Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN SUBINVOLUSI UTERI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
dosen pengampu Dr.Linda Amalia,S.Kp.,MKM

oleh :
Awwalia Nurfitriyyah 1908138

Neng Putriyani 1902514

Rendi Rohaendi 1909874

Reyna Maftuhah Hidayah 1902460

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa dapat terselesaikan pada waktunya. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada Ibu. Dr. Linda Amalia,S.Kp ., M.K.M. selaku Dosen Mata
kuliah keperawatan maternitas Dan saya ucapkan juga kepada rekan-rekan saya
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi. saya berharap semoga makalah yang berjudul
“asuhan keperawatan subinvolusi uteri “ semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca Namun terlepas dari itu, saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Bandung, Maret 202

Penulis.

Bandung, September 2020

Penyus
un

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2

1.3 Tujuan .............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3

2.1 Pengertian Subinvolusi Uteri...........................................................3


2.2 Etiologi.............................................................................................3
2.3 Patofisiologi.....................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis............................................................................4
2.5 Cara Pemeriksaan.............................................................................5
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................5
2.7 Pencegahan......................................................................................6

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................7

3.1 Pengkajian........................................................................................7
3.2 Analisa data......................................................................................9
3.3 Diagnosa........................................................................................11
3.4 Intervensi........................................................................................11
3.5 Implementasi..................................................................................13

BAB IV PENUTUP..................................................................................17

4.1 Simpulan........................................................................................17

4.2 Saran..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke
ukurannya (Varney’s Midwivery).
Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan
bentuk seperti sebelum hamil yang tidak sempurna (Adelle Pillitteri,
2002).
Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun
sehingga pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga
pendarahan terjadi terus menerus, menyebabkan permasalahan lainya baik
itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium.
Pencegahan terjadinya Subinvolusi uterus adalah melakukan
pengecekan perkembangan nifas dan ibunya, baik dari segi kesehatan dan
fungsinya, sejak awal mulainya proses nifas dalam kandungan ibu.
Sehingga pemeriksaan terhadap bagian-bagian yang berpengaruh dalam
proses nifas bisa di lihat perkembanganya.Dan khusus untuk wanita yang
mengalami proses nifas harus sering mengkomsumsi zat-zat yang bergizi
atau berguna untuk kesehatan bayi dan ibunya itu sendiri dan masih
banyak cara-cara untuk melancarkan proses nifas antara lain: senam ibu
hamil, vitamin dan lain-lain.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH .
1. Pengertian subinvolusi uteri.
2. Patopisiologi subinvolusi uteri
3. Penyebab subinvolusi uteri
4. Pencegahan subinvolusi uteri
5. Penatalaksanaan subinvolusi uteri

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui pengertian subinvolusi uteri.
2. Untuk mengetahui fatopisiologi subinvolusi uteri
3. Untuk mengetahui penyebab subinvolusi uteri
4. Untuk mengetahui pencegahan subinvolusi uteri
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan subinvolusi uteri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke
ukurannya (Varney’s Midwivery).
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran
yang reproduktif. Subinvolusi adalah kegagalan rahim untuk kembali ke
keadaan tidak hamil. Penyebab paling umum adalah infeksi plasenta
(Lowdermilk, perry. 2006).
Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan
bentuk seperti sebelum hamil yang tidak sempurna (Adelle Pillitteri,
2002).
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum
perdarahan pascapartum (Barbara, 2004).

2.2 ETIOLOGI
1. Status gizi ibu nifas buruk (kurang gizi)
2. Ibu tidak menyusui bayinya.
3. Kurang mobilisasi.
4. Usia
5. Parietas
6. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar.
7. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses
involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat.

3
8. Tidak ada kontraksi
9. Terjadi infeksi pada endometrium
10. Inflamasi
11. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
12. Terdapat bekuan darah
13. Mioma uteri

2.3 PATOFISIOLOGI
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya
karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam perut ibu hamil,
karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan keuterus
dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak
diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa.
Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrofi
kembali ke ukuran semula.
Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun
sehingga pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga
pendarahan terjadi terus menerus, menyebabkan permasalahan lainya baik
itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi setelah
nifas terganggu karena akibat dari permasalah-permasalahan diatas.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-
kira 4 – 6 minggu pasca nifas.
1. Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis dari yang
diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
2. Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk
serosa,lalu kebentuk kochia alba.

4
3. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari
postpartum/lebih dari 2 minggu pasca nifas
4. Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
5. Leukore dan lochia berbau menyengat,bisa terjadi jika ada infeksi.
6. Pucat,pusing,dan tekanan darah rendah
7. Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500
ml)
8. Nadi lemah,gelisah ,letih,ekstrimitas dingin.

2.5 CARA PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan penunjang
a. USG
b. Radiologi
c. Laboratorium (Hb.golongan darah, eritrosit, leukosit, trombosit,
hematokrit, CT, Blooding time)
2. Terapi
a. Pemberian Antibiotika
b. Pemberian Uterotonika
c. Pemberian Tansfusi
d. Dilakukan kerokan bila disebabkan karena tertinggalnya sisa – sisa
plasent

2.6 PENATALAKSANAAN
1. Dapatkan sampel locea untuk kultur
2. Pemerksaan USG dapat dilakukan untuk mengidentifikasi fragmen
yang tertahan didalam uterus
3. Methergin atau ergotrate, 0,2 mg setiap 3-4 jam selama 3hari dapat
diprogramkan. Antibiotik spektrum luas bisa ditambahkan jika uterus
nyeri tekan setelah 2 minggu.
4. Beberapa praktisi merekomendasikan terapi awal dengan antibiotik,
dengan pertimbangan teryata infeksi merupakan faktor yang sering
ditemukan pada involisi yang terlambat

5
5. Pengobatan alternatif:
a. kupuntur digunakan dalam terap lokia yang berlebihan
b. Refleksologi: terapi pada hipofisis dan zona uterus dikaki dapat
meredakan subinvolusi sehingga tidak perlu ditemukan intervensi
medis.

2.7 PENCEGAHAN
Pencegahan terjadinya Subinvolusi uterus adalah melakukan
pengecekan perkembangan nifas dan ibunya, baik dari segi kesehatan dan
fungsinya, sejak awal mulainya proses nifas dalam kandungan ibu.
Sehingga pemeriksaan terhadap bagian-bagian yang berpengaruh dalam
proses nifas bisa di lihat perkembanganya.
Dan khusus untuk wanita yang mengalami proses nifas harus
sering mengkomsumsi zat-zat yang bergizi atau berguna untuk kesehatan
bayi dan ibunya itu sendiri dan masih banyak cara-cara untuk melancarkan
proses nifas antara lain: senam ibu hamil, vitamin dan lain-lain.

6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record, dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah (dalam bentuk rubra
dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu
postpartum adanya leukore dan lochia berbau menyengat
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik
hemofilia, mioma uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta
retensi sisa plasenta.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung dan preeklamsia, penyakit keturunan
hemofilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi : menarche ,lamanya siklus,
banyaknya, baunya, keluhan waktu haid.
2) Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang
keberapa, usia mulai hamil.
e. Riwayat hamil,persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan dalam

7
persalinan, anak lahir hidup/mati, BB & panjang anak waktu
lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochia,apakah ada perdarahan,
ASI cukup/tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi.
4) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil muda:Keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB,
suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual atau keluhan lain.
c) Riwayat ANC meliputi: Dimana tempat pelayanan,
berapa kali, perawatan serta pengobatannya yang
didapat.
5) Riwayat persalinan sekarang meliputi:
Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (misal: retensio
plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan, dll),
anak lahir hidup/mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum ibu
2) Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan.
3) Kulit : dingin, berkeringat, pucat, capilary refil memanjang,
kering, hangat, kemerahan.
4) Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.
b. Pemeriksaan khusus
1). Uterus
Meliputi: tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2). Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan baunya.

8
3). Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
4). Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5). Payudara
Dilihat kondisi aerola,konsistensi dan kolostrum

3.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS: Klien mengatakan Pendarahan post partum Perfusi perifer tidak
banyaknya ↓ efektif
pendarahan yang keluar Penurunan jumlah intra
dan seluler.
mengeluh pusing ↓
DO: Pasien mengeluh Jumlah hb dalam darah
pusing dan menurun.
terlihat pucat ↓
Jumlah suplai oksigen ke
jaringan menurun.

Hipoksia menurun.

Mukosa pucat
,konjungtiva anemis,
nadi cepat.

Ketidakefektifan perpusi
jaringan feriper.
2. DS: Klien mengatakan Perndarahan post Resiko infeksi
demam partum.
DO:Meningkatnya ↓
temperatur dan Leukosit Persalinan dengan

9
tindakan evisotomi
robekan servik

Terbentuk nya porte de
erte.

Virus atau bakteri dapat
masuk dengan mudah ke
dalam tubuh dan
menyebabkan infeksi .

Resiko infeksi .
3. DS: Klien mengatakan Pendarahan post fartum. Resiko
bahwa klien ↓ ketidakseimbangan
sangat lemah Penurunan jumlah cairan cairan
DO: Bibir kering, turgor intra seluler .
kulit jelek, dan tonus otot ↓
lemah Berlangsung secara terus
menerus .

Penurunan jumlah cairan
intra vaskuler dengan
jumlah yang banyak .

Terjadi nya resiko
ketidakseimbangan
cairan.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan perdarahan
pervaginam

10
2. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan
selaput ketuban.
3. D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
perdarahan pervagina

3.4 Intervensi

No diagnosa SLKI Intervensi Rasional


D.0009 L.02011 I.02079 Perawatan Sirkulasi 1. Agar mengetahui ada
Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. periksa sirkulasi perifer nya penyumbatan
tidak efektif perawatan selam 2x24 jam (nadi perifer, edema, pembuluh darah
berhubungan diharapkan keluhan klien pengisian kapiler) 2. Agar mengetahui
dengan membaik dengan 2. identifikasi faktor resiko faktor resiko pada
perdarahan Kriteri hasil : gangguan sirkulasi ( diabetes, klien dan untuk
pervaginam 1. Denyut nadi perifer orang tua, hipetensi dan kadar mencegah faktor
sedang ( 3) kolestrol tinggi ) resiko tidak terjadi
2. Nyeri eksteremitas 3. monitor panas, kemerahan, pada klien.
sedang (3) nyeri, atau bengkak pada 3. Agar mengetahui
3. Tekanan darah ekstremitas keadaan suhu tubuh
sistolik sedang (3) 4. lakukan pencegahan klien
4. Turgor kulit sedang infeksi 4. Agar tidak terjadi
(3) 5. lakukan hidrasi infeksi pada klien
5. Kelemahan otot 6. informasikan tanda dan 5. Untuk mencegah
sedang (3) gejala darurat yang harus terjadinya kekurangan
6. Warna kulit pucat dilaporkan cairan pada klien
sedang (3) 6. Agar klien bisa
waspada dan dapat
mencegah dari ke
daruratan yang
terjadi.
D.0142 L.14137 I.14539 Pencegahan Infeksi 1. Agar mengetahui
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. monitor tanda dan gejala lokasi infeksi klien .

11
berhubungan perawatan selam 2x24 jam infeksi lokal dan sistematik 2. Untuk mengehindari
dengan adanya diharapkan keluhan klien 2. pertahankan teknik aseptik klien dari
sisa plasenta membaik dengan pada pasien berisiko tinggi mikroorganisme.
dan selaput Kriteri hasil : 3. jelaskan tanda dan gejala 3. Agar klien
ketuban 1. Demam menurun 4. ajarkan cara memeriksa mengetahui tanda dan
(4) kondisi luka atau luka operasi gejala penyakit yang
2. Kultur darah 5. anjurkan meningkatkan di rasakan agar klien
sedang (3) asupan cairan tidak ketergantungan
dalam merawat luka
dan bisa melakukan
secara mandiri .
4. Agar klien terhindar
dari kekurangan
cairan /dehid rasi.
D.0036 L.030220 I.03098 Manajemen Cairan 1. Agar mengetahui
Resiko Setelah dilakukan 1. monitor status hidrasi status dehidrasi klien
ketidakseimba perawatan selam 2x24 jam 2. monitor hasil pemeriksaan 2. Untuk mengetahui
ngan cairan diharapkan keluhan klien labolatorium keadaan klien kalau
berhubungan membaik dengan 3. monitor hemodinamik pun ada yang tidak
dengan Kriteri hasil : 4. catat intake-output dan normal langsung di
perdarahan 1. Tekanan darah hitung balans cairan 24 jam lakukan tindakan.
pervagina cukup membaik (4) 5. berikan cairan intravena. 3. Agar mengetahui
2. Turgor kulit cukup 6. berikan asupan cairan dinamika aliran darah
membaik (4) 4. Agar mengetahui
3. Kelembapan intake –outpote klien
membran mukosa normal atau tidak
sedang (3) 5. Agar kebutuhsan
cairan klien terpenuhi
6. Agar terhindar dari
dehidrasi.

3.5 Implementasi

12
No diag. Tgl/jam Tindakan Evaluasi Paraf
D.0009 23-03-2021. I.02079 Perawatan S: Klien mengatakan sudah Neng
Perfusi perifer 08:00 Sirkulasi mulai sedikit pendarahan putriyani
tidak efektif 1.memeeriksa sirkulasi yang keluar dan sudah &
berhubungan 08:20. perifer (nadi perifer, mulai tidak pusing Awwalia
dengan edema, pengisian kapiler)
perdarahan 2. midentifikasi faktor O: Pasien sudah tidak
pervaginam resiko gangguan sirkulasi terlalu mengeluh pusing
08.30. ( diabetes, orang tua, dan
hipetensi dan kadar terlihat pucat
kolestrol tinggi )
08.40. 3.memonitor panas, A: Masalah teratasi
09.00 kemerahan, nyeri, atau sebagian
09.20 bengkak pada ekstremitas
4. melakukan pencegahan P: Intervensi dilanjutkan
infeksi
5. melakukan hidrasi
6. meinformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
D.0142 09.30. I.14539 Pencegahan S: Klien mengatakan masih Neng
Resiko infeksi Infeksi demam putriyani
berhubungan 09.40. 1.memonitor tanda dan &
dengan adanya gejala infeksi lokal dan O: Meningkatnya Awwalia
sisa plasenta dan 10.00. sistematik temperatur dan Leukosit
selaput ketuban 10.10. 2.mempertahankan teknik
10.30. aseptik pada pasien A: Masalah teratasi
berisiko tinggi sebagian
3.menjelaskan tanda dan
gejala. P: Intervensi dilanjutkan
4.mengaajarkan cara

13
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
D.0036 23-03-2021. I.03098 Manajemen Cairan S: Klien mengatakan sudah Neng
Resiko 11.00 1.memonitor status hidrasi agak tidak lemah putriyani
ketidakseimbang 11.10. 2.memonitor hasil &
an cairan 11.20. pemeriksaan labolatorium O: Bibir kering, turgor Awwalia
berhubungan 11.30. 3.memonitor hemodinamik kulit jelek, dan tonus otot
dengan 4.mencatat intake-output lemah
perdarahan 11.40. dan hitung balans cairan 24
pervagina 12.00. jam A: Masalah teratasi
5. memberikan cairan sebagian
intravena.
6. memberikan asupan P: Intervensi dilanjutkan
cairan

Hari ke-2
No diag. Tgl/jam Tindakan Evaluasi Paraf
D.0009 24-03-2021. I.02079 Perawatan S: Klien mengatakan sudah Reyna
Perfusi perifer 08:00 Sirkulasi tidak pendarahan yang &
tidak efektif 1.memeeriksa sirkulasi keluar dan sudah tidak Rendi
berhubungan 08:20. perifer ( nadi perifer, pusing
dengan edema, pengisian kapiler)
perdarahan 2. midentifikasi faktor O: Pasien sudah tidak
pervaginam 08.30. resiko gangguan sirkulasi mengeluh pusing dan
( diabetes, orang tua, sudah tidak terlihat pucat
08.40. hipetensi dan kadar
09.00 kolestrol tinggi ) A: Masalah teratasi
09.20 3.memonitor panas,
kemerahan, nyeri, atau P: Intervensi dihentikan
bengkak pada ekstremitas

14
4. melakukan pencegahan
infeksi
5. melakukan hidrasi
6. meinformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
D.0142 24-03-2021. I.14539 Pencegahan S: Klien mengatakan sudah Reyna
Resiko infeksi 09.30. Infeksi tidak demam &
berhubungan 1.memonitor tanda dan Rendi
dengan adanya 09.40. gejala infeksi lokal dan O: sudah tidak ada
sisa plasenta dan sistematik peningkatan temperatur
selaput ketuban 10.00. 2.mempertahankan teknik dan Leukosit
10.10. aseptik pada pasien
10.30. berisiko tinggi A: Masalah teratasi
3.menjelaskan tanda dan
gejala. P: Intervensi dihentikan
4.mengaajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
D.0036 24-03-2021. I.03098 Manajemen Cairan S: Klien mengatakan sudah Reyna
Resiko 11.00 1.memonitor status hidrasi tidak lemah &
ketidakseimbang 11.10. 2.memonitor hasil Rendi
an cairan 11.20. pemeriksaan labolatorium O: Bibir tidak kering,
berhubungan 11.30. 3.memonitor hemodinamik turgor kulit baik, dan tonus
dengan 4.mencatat intake-output otot baik
perdarahan 11.40. dan hitung balans cairan 24
pervagina 12.00. jam A: Masalah teratasi
5. memberikan cairan
intravena. P: Intervensi dihentikan
6. memberikan asupan

15
cairan

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke
ukurannya.
Etiologi penyakit ini disebabkan oleh Status gizi ibu nifas buruk
(kurang gizi), Ibu tidak menyusui bayinya, Kurang mobilisasi, Usia,
Parietas, Terdapat bekuan darah yang tidak keluar, Terdapat sisa plasenta
dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan
dengan normal atau terlambat, Tidak ada kontraksi, Terjadi infeksi pada
endometrium, Inflamasi, Terdapat sisa plasenta dan selaputnya, Terdapat
bekuan darah, dan Mioma uteri
Menifestasi klinis: 1) Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam
abdomen/pelvis dari yang diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat dan
tonus uterus lembek. 2) Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari
bentuk rubra ke bentuk serosa,lalu kebentuk kochia alba. 3) Lochia bisa
tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum/lebih dari
2 minggu pasca nifas. 4) Lochia bisa lebih banyak daripada yang
diperkirakan. 5) Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika
ada infeksi. 6) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah. 7) Bisa terjadi
perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml). 8) Nadi
lemah, gelisah , letih, ekstrimitas dingin.
Patofisiologi Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna,
sehingga pendarahan terjadi terus menerus, menyebabkan permasalahan
lainya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya

17
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi setelah
nifas terganggu karena akibat dari permasalah-permasalahan diatas.

4.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para
pembaca dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan Subinvolusi
Uteri. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca
lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang membuat asuhan
keperawatan dan dapat mengetahui mengenai penyakit subinvolusi uteri.

18
Daftar Pustaka

Halamanah, H. 2013. Makalah Sub Involution Of Uterus - Hafizh Al-Amanah.


Scribd https://id.scribd.com/doc/182035146/Makalah-Sub-Involution-Of-
Uterus-Hafizh-Al-Amanah-docx

Tanudjaja, V. 2018. Konsep Dasar Subinvolusi Uteri. Docplayer


https://docplayer.info/67497015-Konsep-dasar-subinvolusi-uteri.html

19

Anda mungkin juga menyukai