Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

KONTRASEPSI MANTAP

A. DEFINISI MOW DAN MOP


1. MOW
MOW (medis operatif wanita )/Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat bertemu
dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN,2006).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum ( Sujiayatini,2009) jadi dasar dari MOW ini
adalah mengokulasi tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu
Efektivitas tubektomi ;
a. Kurang dari 1 kehamilan per 100 ( 5 per 100 ) perempuan pada tahun
pertama penggunaan.
b. Pada tahun 10 penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100
perempuan (18-19 per 1000 perempuan ).
c. Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi
(penghambatan atau oklusi tuba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas
tubektomi cukup tinggi dibandingkan metode kontrasepsi lainnya .
metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi
pascapersalinan.
2. MOP
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki disebut juga metode
operatif pria yang tidak ingin anak lagi (permanen). Perlu prosedur bedah
untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien
sesuai untuk menggunakan metode ini. Metode ini membuat sperma ( yang
disalurkan melalui vas deferens ) tidak dapat mencapai vesikula seminalis
yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen.

B. SYARAT MOW DAN MOP


1. Syarat melakukan MOW
Syarat dilakukan MOW menurut Saiffudin,2002 yaitu :
a. Syarat sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan
tentang cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi
mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini
b. Syarat bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan
harmonis, umur istri sekurang-kurangnya 25 dengan sekurang-
kurangnya 2 orang anak hidup dananak terkecil lebih dari 2 tahun.
c. Syarat medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat
memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau
kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan
seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang
dapat menjalankan kontrsepsi mantap. Ibu yang tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang
mengalami peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan
ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil (BKKBN,2006).
2. Syarat melakukan MOP
a. Harus dilakukan secara sukarela
b. Harus mendapat persetujuan istri
c. Memiliki jumlah anak yang cukup minimal dua orang, dan anak paling
kecil harus sudah berumur diatas dua tahun
d. Mengetahui akibat tindakan vasektomi
e. Memiliki istri dengan umur yang tidak kurang dari 20 tahun dan tidak
lebih dari 45 tahun.
Satu-satunya resiko terbesar dalam melakukan vasektomi adalah ketika
pasien mengalami perubahan pikiran dan ingin memiliki anak lagi.
Meskipun proses vasektomi bisa dibalikkan, tetapi tidak ada jaminan
bahwa vas deferens akan bekerja seperti sebelumnya, dan pembalikan
proses vasektomi ini memerlukan prosedur operasi yang lebih rumit,
lebih mahal dan tentunya tidak efektif.

C. LANGKAH-LANGKAH MOW
1. Mini Laparastomi Pasca Persalinan
a. Konseling prabedah
1) Kenalkan diri Anda dan sapa klien dengan hangat
2) Tanyakan klien tentang jumlah anak dan riwayat obstetrinya
3) Telaah catatan medik untuk kemungkinan kontraindikasi
4) Jelaskan tentang teknik operasi yang akan dilakukan
5) Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat
b. Persiapan pra bedah
1) Pemeriksaan kelengkapan peralatan bedah dan obat anastesi
2) Instruksikan kepada perawat untuk :
a) Memasang tensi meter, memeriksa dan mencatat tensi, nadi,
pernapasan setiap 15 menit.
b) Memasang wing needle
c) Jika klien memerlukan tambahan sedasi setelah mendapat
diazepam peroral, memberikan pethidin 1 mg/kgBB
intramuskuler dan tunggu 34-45 menit. (Selalu siapkan
noloxone/narcan pada pemberian meperidin/pethidin)
c. Asepsis dan antisepsis
Langkah 1 : pakai pakaian" kamar operasi", topi dan masker.
Langkah 2 : cuci dan sikat tangan dengan larutan antiseptik selama 3
menit
Langkah 3 : pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi
(DTT)
d. Membuka dinding abdomen

Langkah 1 : lakukan tindakan asepsis pada lapangan operasi yakni


sekitar pusat dengan betadine atau jodium alcohol kemudian tutup
dengan kain steril berlubang ditengah.

Langkah 2 : suntikkan secara infiltrasi 3-4 cc anestesi lokal ( lidokain 1


% ) pada tempat insisi, lapis demi lapis sampai fasia, tunggu 2 menit
dan nilai efek anestesi dengan menjepit kulit menggunakan pinset
chirugis

Langkah 3 : kalukan insisi melintang pada kulis dan jaringan subkutan


sepanjang 2-3 cm tepat dibawah pusat

Langkah 4 ; insisi lapis demi lapis sampai hamper menembus


peritoneum kemudian peritoneum dijepit dengan 2 klem, transiluminasi
untuk indentifikasi dan digunting selebar jari sehingga bisa dimasuki
telunjuk dan sebuah tampon tang. Bila fundus uteri dibawah pusat, insisi
membujur setinggi 2 jari dibawah fundus uteri sepanjang 2-3 cm sampai
mencapai fasia. Setelah fasia di insisi kemudian muskulus rektus
abdominis dipisahkan dengan jari telunjuk tau klem arteri sehingga
tampak peritoneum. Jepit peritoneum dengan 2 buah klem,
transiluminasi untuk identifikasi dan gunting secara membujur

e. Mencapai tuba

Langkah 5 : masukkan retractor kedalam rongga abdomen, Tarik


retractor kea rah tuba yang akan dicapai.

Langkah 6 : jepit tuba dengan pinset atau klem babcock dan tari pelan-
pelan keluar melalui lubang insisi sampai terlihat fimbria.

Langkah 7 : bila tuba tertutup omentum atau usus, sisihkan dengan


menggunakan bilah panjang seperti tang spatel dan posisikan klien
trendelenberg

f. Oklusi tuba ( cara pomeroy )

Langkah 8 : jepit tuba pada setengan proksimal dengan klem babcock,


angkat sampai tuba melengkung, tentukan daerah mesosalping tanpa
pembuluh darah.

Langkah 9 : tusukkan jarum bulat dengan benang catgut nomor 0 pada


jarak 2 cm dari puncak lengkungan dan ikat salah satu pangkal
lengkungan tuba.

Langkah 10 : ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama


dengan menggunakan benang yang sama.

Langkah 11 : potong tuba tepat diatas ikatan benang

Langkah 12 : periksa perdarahan pada tunggul tuba dan periksa lumen


tuba untuk meyakinkan tuba telah terpotong.

Langkah 13 : potong benang catgut 1 cm dari tuba dan masukkan


kembali tuba kedalam rongga perut.

Langkah 14 : lakukan tindakan yang sama pada tuba sisi yang lain
g. Menutup dinding abdomen

Langkah 15 : periksa rongga abdomen (kemungkinan perdarahan atau


laserasi usus)

Langkah 16 : jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai


benang chromic cutgut nomor 1.

Langkah 17 : jahit sukutis dengan jahitan simpul memakai benang plain


cutgut nomor 0.

Langkah 18 : jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang sutera


nomor 0.

h. Tindakan Pasca Bedah

Langkah 19 : bersihkan luka insisi dan dinding perut sekitarnya dengan


akohol atau povidon-iodin, tutup luka dengan kain steril dan plester

Langkah 20 : periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan dan tanyakan


pada klien tentang keluhan subjektif

Langkah 21 : pindahkan klien dari meja oprasi ke ruang pulih untuk


pengamatan selama 1 jam

Langkah 22 : intruksikan kepada perawat memeriksa dan mengamati


tendi, nadi,pernapasan dan perdarahan melalui luka operasi.

i. Dekontaminasi

Langkah 23 : bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%


lepaskan dan biarkan terendam dalam larutan tersebut selama 10 menit

Langkah 24 : lepaskan gaun oprasi, serta masker dan taruh pada tempat
yang tersedia.

Langkah 25 : cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.


Langkah 26 : periksa seluruh peralatan operasi yang telah di pakai di
rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

Langkah 27 : periksa tabung dan jarum suntik yang telah di pakai,


direndam dalam larutan klorin 0,5 % di tempat terpisah dari peralatan.

Langkah 28 : periksa kasa, sisa benang dan lain-lain yang telah


terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh telah di masukan dalam
plastic tertutup untuk di buang.

j. Konseling dan Instruksi pascabedah


1. Tanyakan pada klien bila masih ada hal-hal yang ingin di
ketahuinya tentang tubektomi
2. Jelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi
tetap kering
3. Yakinkan pada klien bahwa bila ada keluhan segera kembali
keklinik untuk mendapat pertolongan
4. Beritahu klien bila tidak ada keluhan, periksa ulang 1 minggu
lagi.

2. Langkah-langkah dalam pelaksanaan Tubektomi


a. Minilaparotomi Interval
1) Konseling Prabedah
a) Kenalkan diri anda dan sapa klien dengan hangat
b) Tanyakan kepada klien jumlah anak dan riwayat obstetrinya
c) Telaah catatan medik untuk kemungkinan kontraindikasi
d) Jelaskan tentang teknik operasi, anestesi lokal dan
kemungkinan rasa sakit tidak enak selama operasi
e) Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat
b. Pneumoperitoneum

Langkah 1. Instruksikan teknisi untuk menempatkan klien dalam


posisi kepala ke bawah (Trendelenburg) dengan sudut 60 derajat.

Langkah 2. Dengan hati-hati, ambil bagian pinggir umbilikal


inferior dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan anda yang
tidak dominan dan angkat dinding abdomen menjauhi usus.

Langkah 3 Dengan menggunakan ujung mata pisau bedah (skalpel),


buat sayatan kecil, sekitar 1,5 cm, pada kulit di sepanjang pinggiran
margin umbilikal inferior

Langkah 4 Ambil batang jarum verres dan insersikan melalui


sayatan tersebut pada sudut 45 derajat menuju pelvis. Dua bagian
merupakan bagian lepas yang berbeda akan terasa pada saat fasia
terpenetrasi dan peritoneum dengan gas C02 dialirkan.

Langkah 5 Hubungkan selang insuflator pada stop cock jarum


verres. Minta teknisi untuk menyambungkan ujung yang lain ke unit
insuflator

Langkah 6 Periksa apakah abdomen telah dimasuki dengan benar


dengan menggunakan alat ukur tekanan pada unit insuflator untuk
memeriksa tekanan negatif intra abdomen ( cara lain, tempatkan setetes
obat anestesi pada bukan Luer-Lok jarum verres dan perhatikan
perembesannya ketika dinding abdomen diangkat secara manual )

Langkah 7 Gunakan tombol aliran tinggi dari unit insuflator untuk


memasukkan gas CO2 pada kecepatan 1 liter per menit

Langkah 8 Mulailah insuflasi pada abdomen


Langkah 9 Ketuk-ketuk abdomen bagian bawah dan dengarkan
apakah terdapat suara seperti drum yang mengindikasikan
terbentuknya pneumoperitoneum dengan sempurna

Langkah 10 Lepas jarum verres setelah memasukkan 1,5 – 2,0 liter


CO2 atau setelah abdomen bagian bawah mencapai ukuran seperti
hamil 20 minggu

Langkah 11 Minta perawat untuk mengisi cincin Fallopi ( Fallope


ring )

c. Akses Abdomen

Langkah 1 Periksa katup terompet (trumpet valve ) dan seal karet


dari lengan trokar untu memastikan bahwa alat tersebut hampa udara

Langkah 2 Perluas sayatan awal hingga mencapai lebar sekitar 2 cm

Langkah 3 Rakit unit trokar dengan memasukkan trokar ke dalam


lengan trokar

Langkah 4 Ambil dinding abdomen anterior yang langsung berada


di bawah umbilikus dan angkat

Langkah 5 Tahan trokar yang telah dirakit pada tangan yang


dominan, pastikan bahwa thenar eminence berada di ujung atas trokar

Langkah 6 Miringkan pegangan trokar menuju kepala dengan sudut


60-70 derajat dengan mengarahkan ujung trokar ke sebuah titik
khayalan di tempat kantong douglas berada. Aplikasikan gaya ke
bawah dan melintir untuk membalik fasia dan peritoneum. Hentikan
setelah peritoneum terasa lepas

Langkah 7 Tarik trokar sedikit dan majukan lengan trokar 1-2 cm


ke dalam rongga abdomen. Lepas trokar tanpa melepas lengan trokar
Langkah 8 Hubungkan selang insuflator ke stop cock trokar dan
buka. Masukkan udara sesuai dengan kebutuhan

Langkah 9 Hubungkan kabel cahaya fiber optic ke laprokator dan


minta teknisi untuk menyalakan sumber cahaya

Langkah 10 Tahan mekanisme katup terompet (trumpet ) trokar di


antara jari tengah dan thenar eminence dari tangan yang tidak dominan
dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah

Langkah 11 Tahan bagian hand grip laprokator dengan menggunakan


ibu jari, jari tengah dan jari manis dari tangan yang dominan. Biarkan
jari telunjuk bebas.

Langkah 12 Masukkan ujung laprokator ke dalam lengan


trokar.Buka katup terompet dan masukkan laprokator perlahan-lahan
secara dilihat langsung. Lakukan manuver unit laprokator-trokar
menuju rongga pelvis

Langkah 13 Periksa dan identifikasi struktur rongga pelvis. Angkat


uterus dengan menekan handel kanula rubin ke bawah. Putar handel
dengan gerakan “lock and key “ untuk membuka tuba dan ovarium.

d. Oklusi Tuba

Langkah 1 pastikan lokasi dan lakukan konfirmasi saluran tuba


fallopi dengan melacak saluran tuba dari kornu sampai ujung fimbria

Langkah 2 Buka ujung-ujung forseo secara penuuh dengan


menekan trigger operating slide (pemicu/pelatuk) menjauhi hand grip

Langkah 3 tempatkan ujung posterior di bawah aspek inferior tuba


sekitar 3 cm dari kornu. Perlahan-lahan tarik ujung forsep dengan
menarik trigger operating slide (pemicu/pelatuk) menuju hand grip.
Gerakkan laprokator ke depan selama penarikan ujung forsep untuk
mengurangi risiko laserasi atau cedera pada tuba. Lanjutkan penarikan
sampai tegangan pegas terasa.

Langkah 4 Dengan menggunakan telunjuk, periksa bahwa adaptor


cincin (ring) berada dalam posisi nomor 1tanpa melepas pandangan
dari teropong laprokator. Berikan tekanan tambahan operating slide
untuk membuka ujung-ujung fosep dn lepas saluran tuba fallopi yang
telah ditutup tersebut.

Langkah 5 Periksa apakah penyumbatan tuba telah memadai atau


tidak , yaitu terdapat sebuah loop berukuran 2 cm di atas cincin
falopi/fallopering, dan periksa apakah terdapat perdarahan aktif atau
tidak. Tarik ujung-ujung forsep seluruhnya sebelum pemeriksaan
dilakukan.

Langkah 6 Tentukan lokasi dan konfirmasi keadaan saluran tuba


berikutnya. Manipulasi kanula rubin jika di perlukan.

Langkah 7 Tempatkan dua adaptor cincin (ring adaptor) di posisi


nomor dua. Ulang langkah 2-5 untuk menyumbat saluran tuba.

Langkah 8 Periksa rongga pelvis untuk melihat adanya perdarahan


dan cedera organ lain.

Langkah 9 Lepas laprokator dari rongga perut dan matiakan


sumber cahaya eksternal.biarkan katup terompet (trumpet valvet)
trokar terbuka untuk mengenpiskan abdomen. Lepas trokar, goyang
kan sesuai dengan kebutuhan untuk membantu omentum jatuh.
Kembalikan posisi meja operasi dari posisi trendenberg ke posisi
horizontal.

Lngkah 10 Tutup sayatan dengan jahitan tunggal, sederhana dengan


menggunakan catgut kromik. Beri anti septik dan balut luka tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

BKKN.2011.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:PT.BINA


PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO
https://www.honestdocs.id.cdn.ampproject.org

Nama : Iis Almaidah

NIM : P07124118202

Prodi/Jurusan : DIII Kebidanan

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana

Dosen Pengampu : Hj. Isnaniah, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai