KANKER SERVIKS
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang
ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi
ditandai dengan perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular seperti kanker yang juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup
tidak sehat. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali yang dapat
menyerang dan menyebar tubuh. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun
2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012 atau meningkat 12 persen. Jumlah
kematian akibat kanker di seluruh dunia pada tahun 2012 ditemukan sebanyak
8,2 jutakematian.
Penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia adalah karena
kanker payudara dengan hampir 1,7 juta kasus baru didiagnosis pada tahun
2012 yang mewakili sekitar 12% dari semua kasus kanker baru dan 25% dari
semua kanker pada wanita. Negara dengan kasus kanker payudara tertinggi
yaitu Belgia yaitu tercatat sebanyak 111.9/100.000 penduduk, disusul
Denmark 105/100.000 penduduk dan Prancis 104.5/100.000 penduduk.
Prevalensi penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi. Berdasarkan
data riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi tumor kanker Indonesia
adalah 1,4 per 1.000 penduduk atau 330.000 orang. Frekuensi kejadian kanker
terbanyak terjadi di Yogyakarta yaitu mencapai 4,1/1000 penduduk, tertinggi
kedua Jakarta yaitu 1,9/1000 penduduk, proporsi terendah terjadi di Gorontalo
yaitu terdapat 0,2/1000 penduduk. Sedangkan untuk Provinsi Lampung
terdapat sebesar 0,7/1000 penduduk.
Berdasarkan laporan yang masuk dari 25 RS jumlah penderita kanker
yang berkunjung dan dirawat di Rumah Sakit di Provinsi Lampung selama
tahun 2014 adalah 383 untuk Kanker Leher Rahim dengan capaian
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim di tahun 2014 adalah sebanyak
7.920orang.
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas
yang tumbuh didalam leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina.Penyebab terbesar kanker leher rahim adalah
infeksi HPV (Human Pappiloma Virus) yang menular lewat hubungan
seksual. Seorang perempuan bisa terinfeksi virus ini pada usia belasan tahun
dan baru diketahui mengidap kanker 20-30 tahun kemudian setelah infeksi
kanker.
Terjadinya kanker serviks juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti gangguan sistem kekebalan, pemakaian kontrasepsi, polusi udara,
usia, perilaku tidak sehat seperti merokok, paritas, usia wanita saat menikah,
multipatner seks. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan
pencegahan terhadap terjadinya kanker seviks diantaranya melalui
pencegahan primer yaitu suatu pencegahan awal kanker yang utama dengan
cara menunda hubungan seksual sampai usia reproduksi sehat, tidak
berganti-ganti pasangan, dan menghindari pola hidup tidak sehat. Selain
pencegahan primer, juga dilakukan pencegahan sekunder yaitu dengan
melakukan deteksi dini kanker serviks.
Berkaitan dengan pencegahan sekunder kanker serviks, pemerintah
telah membuat program gerakan deteksi dini kanker leher rahim (serviks)
melalui metode inspeksi visual asam asetat (IVA) yang akan dipusatkan di
15 kabupaten/kota dengan target 10% setiap tahun (121.095 orang)
secaraserentak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kanker serviks?
2. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap pasien kanker serviks?
3. Bagaimana analisa jurnal tentang kanker serviks?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu kanker serviks
2. Untuk memahami asuhan keperawatan terhadap pasien kanker serviks
3. Bagaimana analisa jurnal tentang kanker serviks
D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat luas tentang penyakit
kanker serviks
2. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis
3. Sebagai referensi bagi penulis
4. meningkatkan kemampuan penulis dalam menggali wawasan serta
menambah pengetahuan bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang
tumbuh didalam leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina.
B. Tanda dan Gejala
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala.Bila telah
menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact
bleeding, perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium
lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang atau perut bagian
bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai
obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi
sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula
vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.
C. Penyebab
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko
terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda,
berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak
banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau
positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Status present
1. Keadaan umum: tampak sakit, sakit sedang.
2. Konjungtiva pucat: (-)/(+)
3. Icterus(-)
4. Kesadaran : kompos mentis
5. Tanda-tanda vital : tekanan darah (mmHg), nadi (X/menit),
pernapasan (X/menit), dan suhu (oc)
6. Hati dan limpa teraba tidak: edema -/+, varises -/+, reflex fisiologis
-/+, reflek patologis -/+.
7. Jantung: gallop (-), murmur (-)
8. Paru-paru: bising napas vesikuler, ronkhi -/+, wheezing -/+
9. Berat badan
10. Tinggi badan
b. Status ginekologis
1. Pemeriksaan luar
2. Abdomen
3. Fundusuteri teraba tidak
4. Massa
5. Nyeri tekan
6. Tanda cairan
c. Inspekulo
1. Keadaan portio, rapuh,mudah berdarah
2. Infiltrasi
3. Fluksus
4. Darah aktif
d. Pemeriksaan dalam
1. Serviks : portio,eksofitik, ukuran,cm, rapung, mudah berdarah,
CUT normal
2. Adnexa parametrium kanan-kiri, cavumdougas menonjol
3. Rectal toucher : tonus spingterani, mukoslicin, massaa
intralumen, CUT normal, apularecti kosong, adnexa
parametrium kanan-kiri tegang, CFS kanan-kiri %.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap
smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher
rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim
yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada
laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop. Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology)
adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks
dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran,
darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga
akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam
cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan
mikroskop.Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya
kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka
dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker
serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%.
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-
lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi
tersebut.
3. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya
sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercakbercak putih pada permukaan serviks yang
tidak normal.
4. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif
atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram
tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).Kerusakan (defect) secara
teknik pada servikogram kurang dari 3%.Servikografi dapat
dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan
kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masingmasing 83%
dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini
tidak bermakna.Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai
metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan
kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
5. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila
tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas
dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi
pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas
95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative
value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%.
Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga
paramedis / bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas
pemeriksaan sitologi tidak ada.
6. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker.Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks
adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada
usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
pemeriksaan darah dan urine.
7. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.( Dr RamaDiananda, 2009 )
F. Komplikasi
1. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan
pendarahan.Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian
belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
2. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah.Limbah dibuang
keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter.Dalam
beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan
jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar
dari ginjal.Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai
hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.
3. Pembekuan Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun
menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks
stadium lanjut.Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara
dua bagian tubuh.Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker
serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina.Dan
kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung
pada stadiumnya.penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks :
1. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut
dengan basis pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).
2. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
3. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
4. Stadium IV: Radiasi paliatif
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Radiasi
a. Dapat dipakai pada semua stadium
b. Dapat dipakai pada wanita yang gemuk dan tua
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Operasi
a. Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
b. Operasi histerektomi vagina
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi odema.Sedangkan operasi menyebabkan
fistula, disamping itu juga dapat menambah penyebaran ke sistem limfe
dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resistant. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
dianggap resisten bila 8-10 minggu pengobatan keadaan masih tetap sama.
I. Penatalaksanaan Gizi
Tatalaksana nutrisi umum mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk
penentuan jalur pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi
nutrisi operatif (lihat lampiran).Pasien kanker serviks dapat mengalami
gangguan saluran cerna, berupa diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat
tindakan pembedahan serta kemo- dan atau radio-terapi.Pada kondisi-kondisi
tersebut, dokter SpGK perlu memberikan terapi nutrisi khusus, meliputi
edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa, sesuai dengan masalah dan
kondisi gizi pada pasien.
Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan
yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging
merah, dan alkohol dan direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas
fisik sesuai kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter
(Rekomendasi tingkatA).
Terapi nutrisi pada pasien kanker serviks perlu dilakukan secara individual
sesuai dengan kondisi pasien.
a. Kebutuhan energi
Makronutrien
Mikronutrien
b. Cairan
c. Nutrient Spesifik
A. Pengkajian
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Alamat : Solo
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. M
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Solo
C. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat dikaji pasien mengatakan nyeri, mual dan tidak nafsu makan.
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama.
D. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 88 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36° C
Mulut : Bibir tidak kering, tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab
Dada :
Inspeksi : Simetris
Cardiac:
Perkusi : Pekak
Abdomen:
Perkusi : Tympani
terpasang kateter, PPV (pengeluaran per vagina): tidak ada keputihan, tidak
ada perdarahan
E. Pemeriksaan Penunjang
d. Pemeriksaan Laboratorium
F. Terapi Medis
1) Metoclorpramid 3 x 1 tablet
2) SF / BC / C 2 x 1 tablet
Do : pasien
1 Mengidentifikasi status tampak focus
nutrisi menyempit
Berikan teknik
Sabtu, 11 april nonfarmakologis untuk Ds: pasien
2020 1 mengurangi rasa nyeri mengatakan akan
Pukul 16.15 memahami dan
wib menerapkannya
Do : pasien
tampak
1 memeragakan apa
Mengidentifikasi status yang di ajarkan
Sabtu, 11 april nutrisi perawat
2020
Pukul 16.45 Ds : pasien
wib 2 mengatakan sudah
lebih baik dari
sebelumnya
menyajikan makanan D0 : pasien
yang menarik dan suhu tampak tidak
yang sesuai begitu gelisah
minggu, 12
april 2020 Ds : pasien
Pukul 08.00 mengatakan sudah
wib menganjurkan posisi mau makan dan
duduk habis 1 porsi
Do : terlihat
membrane mukosa
membaik
minggu, 12
april 2020 mengidentifikasi lokasi, Ds : pasien
Pukul 08.30 karakteristik, durasi, mengatakan sudah
wib 2 frekuensi, kualitas, tidak mual lagi
intensitas nyeri Do : pasien
Nampak sudah
tidak lemas
minggu, 12
april 2020 Ds : pasien
Pukul 09.00 mengatakan sudah
wib 2 bisa duduk
Do : pasien
Nampak duduk
sendiri
minggu, 12
april 2020 Ds: pasien
Pukul mengatakan nyeri
09.15wib berkurang pada
kemaluan
Menjelaskan strategi P : nyeri akibat
meredakan nyeri ca.serviks stadium
III sejak 2019
Q : nyeri seperti
diiris-iris
R :nyeri pada
bagian kemaluan
berkurang
Berikan teknik S : skala nyeri 2
nonfarmakologis untuk T :nyeri hilang
mengurangi rasa nyeri timbul
Do : pasien
tampak meringis
ketika nyeri timbul
minggu, 12
april 2020
Pukul 09.45 Ds: pasien
wib mengatakan akan
memahami dan
menerapkannya
Do : pasien
tampak
memeragakan apa
minggu, 12 yang diajarkan
april 2020 perawat
Pukul 10.00
wib Ds : pasien
mengatakan sudah
membaik
D0 : pasien
tampak tidak
gelisah
V. Evaluasi
a. masalah teratasi
p. hentikan intervensi
a. masalah teratasi
p. hentikan intervensi
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. Analisa Jurnal
1. P (Problem)
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi perbandingan
(Comparative study).Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Iringmulyo
Kec.Metro Timur Kota Metro pada bulan Oktober 2016.Populasi penelitian
ini adalah seluruh ibu-ibu di kelurahan iring mulyo yang berjumlah 35
orang.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
quesioner.
2. I (Intervention)
Sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan, sampai saat ini tenaga kesehatan masih
menggunakan metode penyuluhan karena metode ini jika diterapkan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti atau tidak terlalu sulit untuk
dimengerti oleh sasaran, dan dalam penyampaian materi disertai media
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
seperti melalui poster-poster maupun leaflet telah banyak terbukti mampu
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan
3. C (Comparation)
Pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker serviks
menggunakanmetode IVA sebelum dilakukan penyuluhan skor tertinggi
adalah 87 terendah 33 dengan skor rata-rata 59,23. Dari data tersebut
nampak bahwa skor rata-rata responden masih rendah dan perlu
ditingkatkan.
Hasil ini memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan ibu
tentang IVA tes di Wilayah Kerja Puskesmas Mantingan Ngawi
menunjukkan bahwa rerata skor pengetahuan pretest adalah 71,94 dengan
standar deviasi 8,175.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Puspita tentang pengaruh
Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks,
Iva Tes Dan Pap Smear Di Puskesmas Jetis Tahun 2014 menunjukkan
bahwa pada hasil analisis antara pretest dan posttest menghasilkan nilai
signifikansi p =0,000 (p =0,05) artinya terdapat perbedaan yang signifikan
mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks, IVA tes dan pap
smear di Puskesmas Jetis sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
kesehatan12.
Dari uraian-urain diatas dapat dijelaskan bahwa skor pengetahuan ibu
tentang deteksi dini kanker serviks menggunakan metode IVA setelah diberi
penyuluhan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan sebelum diberi
penyuluhan. Nilai rerata pengetahuan responden sebelum diberikan
penyuluhan sebesar 59,23.
4. O (Outcome)
penyuluhan merupakan salah satu metode yang baik dalam
mempromosikan program IVA kepada masyarakat khususnya kepada
wanita yang berisiko mengalami kanker serviks. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan penyuluhan kesehatan agar mendapatkan
hasil yang diharapkan diantaranya adalah metode yang
digunakan.Metodepenyuluhan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
B. GAMBAR
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang
tumbuh didalam leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV
(Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik.faktor risiko terjadinya kanker
serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual
dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi
rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular
seksual, dan gangguan imunitas.pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan Sitologi Pap Smear,Kolposkopi,IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), Serviksografi,Gineskopi,Pemeriksaan Penanda Tumor (PT), dan
Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan penunjang dilakukan dari masing-
masih kebijakan rumah sakit.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien selama
dilakukan pengobatan di rumah sakit.Diagnosa keperawatan diambil dari
keluhan yang dirasakan pasien.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar selalu menjaga
kesehatan khusus pada organ reproduksi. Penulis tentunya masih menyadari
jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
LAMPIRAN
JURNAL PENELITIAN
38-74-1-PB.pdf.pdf