Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

KIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN HDL DENGAN SAMPEL IKTERIK

Disusun oleh:

Fyvin Phatarina (1634006)

Dosen pembimbing :

dr.Hotman Sinaga

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
Tahun 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis diberikan kesehatan,semangat,dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah laporan praktikum
yang berjudul “Pemeriksaan HDL dengan sampel ikterik” dibuat untuk memenuhi tugas
kuliah dalam mata kuliah Kimia Klinik yang disusun secara pribadi.
Penulis menyadari bahwa tak ada sesuatu yang sempurna dan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu dengan segenap
kerendahan hati,penulis bersedia menerima kritik dan saran yang dapat memperbaiki dan
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Palembang, 06 Juni 2018

Hormat saya,

Fyvin Phatarina
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Kadar kolesterol dalam darah rata-rata pda orang norml berkisar anatar 40-60 mg/dl.
Menurut Lahevine (2006),kadar kolesterol HDL dararah pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pria. Pada wanita kadar kolesterol darah dikatakan normal apabila kadarnya
50-60 mg/dl. Peningkatan kadar koleterol HDL darah akan memperkecil rasio koleterol
total dan setiap penurunan satu unit rasio kolesterol total akan mengurangi resiko infark
miokard sebeesar 53%.

Kolesterol darah adalah salah satu unsur yang paling penting dalam tubuh. Kolesterol
salah satu dari sejumlah lemak yang dibawah dalam aliran darah. Di dalam tubuh kita diliputi
lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut dalam air (Rahman, 2016).
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh yang memiliki
fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel. Kolesterol penting bagi tubuh,
apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan
(Djojodibroto, 2012).
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar kolesterol
melampaui batas normal disebut hiperkolesterolemia, biasanya terdapat pada penderita
obesitas, diabetes melitus, hipertensi, peroko serta orang yang sering minum-minuman
beralkohol (Leksono, 2016).
BAB II

PEMBAHASAN

Pemeriksaan HDL Kolesterol

Kolesterol darah adalah salah satu unsur yang paling penting dalam tubuh. Kolesterol
salah satu dari sejumlah lemak yang dibawah dalam aliran darah. Di dalam tubuh kita diliputi
lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut dalam air (Rahman, 2016).
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh yang memiliki
fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel. Kolesterol penting bagi tubuh,
apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan
(Djojodibroto, 2012).
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar kolesterol
melampaui batas normal disebut hiperkolesterolemia, biasanya terdapat pada penderita
obesitas, diabetes melitus, hipertensi, peroko serta orang yang sering minum-minuman
beralkohol (Leksono, 2016).
Kolesterol dalam Keadaan normal dapat disintesis dalam jumlah dua kali dari kadar
kolesterol di dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang disintesis diubah menjadi
jaringan hormon dan vitamin yang kemudian beredar ke dalam tubuh melalui darah, namun
ada juga kolesterol yang kembali ke hati diubah menjadi asam empedu. Hasil sintesa
kolesterol disimpan dalam jaringan tubuh (Robert, 2010).

Kolesterol harus dikontrol secara rutin, jika kadar kolesterol normal, pemeriksaan
selanjutnya cukup dilakukan setahun sekali namun apabila kolesterol cukup tinggi,
pemeriksaan harus dilakukan tiga bulan sekali untuk mengevaluasi semua upaya
pengendalian yang dilakukan selama ini. Kadar kolesterol tinggi pada seseorang sebaiknya
pemeriksaan perlu diulang setiap bulan (Fitnella, 2009).

1. Sintesa Kolesterol

Sintesis kolesterol dan garam empedu terutama dikeluarkan oleh hati. Sintesis kolesterol
berlaku untuk sejumlah kontrol metabolisme, sebagian besar diperantarai melauli biosintesis
enzim-hidroksi-mertilguartil koenzim A reduktase (HMG-CoA reduktase). Kolesterol terdapat
bebas atau bergabung dengan asam lemak dalam bentuk ester kolesterol. Di dalam darah
keduanya ditemukan lipoprotein. Enzim yang terlibat dalam konversi kolesterol bebas antara
jaringan, maka terjadi perubahan kadar kolesterol total dalam tubuh (Leksono, 2016).
2. Sumber Kolesterol
Kolesterol total bersumber dari makanan. Lemak jenuh yang terkandung dalam daging, lemak
hewan, mentega, minyak kelapa, santan, dan susu yang dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Lemak jenuh yang terkandung dalam minyak jagung, minyak saitun, dan minyak kedelai yang
dapat menurunkan kadar kolesterol (Rahman, 2016).
Kolesterol dapat bersumber di dalam tubuh dengan mengkonsumsi serat larut air di dalam
hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Seperti apel, beras merah, kacang-
kacangan, sayur-sayuran, yang berpengaruh baik terhadap kadar lipid dalam darah (Fitnella,
2009).
3. Fungsi Kolesterol
Kolesterol mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk mempertahankan kesehatan.
Adapun fungsi kolesterol yaitu membentuk dan memelihara fungsi organ tubuh, menyediakan
komponen esensial membran disetiap sel tubuh digunakan untuk membuat cairan empedu warna
hijau disimpan didalam kandung empedu dan berperan penting dalam proses pencernaan
makanan, membantu melapisi saraf dalam menyediakan suatu zat anti air pada permukaan arteri,
membuat hormon seks untuk perkembangan dan fungsi organ seksual, membuat hormon
adrenalin untuk metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh, dan merupakan salah satu
bahan yang diperlukan tubuh untuk membuat (sintesis) vitamin D (Furqonita, 2007).
4. Macam-macam Kolesterol
Kolesterol berdasarkan kepadatan atau ultrasentrifugasi terdiri dari :
a. Kilomikron
Merupakan lipoprotein dengan kandungan lemak yang lebih banyak tetapi dengan proteinnya
sedikit maka ini merupakan pengangkut lemak paling penting dalam darah (Aulia Dewi et al,
2012).
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein nomor dua terbesar dengn protein yang lebih kecil namun
terkonsentrasi dengan kandungan lemak terbesar. Berfungsi mengangkut trigliserida yang
dibentuk oleh hati (Aulia Dewi et al, 2012).
c. LDL (Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein terkecil tetapi hanya satu kandungan lipoprotein terbesar dan satu
lemak yang paling kecil berfungsi mengangkut kolesterol hati (Aulia Dewi et al, 2012).
d. HDL (High Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein paling kecil dengan kandungan protein paling banyak dan
konsentrasi lemak paling kecil. Berfungsi mengangkut kolesterol dan fosfolipid (Aulia Dewi
et al, 2012).
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol
a. Faktor Genetik
Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah dimana
tubuh memproduksi kolesterol mencapai 80%. Seseorang yang memproduksi
kolesterol dalam jumlah banyak akan mengalami hiperkolesterol (Rifdah, 2012).
b. Faktor Gaya Hidup Dan Pola Makan
c. Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dapat mempengaruhi tingginya kadar
kolesterol seperti minum alkohol berlebihan, minum kopi berlebihan, meroko, banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, sedikit mengkonsumsi
makanan kaya serat dari sayuran dan buah-buahan (Rifdah, 2012).
d. Faktor Usia Dan Jenis Kelamin
Usia yang semakin meningkat juga salah satu faktor penyebab kolesterol tinggi yang
diakibatkan menurunnya daya kinerja organ tubuh. Berdasarkan jenis kelamin, pria
sampai sekitar 50 tahun memiliki resiko 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita
utuk mengalami atherosklerosis oleh kolesterol.
Usia 50 tahun ke bawah pada wanita atau pasca menopause memiliki resiko yang
sama dengan pria. Masa premenopause wanita dilindungi oleh hormon estrogen sehingga
dapat mencegah timbulnya aterosklerosis. Hormon ini bekerja dengan cara meningkatkan
HDL dan menurunkan LDL pada darah. Setelah menopause, kadar hormon estrogen pada
wanita akan menurun sehingga resiko hiperkolesterol dan aterosklerosis akan menjadi
setara dengan laki-laki (Rifdah, 2012).
e. Tingkat Aktifitas
f. Banyak orang yang mengetahui bahwa kurangnya aktivitas dapat menyebabkan
dampak serius terhadap kesehatan. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan
kadar LDL dan menurunkan kadar HDL (Sri, 2008).

6. Makna Kolesterol Secara Klinis


Kolesterol sangat dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan, karena kolesterol
adalah bahan pembentuk hormon steroid yang mengatur berbagai metabolisme tubuh,
asam empedu, dan komponen dari dinding sel di tubuh namun jika kadar kolesterol dalam
darah terlalu tinggi akan meningkatkan resiko terkena serangan jantung atau strok hal ini
diakibatkan oleh kelebihan kolesterol yang tidak dibutuhkan tubuh akan disimpan ke
pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang bisa disebut
aterosklerosis dan jika jumlah terlalu banyak, maka pembuluh darah akan tersumbat total
sehingga darah tidak dapat mengalir (Qin Y et al, 2009).
Apabila kejadian ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalir ke otot-otot jantung
maka terjadilah serangan jantung. Sedangkan jika hal ini terjadi pada pembuluh darah di
otak maka terjadilah strok.
Penentuan lipid dalam serum yang akurat tergantung pada kontrol pada faktor pra-
analitik dan analitik. Variasi pra-analitik dalam subjek bisa berasal dari persiapan alat dan
bahan yang menyangkut pemeriksaan tersebut, hal ini bisa mempengaruhi hasil akhir
penentuan diagnosis, selain itu penentuan lipid juga dipengaruhi oleh perbedaan gaya
hidup, perubahan metabolisme, lipid karna suatu penyakit, pemakaian antikoagulan dan
preservative, darah kapiler atau vena, hemokonsentrasi dan penyimpanan spesimen harus
benar-benar diperhatikan (Purwani et al, 2012).
 Sampel Pemeriksaan Kolesterol
1. Pengertian Serum
Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum merupakan fraksi cair dari seluruh
darah yang dikumpulkan setelah darah dibiarkan membeku. Bekuan dihilangkan dengan
sentrifuge dan supernatan yang dihasilkan.
Serum merupakan bagian cairan darah tanpa faktor pembekuan atau sel darah. Serum
didapatkan dengan cara membiarkan darah dalam tabung reaksi tanpa antikoagulan membeku
dan kemudian disentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua sel-selnya.
Cairan di atas yang berwarna kuning jernih disebut serum (Rifdah, 2012).
Penggunaan serum dalam kimia klinik lebih luas dibandingkan penggunaan plasma. Hal
ini disebabkan serum tidak mengandung antikoagulan yang ditambahkan sehingga
komponen-komponen yang terkandung di dalam serum tidak terganggu aktifitas dan
reaksinya. Kandungan yang ada pada serum adalah antigen, antibodi, hormon, dan 6-8%
protein yang membentuk darah (Hermin, 2016).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol Dalam Spesimen
Hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan teliti dapat tercapai apabila di dalam
proses pemeriksaan terhadap spesimen selalu memperhatikan secara terpadu beberapa hal
yaitu persiapan pasien, pengambilan spesimen pasien, proses pemeriksaan spesimen, dan
pelaporan hasil pemeriksaan sepesiman. Penyimpanan spesimen dilakukan apabila
pemeriksaan ditunda atau dikirim ke laboratorium lain. Faktot-faktor yang datap
mempengaruhi stabilitas spesimen yaitu:
a. Waktu penundaan penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Penyimpanan spesimen harus
sesuai dengan prosedur yang disyaratkan, sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
tepat. Persyaratan penyimpanan untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus
memperhatikan jenis spesimen.
Dilaboratorium penundaan pemeriksaan kolesterol memiliki batas waktu yang
bervariasi tetapi pada umumnya maksimal 2-4 hari, jika lebih maka pihak laboratorium
akan meminta pengambilan sampel ulang kepada pasien (Menkes, 2010).
Beberapa faktor waktu penundaan pemeriksaan sampel kadang kala tidak dapat segera
dilakukan bisa terjadi dikarenakan oleh berbagai hal diantaranya yaitu jumlah sampel
yang diperiksa lebih banyak, terjadi kendala kerusakan pada alat, dan keterbatasan jumlah
tenaga laboratorium (Hartini, 2016).
b. Suhu penyimpanan spesimen
Spesimen yang disyaratkan pada pemeriksaan kolesterol adalah serum atau plasma.
Baik serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan disimpan pada
suhu ruang (20-25oC) atau pada suhu kulkas (2-8oC), agar komposisi dan enzim-enzim
yang terkandung di dalam serum atau plasma tetap stabil (Djojodibroto, 2012).
c. Cara penanganan spesimen
Penanganan terhadap spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan diperlukan
perlakuan yang benar. Penanganan spesimen yang tidak sesuai dengan prosedur dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa
dapat disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa
(Aldiyansyah, 2016).
3. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyimpanan Sampel
Keadaan di lapangan, penundaan pemeriksaan ini bisa berlangsung antara 1-3 jam dan
dibiarkan pada suhu ruang (Ambarawati, 2014). Beberapa spesimen yang tidak langsung
diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara penyimpanan spesimen yaitu disimpan pada suhu ruang, disimpan pada
lemari es atau kulkas, atau dibekukan di freezer. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya
dalam bentuk serum (Leksono, 2016).
Kebijakan penyimpanan sampel untuk analisis kimia klinik yang terakreditasi
laboratorium medis sesuai ISO 15189: 2012 maksimal adalah 24 jam (Pal, BJMMR,
2015). Pemeriksaan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan menggunakan serum darah.
Serum darah mempunyai toleransi penyimpanan pada suhu ruang (20-25oC) selama 2
hari, pada suhu kulkas (2-8oC) selama 7 hari (Prosedur KIT, 2013).
 Pemeriksaan Laboratorium Kadar Kolesterol
1. Metode Pemeriksaan Kolesterol
Pemeriksaan kolesterol darah adalah untuk mendeteksi kadar kolesterol dalam tubuh
seseorang. Dalam pemeriksaan kadar kolesterol darah terdapat dua metode yang berbeda
yaitu :
a. Metode Reaksi Liberman-Burhard
Dasarnya adalah kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat
membentuk warna hijau kecoklatan. Absorbance diukur pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 546 nm.
Kelemahan dari metode ini adalah perbedaan penimbunan warna antara reaksi ikatan
dari steroid selain kolesterol, interpretasi, haemoglobin, bilirubin, iodide, salisilat, vitamin
dan vitamin D (Andayani, 2016).
Prinsipnya : Kolesterol dengan asam acetat anhidridadan asam sulfat pekat
membentuk warna hijau kecoklatan. Absorben warna ini sebanding dengan kolesterol
dalam sampel (Andayani, 2016).
b. Metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Diaminase Peroksidase
Aminoantipyrin)
Dasarnya adalah kolesterol dibentuk setelah hidrolisa dan oksidase H2O2 bereaksi
dengan 4-aminoantipyrin dan phenol dengan katalisator peroksida membentuk
quinoneimine yang berwarna. Absorbance warna ini sebanding dengan kolesterol dalam
sampel.
Kelebihannya yaitu terjadi reaksi dengan sterol tubuh yang bukan kolesterol
(Leksono,2016).
Metode pemeriksaan pada penelitian ini menggunakan CHOD-PAP dengan prinsip :
Kolesterol oksidase akan menghasilkan peroksida. Peroksida yang terbentuk, diwarnai
dengan empat amino antipirin membentuk kuinoneimine yang berwarna merah muda.
Metode ini paling banyak digunakan karena hasilnya lebih teliti, hanya saja reagen-reagen
harus disimpan dengan baik karena enzim mudah rusak (Panil, 2008).
Faktor yang mengganggu pada pemeriksaan ini adalah pada sampel yang keruh,
lipemik, ikterik atau mengalami hemodialis (Andayani, 2016).

2. Nilai Rujukan Kolesterol


Nilai rujukan untuk kolesterol pada dewasa adalah <200 mg/dl, resiko sedang 200-
240 mg/dl, resiko tinggi >240 mg/dl. Nilai rujukan untuk bayi adalah 90-130 mg/dl, pada
anak usia 2-19 tahun nilai idealnya 130-170 mg/dl, resiko sedang 171-184 mg/dl, resiko
tinggi >185 mg/dl (Leksono, 2016).

3. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Laboratorium


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2010 mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemeriksaan kolesterol yaitu :
1. Tahap Pra Analitik
a. Persiapan pasien
Persiapan pasien diperlukan untuk memastikan bahwa pemeriksaan yang akan
dilakukan memenuhi syarat agar terjamin kualitas hasil pemeriksaan. Faktor-faktor yang
dapat menpengaruhi hasil pemeriksaan kolesterol anatar lain :
a. Obat aspirasi dan kortison dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol
serum.
b. Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol serum.
c. Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.
d. Hemolisis pada sampel darah dapat meneyebabkan kadar kolesterol serum
meningkat.
Petugas harus bertanya kepada pasien serta pemberian penjelasan serta meminta
persetujuan pasien sebelum pengambilan sampel.

b. Pengambilan sampel
Dalam pengmbilan sampel harus diperhatikan :
a. Peralatan (syarat : steril, bersih, kering, dan tidak mengandung zat kimia).
b. Wadah (syarat : terbuat dari gelas atau plastik, tidak bocor, bersih, dan kering).
c. Volume (syarat : mencukupi kebutuhan yang diminta dan memenuhi objek
yang diperiksa).
d. Tehnik pengambilan sampel yang benar.

c. Pengolahan sampel
Dalam pemeriksaan kolesterol darah yang telah diambil dapat diolah menjadi serum.
2. Tahap analitik
a. Alat
Perlu diperhatikan alat-alat yang digunakan seperti bagian-bagian alat serta keadaan
alat apakah masih sesuai dengan fungsinya atau tidak.
b. Reagen
Penggunaan reagen yang perlu diperhatikan adalah fisik, kemasan kadaluarsa. Suhu
penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, pelarut dan stabilitas).
c. Metode
Pemilihan metode pemeriksaan sebaiknya memperhatikan :
a. Reagen yang mudah diperoleh.
b. Alat yang tersedia dapat memeriksa dengan metode tersebut.
c. Metode pemeriksaan yang mudah dan sederhana.
3. Tahap post analitik
a. Pencatatan dan pelaporan
a. Hasil pemeriksaan ditulis dengan angka desimal yang lazim.
b. Satuan sesuai dengan acuan standar yang berlaku.
c. Mencantumkan nilai rujukan.
d. Ditandatangani dan ditulis jelas nama pemeriksa dan penanggung jawab
laboratorium.
b. Interpretasi hasil
Interpretasi hasil dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan dengan mengambil
kesimpulan dari nilai rujukan dari pedoman yang digunakan.
 Tujuan Pemeriksaan: untuk mengetahui hasil pemeriksaan HDL
 Sampel yang digunakan: serum / plasma
 Perbedaan serum dan plasma:
a. Isinya
Serum Plasma
Tidak mengandung antikoagulan Mengandung antikoagulan
Tidak mengandung fibrinogen Mengandung fibrinogen
Saat pembuatan, perlu pendiaman Saat pembuatan tanpa pendiaman pada
pada suhu kamar suhu kamar
Kemungkinan hemolisa besar Kemungkinan terjadi hemolisa kecil
Serotinin tinggi Tidak mengandung serotinin
b. Cara pembuatan
Serum Plasma
Lakukan pengambilan darah vena Lakukan pengambilan darah vena
sebanyak 3x volume serum yang sebanyak 3x volume plasma yang
dibutuhkan dibutuhkan

Diamkan darah sampai membeku


Darah ditampung dalam wadah berisi
pada suhu kamar selama 30 menit
anti koagulan yang sesuai

Lakukan pemusingan selama 10- 15


menit pada kecepatan 3000 rpm

Pemisahan serum dilakukan dengan


mikropipet dan bebas dari eritrosit,
dengan catatan:
Campur darah dan antikoagulan
- Tidak boleh dilakukan
perlahan – lahan dan merata
pemusingan ulang terhadap
sampel yang sama, karena per
Segera lakukan pemusingan 10 – 15
ubahan rasio cairan plasma
menit dengan kecepatan 3000 rpm
terhadap sel dapat
mempengaruhi konsentrasi
Pisahkan plasma dari sel darah
analit, sehingga menyebabkan
kesalahan pada analisis
- Serum yang tidak dapat
dikerjakan dalam 24 jam dapat
disimpan sesuai stabilitas
pemeriksaan
 Sumber kesalahan pada persiapan sampel:
1. Ikterik
Definisi: serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya
hiperbilirubinemia ( peningkatan kadar bilirubin dalam darah )

Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang 400 – 500
nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidak mampu dibaca oleh fotometer
 Persiapan pasien untuk pemeriksaan kimia darah:
1. Puasa 10 – 12 jam
2. Penganbilan sampel pagi hari ( jam 7.00 – 9.00 ), karena harga normal sesuai dengan
pemeriksaan
3. Pengambilan darah dilakukan dengan posisi pasien duduk
4. Pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dihentikan sebelum
pemeriksaan
 PENGUKURAN FOTOMETER
 ADA 2 MACAM:

1. End Point: pengukuran yang dilakukan saat reaksi sudah berhenti

Contoh pemeriksaan: Glukosa, Cholesterol, asam urat, total protein , dll

2. Kinetik: pengukuran yang dilakukan saat reaki sedang berlangsung ( kecepatan reaksi
enzym dalam merubah substar per satuan waktu )

Contoh pemeriksaan: pemeriksaan enzimatik ( SGOT, SGPT, ALP, LDH )

Pada kedua jenis pengukuran tersebut digunakan BLANKO, yang berfungsi untuk
nengenolkan alat

 Macam – macam blanko:


a. Blanko udara: mengenolkan alat saat kuvet dalam keadaan kosong
b. Blanko aquadest / air: mengenolkan alat dengan menggunakan Aquadest
c. Blanko reagen: ikstinsi sebenarnya dari larutan reagen yang mengandung
konstituen pemeriksaan tanpa penambahan sampel
d. Blanko sampel: ikstinsi sebenarnya dari larutan reagensia yang mengandung
sampel tanpa penambahan reagensia starter
 Reagensia starter: larutan pereaksi/ reagensia yang menjalankan reaksi yang spesifik

Contoh: NaNO3 pada pemeriksaan Bilirubin

Selain menggunakan blanko, juga digunakan larutan Standart ( biasanya berfungsi untuk
mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan )

Contoh pemeriksaan yang menggunakan Program C/F : Cholesterol dan Total Protein
 SPESIMEN
A. Persiapan
1. Secara Umum
Persiapan pasien dalam keadaan basal
a. Sebaiknya pagi antara jam 07.00 – 09.00
b. Untuk pemeriksaan tertentu, pasien harus puasa selama 8 – 12 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan ( lihat Tabel 1 )
c. Menghindari obat – obatan sebelum spesimen diambil
d. Spesimen darah: tidak minum obat 4 – 24 jam sebelumnya
e. Spesimen urine: tidak minum obat 48 – 72 jam sebelumnya
f. Apabila tidak memungkinkan penghentian pemberian obat, maka hal tersebut harus
diinformasikan pada petugas laboratorium
g. Contohnya: Pasien minum obat antidiabetes sebelum pemeriksaan 2 jam PP
h. Menghindari aktifitas fisik / olah raga sebelum spesimen diambil
i. Memperhatikan efek postur
j. Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi duduk,
dianjurkan pasien dududk tenang sekurangkurangnya 15 menit sebelum diambil
darahnya
k. Memperhatikan variasi diurna
Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurna, perlu diperhatikan waktu pengambilan
darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, Renin, dan aldosteron
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
1. Diet
2. Makanan-minuman dapat mempengeruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya:
3. Gula darah dan Trigliserid
4. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman.
5. Karena pengaruhnya sangat besar, maka pada pemeriksaan gula darah puasa,
pasien perlu dipuasakan 10-12 jamsebelum diambil darahnya, dan pada
pemeriksaan Trigliserid pasien perlu dipuasakan sekurangkurangnya 12 jam
6. Pemeriksaan LED, aktivitas enzim, besi, dan trace element
7. Pemeriksaan ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh makan dan minuman
karena akan mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan sehingga hasilnya
menjadi tidak benar
8. Obat –obatan
Obat – obatan yang diberikan baik secara oral maupus secara lainnya akan
menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Pemberian obat secara intra
muskular akan menimbulkan jejas pada otot sehingga mengakibatkan enzim yang
terkandung dalam otot masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan, antara lain Creatin Kinase ( CK ) dan Lactic
Dehydrogenase ( LDH ).
9. Merokok
Merokok memyebabkan terjadinya perubahan cepat atau lambat pada kadar
zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1 – 5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam
lemak, epinefrin, gliserol bebas, dan kortisol
10. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa
kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi
alkohol dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar Glukosa, laktat, asam
urat, dan terjadinya asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan
aktifitas r-glutamil transferase, AST, ALT, trigliserid, kortisol, dan MCV (Mean
Corpuscular Volume) sel darah merah
11. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan terjadinya shift volume antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena
berkeringat dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan
yang besar antara kadar gula dalam darah arteri dan vena serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED,
Hb, Hitung sel darah, dan produksi urine.
12. Ketinggian/ altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai
dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut
adalahCRP, β2-globulin, hematokrit, hemoglobin, dan asam urat. Adaptasi
terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan wahtu harian hingga
berminggu-minggu
13. Demam
Saat demam akan terjadi:
1. Peningkatan gula darah pada tahap permulaan dengan akbat terjadi
peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar gula darah lebih lanjut
2. Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam
karena terjadi peningkatan metabolisme lemak dan terjadi peningkatan
asam lemak bebas dan benda=benda keton karena penggunaan lemak yang
meningkat pada demam yang sudah lama
14. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun kadar enzim yang akan diukur, termasuk kadar
Hb, hematokrit, dan produksi urin. Hal ini disebabkan terjadinya pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum,
kreatinin, serta enzim – enzim yang berasal dari otot
15. Variasi Circadian Rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rythme. Perubahan kadar
zat yang dipengaruhi waktu dapat bersifat linier ( garis lurus ) seperti umur, dan
dapat bersifat siklus seperti siklus harian ( variasi diurnal ), siklus bulanan (
menstruasi ), dan musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain:
1. Besi serum. Kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih
tinggi daripada pagi hari
2. Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga
bila test toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan
lebih tinggi daripada yang dilakukan pada pagi hari
16. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Contohnya:
ALP, kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah dengan pola tertentu
sesuai dengan pertambahan umur
17. Ras
Contoh: jumlah leukosit dan aktivitas CK pada orang kulit hitan Amerika lebih
rendah daripada orang kulit putihnya
.
18. Jenis Kelamin / Gender
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin
19. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, saat menginterpretasikan hasil
pemeriksaan perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada
kehamilan akan terjadi hemodilusi ( pengenceran darah ) yang dimulai pada
minggu ke 10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan
B. Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Bersih
b. Kering
c. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
e. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
f. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan
peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus
menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai buang.
2. Wadah
a. Wadah spesimen harus memebuhi syarat:
1. Terbuat dari gelas atau plastik
2. Untuk spesimen darah harus terbuat dari gelas
3. Tidak bocor atau tidak merembes
4. Harus dapat ditutup dengan tutup berulir
5. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
6. Bersih
7. Kering
8. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen
9. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
10. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (
inaktinis )
11. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
12. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja, sebaiknya menggunakan wadah
yang bermulut lebar
3. Pengawet
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang
akan diperiksa dapat bertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu
tertentu. Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat
mempengatuhi hasil pemeriksaan Bahan tanbahan yang dipakai harus memenuhi
persyaratan, yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa

4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kimia klinik dilakukan
pada pagi hari, karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal

5. Lokasi

Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dulu lokasi pengambilan yang tepat
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta; misalnya:

a. Spesimen untuk darah vena, umumnya diambil dari v.cubiti di daerah siku.
Spesimen darah arteri umumnya diambil dari A radialis di pergelangan tangan
atau A. femoralis di daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari
ujung jari tengah tangan atau jari jari manis tangan bagian tepi atau pada
daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi.
Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti cyanosis atau pucat. Sampel untuk pemeriksaan Gas Darah berupa
darah heparin yang diambil dari pembuluh arteri dan kapiler
b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan harus diambil di tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan lab
yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar agar
spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya
a. Darah Vena
1. Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang
banyak melakukan aktivitas
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang torniquet ±10 cm di atas siku
4. Pilih vena bagian median cubital atau chepalic
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan
biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang
sudah dibersihkan jangan dipegang lagi
6. Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut
kemiringan antara jarum dan kulit 15° ( bila menggunakan tabung vakum, tekan
tabung vakum sehingga vakumnya bekerja dan darah terisap ke dalam tabung )
Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit. Bila
darah tidak keluar, ganti posisi penusukan ( bila terlalu dalam, tarik sedikit dan
sebaliknya), usahakan darah dapat keluar dengan satu kali tusuk.
7. Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan pasien diminta
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil ±3 kali jumlah serum /
plasma yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
8. Lepaskan/ tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% di atas bekas
tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ±2 menit. Setelah darah berhenti,
plester bagian ini selama ±15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet
dibuka.
 Kesalahan – kesalahan dalam pengambilan darah vena:
1. Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras, sehingga mengakibatkan
terjadinya hemokonsentrasi
2. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
3. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terpisah penuh, sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah
4. Pada saat memindahkan darah ke tabung lain ( atau dari spuit ke tabung ), terlalu
cepat atau spesimen dikocok ( busa atau gelembung darah )dapat mengakibatkan
hemolisis
b. Darah Kapiler
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai
kering lagi
2. Pegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang
3. Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari, tusuklah dengan arah
tegak lurus pada garis – garis sidik kulit, jangan sejajar. Pada daun telinga,
tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah
mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapar cukup
darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan
jaringansehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan
4. Buangklah tetesan darah yanbg pertama keluar dengan menggunakan segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan

Kesalahan – kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:


1. Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran
darah, seperti: vasokonstriksi ( pucat ). Vasodilatasi ( oleh radang, trauma, dsb ),
kongesti, atau adanya cyanosis setempat
2. Tusukan yang kurang dalam, sehingga darah harus diperas keluar
3. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
5. Tejadi bekuan pada tetesan darah karena terlalu lambat bekerja

c. Pemberian Identitas
Pemnerian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen

Pada surat pengantar formulir pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara


lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilanspesimen
3. Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang ) termasuk rekam
medik
4. Identitas pengirim ( nama, alamat, nomor telepon )
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/ keterangan klinik
7. Obat – obatan yang sudah duberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/ pengawet yang diberikan
13. Nama pengambil spesimen

Label wadah spesimen yang akan diambil/ dikirim ke laboratorium harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan Nomor pasien
3. Jenis Spesimen

d. Pengolahan
 Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dulu pada suhukamar selama 20 – 30 menit,
kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5 – 15 menit
b. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah

Pembuatan darah EDTA


a. Sediakan botol atau tabung berisi 2 mg EDTA
b. Alirkan 2 ml darah vena ke dalam botol tersebut dari semprit tanpa jarum
c. Tutuplah botol/ tabung dan dengan segera homogenkan selama 60 detik atau
lebih. Ambil darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/ tabung tersebut,
tutuplah botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera,
simpanlah botol/ tabung itu dalam almari es, biarkan suhu kamar terlebih
dahulu sebelum darah tersebut diperiksa
 Plasma
a. Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
E. Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen
1. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa karena stabilitasnya dapat berubah
Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. Terjadi metabolisme oleh sel hidup pada spesimen
c. Terjadi penguapan
d. Pengaruh suhu
e. Terkena paparan sinar matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Ppenyimpanan masing – masing spesimen harus
memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet, wadah serta stabilitasnya.

Beberapa cara penyimpanan spesimen:


a. Disimpan pada suhu kamar
b. Disimpan pada almari es suhu 2 – 8 °C
c. Dibekukan pada suhu -20°C, -70°C atau -120°C
d. Dapat diberikan bahan pemgawet
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat

2. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil
Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen, antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan sampai melampaui masa stabilitas spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratoriium, termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau “ Bahan
Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi

Anda mungkin juga menyukai