Anda di halaman 1dari 25

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi mantap Medis Operasi


Wanita (MOW)

Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi

yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur

(pada perempuan) dan saluran sperma (pada laki-laki). Dengan cara ini,

proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk

selamanya. Karena sifatnya yang permanen, kontrasepsi ini hanya

diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap memutuskan untuk

tidak lagi mempunyai anak. Itulah kontrasepsi ini disebut kontrasepsi

mantap (Nina dan Mega Rinawati, 2013).

1. Pengertian Tubektomi / Medis Operasi Wanita (MOW).

Tubektomi / MOW adalah setiap tindakan pada kedua saluran

telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

akan mendapatkan keturunan lagi (Nina dan Mega Rinawati,

2013).

Sedangkan menurut Prawirohardjo (2008), Tubektomi ialah

tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi wanita.


11

Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun

kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. Sebelum

melakukan Tubektomi / MOW terlebih dahulu kita lakukan

konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan

informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan

keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu, jangka waktu

efektifitas kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek

samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik

dan keinginan pasien.

2. Tindakan Tubektomi

Menurut (Prawirohardjo, 2008). Ada dua tipe yang sering

digunakan dalam pelayanan tubektomi, yaitu :

a. Minilaparotomi

Laparotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat

digaris tengah diatas simvisis sepanjang 3 cm sampai

menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba di masukan alat

khusus (elevator uterus) kedalam kavum uteri. Dengan bantuan

alat ini uterus bila mana dalam retrofleksi di jadikan letak

antefleksi dahulu dan kemudian di dorong kearah lubang

sayatan. Kemudian, di lakukan penutupan tuba dengan salah

satu cara.
12

b. Laparoskopi

Mula – mula di pasang cunam serviks pada bibir depan porsio

urteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakan uterus

jika hal itu di perlukan pada waktu laparoskopi. Setelah di

lakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah

pusat sepanjang lebih 1 cm. kemudian, di luka tersebut di

lakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum

khusus (jarum veres), dan melalui jarum itu dibuat

pneumoperitonieum dengan memasukan CO2 sebanyak 1 – 3 L

dengan kecepatan kira – kira 1 L/m. setelah pneumoperitoneum

di rasa cukup, jarum veres di keluarkan dan sebagai gantinya di

masukan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troika di

angkat dan di masukkan laparoskop melalui tabung. Untuk

memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita di

letakkan dalam posisi trendelenburg dan uterus di gerakan

melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan

cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama – sama

dengan laparoskop, tuba di jepit dan di lakukan penutupan tuba

dengan kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin

Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung dengan

kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi,

sekarang lebih banyak di gunakan cara – cara yang lain.


13

3. Cara Kerja

Cara kerja tubektomi / Medis Operasi Wanita (MOW) yaitu dengan

mengonklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang

cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Tuba

fallopi adalah struktur berbentuk pipa yang menjadi jalur perjalanan

telur setelah dilepaskan dari indung telur (ovarium). Setiap wanita

memiliki tuba fallopi sepasang, dua ujungnya melekat di sisi uterus

dan dua ujung lainnya terbuka di abdomen. Panjang masing-

masing tabung ini sekitar 10 cm (Nina dan Mega Rinawati, 2013).

4. Indikasi Tubektomi

a. Umur lebih dari 26 tahun

b. Anak lebih dari dua orang

c. Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang

diinginkan.

d. Ibu pasca persalinan.

e. Ibu pasca keguguran.

f. Pasien paham dan setuju dengan prosedur KB tubektomi

terutama pengetahuan pasangan tentang cara-cara kontrasepsi

ini, risiko dan keuntungan kontrasepsi tubektomi dan

pengetahuan tentang sifat permanennya kontrasepsi ini.

5. Kontraindikasi Tubektomi

a. Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium).


14

b. Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan.

c. Kondisi kesehatan yang berat seperti stroke, darah tinggi atau

diabetes.

d. Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan

memperburuk kesehatannya.

e. Perdarahan pervaginal yang belum jelas.

f. Infeksi organ-organ pelvik yang luas dan berat.

g. Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm).

h. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

i. Pasien masih ragu dan belum setuju dengan kontrasepsi

tubektomi / Medis Operasi Wanita (MOW).

6. Manfaat Tubektomi

a. Tidak mempengaruhi proses menyusui

b. Tidak bergantung pada faktor senggama

c. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko

kesehatan yang serius

d. Pembedahan sederhana dapat di lakukan dengan anastesi

local

e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek

pada produksi hormone ovarium)./ (Hartanto H,2004).


15

7. Keuntungan Tubektomi menurut Prawirohardjo (2008).

a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak

diperlukan motivasi yang berulang-ulang.

b. Efektifitas hampir 100 %.

c. Tidak mempengaruhi libido seksual.

d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

8. Keterbatasan Tubektomi

a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi.

b. Pasien dapat menyesal di kemudian hari.

c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi

umum).

d. Rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek

setelah tindakan.

e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih

f. Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS.

9. Waktu pelaksanaan Tubektomi / Medis Operasi Wanita (MOW)

a. Setelah melahirkan

1) Minilaparoskopi dapat dilakukan pada hari ke 2 atau setelah

6 minggu atau 12 minggu.

2) Laparoskopi tidak dapat dilakukan untuk pasien pasca

persalinan.
16

b. Setelah keguguran

1) 3 bulan pertama : dalam waktu 7 hari selama tidak ada bukti

infeksi pelvic (minilaparoskopi dan laparoskopi).

2) 3 bulan kedua : dalam waktu 7 hari selama tidak ada infeksi

pelvic (minilaparoskopi saja).

c. Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan.

d. Pada saat tindakan operasi besar wanita diantaranya

bersamaan dengan operasi kandungan.

e. Setiap saat dikehendaki, yaitu selama siklus menstruasi apabila

diyakini secara benar bahwa pasien tidak hamil.

10. Komplikasi Tubektomi / Medis Operasi Wanita (MOW)

Komplikasi Penanganan

Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka,

obati dengan antibiotic. Bila

terdapat abses, lakukan

drainase dan obati seperti yang

terindikasi.

Demam pasca operasi (380c). Obati infeksi berdasarkan apa

yang ditemukan

Luka pada kandung kemih Mengacu ketingkat asuhan

(intestinal jarak terjadi) yang tepat, apakah kandung


17

kemih atau usus luka dan

diketahui sewaktu operasi,

lakukan reparasi primer.

Apabila ditemukan pasca

operasi, dirujuk ke Rumah Sakit

yang tepat bila perlu.

Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat

dan lembab ditempat tersebut.

Amati : hal ini biasanya akan

berhenti dengan berjalannya

waktu tetapi dapat

membutuhkan drainase bila

ekstenesi

Emboli gas yang diakibatkan Ajukan ke tingkat asuhan yang

oleh laparoskopi (sangat jarang tepat dan mulailah resusitasi

terjadi). intensif termasuk : cairan

intravena, resusitasi kardio

pulmonar dan tindakan

penunjang kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau

pembedahan abses dan obati berdasarkan


18

apa yang ditemukan.

Perdarahan superfinal (tepi-tepi Mengontrol perdarahan dan

kulit atau subkutan). obati berdasarkan apa yang

ditemukan.

Hal-hal yang perlu pasien ketahui pasca tindakan tubektomi / Medis

Operasi wanita (MOW).

a. Pada minggu pertama segera kembali jika :

1) Demam tinggi

2) Ada nanah atau luka berdarah

3) Nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan.

4) Nyeri berlanjut atau semakin parah, kram nyeri perut.

5) Diare.

6) Pingsan atau sangat pusing.

b. Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepas.

c. Memulai aktivitas normal secara bertahap.

d. Hindari hubungan seks hingga merasa cukup.

e. Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras

selama 1 minggu.

f. Jika sakit, minum untuk analgesic untuk mengurangi nyerinya.


19

g. Jadwal kunjungan ulang secara rutin antara 7 dan 14 hari

setelah pembedahan.

h. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri pada perut atau sering

pingsan atau merasa ada keluhan.

Informasi Umum setelah tindakan Tubektomi / Medis Operasi Wanita

(MOW) menurut, Nina dan Mega Rinawati, (2013).

1. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim

dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma sekunder

terhadap pneumoperitoneum.

2. Tubektomi efektif setelah operasi

3. Periode menstruasi berlanjut seperti biasa (jumlah dan durasi haid

dapat meningkat setelah pembedahan).

4. Tubektomi tidak memberikan perlindungan pada IMS (Infeksi

Menular Seksual) termasuk virus AIDS apabila pasangannya

berisiko, pasangannya mempergunakan kondom bahkan setelah

tubektomi.

B. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Sosial

Terdapat banyak defenisi tentang dukungan sosial yang

dikemukakan oleh para ahli yaitu dukungan sosial adalah pertolongan,

bantuan yang di terima oleh individu dari interaksinya dengan

lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan


20

lebih sehat fisik dan psikisnya dari pada individu yang tidak menerima

dukungan sosial. Dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat,

verbal, nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh

keakraban sosial didapat melalui kehadiran mereka dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima sehingga

dapat melindungi seseorang atau bahkan sekelompok orang dari

perilaku negatif dan stres. ( Smet dalam Arliza, 2006).

Dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat

interaksi dengan orang lain”. (Sheridan dan Radmacher dalam Arliza,

2006).

Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia di cintai

dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan

bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama”. ( Taylor dalam

Arliza, 2006).

Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

dukungan sosial merupakan kesediaan sumber daya yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis yang di dapat lewat pengetahuan

bahwa individu tersebut di cintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain

dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang

berdasarkan kepentingan bersama.


21

1. Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial adalah orang lain yang akan

berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat

merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini

terdiri dari :

a. Pasangan hidup

b. Orang tua

c. Saudara

d. Anak

e. Kerabat

f. Teman

g. Rekan kerja

h. Staf medis

i. Serta anggota kelompok dalam kemasyarakatan

2. Bentuk Dukungan

Dalam Jurnal Pustaka Kesehatan (2014). Terdapat empat bentuk

dukungan sosial suami terhadap istri untuk menggunakan alat

kontrasepsi Mantap khususnya Medis Operasi Wanita (MOW) yaitu :

a. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung sesuai yang

dibutuhkan individu. Bentuk dukungan instrumental suami pada

istri untuk meggunakan alat kontrasepsi berupa materi atau


22

pertolongan langsung seperti suami bersedia menyediakan biaya

untuk penggunaan metode kontrasepsi Medis Operasi Wanita

(MOW), bersedia mengantarkan istri ke fasilitas kesehatan untuk

penggunaan alat kontrasepsi MOW.

b. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan

mengatasi masalah dengan lebih mudah.

c. Dukungan emosional

Dukungan emosional suami terhadap istri dalam keluarga

berencana dapat diwujudkan melalui komunikasi yang baik antara

suami dan istri dalam kesehatan reproduksi dan kesertaan ber-

KB. Komunikasi antara suami dan istri termasuk dalam

komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal bisa

membangun, memelihara, dan kadang-kadang dapat

menghancurkan suatu hubungan dengan kenalan yang baru,

teman lama dan anggota keluarga.

d. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan meliputi ungkapan hormat, dorongan

untuk maju, serta membantu seseorang untuk melihat segi-segi

positif yang ada dalam dirinya untuk dibandingkan dengan orang


23

lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri dan

persetujuan atas gagasan atau perasaan individu. Dalam hal ini

bentuk dukungan suami dapat berupa persetujuan suami

terhadap istri untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi

Medis Operasi Wanita.

3. Dampak dukungan sosial

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan

fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana

dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keaadaan

stres. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis

dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya

kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Apabila kejadian itu

muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau

mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena

itu akan mengurangi potensi munculnya stres.

Sheridan dan Radmacher (1992), Rutter, dkk (1993), sarafino

(1998) serta Taylor (1999) mengemukakan dua model untuk

menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi

kejadian dan efek dari keadaan stres yaitu :

a. Model efek langsung

Model ini melibatkan jaringan sosial yang besar dan memiliki efek

positif pada kesejahteraan. Model ini berfokus pada hubungan


24

dan jaringan sosial dasar. Model ini juga dideskripsikan sebagai

struktur dari dukungan sosial yang meliputi faktor status

perkawinan, keanggotaan dalam suatu kelompok, peran sosial

dan keikutsertaan dalam kegiatan agama.

b. Model Buffering

Model ini berfokus pada aspek dari dukungan sosial yang

berperilaku sebagai buffer dalam mempertahankan diri dari efek

negatif stres. Model ini mengacu pada sumber daya interpersonal

yang akan melindungi individu dari efek negatif stres dengan

memberikan kebutuhan khusus yang disebabkan oleh kejadian

yang mengakibatkan stres. Model ini bekerja dengan

mengarahkan kembali hal-hal yang menimbulkan stres atau

mengatur keadaan emosional yang disebabkan oleh hal-hal

tersebut. Model ini berfokus pada fungsi dukungan sosial yang

melibatkan kualitas hubungan sosial yang ada.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

a. Keintiman

Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada

aspek-aspek lain dalam interaksi sosial. Semakin intim seseorang

maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar.


25

b. Harga diri

Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain

merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan

menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang

berangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.

c. Ketrampilan sosial

Individu dengan pergaulan yang luas akan memilki ketrampilan

sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang

luas pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu

yang kurang luas memilki ketrampilan sosial yang rendah.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjawab pertanyaaan “what” misalnya air, apa manusia, apa alam,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002)

Menurut Benyamin Bloom (1908), pengetahuan adalah

penginderaan atau hasil tahu seseorang dan sebagainya dengan

sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2005).

Pengukuran pengetahuan menurut Lawrence Green (dalam

Notoatmodjo, 2007) bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang


26

kesehatan di tentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi

sebagai faktor predisposisi di samping faktor pendukung seperti

lingkungan fisik, prasarana atau faktor pendorong yaitu sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif

digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif

terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat

diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

diharapkan dan diperoleh presentase, setelah dipresentasekan lalu

ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat kualitatif (Arikunto dalam

Arliza, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notatmodjo

(2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula.
27

b. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan tradisi dilakukan orang-orang tanpa melaui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik atau biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknnya pengetahuan kedalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap dalam hal ini merupakan reaksi atau respon suami yang

masih tertutup terhadap suatu stimulan atau objek. Beberapa batasan

lain tentang sikap dapat dikutipkan sebagai berikut :

Menurut Campell (1950) “ Sikap itu suatu sindroma atau kumpulan

gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaaan yang lain”.

(Notoadmodjo, 2005)
28

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang

lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau

menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai

kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini

disebabkan oleh beberapa alasan antra lain:

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi

saat itu. Misalnya, seorang suami yang mau istrinya melakukan

MOW karena istrinya keguguran setelah mempunyai dua orang

anak.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu

kepada pengalaman orang lain.

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Misalnya, seorang

istri yang sudah memilki anak lebih dari dua memutuskan untuk

menggunakan kontrasepsi mantap (MOW) setelah mendapat

informasi dari temannnya.

E. Tinjauan Umum Tentang Persepsi

Persepsi berkenaan dengan fenomena dimana hubungan antara

stimulus dan pengalaman yang lebih kompleks ketimbang dengan


29

fenomena yang ada pada sensasi. Fenomena persepsi tergantung pada

proses – proses yang lebih tinggi tingkatannya.

James P.Chaplin mengatakan bahwa persepsi adalah proses untuk

mengetahui atau mengenal objek atau kejadian objektif yang

menggunakan indra dan kesadaran dari proses-proses organis

Titchener mengatakan bahwa persepsi adalah satu kelompok

penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari

pengalaman di masa lalu. Variabel yang menghalangi atau ikut campur

tangan yang berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan

perbedaan di antara perangsang – perangsang (Herri dan Namora,

2010).

Robbin (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana

seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan sensasi yang

dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap

lingkungannnya (Notoatmodjo, 2010).

Menurut pandangan psikologi kontemporer, persepsi secara umum

diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan (variabel intervening)

yang tergantung pada faktor – faktor motivasional. Maka arti suatu objek

atau kejadian objektif ditentukan oleh kondisi perangsang atau faktor

organisme. Dengan alasan ini, maka persepsi mengenai dunia oleh

pribadi di tanggapi berbeda – beda, karena individu menanggapinya


30

berdasarkan aspek – aspek situasi yang memberikan arti khusus pada

dirinya.

Secara umum, persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang

mencakup perhatian, pemahaman, dan pengenalan objek – objek atau

peristiwa. Biasanya persepsi diorganisasikan kedalam bentuk (figure),

dasar (ground), garis bentuk (garis luar, kontur), dan kejelasa (Herri dan

Namora, 2010).

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Secara umum, adapun faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang yaitu :

a. Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu

objek atau peristiwa, maka semakin tinggi juga minatnya dalam

mempersepsikan objek atau peristiwa.

b. Kepentingan, artinya semakin dirasakan penting terhadap suatu

objek atau peristiwa tersebut bagi diri seseorang, maka semakin

peka dia terhadap objek – objek persepsinya.

c. Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering dirasakan

seseorang, maka semakin terbiasa dirinya didalam membentuk

persepsi.

d. Konstansi, artinya adanya kecenderungan seseorang untuk

selalu melihat objek atau kejadian secara konstan sekalipun


31

sebenarnya itu bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna, dan

kecemerlangan.

2. Bentuk – bentuk persepsi

a. Persepsi Jarak

Persepsi jarak sebelumnya merupakan suatu teka - teki bagi

teoretis persepsi, karena cenderung dianggap sebagai apa yang

dihayati oleh indra perorangan yang berkaitan dengan bayangan

dua dimensi. Akhirnya ditemukan bahwa stimulus visual memiliki

ciri – ciri yang berhubungan dengan jarak pengamatan. Atau lebih

dikenal dengan istilah isyarat jarak (distance cues). Sebagian

faktor ini hanya ada bila suatu penglihatan dipandang dengan

kedua mata (isyarat binokuler) dan sebagian lagi ada dalam

stimulus luas pada tiap mata (isyarat monokuler). Persepsi jarak

menjadi lebih rumit karena sangat tergantung pada sejumlah

besar faktor.

b. Persepsi Gerakan

Gibson, dkk. Mengatakan bahwa isyarat persepsi gerakan ada di

lingkungan sekitar manusia. Kita melihat sebuah benda bergerak

karena ketika benda itu bergerak, sebagian menutupi dan

sebagian lagi tidak menutupi latar belakangnya yang tak

bergerak. Kita juga akan melihat benda – benda bergerak ketika

berubah jarak. Kita melihat bagian baru ketika bagian lain hilang
32

dari pandangan. Jadi tidak peduli apakah pandangan mata kita

mengikuti benda yang bergerak atau pada latar belakangnya.

Suatu hal akan menjadi menarik jika meninggalkan isyarat yang

ambigus sehingga dapat memungkinkan terjadinya kekeliruan

dalam mempersepsi.

c. Persepsi Kedalaman

Persepsi kedalaman dimungkinkan akan muncul melalui

penggunaan isyarat – isyarat fisik, seperti akomodasi,

konvergensi dan disparitas selaput jala dari mata dan juga di

sebabkan oleh isyarat – isyarat yang di pelajari dari perspektif

linier dan udara interposisi atau meletakkan di tengah – tengah,

dimana ukuran relatif dari objek dalam penjajaran, bayangan,

ketinggian tekstur, atau susunan. (Herri dan Namora, 2010).

F. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuainya sel telur oleh sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi

ke dinding rahim (Nina dan Mega Rinawati, 2013)

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi.

Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara

menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektiv

dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang


33

digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi.

Perbedaan keberhasilan metode tergantung pada tipikal pengguna

(yang terkadang tidak konsisten) dan pengguna sempurna (mengikuti

semua instruksi dengan benar dan tepat). Seseorang cenderung

menggunakan metode kontrasepsi secara tepat ketika semakin terbiasa

dengan metode kontrasepsi tersebut. Untuk mampu menciptakan

keluarga bahagia, perlu berbagi peran dengan adil suami istri, berusaha

mengatasi krisis keluarga dan mengkukuhkan integritas keluarga

(Mustakim, 2012).

1. Macam metode atau cara kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana

1) Tanpa alat atau obat, antara lain :

a) Metode kalender ( pantang berkala) Metode lender serviks

b) Metode suhu basal

c) Coitus interuptus ( senggama terputus)

2) Dengan alat atau obat, antara lain :

a) Mekanisme ( barrier)

b) Kondom

c) Introvagina wanita antara lain : diagfragma, spons dan kap

serviks.
34

d) Kimiawi dengan spermisid, antara lain : vaginal cream,

vaginal foam, vaginal jelly, vagina suppositoria, vaginal

tablet.

b. Metode Kontrasepsi Efektif (MKE)

1) Kontrasepsi Hormonal :

a) KB pil, antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil,

Morning After

b) KB Suntik : Depo Provera, Cyclofem, Norigest

2) Implant/ AKBK

3) Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

c. Metode Kotrasepsi Mantap

1) Metode Operatif Pria (MOP/ Vasektomi)

2) Metode Operatif Wanita (MOW/ TUbektomi)

Sumber : ( Hartanto H, 2004).

2. Tujuan dari penggunaan alat kontrasepsi adalah :

Untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta

mewujudkan keluarga kecil dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

(Handayani S, 2010).

Anda mungkin juga menyukai