Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

METODE OPERATIF WANITA (MOW) DAN METODE OPERATIF PRIA (MOP)

Oleh:

PRATIWI INDAH SURYA MEIDA

NIM PO.62.24.2.19.356

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAANSUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). Metode Operatif Wanita (MOW) atau
disebut dengan tubektomi adalah tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina.
Sedangkan Metode Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi, yaitu
tindakan memotong atau mengikat saluran vasdeferens (Meilani dkk, 2010).
Sterilisasi (tubektomi) merupakan salah satu cara KB modern yang paling efektif.
Keefektifan metode sterilisasi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dilakukan
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Di dalam
pelaksanaan program, animo masyarakat terhadap sterilisasi sangat kurang. Peserta
sterilisasi sejak program KB dicanangkan pada tahun 1970 hingga saat ini masih
menunjukkan angka yang sangat sedikit. Rendahnya proporsi peserta KB sterilisasi
tentu saja tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap penurunan angka
kelahiran di Indonesia (BKKBN, 2011).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) memperlihatkan bahwa
pencapaian peserta KB mantap tubektomi hingga saat ini masih belum
menggembirakan. Hasil survei berskala nasional lain, yaitu Pemantauan PUS Melalui
Mini Survei Tahun 2010 menunjukan pencapaian peserta KB sterilisasi masih rendah
yaitu 2,2 % untuk tubektomi (BKKBN, 2011).
Peserta KB baru secara Nasional sampai dengan bulan Agustus 2012 sebanyak
6.152.231 peserta. Untuk peserta tubektomi hanya sekitar 1,42%. Mayoritas peserta
KB baru bulan Agustus 2012, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 82,26% dari seluruh
peserta KB. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang
seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 17,74% (BKKBN, 2012).
Terdapat peningkatan presentasi pemakaian alat kontrasepsi pada SDKI dari 62%
pada SDKI 2012 menjadi 64% pada SDKI 2017. Namun, persentase putus pakai (DO)
kesertaan ber KB masih tinggi yaitu 34%. Menurut WHO 490.000 perempuan di
dunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serfiks dan 80% berada di negara

2
berkembang BKKBN, 2019). Sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia menggunakan
tubektomi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dengan lebih dari tiga-
perempat akseptor tubektomi berada di Cina dan India. Di Inggris pada tahun 2001,
prevalensi tubektomi sebagai metode kontrasepsi tinggi pada wanita yang lebih tua,
diperkirakan 44% dari mereka berusia antara 45-49 tahun. Namun, sekarang
tampaknya mulai menurun sampai 30% sejak tahun 1996, prevalensi vasektomi pada
pria telah melampaui tubektomi di Inggris secara keseluruhan (Glasier, Gebbie, 2008).
Sejak status darurat Cofid19 awal tahun 2020 maka penyuluhan dan pelayanan
maupun pemberian informasi yang detail dengan SKB termasuk tentang Cofid19 di
motifasi untuk menggunakan MKJP dan dapat dilakukan melalui telepon/WA untuk
mengurangi BABY BOOMING (Dr. Ermi, 2020).

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari tubektomi
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari metode tubektomi
3. Mengetahui pelayanan yang harus diberikan kepada akseptor tubektomi

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Upaya Antisipasi BABY BOOMING pasca Pandemi


1. Implementasi Program pelayanan KB harus tetap berjalan sesuai SOP dan standar
pelayanan Cofid19 bagi nakes dan akseptor KB
2. Perlu kewaspadaan dini dan skrining awal pasien berasal dari daerah zona merah
3. Pelayanan KB dapat dilakukan pasca salin dan abortus, perjanjian melalui media
online (WAG, dll), menentukan waktu kunjungan, jangan berlama-lama di faskes
dengan memperhatikan social distancing (cegah DO akseptor lama dan tingkatkan
akseptor baru)
4. Menjaga distribusi alkon, obat dan BHP sesuai SOP Pandemi Cofid19
5. KIE ke masyarakat/akseptor secara update tentang tata laksana dan SOP terstandar
dan memfasilitasi pengadaan APD bagi petugas lapangan serta akseptor
6. Perlu penguatan penyediaan alat dan obat kontrasepsi, pengembangan pelayanan
KB faskes dan praktek pribadi

B. Pengertian
Kontrasepsi mantap merupakan prosedur klinik untuk menghentikan fertilisasi
dengan cara operatif dalam pencegahan kehamilan yang bersifat permanen. Macam
Tubektomi (wanita) dan fasektomi (pria) yang mana masuk kontrasepsi jangka
panjang (Kemenkes, 2015). Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan
sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi
fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik
untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko
infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk
memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval (Saifuddin, 2007).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan
orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.

4
Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi
(Handayani, 2010).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat
tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah
ovum dibuahi oleh sperma di tuba falopii (Everett, 2008)
Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi merupakan tindakan
penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur
tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu
dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks
wania tidak akan turun (BKKBN, 2008).

C. Keuntungan dan Kekurangan


1. Keuntungan
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, kelebihan dari
tubektomi antara lain:
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses me nyusui (breastfeeding)
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium)

2. Kekurangan
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, kekurangan dari
tubektomi antara lain:
a. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
b. Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini.
Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap
memilih metode ini.
5
c. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah
dilakukan pembedahan
d. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
e. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang
dilakukan adalah proses laparoskopi
f. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.

D. Sasaran Tubektomi
1. Yang dapat Menjalani Tubektomi
a. Usia >26 tahun
b. Memiliki keturunan > 2
c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
d. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
e. Pasca persalinan
f. Pasca keguguran
g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

2. Yang Sebaiknya tidak Menajali Tubektomi


a. Hamil
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
f. Belum memberikan persetujuan tertulis
g. Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung
dan paru yang berat

E. Kapan Tubektomi Dilakukan


Waktu waktu yang dapat dilakukan tindakan pembedahan tubektomi yaitu, (Buku
Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2006):
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak
hamil
2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
6
3. Pascapersalinan;
Minilap: di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
4. Pascakeguguran;
Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi),
Triwulan kedua (minilap saja).

F. Penapisan Klien Metode Operasi Tubektomi

Keadaan klien Dapat dilakukan Pada Fasilitas Dilakukan Difasilitas


Rawat Jalan Rujukan
Keadaan umum Kedaan umum baik, tidak ada Diabetes tidak terkontrol,
(anamnesis tanda-tanda apenyakit jantung, riwayat gangguan
pemeriksaan fisik). paru, atau ginjal. pembekuan darah, ada
tanda - tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut

Tekanan darah Kurang dari 160/100mmHg ≥ 160/100mmHg


Berat badan 35-85 kg >85kg ; < 35kg
Riwayat operasi Bekas secsio sesaria (tanpa Operasi abdomen
abdomen/panggul. perlekatan). lainya,perlekatan atau
terdapat kelaianan pada
pemerikaan panggul.
Riwayat radang Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada
panggul, hamil kelainan.
ektopik, apendisitis.
Anemia HB ≥ 8g% HB < 8g%

Sumber: (Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2006)

G. Pelaksanaan Pelayanan Tubektomi


1. Teknik Operasi
Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi, yang
mana terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan dalam
pelayanan tubektomi, aitu minilaparotomi dan laparoskopi. Teknik ini
menggunakan anestesi lokal dan ila dilakukan secara benar, kedua teknik tersebut

7
tidak banyak menimbulkan komplikasi pasca-bedah (Buku Panduan Pelayanan
Kontrasepsi, 2006)
a. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil sekitar 3 cm baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini
dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat dilakukan
oleh dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini aman dan efektif
b. Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan
yang telah dilatih khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini
dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa
komplikasi). Laparoskopi dapat digunakan dengan anastesi lokal dan
diperlakukan sebagai klien rawat jalansetelah pelayanan.

2. Perawatan Pascabedah dan Observasi


Pada masa observasi setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
nadi. Bila telah diperbolehkan minum, klien sebaiknya diberi cairan yang
mengandung gula untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Lakukan romberg
sign bila penderita tampak stabil, suruh mengenakan pakaian dan tentukan
pemulihan kesadaran. Apabila semua berjalan dengan baik, klien dapat
dipulangkan

H. Prosedur Tubektomi
1. Minilaparotomi
a. Konseling prabedah
1) Kenalkan diri anda dan sapa klien dengan hangat.
2) Tanyakan klien tentang jumlah anak dan riwayat obstetrinya
3) Telaah cataan medik untuk kemungkinan kontraindikasi.
4) Jelaskan tentang teknik operasi yang akan dilakukan
5) Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat.

Membuka dinding abdomen

8
Langkah 1 : lakukan tindakan asepsis pada lapangan operasi yakni sekitar pusat dengan
betadin kemudian tutup dengan kain steril berlubangdi tengah.

Langkah 2 : suntikkan secara infiltrasi -4 cc anestesii lokal (lignokain 1%) pada tempat
insisi, lapis demi lapis sampai fasia, tunggu 2 menit dan nilai efek anestessi.

Langkah 3 : lakukan insisi melintang pada kult dan jaringan subkutan sepanjang 2-3 cm
tepat di bawag pusat.

Langkah 4 : insisi lapis demi lapis sampai hampir menembut peritoneum kemudian
peritoneum dijepit dengan 2 klem, transiluminasi untuk identifikasi dengan
gunting selebar jari sehingga bisa di masukki jari telunjuk dan sebuah
tampon tang

Bila fundus uteri di bawah pusat, insisi membujur setnggi 2 jari di bawah fundus
sepanjang 2-3 cm sampai mencapai fasia. Setelah fasia diinsisi kemudian muskular rektus
abdominis dilakukan dengan jari telunjuk atau kleam arteri sehingga tampak peritoneum.
Jepit peritoneum dengan 2 buah klem, transiluminasi untukidentifikasi dengan gunting
peritoneum secara membujur

Mencapai tuba

Langkah 5 : masukkan retraktor ke dalam rongga abdomen, tarik retraktor ke arah tuba
yang akan di capai.

Langkag 6 : jepit dengan pingset atau klem dan tarik perlahan-lahankeluar melalui
lubang insisi sampai terlihat fimbriae.

Langkah 7 : bila tuba tertutup omentum atau usu, sisihkan dengan menggukan kasa bulat
yang di jepit klem arteri dan posisi klien trendelenbred.

Oklusi tuba (cara Pomeroy)

Langkah 8 : jepit tuba 1/3 poksimal dengan klem babcock angkat sampai tuba
melengkung, tentukan daerah mesosalping tanpa pembuluh darah.

Langkah 9 : tusukkan jarum bulat dengan benang catgut no 0 jarak 2 cm dari puncak
lengkungan dan ikat salah satu pangkal lengkungan.

Langkah 10 : ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersamaan menggunakan


benang yang sama.

9
Langkah 11 : potong tuba tepat diatas ikatan benang.

Langkah 12 : periksa pendarahan pada tunggul tuba dan pariksa lumen tuba untuk
meyakinkan tuba telah terpotong.

Langkah 13 : potong benang 1 cm dari tuba dab masukkan kembali tuba ke dalam rongga
perut.

Langkah 14 : lakukan tindakkan yang sama pada tuba sisi yang lain.

Menutup Dinding Abdomen

Langkah 15 : periksa rongga abdomen ( kemungkinan pendarahan )

Langkah 16 : jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang kromik
catgut no 1.

Langkah 17 : jahit subkutis dengan jahitan sipul memakai plain catgut no 0

Langkah 18 : jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang sutera no 0

Tindakan Pasca Bedah

langkah 19 : bersihkan luka insisi dan diding perut sekitarnya dengan betadin, tutup
kembali luka dengan kain steril dan plaster.

Langkah 20 : periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan dan tanyakan pada klien tentang
keluah subjektif.

Langkah 21 : pindahkan klien dari ruang operasi ke ruang pulih untuk mengamati1 jam

Langkah 22 : intruksikan perawat unruk mengamati tanda-tanda vital klien.

Dekontaminasi

Langkah 23 : bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %, biarkan terendam
dalam larutan tersebut selama 10 menit.

Langkah 24 : lepaskan gaun operasi, topi serta masker dan taruh pada tempat yang
tersedia.

Langkah 25 : cuci lengan dengan air mengalir

Langkah 26 : periksm seluruh peralatan operasi yang telah dipakai dan direndam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit

10
Langkah 27 : periksa tabungdan jarum suntik yang telaah di pakai di rendam dalam
larutan klorin 0,5% dan ditempatkan terpisah dari peralatan.

Langkah 28 : pariksa kasa dan lain-lain sudah terkontaminasi dari darah pasien.

b. Konseling dan Intruksi Pascabedah


a) Tanyakan pada klien bila masih ada yang ingin diketahuinya tentang
tubektomi.
b) Jelaskan pada klien untuk menjaga luka bekas operasi agar tetap kering.
c) Menjelaskan kepada klien untuk tidak bersenggama selama 1 minggu.
d) Jelaskan kepada klien apabila ada keluar rasa sakit atau terjadi
pendarahan pada kuka operasa atau kemaluan untuk segera kembali ke
klinik atau rumah sakit.
e) Memberitahu pasien bila tidakada keluhan, klien dapat melakukan
pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian.
f) Klien di pulangkan bila keaadaan stabil 4-6 jam.

2. Laparoskopi

Pneumoperitoneum

Langkah 1 : Instruksikan teknisi untuk menempatkan klien dalam posisi kepala ke


bawah (trendelenberg) dengan sudut 60 % .

Langakah 2 : Dengan hati-hati ambil bagian pinggir umbilikal inferior dengan


menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan anda yang tidak dominan dan
angkat dinding abdomen menjauhi usus.

Langkah : Dengan menggunakan ujung pisau bedah (skapel) buat sayatan kecil,
sekitar 1,5 cm, pada kulit di sepanjang pinggiran margin umbilikal inferior.

Langkah 4 : Ambil batang jarum varres dan insersikan melalui sayatan tersebut pada
sudut 45 ‫ ﹾ‬menujupelvis. Dua bagian merupakan bagian lepas yang berbeda
akan terasa pada saat fasia terpenetrasi dan tonium dengan gas CO2
dialirkan.

Langkah 5 : Hubungkan selang insuflator pada stop cock jarumverres. Minta teknisi
untuk menyambungkan ujung yang lain ke unit insuflator .

11
Langkah 6 : Periksa apakah abdomen telah dimasuki dengan benar dengan
menggunakan alat ukur tekanan pada unit insuflator untuk memeriksa
tekanan negatif intra abdomen (cara lain, tempatkan setetes anastesi pada
bukaan luer-lok jarum verres dan perhatikan perembesannya ketika dinding
abdomen diangkat secara maual).

Langkah 7 : Gunakan tombol aliran tinggi dari unit insuflator untuk memasukkan gas
CO2 pada kecepatan 1 liter per menit.

Langkah 8 : Mulailah insuflati abdomen.

Langkah 9 : Ketuk-ketuk abdomen bagian bawah dan dengarkan apakah terdapat suara
seperti drum yang mengindikasi terbentuknya pneumoperitoneum dengan
sempurna.

Langkah 10 : Lepas jarum verres setelah memasukkan 1,5 – 2,0 liter CO2 ata setalah
abdomen bagian bawah mencapai ukuran seperti hamil 20 minggu.

Langkah 11 : Minta perawat untuk mengisi cincin fallopii

Akses Abdomen

Langkah 1 : periksa katup terompet dan seal karet dari lengan trokar untuk memastikan
bahwa alat tersebut hampa udara.

Langkah2 : perluas sayatan awal hingga mencapai lebar sekitar 2 cm.

Langkah : rakit unit trokar dengan memasukkan trokar ke dalam lengan trokar

Langkah 4 : ambil dinding abdomen anterior yang langsung berda di bawah umbilikus
dan angkat.

Langkah 5 : tahan trokar yangtelahdi rakit pada tangan yang dominan, pastikan bahwa
thenar eminence berada di ujung atas trokar.

Langkah 6 : miringkan pegangan trokar menuju kepla dengan sudut 60-70 ‫ ﹾ‬dengan
mengarahkan ujung trokar ke sebuah titik khayalan di tempat kantung
douglas berada. Aplikasikan gaya ke bawah dan memelintir untuk
membaikkan fasia dan peritoneum. Hentikan setelah melepas perotoneum.

Langkah 7 : tarik trokar sedikit dan majukan lengan trokatr 1-2 cm ke dalam rongga
abdomen. Lepas tanpa melepas lengan trokar.
12
Langkah 8 : hubungkan selang insuflator ke stop cock trokar dan buka. Masukkan udara
sesuai dengan kebutuhan.

Langkah 9 : hubungkan kabel cahaya fiber optic ke laprokator dan minta teknisi untuk
menyalakan sumber cahaya.

Langkah 10 : tahan mekanisme katup terompet trokardi antara jari tengan dan thenar
eminence dari tangan yang tidak dominan dengan posisi telapan tangan
menghadap ke bawah.

Langkah 11 : tahan bagian hand grip laprokator dengan menggunakan ibu jari tengah dan
jari manis dari tangan yang dominan, biarkan telunjuk bebas.

Langkah 12 : masukkan ujung laprokator ke dalam lengan trokar. Buka katup terompet
dan masukkan laprokator perlahan-lahan secara dilihat langsung, lakukan
manuver unit laprokator trokar menuju ronggapelvis.

Langkah 13 : periksa dan identifikasi struktur rongga pelvis

Oklusi Tuba

Langkah 1 : Pastikan lokasi dan lakukan konfirmasi saluran tuba fallopi dengan melacak
saluran tuba dari kornu sampai ujungfimbria

Langkah 2 : Buka ujung forsep secara penuh dengan menekan trigger operating side
(pemici/pelatuk) menjauhi hand grip

Langkah 3 : Tempatkan ujung posterior di bawah aspek inferior tuba sekitar 3 cm dari
kornu. Perlahan-lahan tarik ujung forsep dengan menarik operating side
(pemici/pelatuk) menuju hand grip. Gerakkan laprokator ke depan selama
penarikan ujung forsep untuk mengurangi resiko laserasi atau cedera pada
tuba. Lanjutkan penarikan sampai tegangan pegas terasa

Langkah 4 : Dengan menggunakan telunjuk periksa bahwa adaptor cincin (ring) berada
dalam posisi #1 tanpa melepas pandangan dari teropong laprokator. Berikan
tekanan tambahan operating slide untuk mengatasi tegangan pegas dan
untuk melepas cincin falopi(falope ring). Perlahan-lahan dorong operating
slide untuk membuka ujung-ujung forsep dan lepas saluran tuba falopi yang
telah di tutupi tersebut.

13
Langkah 5 : Periksa apakah penyumbatan tuba telah memadai atau tidak,yaituterdapat
sebuah loop berukuran 2 cm di atas cincin falopi/falope ring,dan periksa
adakah terdapat perdarahan aktif atau tidak. Tarik ujung-ujung forsep
seluruhnya sebelum pemeriksaan dilakukan

Langkah 6 : Tentukan lokasi dan komfirmasi keadaan saluran tuba berikutnya.


Manipulasi kanula rubin bila diperlukan.

Langkah 7 : Tempatkan dua adaptor cincin (ring adaptor) di posisi #2. Ulangi langkah 2-
5 untuk menyumbat saluran tuba.

Langkah 8 : Periksa rongga pelvis untuk melihat adanya perdarahan dan cedera organ
lain.

Langkah 9 : Lepas laprokator dari rongga perut dan matikan sumber cahaya eksternal.
Biarkan kantup terompet (trumpet valve) tokar ujung terbuka untuk
mengempiskan abdomen. Lepas trokar, goyangkan sesuai dengan
kebutuhan untuk membantu omentum jauh. Kembalikan posisi meja operasi
dari posisi trendelenberh ke posisi horizontal.

Langkah 10 : Tutup sayatan dengan jahitan tunggal, sederhana dengan menggunakan


catgur kromik. Beri antiseptic dan balut luka tersebut

Hal- hal yang Harus Dilakukan Pasca bedah

Langkah 1 : Minta perawat untuk melepaskan kanula rubin dan vulsellum, jika telah di
gunakan, dan tempatkan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.

Langkah 2 :Pastikan bahwa klien dipindahkan dengan aman ke ruang pasca bedah
(pemulihan)

Langkah 3 : Pastikan bahwa jarum ditangani dengan seharusnya. Jika jarum akan
digunakan kembali, pastikan bahwa perawat mengisi spuit (dengan jarum
masih terpasang) dengan larutan klorin 0,5% dan rendam spuit dan jarum
tersebut selama 10 menit. Jika jarum dan spuit akan dibuang, pastikan
bahwa perawat telah membilasnya dengan larutan klorin tiga kali dan
menyimpannya di wadah yang tahan bocor atau tusukan jarum. Cara lain
adalah dengan membuang jarum dan spuit dalam wadah yang tidak dapat

14
tertusuk oleh jarum. Tempatkan semua instrument dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi dan rendam selama 10 menit.

Langkah 4 : Jika mata pisau scalpel akan dibuang maka ambil scalpel dari larutan klorin.
Kemudian lepas mata pisau dengan menggunakan forsep dan simpan dalam
wadah yang tidak dapat ditembus benda tajam. Buang bahan-bahan limbah
dengan cara menempatkannya dalam wadah tahan bocor atau kantung
plastic.

Langkah 5 : Rendam sebentar sarung tangan yang masih melekat pada tangan dalam
larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik. Jika
sarung tangan akan dibuang, tempatkan dalam wadahtahan bocor atau
kantung plastic. Jika sarung tangan akan di gunakan kembali, rendam dalam
klorin selama 10 menit.

Langkah 6 : Cuci tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air lalu keringkan
dengan handuk kering dan bersih atau biarkan kering oleh udara

Langkah 7 : Pastikan bahwa klien dimonitor pada interval yang teratur dan tanda –tanda
vital diukur.

Langkah 8 : Tentukan kapan klien siap untuk pulang (setidaknya 1-2 jam setelah
pemberian obat-obatan IV)

METODE OPERATIF PRIA

15
A. Latar Belakang
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan
vasektomi, ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu
perawatan luka operasi, pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan
vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat
berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya kehamilan.

B. DEFINISI
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu
vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran
yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis)
yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis)
sebagai tempat penampungan sel-sel benih jantan sebelum dipancarkan maka akan
keluar, yaitu situasi saat berada pada puncaknya sanggama atau
ejakulasi. Ektomi atau ektomia artinya merupakan pemotongan sebagian. Jadi
vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) saluran benih
sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran
benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung
saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi
buntu/tersumbat.
Vasektomi adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan
memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak
mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi
berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat
dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli
bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan
sehingga dapat dilakukan di lapangan (Siswosudarmo, 2007).
Vasektomi adalah prosedur pembedahan kecil dimana deferentia vasa
manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk
mencegah sperma dari memasuki aliran mani (ejakulasi).
Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga
saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak
bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc
16
yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang
mengalirkannya sudah dibuat buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan
dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.

C. JENIS-JENIS VASEKTOMI
Jenis-jenis vasektomi antara lain adalah sbb :
1. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
Vasectomi tanpa pisau (diciptakan Key-Hole), di mana hemostat tajam,
bukan pisau bedah, digunakan untuk tusuk skrotum dapat mengurangi waktu
penyembuhan serta menurunkan kesempatan infeksi (sayatan).
2. Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)
Vasektomi dengan insisi skrotum, dimana dilakukan pembedahan kecil
pada deferentia vasa manusia yang terputus, dan kemudian diikat / ditutup
dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari memasuki aliran mani
(ejakulasi).
3. Vasektomi semi permanen
Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka
kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama
tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka
keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati
sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan
menghancurkan benda asing.

D. Teknik Vasektomi Tanpa Pisau


Langkah-Langkahnya adalah sbb :
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
2. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
3. Penis diplester ke dinding perut
4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri
kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor
(Betadine) atau larutan klorheksidin (Hibis-crub) 4%.
5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang
pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.

17
6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestesi local
(Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan
masuk sejajar vas deferens kearah distal, kemudian dideponair lagi masing-
masing 3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam
lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan
ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.
8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat
disebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan
membentuk sudut ± 45 derajat.
9. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit
sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan.
Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
10. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah, tusukkan salah satu ujung
klem diputar menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan
pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan
pindahkan untuk memegang vas deferens yang sudah telanjang dengan klem
fiksasi lalu lepaskan klem fiksasi.
11. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan
pelan-pelan kebawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu
klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung
klem pelan-pelan paralel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan
kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak
dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 – 0.
12. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat.
Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan
kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.
13. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas
deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat
sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal
ada di luar fasia. 
Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka
benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam
skrotum.
18
14. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 – 13) untuk vas deferens sebelah yang
lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka
kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan dengan band aid atau
tensoplas.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN VASEKTOMI


1. Kelebihan
 Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
 Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
 Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
  Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba,
1998)
 Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
 Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus.
 Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan
istrinya.
 Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan
seksual.
2. Kekurangan
 Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah
benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
 Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.
 Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks
atau menyebabkan masalah ereksi.
 Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi,
rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.
 Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk
mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus
memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.
 Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk
membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang
steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali
setelah ejakulasi.

19
 Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular
seksual termasuk HIV.
 Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia
25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
 Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi
dapat bekerja efektif 100 persen atau tidak.
 Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol kesuburan pria
namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.

F. Vasektomi dianggap gagal bila:


 Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali
ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
 Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
 Istri ( pasangan ) hamil.

G. EFEK SAMPING VASEKTOMI


Vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan. Sperma yang
diproduksi tubuh pria namun tidak bisa disalurkan karena prows vasektomi
tersebut, akan kembali diserap tubuh tanpa menyebabkan gangguan metabolisme.
Beberapa orang yang menggunakan vasektomi mengeluh tentang gangguan
terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat psikologis bukan gejala
fisiologis. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya
hanya berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif jarang dan
merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri
Efek sampingnya Vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila
perawatan pasca operasinya tidak bagus dapat menimbulkan abses pada bekas luka
dan juga dapat menyebabkan hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar
karena pendarahan. Vasektomi juga tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan
pria untuk melakukan hubungan badan malah beberapa kasus disebutkan potensi
pria lebih baik karena pengaruh dari psikologis terhindar dari kecemasan terjadinya
kehamilan dari istri. Oleh karena itu, seseorang untuk memutuskan divasektomi
harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya konsultasi karena yg
dipotong/diikat adalah saluran yg mengeluarkan sel sperma bukan cairan
semennya. Waktu pembedahan juga singkat hanya sekitar 1 - 2 jam , setelah
20
pembedahan akan terasa sedikit membengkak sekitar 3-5 hari. Selain itu
komplikasi dari vasektomi yakni perdarahan dan dapat juga peradangan bila
sterilisasi atau alat proses kurang.

H. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI VASEKTOMI


1. Indikasi Vasektomi
Indikasi vasektomi adalah :
 Menunda kehamilan
 Mengakhiri kesuburan
 Membatasi kehamilan
 Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki
jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak.
Kontra Indikasi Vasektomi
Kontraindikasi vasektomi adalah :
 Peradangan dalam rongga panggul
 Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut)
 Obesitas berlebihan
 Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain.
 Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.
 Peradangan pada alat kelamin pria.
 Penyakit kencing manis.
 Kelainan mekanisme pembekuan darah.
 Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis
 Hernia (turun bero)
 Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)
 Buah zakar membesar karena tumor
 Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)
 Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
 Penyakit kelainan pembuluh darah

F.     PROSEDUR TINDAKAN VASEKTOMI


Prosedur Tindakan Vasektomi antara lain :
 1 atau 2 insisi pada skrotum
 99% prosedur vasektomi dilakukan dengan anestesia local
21
Jenis oklusi yang umum dipakai:
 Ligasi
 Kauterisasi
 Gabungan (kombinasi)
Oklusi vasa deferensia membuat sperma tidak dapat mencapai vesikula seminalis
sehingga tidak ada di dalam cairan ejakulat saat terjadi emisi ke dalam vagina
a.    Syarat Vasektomi
Sukarela, artinya klien telah mengerti dan memahami segala akibat prosedur
vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri, dengan
mengisi dan menandatangani informed concent (persetujuan tindakan). Bahagia,
artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah mempunyai jumlah
anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil yaitu minimal 2 tahun. Sehat,
melalui pemeriksaan oleh dokter klien dianggap sehat dan memenuhi
persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi
b.    Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
 Infeksi kulit pada daerah operasi
 Infeksi sistemikyang sangat mengganggu klien
 Hidrokel atau varikokel yang besar
 Hernia inguinalis
 Filariasis
 Undesensus testikularis
 Massa intrakrotalis
 Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia
c.     Teknik Vasektomi
Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau sel benih
vasa deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Kita tahu saluran sel benih
yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong buah zakar (scrotum),
Pipa ini menjadi penghubung yang mengalirkan sel benih yang diproduksi oleh
buah zakar menuju kelenjar prostat yang berada d atasnya, di luar kantong
zakar. Di dalam prostat, sel benih lalu direndam oleh media berupa getah yang
diproduksi oleh prostat. Selain itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga
volumenya menjadi lebih banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang
kita kenal sebagai air mani atau sperma. Jadi, sebagian besar air mani yang
22
keluar itu sesungguhnya lebih banyak berisi getah prostat dan cairan seminal
(sekitar 95 persen), dan hanya sebagian kecil saja berisi sel benih (sekitar 5
persen). Taruhlah sekali ejakulasi rata-rata mengeluarkan 5 cc air mani,
volume sel benihnya mungkin hanya sekitar 0,15cc. Jadi, setelah seorang pria
divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu saja yang tertahan tidak
ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva sudah dibikin
buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal kesuburan, hampir
tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks lainnya.
Teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan yaitu dengan cara
memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung
potongannya. Karena pipa alit ini ada pada kedua belah sisi buah zakar,
pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi. Caranya adalah dengan membius
lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah
meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu dibelek beberapa
sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong.
kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu dimasukkan kembali ke
dalam kantong zakar. Bekas luka belekan dijahit, dan selesai sudah. Prosesnya
kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.
Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi)
pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no scalpel
vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit
kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya
ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama bikin buntu pipa penyalur
sel benih. Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip).
Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah
dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku
di kalangan AS saja.

BAB III
PENUTUP
23
A. Kesimpulan
Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur wanita
untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut
akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca
persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah
dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca
persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan
setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval (Saifuddin, 2007)
Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi, yang mana
terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan dalam pelayanan
tubektomi, aitu minilaparotomi dan laparoskopi. Teknik ini menggunakan anestesi
lokal dan ila dilakukan secara benar, kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan
komplikasi pasca-bedah (Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2006).
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif
dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi,
ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi,
pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek
atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan
psikologis dan terjadinya kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

24
Kemenkes, R. I, (2006), Panduan Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes, R. I, (2015), Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI
Materi Pengalaman Implementasi Pelayanan KB Pada Era Pandemi Cofid-19 Di Kota
Metro lampung oleh dr. Wahdi Siradjuddin, Sp. OG, 2020. (Diakses bulan April
2020)
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, 2020, Implementasi Program KB oleh Bidan Diera
Pandemi Cofid-19 Dalam Mengantisipasi Baby Boom, WEBINAR HOGSI 2 M2I
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-tingkatkan-jumlah-kesertaan-kb-dan-
kesadaran-masyarakat-akan-kesehatan-reproduksi-melalui-bakti-sosial-dalam-
rangka-peringatan-harganas-xxvi-tahun-2019 (Diakses bulan Juni 2020)

25

Anda mungkin juga menyukai