonal dan
memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada
emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan
tahanan padasistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya
hipertensi pulmonal. Tekananrata-rata pada arteri paru adalah
45mmHg, jika tekanan ini meningkat dapatmenimbulkan kor
pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikutioleh
gagal jantung kanan.
F. Pemerikaaan Penunjang
1.Pemeriksaan fisik, didapatkan :
a. JVP meningkat dikaitkan dengan adanya respon gagal
jantung kanan danhipertropi ventrikel kanan sendiri, ketika terjadi
hipertropi ventrikel kanandan akhirnya gagal jantung kanan, maka
vena jugularis juga ikut menunjangkompensasi sehingga tekanan atau
venous jugularis pulse mengalami peningkatan.
b. Hepatomegali dikatkan dengan adanya desakan dari arah
ventrikel kanan jantung yang mendesak ruang diafragma dan hepar
sehingga ketika dilakukan pemeriksaan, yaitu palpasi dan perkusi
hepar ditemukan adanyahepatomegali.
c. Asites dan edema tungkai dikaitkan dengan salah satu tanda
penyakitgagal jantung kanan sebagai respon komplikasi penyakit kor
pulmonal ini,yaitu oedema pada daerah ekstremitas bawah (tungkai)
dan berisi cairan(asites).
G.Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan adalah meningkatkan ventilasi klien
dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manifestasi
dari gagal jantungnya.Secara umum penatalaksanaan medis yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat diberikan
02.untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan
arteri pulmonal dan tahanan vaskular pulmonal.
2. Bronkhial higine, diberikan obat golongan bronkodilator
3. Jika terdapat gejala gagal jantung,maka harus memperbaiki
kondisi hipoksemiadan hiperkapnea.
4. Bedrest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretik.
5. Digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan
menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek
digitalis ringan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.T
DENGAN PENYAKIT COR PULMONALE
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri
a. Klien
Nama :Tn. T
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pekerjaan :PNS
Suku :Jawa
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Bolosingo, Pacitan Jatim
Sumber informasi : Pasien, keluarga, dan status klien
Tanggal masuk RS : 10 Maret 2013, pukul 10.00
Tanggal pengkajian :11 Maret 2013, pukul 80.00
Diagnosa saat masuk RS : cor pulmunale
No. RM : 692572
b. Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 70 tahun
Alamat : Bolosongo, Pacitan, Jatim
Hubungan dengan klien : Istri
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak
sudah 2minggu, mengeluarkan dahak berwarna putih kental, pasien
sudah pernah mondok di RSDM Moewardi pada bulan September
2012 pasien menderita penyakit asma selama 12 tahun.
MK: Sesak nafas
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak menderita penyakit tekanan darah tinggi. Pasien sudah
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya sebanyak 6 x, yaitu 3 x
dirawat di RS Pacitan, 1 x RS Karima Husada Pasien 2 x di rawat di
RS Moewardi pada Tgl 12 September 2012, dan terakhir 10 maret
2013.Klien memiliki riwayat penyakit asma sejak 12 tahun yang lalu,
klien kambuh apabila terkena debu, asap dan alergi terhadap udara
dingin, 3 tahun yang lalu klien pernah mengalami kecelakaan dan klien
sudah menjalani operasi karena patah tulang di kaki paha kiri klien dan
klien berjalan menggunakan alat bantu kruk.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga klien mamiliki
riwayat penyakit asma. tidak memiliki riwayat penyakit keturan
seperti, DM, jantung, ataupun hipertensi.
0 : Mandiri,
1 : alat Bantu,
2 : dibantu orang lain,
3 : dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
Pasien mengatakan dalam beraktifitas dibantu oleh kelurga..
MK: gangguan atifitas dan latihan
e. Oksigenasi
Klien mengalami sesak nafas klien terpasang O2 3 liter/menit.
MK: Pola nafas tidak efektif
f. Pola Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien tidur selama 7-8 jam.
Selama sakit : pasien tidur hanya 4-5 jam,tidur pasien terganggu
karena sering sesak nafas dan (hospitalisasi), sehingga membuat pasien
sering mudah terbangun, ketika klien bagun yang dirasakan pasien
lesu.
MK: Gangguan Pola tidur dan istirahat.
g. Pola konseptual
1) Penglihatan : Pasien mengatakan sering memakai alat bantu
penglihatan/ kacamata.
2) Pendengaran : Pasien tidak menggunakan alat Bantu pendengaran,
pendengaran pasien normal.
3) Pengecapan : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada
pengecapan, hasil dari pengkajian menggunakan media teh manis
dan air garam.
4) Penciuman : Pasien dapat menerima rangsangan bau atau mencium
bau dengan jelas, menggunakan media balsem dan parfum.
5) Sensasi : Pasien dapat membedakan antara tajam jarum dan
halusnya kapas.
h. Pola persepsi diri
1) Gambaran diri : pasien seorang laki-laki,
2) Ideal diri : pasien bersyukur dengan apa yang ada pada diri pasien.
3) Peran diri :pasien merupakan suami dari seorang istrinya dan
bapak dari 4 orang anaknya. Pasien merupakan kepala rumah
tangga yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya.
4) Identitas diri :pasien seorang laki-laki pasien sudah menikah dan
sudah berkeluarga.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien sudah menikah dan mempunyai dua anak laki-laki dan 2 anak
perempuan. Pasien selalu didampingi oleh istrinya dan anaknya.
j. Pola peran hubungan
Pasien lebih dekat dengan istri. Komunikasi dengan perawat hanya
apabila ditanya, menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa.
Keadaan ekonomi pasien cukup.
k. Pola manajemen koping – stress
Setiap ada permasalahan pasien selalu didampingi oleh istri dan
keluarganya.
l. Sistem nilai dan keyakinan
Sebelum sakit pasien taat shalat, saat sakit pasien berwudhu dengan
tayamum dan sholat ditempat tidur. Pasien meyakini apapun
penderitaannya Tuhan yang mengatur.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien mengtakan sesak nafas badan terasa lemas,
klien batuk mengeluarkan sputum berwarna putih kental , mukosa bibir
klien lembab, konjungtiva tidak anemis, terpasang IV line Rl 20 tpm,
terpasang O2 3 liter/ menit Hasil pengukuran BB: 170 cm TB: 60kg
a. Keluhan yang dirasakan sekarang : sesak nafas, batuk
berdahak,Mengeluarkan dahak berwarna putih kental dan lemas.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
S : 36,8 ◦c
Nadi :86x/menit
RR : 30x/menit
SPO2: 98 %
c. Kesadaran : compos mentis, GCS : E4 M6 V5
d. Kepala : Bentuk : Mesocephal
Rambut: Bersih warna putih dan kurang rapi
Mata : Conjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera : ikterus (-/-), reflek
cahaya (+/+), fungsi penglihatan baik.
Mulut : Bibir tidak kering, mukosa bibir klien lembab, gigi masih
utuh dan terlihat agak kuning.
Hidung : bersih, tidak ada polip, pasien terpasang nasal kanul O2 3
Lpermenit.
Telinga : bersih, tidak ada peradangan.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP.
f. Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris, dada datar, ada tarikan dinding dada, tidak ada
lesi.
Perkusi : Hiper Sonor kanan kiri
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri,
Auskult : Paru-paru: terdengar ada suara nafas tambahan ronchi dan
whezing.
Jantung
Inspeksi: bentuk dada simetris
Perkusi : ictus cordis teraba di mid clavikula intercosta 4-5
Palpasi : suara pekak
Auskultasi: auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II
g. Abdomen
Inspeksi : warna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada jaundice, tidak
odema,warna sawo matang, tidak ada hepatomegali.
Auskult : Peristaltik 20x/menit
Perkusi : Suara timpany di kuadran ke 4
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, tidak ada nyeri
tekan.
h. Inguinal : Tidak ada kelainan/pembengkakan di region inguinal
i. Genital dan perianal :tidak terkaji
j. Ekstremitas :Terpasang infuse RL (20 tpm) di tangan kanan, ROM
ka/ki kaki kanan aktif kaki kiri pasif karena klien mempunyai riwayat
post op di paha kaki kiri, tidak ada oedem, keadaan kulit lembab,
capilery refil kurang dari 3 detik.
Kekuatan otot: Odeam ekstermitas.
5 5 - -
5 3 - -
6. Daftar Masalah
1. Jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pola tidur dan istirahat.
B. ANALISA DATA
Tabel 4. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS:- Cor pulmonale Pola nafas tidak
- Pasien mmengatakan ↓ efektif
sesak nafas dan sulit Batuk
untuk bernafas normal ↓
DO: Sesak napas
- Ada retraksi dinding ↓
dada Hiperventilasi
- RR : 30x permenit ↓
- Terdengar suara nafas Pola napas tidak
tambahan whezing dan efektif
ronchi
2. DS: Sesak nafas: nafas Gangguan pola
- Pasien mengatakan pendek tidur
selama di rawat di RS ↓
klien tidak bisa tidur Terjadi sesak
dengan nyaman dimalam hari
- Klien mengatakan ↓
sering terbangun Klien sering
dimalam hari terbangun
DO: ↓
- Klien tidak segar Gangguan pola
- Klien nampak lesu tidur
- Klien nampak ngantuk
D. INTERVENSI
Tabel 5. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
tidak efektif tindakan keperawatan 1.monitor pola napas
berhubunagn selama 3x24 jam, pola 2.monitor bunyi napas tambahan
dengan nafas efektif KH: 3.monitor sputum
hiperventilasi -RR dalam batas normal 4.posisikan pasien semi fowler
18-24xpermenit 5.berikan air hangat
- tidak ada pegunana otot 6.lakukan fisioterapi dada
bantu pernafasan 7.berikan oksigen
- irama frekuensi nafas 8.anjurkan asupan cairan 2000
dalam batas normal ml/hari
9.Ajarkan Teknik batuk efektif
10.kolaborasi pemberian obat
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur
pola tidur tindakan keperawatan 1. identifikasi pola tidur
berhubungan selama 3x24 jam, 2. identifikasi factor pengganggu
sesak nafas: gangguan pola tidur dapat tidur
nafas pendek teratasi dengan KH: 3. modifikasi lingkungan
-Perubahan pola tidur 4. lakukan prosedur untuk
normal
-Pasien dapat tidur sesuai meningkatkan kenyamanan.
dengan kebutuhan dan 5. Jelaskan pentingnya tidur
usia cukup selama sakit.
- Pasien mengutarakan
merasa segar dan puas
- Klien tidak terganggu
E. IMPLEMETASI
Tabel 6. Implementasi Keperawatan
No. Dx Hari/Tanggal/Jam Tindakan TTD
1 Senin, 11 maret 2013 Manajemen jalan napas
08.00 1.Memonitor pola napas
Hasil : klien mengatakan dada terasa sesak
dan batuk
3.Memonitor sputum
Hasil : sputum klien berwarna putih kental
7.Memberikan oksigen
Hasil : klien terpasang O2 4 liter /menit atau
nasal kanul
3.Memonitor sputum
Hasil : sputum klien berwarna putih kental
4.Memberikan oksigen
Hasil : klien terpasang O2 3 liter /menit atau
nasal kanul
5.Mengjarkan Teknik batuk efektif
Hasil : klien mempraktikan dan
menghasilkan dahak berwarna putih kental 5
cc
3.Memonitor sputum
Hasil : sputum klien berwarna putih encer
4.Memberikan oksigen
Hasil : klien terpasang O2 3 liter /menit atau
nasal kanul
3.Memodifikasi lingkungan
Hasil : klien biasa tidur di tempat yang
dingin dan tenang
3.Memodifikasi lingkungan
Hasil : menemptakan klien dilingkungan
yang tidak ramai
Rabu, 13 maret 2013 Dukungan tidur
14.00 1.Mengidentifikasi pola tidur
Hasil : klien mengatakan masih sering
terbangun dimalam hari
3.Memodifikasi lingkungan
Hasil : klien Nampak tidur karena sudah
tidak bising lagi
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluai hari ke 1 Senin
Tabel 7. Evaluasi Keperawatan Hari 1
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD
O:
- klien sesak nafas , RR: 34x
permenit
- suara napas klien ronkhi dan
wheezing
- sputum berwarna putih kental
- klien terpasan O2 4L/menit
A : Masalah keperawatan belum teratasi
- pola nafas tidak efektif
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor pola napas
- Memonitor bunyi napas
- Memonito sputum
- Memberikan oksigen
- Dan memberi obat
2 21.15 Diagnosa 2
S:
- pasien mengatakan sulit tidur dan
sering terbangun dimalam hari
karena sesak nafas yang kambuh
O:
- keadaan umum klien lemah
- klien nampak lesu
- klien kurang istirahat
A: masalah keperawatan gangguan pola
tidur belum teratasi
P: lanjutkan intervensi.
- Mengidentifikasi pola tidur
- Mengidentifikasifactor
pengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor pola napas
- Memonitor bunyi napas
- Memonito sputum
- Memberikan oksigen
- Dan memberi obat
2. 21.00 Diagnosa 2
S:
- pasien mengatakan semalam tidur
taoi serign terbangun
- klien mengatakan sulit tidur
karena sesak napas dan bising
O:
- keadaan umum klien lemah
- klien nampak lesu
- klien kurang istirahat
A: masalah keperawatan gangguan pola
tidur belum teratasi
P: - lanjutkan intervensi.
- Mengidentifikasi pola tidur
- Mengidentifikasifactor
pengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor pola napas
- Memonitor bunyi napas
- Memonito sputum
- Dan memberi obat
2. Rabu, 13 maret Diagnosa 2
2013 S:
20.00 - pasien mengatakan sulit tidur dan
sering terbangun dimalam hari
- klien mengatakan sering
terganggu karena sesak
O:
- keadaan umum klien lemah
- klien nampak lesu
- klien kurang istirahat
- klien mampak sesak nafas.
P: lanjutkan intervensi.
- Mengidentifikasi pola tidur
- Mengidentifikasifactor
pengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan