DISUSUN OLEH :
1. ADINDA MOUDY AGASSIMEVIA (1711012)
2. AURIZAL AHMAD AZIZ (1711009)
3. CAMILO BELO CABRAL (1711013)
4. HERLINA BINTI MAHMUDAH (1711017)
5. LILY INDRAYANI (1711015)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia megaloblastik adalah anemia yang khas di tandai oleh adanya sel megaloblastik
dalam sumsum tulang.Sel megaloblastik adalah sel precursor erosit dengan bentuk sel yang
besar disertai adanya kes, dimana maturasisi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan
susunan kromosom yang longgar, biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa.
Penyebabnya anemia megaloblastik adalah defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,
gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat dan gangguan sintesisi DNA.
Pengobatan :
Dalam penulis ini membahasa tentang konsep teori serta. Asuhan keperawatan pada
anemia megaloblastik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis data membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
Tujuan umum penulisan askep ini adalah sebagai pemenuhan tugas system hematologi dan
imunologi megaloblastik”. Tujuan kusus penulisan askep ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah di jabarkan pada rumusan masalah agar penulis atau pembaca tentang konsep
scoliosis serta proses keperawatan dan penkajiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang khas di tandai oleh adanya
eritoblas yang besar dalam sumsum tulang sebagai akibat dari maturasi inti sel-sel
tersebut dalam megaloblas. Sel megaloblas adalah sel precursor eritrosit dengan
bentuk sel yang besar dimana maturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan
susunan kromosom yang longgar.
B.Etiologi
C.Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Timbulnya megaloblas adalah akibat gangguan maturasi sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel erotroblast akibat defisiensi asam folat dan vitamin B12, dimana vitamin
B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusu untuk
vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti
erotoblas ini, maka meturasi ini lebih lambat sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjdi
lebih besar karena pembelahan sel yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih
besar serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel
megaloblast ini fungsiny tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang
sehingga terjadi eritropoesis infektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung
pada terjadinya anemia.
Anemia menyebabkan kelellahan, sesak nafas, dan rasa pusing. Orang dengan
anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan tingkat Hb yang wajar,
mereka merasa sulit bekerja, artinya mutu hidupnya lebih rendah. Anemia juga
meningkatnkan resiko kelanjutan penyakit dan kematian. Seseorang yang mengalami
anemia akan tampak lesu, mudah lelah, kurang darah, cepat mengantuk, nafas pendek
(manifestasi berkurangnya pengiriman O2), peradangan pada lidah, mual, hilangnya nafsu
makan, sakit kepala, pingsan, dan agak kekuningan. Menurut Baldy (2005), salah satu dari
tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya
diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokontriksi
untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan
indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi oleh pigmentasi kulit, suhu
dan kedalaman serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan, dan
membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang lebih baik untuk
menilai pucat. Jika lipatan tangan tidak lagi berwarna merah muda, hemoglobin biasanya
kurang dari 8 gram.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Terapi suportif : tranfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombosit bila
trombositopenia mengancam jiwa.
2. Terapi untuk defisiensi vitamin B12
Terapi yang biasa digunakan untuk mengatasi terapi defisiensi vitamin
B12 adalah sebagai berikut :
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
1. Kardiomegali
2. GJK
3. Gastritis
4. Halusinasi
5. Infeksi
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Arief, et, al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. FKUI : Media
Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Susan, Martin Tuckler, et, al. 1998. Standar Keperawatan Pasien. Jakarta : EGC.