Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

ANEMIA

Disusun Oleh :

Naomi Rabela Hanjaros (526080720017/2020)

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BATAM

2022
SURAT PERYATAAN ORISINALITAS

Mahasiswa vokasi yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Ketua : Naomi Rabela Hanjaros

Nomor Induk Mahasiswa : 526080720017

Program Studi : D3 Keperawatan

Perguruan Tinggi : Institut Kesehatan Mitra Bunda

Dengan ini menyatakan karya tulis ilmiah dengan judul “Anemia” ini adalah
benar-benar hasil karya intelektual mandiri dan bukan merupakan plagiat dari
karya orang lain serta belum pernah menjadi juara dan belum pernah
dipublikasikan dalam bentuk apapun. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku berupa
diskualifikasi dari kompetensi.

Batam, 11April 2023

(Naomi Rabela Hanjaros)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Kategori Lomba : Karya Tulis Ilmiah
2. Judul Karya : Anemia
3. Sub Tema : Efektifitas Skrining Terhadap Kadar Hb
4. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Naomi Rabela Hanjaros
b. NIM : 526080720017
c. Program Studi : D3 Keperawatan
d. Instansi : Institut Kesehatan Mitra Bunda
e. Alamat Rumah : Kav. Bukit Kamboja Blok KK NO. 32
f. No. Telp./WA : 085831113271
g. E-Mail : naomirabelatbjs@gmail.Com

PENULIS

Naomi Rabela Hanjaros


NIM: 526080720017

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi anemia pada remaja putri saat ini masih tinggi
berkisar 40-88% ,dan di Indonesia 21,7%. Kehilangan darah saat
menstruasi menyebabkan remaja putri rentan mengalami anemia.
Anemia dalam kehamilan mempunyai dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta
berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan,
bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak.
faktor pengetahuan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
resiko anemia pada remaja putri Anemia merupakan salah satu
penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan
merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Anemia dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar haemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap
kelompok umur dan jenis kelamin. Hemoglobin berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel
jaringan tubuh, termasuk otat dan otak untuk melakukan
fungsinya. Tanda-tanda anemia lazim disebut dengan 5L, Yaitu
lemah, lelah, letih, lesu dan lunglai. Beberapa dampak anemia
pada remaja putri (rematri) cukup memperhatinkan, seperti
penurunan kesehatan dan prestasi sekolah.
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,
penyakit infeksi, faktor bawaan. Di negara sedang berkembang
40% anemia disebabkan karena defisiensi zat besi yang dikenal
dengan istilah anemia gizi besi. Beberapa hal penyebab remaja
putri mengalami anemia, seperti menstruasi/kehilangan banyak
darah, kurang asupan kaya zat besi dan protein, sering melakukan

1
diet yang keliru, dan sedang tumbuh pesat yang tidak seimbang
dengan asupan gizinya. Dalam masa pandemic covid-19, anak dan
remaja putri perlu tetap sehat dan bebas anemia. Salah satunya
dengan mengonsusmsi tablet tambah darah (tablet tambah darah)
agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini juga didukung
dengan mengonsusmsi makanan yang cukup mengandung zat besi
dan protein agar tubuh dapat membentuk hemoglobin dan dapat
menyerap zat besi dengan baik. Selain itu, remaja putri juga
dihimbau untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang, makan
buah dan sayur secukupnya, memeriksa kadar Hb, serta
mengonsumsi vitamin A, C ,E.

B. Tujuan
untuk mengetahui keefektifitasan skrining Hb untuk mencegah
resiko terjadinya anemia pada remaja putri di SMA

C. Manfaat
1. Remaja putri
Diharapkan untuk meningkatkan kesadaran akan penting nya
menjaga pola makan dan hidup sehat agar tehindar dari resiko
anemia.
2. SMA
Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan
dalam meningkatkan pencegahan anemia pada remaja putri
disekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat memberikan wawasan serta dapat dijadikan
referensi atau bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal yang berbeda menurut kelompok umur,
jenis kelamin dan kondisi fisiologis.. Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan
oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas.
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk
sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus
dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya.
Tabel 1
Rekomendasi WHO Tentang pengelompokan Anemia (g/dL) berdasarkan umur

Populasi Tidak Anemia


Anemia Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 bulan 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Anak 5-11 tahun 11,5 11.0 – 11.4 8.0 – 10.9 < 8.0
Anak 12-14 tahun 12 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
WUS tidak hamil 12 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
Ibu hamil 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Laki-laki > 15 tahun 13 11.0 – 12.9 8.0 – 10.9 < 8.0

3
2. Etiologi Anemia
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan
gejala berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan
oleh gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan
darah keluar tubuh, dan proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum
waktunya (hemolisis). Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia
sebagai berikut :
Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
 Anemia defisiensi besi
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia vitamin b12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
 Anemia aplastic
 Anemia mieloptistik
 Anemia pada keganasan hemotologi
 Anemia diseritropoietik
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca pendarahan akut
2) Anemia akibat pendarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
 Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
 Gangguan enzim eritrosit (enzimpati)
 Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
2) Anemia hemolitik esktrakorpuskular

4
 Anemia hemolitik autoimun
 Anemia hemolitik mikroangioptik
 Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis
komplek

3. Patofisiologi
Anemia gizi besi terjadi ketika pasokan zat besi tidak mencukupi untuk
pembentukan sel darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang
terbentuk berukuran lebih kecil (mikrositik), warna lebih muda
(hipokromik). Simpanan besi dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis
terpakai lalu konsentrasi transferin serum mengikat besi untuk
transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang akan
menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang
di bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai
bagian tubuh juga berada di bawah kondisi normal.

4. Manifestasi klinis
a. Manifstasi klinis yang sering muncul
 Pusing
 Mudah berkunang-kunang
 Lesu
 Aktivitas kurang
 Rasa mengantuk
 Susah konsentrasi
 Cepat lelah
 Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
b. Gejala khas masing-masing anemia:
 Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan,
anemia defisiensi besi.

5
 Ikterus, urin berwarna kuning tua/cokelat, perut mrongkol/
makin buncit pada anemia hemolitik.
 Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena
keganasan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
2) Manifestasi khusus pada anemia :
 Defisiensi besi: spon nail, glositis
 Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
 Hemolitik: icterus, splenomegaly
 Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahn, infeksi

5. Komplikasi anemia
a. Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan
b. Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan
gagal jantung
c. Gangguan pada paru-paru, seperti hipertensi pulmonal
d. Komplikasi kehamilan, antaran lain kelahiran premature atau bayi
terlahir dengan berat badan rendah
e. Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak
atau bayi
f. Rentan terkena infeksi.

6. Penatalaksanaan anemia
a. Anemia aplastic, dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi
immunosupresif dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan
melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi
susum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse
RBC rendah leukosit dan platelet.

6
b. Anemia pada penyakit ginjal, pada pasien dialysis harus ditangani
dengan pemberian besi dan asam folat. Kalau tersedia, dapat diberika
eritropoetin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis, kebanyakan pasien tidak mnunjukkan
gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan
menangani kelaianan yang mendasarinya, maka anemia akan terobati
dengan sendirinya.
d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat dengan pemberian makanan
yang adekuat. Pada difesiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10
mg/hari. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr%.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh efek absorpsi atau tidak tersedianya
factor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang dapat dikoreksi.
3) Pada anemia defisiensi asam folat 3x5 mg/hari.
4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penangananya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM.
f. Anemia pasca perdarahan, dengan memberikan transfuse darah dan
plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan
infus apa saja yang tersedia.
g. Anemia hemolitik, dengan pemberian transfuse darah menggantikan
darah yang hemolysis.

7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia


Pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya. Sebagai contoh,
sebagian anemia terutama anemia berat (kadar Hb < 7g/dL) biasanya
disertai penyakit yang melatar belakanginya, antara lain penyakit TBC,
infeksi cacing atau malaria. Oleh karena itu, selain penanggulangan pada

7
anemianya, harus dilakukan pula pengobatan terhadap penyakit penyerta
tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
anemia akibat kekurangan zat besi adalah sebagai berikut:
a. Mempraktekkan pola makan bergizi seimbang. Pola makan bergizi
seimbang terdiri dari aneka ragam makanan, termasuk sumber pangan
hewani yang kaya zat besi, dalam jumlah yang proporsional. Makanan
yang kaya sumber zat besi contohnya hati, ikan, daging dan unggas.
Sedangkan buah-buahan akan meningkatkan penyerapan zat besi karena
mengandung vitamin C yang tinggi.
b. Fortifikasi bahan makanan yaitu: menambahkan satu atau lebih zat gizi
kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada industri pangan, untuk
itu disarankan membaca label kemasan. Selain itu, tepung terigu sejak
tahun 2000 sudah diperkaya zat besi.
c. Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak tersedia atau sangat
sedikit, maka kebutuhan terhadap zat besi perlu didapat dari suplemen
tablet tambah darah. Pemberian tablet tambah darah secara rutin selama
jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat
besi didalam tubuh. Apabila pola makan sudah memenuhi gizi seimbang,
maka suplementasi tablet tambah darah tidak diperlukan lagi. Oleh
karena itu perlu selalu dilakukan pendidikan mengenai pola makan
bergizi seimbang, selain perlu memberikan pendidikan mengenai
pentingnya konsumsi Tablet tambah darah terutama untuk ibu hamil.
Konsumsi tablet tambah darah masih diperlukan oleh masyarakat
Indonesia, terutama karena pada umumnya pola makan masyarakat
kurang kaya zat besi.

8. Upaya meningkatkan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah


Kepatuhan terhadap konsumsi tablet tambah darah di indonesia masih
sangat rendah, yang secara umum diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan
mengenai tablet tambah darah, diantaranya sebagai berikut :

8
a. Efek samping minum tablet tambah darah.
Pada individu tertentu, konsumsi tablet tambah darah dapat
menimbulkan gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah dan
kadang-kadang terjadi diare atau sulit buang air besar. Mual, selain bisa
muncul karena minum tablet tambah darah, dapat juga merupakan
kondisi yang umum terjadi pada ibu hamil pada trimester pertama
kehamilan. Oleh karena itu perlu diberikan pengertian bahwa penyebab
mual tersebut bukanlah semata-mata karena tablet tambah darah. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual atau gejala
lainnya seperti nyeri lambung adalah dengan mengonsumsi tablet
tambah darah pada malam hari menjelang tidur. Perlu disampaikan
bahwa gejala-gejala tersebut tidak berbahaya, dan tubuh akan
menyesuaikan sehingga gejala semakin berkurang dengan berjalannya
waktu.
b. Meningkatkan penyerapan besi.
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya tablet tambah darah
dikonsumsi bersama dengan buah-buahan sumber vitamin c (jeruk,
papaya, mangga, jambu biji dan lain-lain) dan kalau memungkinkan
dengan daging, ikan atau unggas.
c. Makanan dan obat yang menganggu penyerapan besi. Hindari
mengonsumsi tablet tambah darah bersamaan dengan :
1) Susu, karena susu hewani umumnya mengandung kalsium
dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan
penyerapan zat besi di mukosa usus.
2) Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang
dapat mengkelat (mengikat zat besi menjadi senyawa yang
kompleks) sehingga tidak dapat diserap.
3) Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat
penyerapan zat besi.
4) Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung
sehingga penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi

9
akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang
mengandung kalsium.
Catatan : Bila akan mengonsumsi pangan maupun obat tersebut,
sebaiknya dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi tablet tambah
darah sehingga penyerapan zat besi dari tablet tambah darah dapat
lebih baik.
d. Mitos atau kepercayaan yang salah.
Perlu pula disampaikan bahwa minum tablet tambah darah tidak akan
menyebabkan bayi menjadi terlalu besar, tekanan darah meningkat
atau terlalu banyak darah. Penyebab ketiga kondisi tersebut adalah
hal-hal lain 10 pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah
darah yang tidak berhubungan dengan konsumsi tablet tambah darah.
Ada juga masyarakat yang menganggap bahwa tablet tambah darah
adalah obat. Hal ini dapat berdampak negatif. Obat biasanya
dihubungkan dengan hilangnya suatu gejala setelah minum obat,
sementara efek minum tablet tambah darah tidak segera dirasakan.
Obat juga dihubungkan dengan pendapat bahwa bila badan terasa
segar/enak, maka obat dihentikan, padahal tablet tambah darah
diminum dalam waktu lama, misalnya selama kehamilan.
Tablet tambah darah bukan obat, sehingga tidak akan berdampak
negatif. Tablet tambah darah tidak akan menyebabkan bayi menjadi
terlalu besar, tekanan darah meningkat atau terlalu banyak darah.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian


Perguruan SMAN 19 Batam, terletak di Jl.Brigjen Katamso Kel.Sei Binti
Kec.Sagulung kota Batam provinsi kepulauan riau. Akreditasi B. Identitas
sekolah, yaitu : NPSN 69872144, status negeri, bentuk pendidikan SMA, status
kepemilikan pemerintah pusat, SK Pendirian Sekolah : KPTS.367/HK/IX/2014
Tanggal SK Pendirian : 2014-09-05, SK Izin
Operasional : 646.4/422.6/DIKMEN/X/2015, Tanggal SK Izin
Operasional : 2015-10-23. Data rinci yaitu : status BOS bersedia menerima,
waktu penyelenggaraan pagi, sertifikat ISO belum bersertifikat, sumber listrik
PLN, daya listrik 18299 volt, akses internet Tidak ada. Jumlah siswa di SMA 19
Batam keseluruhan yaitu : siswa laki-laki 384 orang dan siswi perempuan 699
orang, dengan kurikulum K13 dan penyelenggaraan pagi/5h/m.

B. Karakteristik sampel
1. Karakteristik kelas

No Kelas N %
1. XII IPA 110 51 %
2. XII IPS 105 49 %
TOTAL 215 100
*Table 2 frekuensi responden berdasarkan kelas

Berdasarkan tabel diatas bahwa siswi di SMA Negeri 9 batam


kelas 12 dikategorikan menjadi 2 kelas. Dalam hal ini, prevalensi siswi
kelas XII IPS 49%, kelas XII IPA 51%.

2. Pengetahuan
Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap
sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Dalam pengertian lain,

11
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan
adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan
potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada
umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.

Kategori n %
Baik 190 88%
Cukup 25 12%
Total 215 100
*Table 3 frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

3. Status anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
kelamin dan kondisi fisiologis. Anemia adalah kondisi medis dimana
jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal . Dengan
mengecek data kadar Hb dapat mengurangi resiko anemia. Kategori status
anemia dibagi menjadi 2, yaitu :

 Tidak anemia : bila kadar hb  12 g/dl.

 Anemia : bila kadar hb < 12 g/dl.

Status anemia Status anemia

n %
Resiko anemia 45 68%
Tidak beresiko anemia 21 32%
Total 66 100
*Table 4 Frekuensi Responden berdasarkan kadar Hb

12
Berdasarkan data diatas pemeriksaan dilakukan pada sebagian siswi
dan diperoleh data resiko anemia sekitar 45 siswi (68%)

13

Anda mungkin juga menyukai