Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan ANEMIA.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, Maret
2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Tujuan 3

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 4

A. Definisi 4

B. Etiologi 4

C. Klasifikasi 4

D. Patofisiologi 6

E. Pathway 7

F. Manifestasi Klinis 8

G. Pemeriksaan Penunjang 8

H. Pengobatan Anemia 9

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sex ambigua adalah bagian dari kelainan identitas gender, merupakan kelainan unik pada
manusia yang ditandai dengan kelainan bentuk genitalia eksterna/fenotip yang tidak jelas laki
atau perempuan yang disebabkan oleh segala hal yang dapat mengganggu proses
perkembangan/differensiasi sel-sel organ seksual intrauterin.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.


2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia.
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Ambigua genetalia adalah suatu kelainan perkembangan seks yang atipikal secara
kromosoma, gondal dan anatomis yang umumnya ditandai dengan adanya organ genetalia
eksterna yang tidak elass laki-laki atau perempuan, atau mempunyai gambaran kedua jenis
kelamin hal ini termasuk kriptochidisme bilateral, hipsopadia perineum dengan scrotum,
klitoromegali, fusi labia posterior, adanya fenotipe wanita dengan gonat yang dapat dipalpasi
(dengan atau tanpa hermia inguinal), dan bayi dengan genetalia bertentangan dengan kromosom
seks nya.

B. Etiologi

Penyebab penyakit interseksualitas sangat kompleks, terbanyak oleh karena kelainan genetik,
namun pengaruh lingkungan, terutama penggunaan obat-obatan hormonal pada masa kehamilan
merupakan salah satu yang di duga. Paparan pada masa kehamilan yang mengakibatkan ambigua
seksual pada bayi perempuan dengan kromosom 46,XX semestinya dipertimbangan dengan hati-
hati pada ibu hamil, pemakaian obat hormonal yang tidak terlalu perlu.

C. Klasifikasi

Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.


2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia Mikrositik Hipokrom


a. Anemia defisiensi besi : Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe).
Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe

4
dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada
wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak
disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), ini pun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula
disebabkan karena :
1. Diet yang tidak mencukupi
2. Absorpsi yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5. Hemoglobinuria
6. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik : Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit
infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).
2. Anemia Makrositik
a. Anemia Pernisiosa : Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat
faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter
autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat : Anemia ini umumnya berhubungan dengan
malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi
terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun –
daun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut : Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik : Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui
pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ),
baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran,

5
kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan
luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

D. Patofisiologi
        Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
  Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang
ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,
maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap.
Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

6
E. Pathway

7
F. Manifestasi Klinis

Pada kasus genetalia ambigua terdapat gejala seperti:

a. Pada laki-laki tampak


1) Uriprokismus bilateral
2) Hipospadia dengan skrotum bifidum
3) Uritoleismus dengan hipospadia
b. Pada wanita tampak:
1) Klitoro megali
2) Valva yang sempit
3) Kantong hernia inginalis berisi gonad

G. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :

1) Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )


2) Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )
3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )

H. Pengobatan
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab
kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus
diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.

8
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat
diobati dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen
zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala
menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum
tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah
sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem
kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan
berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen,
obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen
asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia,
Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

9
I. Pencegahan
a. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-
sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang
sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.
b. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran
hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain
c. Makanan yang mengandung Vitamin B 12 ( daging dan susu )
d. Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu
penyerapan zat besi. jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti
buah melon, buah jeruk, dan buah beri.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang
dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.

Penyebab anemia antara lain :

1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4. Kelainan darah

5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

11
DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius

Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Bandung : Ganesa.

Ngastiyah. 2001. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai