Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pathofisiologi Dalam Kebidanan

Dosen Pengampu : Istri Utami, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh :

Tasya Fitri

1910104088

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Patofisiologi yang
berjudul “GANGGUAN HEMATOLOGI”.

Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapatkan berkah Allah swt.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya, khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah, serta
sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena
berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total, 45% sampai
60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama
darah adalah sebagai media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan
cairan (Atul dan Victor, 2008 cit. Arifin dkk, 2015).
Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi kita kehidupan. Pada
saat beredar didalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan dan
melindungi tubuh dari zat-zat beracun. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan
apapun pada dinding pembuluh darah sehingga sistem tersebut kembali seperti semula.
Rata-rata terdapat 1,32 galon (5 liter) darah dalam tubuh manusia mempunyai berat 132
pon (60 kg). Jantung mampu mengedarkan seluruh jumlah ini didalam tubuh dengan
mudah dalam sesaat. Bahkan, saat berlari atau bahkan berolahraga, tingkat peredaran darah
meningkat hingga lima kali lipat lebih cepat. Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk
yang sempurna sehingga tidak ada penyumbatan ataupun endapan yang terbentuk.
Kelainan hematologi yang sering terjadi adalah adanya penurunan jumlah sel darah
merah yaitu anemia. Terjadi akibat produksi darah merah dari sumsum tulang
berkurang yang diakibatkan oleh kekurangan faktor untuk eritropoesis, seperti asam folat,
vitamin B12, dan besi.(Brunner & Suddarth. 2012)
Pada ibu hamil juga sering terjadi anemia. Dapat terjadi apablila kondisi ibu hamil
dengan kadar hemogbin (Hb) dalam darahnya dibawah 11 gr% pada trimester I dan III
atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Sedangkan anemia pada
kehamilan yaitu dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah ibu hamil kurang dari 12gr%
(Wiknjosastro,2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud definisi Anemia?
2. Apa patofisiogi Anemia?
3. Apa saja Klasifikasi Anemia?
4. Apa faktor yang mempengaruhi kejadian Anemia?
5. Apa Derajat Anemia?
6. Apa Anemia pada kehamilan dan persalinan ?
7. Apa Anemia pada nifas ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Anemia
2. Untuk mengetahui patofisiologi Anemia
3. Untuk mengetahui klasifikasi anemia
4. Untuk mengetahui faktor penyebab dari anemia
5. Untuk mengetahui derajat anemia
6. Untuk mengetahui kejadian anemia pada kehamilan dan persalinan
7. Untuk mengetahui kejadian anemia pada nifas
. BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah (eritrosit)
dan/atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-sel darah merah menurun di bawah
normal. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Tanpa kecukupan pasokan oksigen,
banyak jaringan dan organ dalamtubuh dapat terganggu. Anemia dapat menyebabkan berbagai
komplikasi termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh (Proverawati, 2011).
B. Patofisiologi Anemia

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan biasanya
terjadi secara bertahap.
1. Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh terutama
disumsum tulang.
2. Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan membentuk sel darah
merah yang memproduksi lebih sedikit.
3. Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
4. Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat
pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat kecil (Mikrositik).
5. Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala -gejala karena
anemia semakin memburuk. Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan
volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Waryana,
2010).
C. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi Banyak jenis anemia yang dapat diobati secara mudah, tetapi pada beberapa
jenis lainnya kemungkinan berat, lama dan dapat mengancam jiwa jika tidak terdiagnosa sejak
awal dan tidak diobati segera (NACC, 2009).
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat
besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena pembentukan
sel darah merah terganggu, akibatnya ukuran sel darah merah menjadi kecil (microcytic),
kandungan hemoglobin menjadi rendah (hypochromic). Semakin berat kekurangan zat
besi dalam darah, makan semakin berat pula tingkat anemia yang diderita (NACC, 2009).
2. Anemia Defisiensi Asam Folat
Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik.
Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah merah tidak normal dengan ciri-
ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah
asam folat dan atau vitamin B12 kurang di dalam tubuh. Kedua zat tersebut diperlukan
dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam
sumsum tulang (Almatsier, 2009).
3. Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala seperti
anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat pencernaan
bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak
normal serta posisi pada dinding sel jaringan saraf juga berubah. Dikhawatirkan, akan
mengalami gangguan kejiwaan (Almatsier, 2009).
4. Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia
gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum besinya normal. Kekurangan
vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin (Almatsier, 2009).
D. Faktor Penyebab
Penyebab anemia menurut Manuaba (2012) antara lain:
1. Kurang gizi

2. Kurang zat besi

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti perdarahan persalinan, haid dan lain-lain

5. Penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
Anemia yang paling sering terjadi dalam kehamilan dan persalinan adalah anemia
defisiensi zat besi yaitu anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan
karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan dan gangguan reabsorbsi
(Manuaba, 2012).
6. Pendidikan Ibu
Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pola pikir yang
terbentuk. Adanya pola pikir tersebut akan membuat seseorang semakin terbuka terhadap
hal-hal baru dan mampu menerima informasi dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan, sikap maupun perilaku menjadi lebih baik. Pendidikan
berpengaruh terhadap pengetahuan, karena pengetahuan akan menghasilkan perubahan.
Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan terutama zat besi.
Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang relatif lama akan menyebabkan terjadinya
anemia (Fraser, 2014).
7. Status Ekonomi
Tingkat ekonomi yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu selama
hamil sangat mempengaruhi kehamilan ibu. Jika seorang ibu berada dalam keluarga yang
berkecukupan maka ia akan dapat memenuhi semua kebutuhannya selama hamil terutama
dalam mengkonsumsi makanan maupun minuman. Pada ibu hamil, jika konsumsi makanan
terutama zat besi kurang, maka ibu hamil tersebut akan lebih rentan untuk mengalami
kejadian anemia (Fraser, 2014).
b. Pemeriksaan Kehamilan ( ANC )
Salah satu tujuan pemeriksaan pada Antenatal Care (ANC) adalah untuk mengenal
dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan. Cakupan pelayanan antenatal dapat
dipantau melalui kunjungan ibu hamil. Pada pemeriksaan kehamilan (ANC) ibu
mendapatkan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti
penyuluhan gizi dan makanan juga mendapatkan tablet darah dari bidan. (Fraser, 2014).
c. Kepatuhan Mengkonsumsi Suplementasi Zat Besi
Konsumsi tablet besi secara baik memberi peluang terhindarnya ibu hamil dari
anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai aturan, sangat dibutuhkan kepatuhan dan
kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsinya. Namun demikian kepatuhan juga sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bentuk obat yang besar, warna obat, rasa dan
efek samping dari tablet ini seperti nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare
(Fraser, 2014).
E. Derajat Anemia
Derajat anemia menurut Manuaba (2015), digolongkan sebagai berikut :
Normal : Hb >11 gr%
Anemia ringan : Hb 9-10,9 gr%
Anemia sedang : Hb 7-8,9 gr%
Anemia berat : Hb <7 gr%
F. Anemia Pada Kehamilan dan Persalinan
1. Pengertian
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II
(Frases, 2014).
2. Patofisiologi
Perubahan hemoglobin sehubunan dengan kehamilan adalah karena perubahan
sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.
Volume plasma meningkat 45-56% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi
pada bulan ke-9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah
partus (Manuaba, 2012).
3. Tanda dan Gejala

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-
kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai
anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium
dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Marmi, 2015).
4. Faktor Resiko anemia dalam kehamilan
Selama masa kehamilan anemia sering terjadi pada ibu hamil, dalam hal ini ibu
hamil membutuhkan banyak tambhan zat besi dari biasanya, namun beberapa factor
yang dapat menjadi penyebab terjadi anemia difisiensi besi, antara lain sebagai berikut.
a. Usia saat hamil masih remaja (<20 tahun)
Hamil diusia muda <20 tahun, dikaitkan dengan masalah persiapan mental ibu saat
akan menjalani kehamilan, ibu hamil juga di haruskan menjalani pemeriksaan
kehamilan, dengan memeriksakan kehalan serta rutin dapat mengurangi resiko
komplikasi serta gangguan selama kehamilan.
b. Usia ketika hamil ≥35 tahun
Wanita hamil dengan usia lebih dai 35 tahun memiliki resiko mengalami anemia
hal ini dikarenakan semakin tua usia ibu hamil semakin rendah daya tahan tubuh
(imunitas), dan semakin rendah pula system reproduki ibu.
c. Jarak interval kehamilan yang pendek <2 tahun
Pada ibu yang hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan
ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahim agar kembali ke
kondisi sebelumnya.
d. Jumlah kehamilan (Paritas)
Paritas atau lebih dari 3 kali dapat meningkatkan resiko anemia dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan dikarenakan keadaan
rahim yang sudah lemah.
e. Status Gizi
Status gizi diketahui dari berat badan dan tinggi badan ibu hamil, melallui
perhitungan IMT (indek massa tubuh) seseorang.
f. Tingkat kepathan ibu dalam konsumsi tablet besi
Suplamentasi besi atau pemberian tablet besi merupakan slah satu upaya
penanggulangan anemia khususnya anemia akibat kekurangan zat besi. Wanita
hamil membutuhkan tambahan tablet besi untuk meningkatkan jumlah seldarah
merah. Seseorang hamil hamil dan akan melahirkan akan semakin banyak
kehilangan zat besi dan menyebabkan anemia. Tingkat kepatuhan pada ibu yang
masih rndah menurut beberapa study menyatakan bahwa masih bayak ibu hamil
yag masih tidak path dalam konsumsi tablet Fe yng diberikan oleh petugas
kesehatan dkarenakan kurangnya kesadaran ibu dalam mengetahui manfaat tablet
besi selama masa kehamilan.
d. Komplikasi Anemia Pada Kehamilan dan Persalinan
a. Pengaruh anemia terhadap kehmaila yaitu :
1) Tumbuh kembang janin terlambat
2) Dapat terjadi abortus
3) Menimbulkan hiperemesis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)
4) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)
5) Ketuban Pecah Dini (KPD)
6) Mudah terjadi infeksi
7) Persalinan prematuritas
b. Pengaruh anemia saat persalinan yaitu :
1) Gangguan his kekuatan mengejan
2) Persalinan berlangsung lama
3) Sering terjadi fetal distress
4) Persalinan dengan tindakan operasi
5) Menimbulkan plasenta previa
6) Dapat menimbulkan solusio plasenta
7) Terjadi emboli air ketuban
e. Penatalaksanaan dan Peran Bidan Dalam Anemia Pada Kehamilan
Nutrisi yang baik adalah cara untuk mencegah terjadinyaa anemia jika sedang
hamil. Makan maknan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau,
daging merah dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga
pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan asam folat. Pada ibu hamil
diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Manuaba,
2012).
Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan cara pemberian Tablet Tambah
Darah mengandung 60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat dengan dosis 1
tablet/hari sedikitnya 90 hari selama kehmailan. Terdapat beberapa upaya yang
dilakukan untuk penanggulangan anemia zat besi pada ibuhamil diantaranya
suplementasi TTD,fortifikasi bahan maknanan dan pendidikan gizi (KIE). Pemberian
suplementasi penanggulangan anemia zat besi, kare a zat besi merupkansatu-satunya zat
gizi yang tidak dapat dipenuhi hanya dengan makanan, sehingg bu hamil yang
kebutuhsnakan zat besi meningkat selama kehamilan harus diberikan suplementasi
tablet besi.
Jika dilihat dari tanda dan gejala anemia, berikut beberapa penataksanaan media
anemia pada ibu hamil sesuai dengan tingkatnya.
a. Anemia ringan
1) Pada kehamilan dengan kadar Hb 10 mg/dl masihh dianggap ringan sehingga
hanya diperlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dari 500 mg asam folat peroral
sekali sehari
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang baik dikomsumsi
selamkehamilan, misalnya daging,sayuran hijau seperti bayam, daun singkong,
kangkung, kacang-kacang dan buah-buahan.
b. Anemia sedang
1) Meningkatkan komsumsi tablet besi secara rutin dan mengkomsumsi makanan
yang bergixi serta banuak mengandung zat besi
2) Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi seros 600-1000 mg/hari seperti
sulfat ferosusu atau glukosa ferosus.
3) Memberikan tablet tambah darah sehari 1 tablet/90 tablet selama hamil.
c. Anemia berat
1) Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg 6 bulan selama kehamilan
dan dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
2) Meningkatkan komsumsi tablet beso secara rutin, memperbaiki kesehatan
lingkungan, mengkomsumsi makanan yang bergisi, banyak mengandung zat
besi dan lakukan tranfusi darah.
f. Penatalaksanaan dan Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Anemia menurut
Robson (2012) meliputi:
1. Periksa golongan darah dan simpan sediaan serum ketika ibu memasuki masa
persalinan.
2. Kaji faktor risiko kehilangan darah yang berlebihan.
3. Rawat di unit yang dipimpin oleh spesialis.
4. Persalinan kala tiga aktif-Syntometrine dan infus oksitosin per
5. Tunggu hasil pemeriksaan darah lengkap sebelum memberikan
makanan dan minuman saat proses persalinan.
6. Pantau kemajuan persalinan secara cermat:
7. Segera rujuk ke dokter obstetrik jika perkembangan terjadi secara lambat
8. Hindari mengarahkan mengejan berlebihan jika memungkinkan.
G. Anemia Pada Masa Nifas
a. Pengertian
Anemia dalam nifas adalah kondisi kadar Hb ibu berada di bawah batas normal
terjadi pada masa nifas. Kadar ibu nifas normal adalah 11 gr% (Manuaba, 2012).
b. Etiologi
Penyebab anemia defisiensi besi : kurang asupan Fe, gangguan gastrointestinal
mual, muntah, diare, infeksi oleh cacing dan malaria. Pada ibu nifas, anemia terjadi
karena kebutuhan Fe yang tidak tercukupi saat hamil, kehilangan Fe banyak pada
grandemultipara dan perdarahan antepartum (Fraser, 2014).
c. Patofisiologi
Dampak persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan wanita terlihat pucat dan
letih selama satu atau beberapa hari setelah melahirkan (Fraser, 2014). Anemia dalam
nifas dapat terjadi sebagai akibat perubahan sistem hematologi dalam masa kehamilan.

d. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

1) Gejala Subyektif

Ibu nifas dengan anemia biasanya mengeluh merasa lemah, pucat, cepat lelah dan
nafsu makan kurang (Manuaba, 2012).

2) Pemeriksaan Fisik

Ibu nifas yang mengalami anemia, membran mukosa pada conjungtiva terlihat pucat
(Fraser, 2014).
3) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis anemia dibuat berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukan nilai
kadar Hb kurang dari 11 gr% (Fraser, 2014).
e. Dampak Anemia Pada Masa Nifas yaitu :
1. Terjadi perdarahan post partum
2. Mudah terjadi infeksi puerperium(daerah dibawah genetalia)
3. Dapat terjadi retensio plasenta atau plasenta rest
4. Pengeluaran Asi berkurang
5. Subinfolusi uteri
6. Anemia pada nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)
f. Dampak anemia pada janin yaitu :
1) Abortus
2) Terjadi kematian intrauterine ( dalam rahim)
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Berat badan lahir rendah
5) Dapat terjadi cacat bwaan
6) Kelahiran dengan anemia
7) Intelegensia rendah
8) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
g. Penatalaksanaan dan Peran Bidan Dalam Anemia Pada Masa Nifas
1) Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan pada jalan lahir
yang banyak dan terus menerus, bau tidak sedap pada jalan lahir, payudara terasa
panas, nyeri, kemerahan, demam dan pusing yang menetap, nyeri pada luka jahitan
pada perineum ataupun luka operasi (Meyering, 2014)
2) Anjurkan ibu untuk memenuhi asupan zat besi yang cukup dengan mengkonsumsi
makanan seperti daging, ikan, telur, buah – buahan, sayuran hijau dan menghidari
mengkonsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi,
cokelat, jamu – jamuan dan susu (Ani, 2013).
3) Lakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan kadar Hb
(Robson, 2011)
4) Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi zat besi suplemen Fe
dan pemberian transfusi darah apabila kadar Hb ibu <9,0 gr%. Jika ada indikasi
perdarahan pasca persalinan dengan syok, kehilangan darah saat operasi dan kadar
Hb ibu nifas kurang dari 9,0 gr%, maka transfusi darah dengan pack cell dapat
diberikan (Prawirohardjo, 2014 dan Fraser, 2014).
BAB IV

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Ny. K G1P0A0 umur 25 tahun, umur kehamilan 29 minggu datang ke Puskesmas
untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan badannya terasa lemas, pusing dan
cepat kelelahan. Pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadarah composmentis,
TD 110/70 mmHg. Pemeriksaan mata kojungtiva pucat sklera putih. Janin tunggal, hidup,
intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, bagian terbawah janin
belum masuk panggul. Setelah dilakukan pemeriksaan Laboratorium didaptkan Hb 10 gr%.
B. Pembahsan
Dalam kasus tersebut keluhan yang dialami Ny. K sudah termasuk tanda dan
gejala pada anemia yaitu:
1. Ny.K Merasa lelah dan sering mengantuk oleh karena rendahnya Hb dan kurangnya
oksigen, sehingga kurang transport untuk metabolisme dalam tubuh
2. Ny. K Merasa pusing dan lemah karena kurangya oksigen dan energi menyebabkan ibu
merasa lemah dan capek.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
didapatkan Ny.K mengalami anaemia ringan dengan Hb 10 gr%. Rencana tindakan
yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan anemia ringan adalah meningkatkan gizi
Ny. K, yaitu dengan penambahan makanan daging,sayuran hijau seperti bayam, daun
singkong, kangkung, kacang-kacang dan buah-buahan. Memberi tambahan suplemen
zat besi 60 mg/hari dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. Tindakan yang
diberikan kepada Ny. K agar mengehndari adanya dampak yang terjadi pada
kehmailan, persalinan dan nifas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah (eritrosit)
dan/atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-sel darah merah menurun di bawah
normal. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Tanpa kecukupan
pasokan oksigen, banyak jaringan dan organ dalamtubuh dapat terganggu. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh. Bidan
dalam penanganan kasus anemia kehamilan, bersalin maupun nifas haruslah dilakukan
dengan cermat dalam mendiagnosa dan juga bisa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya.
B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan dari isi mohon diberikan kritik dan saran serta.
Untuk petugas kesehatan bisa untuk selalu menambah ilmu baru dalam memberikan asuhan
ibu hamil bersalian dan nifas dengan anemia agar pemberian asuhan semakin baik. Untuk
pembaca dapat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka

Almatsier, S. (2009). Prinsip DasarIlmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Depkes RI, (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2009 www.DepkesRI.com, diakses 10 Desember
2019
Fatmah. (2009). Anemia Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Fraser. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R., (2008). Hubungan antaraIntensitas Pemeriksaan
Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,dan Konsumsi Tablet Besi dengan Tingkat
Keluhan selama Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1): 12-21
Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
NACC. (2009). Anemia in Adolescents – The Teen Scene.

Robson dan Jason, W. (2012). Patologi pada Kehamilan.: Jakarta : EGC

Waryana, (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga


WHO. (2011). Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who.Int,

Anda mungkin juga menyukai