Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY.

D USIA 23 TAHUN G2P1A0

UK 37-38 MINGGU DENGAN ANEMIA RINGAN

DI PUSKESMAS LEYANGAN

Disusun oleh :

Kiki Wahyuni
152211145

UNIVERISTAS NGUDI WALUYO FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TRANSFER TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis menyusun laporan kasus ini yang berjudul "Asuhan Kebidanan Ny.D usia 23 tahun G2
P1 A0 UK 37-38 Minggu dengan Anemia ringan di Puskesmas Leyangan."

Penulisan laporan kasus ini diajukan guna memenuhi tugas kuliah. Penulis sangat berharap
semoga laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan informasi terbaru lainya. Bahkan kami
berharap laporan kasus ini dapat di jadikan acuan dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan laporan kasus yang penulis lampirkan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua
pihak sangat diharapkan demi perbaikan makalah kasus ini di masa mendatang.

Semarang, 5 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...................................................................................

B. TUJUAN........................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................

A. TEORI TERKAIT KASUS..........................................................................

B. TEORI TENTANG MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................

A. HASIL............................................................................................................

B. PEMBAHASAN............................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia pada masa kehamilan menjadi masalah utama di dunia hingga pada saat ini. Anemia
merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi pada masa kehamilan yang diakibatkan karena ibu
kekurangan zat besi. Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang manfaat zat besi akan
menunjukkan perilaku yang tidak sesuai anjuran, sehingga diperlukan informasi yang lengkap tentang
manfaat zat besi. Anemia pada masa kehamilan dikatakan sebagai kondisi ketika kadar hemoglobin ≤
11gr%.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indicator Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut Potensial Danger to Mother and Child. Anemia pada
masa kehamilan merupakan masalah Kesehatan yang penting dalam upaya meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat sehubung dengan Kesehatan ibu dan anak.
Micronutrient and Child Blindness Project and Food & Nutrition Technical Assistance
melaporkan bahwa sekitar 50% anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi. Ini dikarenakan pada ibu
hamil terjadi dua kali lipat peningkatan kebutuhan zat besi yang diakibatkan oleh peningkatan volume
darah tanpa ekspansi volume plasma yang digunakan untuk membantu ibu agar tidak kehilangan
darah saat melahirkan dan membantu dalam pertumbuhan janin.
Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi
ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan
pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan
anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 menunujukkan cakupan
ibu hamil yang mengalami anemia tertinggi di Puskesmas Bangetayu yaitu sebesar 67,01%,
Puskesmas Ngemplak sebesar 64,59%, Puskesmas Purwoyoso sebesar 57,53 %, Puskesmas
Pandanaran sebesar 54,75%, dan Puskesmas Karangayu 45,77%. Dari uraian tersebut kejadian anemia
tertinggi di Kota Semarang adalah di Kecamatan Genuk yaitu di Puskesmas Bangetayu dari 288 ibu
hamil yang diukur Hb nya terdapat 193 (67,01%) ibu hamil yang anemia
Anemia dalam kehamilan karena defisiensi zat besi atau pendarahan akut dikaitkan dengan
angka kematian ibu AKI yang menujukkan 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015, angka tersebut tidak
mencapai target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 yaitu menurunkan AKI menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup dan masih jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals)
ke-3 yaitu mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030.
A.Tujuan
Laporan kasus ini di susun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI TERKAIT KASUS


1. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah yakni Hemoglobin tidak memenuhi untuk
kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia adalah suatu keadaaan ketika kadar hemoglobin (Hb)
di dalam darah lebih kurang dibandingkan nilai normal bagi kelompok orang berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Anemia gizimerupakan keadaan dimana kadar hemoglobin yang
lebih rendah dibandingkan normalsebagai bentuk penyebab ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah untukmemproduksi sel darah merah guna mempertahankan
kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat
besi
sehingga proses pembentukan eritrosit (sel-sel darah merah) dan fungsi lain dalam tubuh
mengalami gangguan. Anemia dapat ditandai dengan munculnya beberapa gejala seperti
sering lesu, lemah, pusing, penglihatan berkunang-kunang serta wajah pucat. Munculnya
beberapa gejala ini tentunya akan berdampak pada penurunan daya imunitas tubuh
sehingga menyebabkan tubuh lebih mudah terserang penyakit dan menyebabkan
menurunnya aktivitas dan sulit berkonsentrasi.
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi tubuh dari ibu hamil dengan kadar
hemoglobin dalam darah <11 gr/ 100 milimeter pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb
<10,5
gr/ 100 milimeter pada periode trimester ke II . Nilai batas tersebut
beserta perbedaannya dengan wanita yang tidak hamil disebabkan karena adanya proses
hemodilusi, terutama pada periode trimester II. Selama kehamilan, ibu hamil mengalami
proses peningkatan plasma darah hingga mencapai 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya
bertambah sampai 19%. Akibatnya, tingkat anemia pada kehamilan cukup tinggi.

2. Fisiologi Anemia dalam kehamilan


Pada proses kehamilan terjadi sebuah perubahan bentuk fisiologis yang akan
dialami oleh seorang ibu hamil, salah satunya adalah terjadinya perubahan dari aliran
atau
sirkulasi darah. Sirkulasi darah ibu sangat dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan
peredaran darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan asupan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, terjadi relasi langsung antara
pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena pada sirkulasi darah retro-plasenta,
adanya pengaruh hormon estrogen dan hormon progesteron yang semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut maka akan dijumpai beberapa perubahan sirkulasi darah
seperti volume darah akan meningkat dan sel darah merah meningkat.

3. Etiologi Anemia dalam kehamilan


Anemia Defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia dalam
kehamilan. Anemia jenis ini merupakan kelainan gizi yang paling banyak ditemukan di
dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Anemia defisiensi besi menyerang
lebih dari 2 milyar penduduk dunia. Di negara berkembang, ada sebanyak 370 juta
perempuan
yang menderita anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata
lebih
tinggi pada ibu hamil yakni 51% dibandingkan pada perempuan yang tidak hamil yakni
49%.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat
besi
di dalam darah yang artinya kadar hemoglobin di dalam darah menurun akibat
terganggunya proses pembentukan sel-sel darah merah akibat berkurangnya konsentrasi
zat besi yang ada di dalam darah. Apabila simpanan zat besi dalam tubuh seseorang telah
menurun sangat rendah berarti orang tersebut mendekati kategori anemia meskipun
belum
ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang menurun drastis akan
perlahan-
lahan tidak mencukupi untuk pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang hingga
kadar
hemoglobin terus menurun hingga dibawah normal. Keadaan inilah yang disebut sebagai
anemia defisiensi gizi besi.
Penyebab dari anemia dalam kehamilan yang lain antara lain kehilangan darah
yang berat saat terinfeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV akan menurunkan
konsentrasi hemoglobin (Hb) darah.

4. Patofisiologi anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan oleh adanya kekurangan nutrisi zat
besi mencapai sekitar 95% (Nugroho, T, 2014). Ibu hamil sangat mudah terkena anemia
defisiensi besi karena pada kehamilan, kebutuhan akan oksigen jauh lebih tinggi daripada
wanita normal sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume
plasma mengalami peningkatan dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan
peningkatan sel darah merah sehingga terjadi penurunan konsentrasi dari hemoglobin
akibat proses hemodilusi.
Cadangan dari zat besi yang disimpan pada ibu hamil dapat rendah karena adanya
diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatan kebutuhan akan zat besi lebih banyak dua
sampai tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah tambahan,
untuk enzim tertentu yangdibutuhkan jaringan di seluruh tubuh, janin dan plasenta, serta
untuk menggantikan peningkatan kehilangan harian yang normal.
Kebutuhan akan zat besi pada janin paling besar ditemukan selama empat pekan
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan akan zat besi ini akan terpenuhi dengan cara
mengorbankan kebutuhan zat besi dari ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan
tercukupi sebagian karena tidak terjadi proses menstruasi dan pada mukosa usus terjadi
peningkatan absorbsi zat besi dari makanan yang dikonsumsi walaupun juga bergantung
hanya pada cadangan besi ibu. Zat besi yang terkandung dalammakanan yang dikonsumsi
hanya diserap sekitar 10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi dari
ibu hamil.
Kebutuhan zat besi yang tidak memenuhi selama kehamilan akan menimbulkan
konsekuensi berupa anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh negative
baik pada ibu maupun janin. Ketika terjadi anemia defisiensi besi, hal ini akan
menyebabkan timbulnya komplikasi pada kehamilan maupun proses persalinan.

5. Faktor yang mempengaruhi anemia dalam kehamilan


a. Usia Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan berkaitan erat dengan usia ibu hamil Semakin
muda ataupun semakin tua usia dari seorang ibu yang sedang
mengandung akan berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
Kurangnya pemenuhan asupan zat gizi selama kehamilan terutama pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko
terjadinya anemia dalam kehamilan
b. Usia Kehamilan
Umur kehamilan dapat diketahui dengan rumus Naegele, yaitu jangka
waktu dari Haid Pertama Haid Tearakhir (HPHT) sampai dengan hari dilakukan
perhitungan mundur. Ibu hamil pada saat trimester awal dua kali lebih mungkin
untuk terkena anemia dibandingkan trimester kedua. Demikian pula ibu hamil
yang berada di usia kehamilan trimester ketiga hampir tiga kali lipat
kemungkinan mengalami anemia dibandingkan pada trimester kedua. Anemia
pada trimester pertama dapat diakibatkan oleh hilangnya nafsu
c. Paritas
Penelitian oleh Abriha et al (2014) menjelaskan bahwa ibu dengan
paritas dua atau lebih, beresiko sekitar 2,3 kali lebih besar akan mengalami
anemia dibandingkan ibu dengan paritas kurang dari dua.

Kondisi ini dapat dijelaskan karena wanita yang memiliki riwayat


paritas yang tinggi umumnya meningkatkan kerentanan untuk terjadinya
perdarahan dan deplesi gizi ibu. Dalam kondisi kehamilan yang sehat, perubahan
hormonal akan menyebabkan penurunan dari kadar hemoglobin namun tidak
turun sampai di bawah tingkat tertentu.
Ketika membandingkan dengan kondisi tidak hamil, setiap kehamilan
memiliki risiko terjadinya perdarahan sebelum, selama, dan setelah melahirkan
yang tinggi. Paritas yang lebih banyak akan memperparah risiko terjadinya
perdarahan. Di bagian lain, seorang ibu dengan paritas tinggi memiliki ukuran
jumlah anak yang lebih besar yang artinya tingkat berbagi makanan yang tersedia
lebih tinggi dan sumber daya keluarga lainnya dapat mengganggu asupan
makanan yang akan dikonsumsi bagi ibu hamil.
d. Pekerjaan
Penelitian oleh Obai mengenai faktor-faktor yang terkait dengan anemia
pada ibu hamil yang melaksanakan Antenatal Care di Rumah Sakit Daerah Gulu
dan juga Hioma, Uganda, menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan
antara faktor pekerjaan dengan angka kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga merupakan faktor risiko
terjadinya kondisi anemia. Mayoritas ibu rumah tangga hanya menggantungkan
ekonomi keluarganya pada pendapatan suami mereka
e. Status KEK
Anemia yang terjadi pada ibu hamil lebih tinggi pada ibu hamil dengan
Kurang Energi Kronis (LLA<23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang
memiliki gizi yang baik. Hal ini mungkin berkaitan dengan efek negatif dari
kekurangan energi protein dan kekurangan energi mikronutrien lainnya dalam hal
gangguan bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi serta nutrisi hematopoietik
lainnya seperti asam folat dan vitamin B12
f. Tingkat Pendidikan
Beberapa observasi membuktikan bahwa anemia yang dialami
masyarakat adalah kebanyakan dijumpai di kawasan pedesaan dengan malnutrisi
atau kekurangan gizi, waktu antara kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat,
serta ibu hamil yang memiliki tingkat sosio-ekonomi dan juga pendidikan yang
rendah

6. Diagnosis anemia dalam kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dimulai dengan teknik
anamnesis. Pada saat anamnesis akan didapati ibu hamil akan mengeluh cepat lelah,
sering pusing, matanya berkunang-kunang, dan muncul keluhan mual muntah yang
hebat pada usia hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan konsentrasi hemoglobin
dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat yang disebut alat Sahli. Hasil
pemeriksaan digolongkan dalam beberapa bagian yaitu HB 11gr tidak anemia, HB 9-
10gr anemia ringan, HB 7-8gr anemia sedang, HB >7gr anemia berat.

7. Klasifikasi anemia dalam kehamilan


a. Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat
kekurangan dari zat besi yang ada di dalam darah. Terapi oral dengan
memberikan preparat besi berupa ferosulfat,feroglukonat atau natrium
ferobisitrat. Pemberian preparat besi sebanyak 60 mg/hari dapat meningkatkan
kadar hemoglobin sebanya 1 gr% tiap bulan. Sekarang ini program nasional
merekomendasikan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia. Terapi parenteral baru diberikan apabila pasien tidak tahan
akan zat besi yang oral, dan adanya gangguan penyerapan, timbulnya penyakit
saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua Pemberian preparat parenteral
dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) secara intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat menaikkan kadar hemoglobin lebih cepat yakni 2 gr
%.
b. Anemia megaloblatik
Anemia megaloblastik merupakan anemia yang disebabkan oleh
kurangnya asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya Asam Folat 15-30 mg per hari, Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari,
Sulfas Ferosus 3 X 1 tablet per hari Pada kasus berat dan pengobatan per oral
hasilnya biasanya lambat sehingga membutuhkan terapi transfusi darah.
c. Anemia Hipoplastik
Merupakan anemia yang diakibatkan oleh adanya hipofungsi dari
sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru. Untuk menegakkan
diagnostik dari anemia hipoplastik diperlukan beberapa pemeriksaan
diantaranya seperti darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi eksternal dan
pemeriksaan retikulosit.
d. Anemia Himolitik
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan oleh adanya
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dibandingkan produksinya. Perempuan dengan penyakit anemia hemolitik
sulit untuk hamil. Apabila perempuan tersebut hamil, maka anemianya biasanya
akan menjadi lebih berat. Tanda utama dari anemia ini adalah
adanya kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi apabila terjadi kelainan pada beberapa organ vital.

8. Pengaruh Anemia dalam kehamilan


Anemia pada kehamilan bisa menyebabkan abortus, partus prematur, partus
lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum akibat atonia uteri, syok, infeksi
intrapartum maupun postpartum. Anemia yang sangat berat dengan Hemoglobin
kurang dari 4 g/dl bisa menyebabkan dekompensasi kordis. Adanya anemia pada
ibu hamil tentu berpengaruh pula terhadap janin sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya kematian janin intrauterine, kelahiran dengan anak mengalami anemia,
dapat menyebabkan cacat bawaan, sampai bayi mudah mendapat infeksi sampai
kematian perinatal.
Wanita hamil dengankonsentrasi hemoglobin kurang dari 8 g/dL dihubungkan
dengan tingginya risiko berat lahir rendah dan bayi kecil untuk umur kehamilan.
Anemia defisiensi besi selama proses kehamilan diketahui menjadi faktor risiko dari
kelahiran prematur, meningatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum dan
timbulnya kematian perinatal.
Pada ibu hamil, anemia akan meningkatkan risiko dari kematian ibu dan
anak dan memiliki konsekuensi tidak baik pada kognitif dan fisik dari
pengembangan anak-anak dan produktivitas kerja.
Anemia dalam kehamilan berhubungan dengan hasil kehamilan yang tidak
menguntungkan Gejala klinisnya bisa seperti pembatasan dari pertumbuhan
dan perkembangan janin, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, timbulnya
gangguan laktasi, hubungan yang buruk antara ibu atau bayi, risiko terkena depresi
postpartum, serta dapat meningkatkan kematian janin dan neonatal.
B. Teori tentang manajemen asuhan kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan suatu proses pendekatan pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahap logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen dengan tujuh langkah Varney diantaranya.
Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan


semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap seperti, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya, meninjau
data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study.

Data yang diperoleh untuk kasus anemia dilakukan dengan cara


mengumpulkan data lengkap dari klien dengan menilai keadaan klienmelalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Laboratorium). Data subjektif yaitu data yang
didapatkan dari ibu seperti ibumengeluh sering ermasa lelah dan sering mengantuk, merasa
pusing dan lemah, merasa tidak enak badan, mengeluh sakit kepala. Data objektif
yaitu merupakan data dari hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti, tampak kuku pada tangan
pucat, konjungtiva pucat dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb < 11 gr%.

Langkah 2 : mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual

Mengidentifikasi data dengan cepat untuk mengidentifikasi


diagnosa atau masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar,
menguraikan bagaimana suatu data pada kasus diinterpretasikan menjadi
suatu diagnosa atau secara teori data apa yang mendukung untuk
timbulnya diagnosa tersebut. Masalah lebih sering berhubungan dengan
bagimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan, sedangkan
diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa
yang di alami oleh klien. Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan pada saat
pengkajian
data maka diagnosa yang ditegakkan yaitu anemia dengan kadar Hb < 11
gr%. Masalah aktual yang dirasakan ibu adalah sering merasa lelah dan
mengantuk, merasa pusing, sering merasakan sakit kepala dan konjungtiva
pucat.

Langkah 3: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di
identifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Adapun Masalah potensial anemia pada ibu hamil dimasa


kehamilan, dapat mengakibatkan abortus, dapat menyebabkan persalinan
prematur, dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim terganggu. Sedang kan pada masa persalinan anemia dapat mengakibatkan
gangguan his atau kekuatan untuk mengedan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala dua
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi
kebidanan, kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri. Pada masa nifas terjadi subinvolusio uteri menimbulkan
perdarahan postpartum, pengeluaran ASI berkurang
Langkah 4: Penetapan kebutuhan/ tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter


dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan aggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi
manejemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus misalnya pada waktu tersebut dalam persalinan
Pada kasus anemia tidak diperlukan tindakan segera kepada klien
selama keadaan atau konidis pada ibu yang mengalami anemia ini tidak merasakan seperti
sesak napas, pingsan, syok atau dalam keadaan tidak sedarkan diri.

Langkah 5: Intervensi/ perencanaan tindakan kebidanan


Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat di lengkapi tujuan yang ingin dicapai adalah kehamilan berlangsung
normal,keadaan ibu dan janin baik, dan anemia dapat teratasi. Kriteria dalam
mencapai tujuan yaitu ibu dapat mengatasi anemia yang dialaminya, dapat
baradaptasi dengan kehamilannya. Tindakan yang akan diambil jika ditemukan anemia pada
ibu hamil yaitu Pemberian suplemen besi merupakan salah satu cara yang dianggap
paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada
tahap yang diinginkan. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90
tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan
ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet besi terdiri dari 30 tablet.
Memberikan informasi kepada ibu tentang pentignya gizi pada ibu hamil,
istirahat yang cukup serta kebersihan yang harus diperhtikan selama
kehamilan sampai masa persalinan selesai. Sedangkan tindakan segera atau kolaborasi yang
akan dilakukan dengan anemia pada kehamilan jika dibutuhkan yaitu dengan pemasagan
oksigen dan melakukan transfusi darah.

Langkah 6: Implementasi/ pelaksanaan asuhan


Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah lima
harus dilaksanakan secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi denga dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manejemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Implementasi yang diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan
kepada ibu dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting, agar ibu dapat
mengetahui perkembangan kehamilannya serta merupakan tujuan utama
pelayanan antenatal. Jelaskan penyebab anemia agar ibu tahu cara
mengatasi anemianya. Dan anjuran pemberian tablet Fe untuk
meningkatkan kadar Hb ibu disamping intake makanan yang mengandung
zat besi, istirahat yang cukup serta kebersihan diri yang harus terjaga.

Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam maslah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif juka
memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif
(Jannah 2013).
Pada prinsip tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap
klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang
dilakukan. Untuk menilai ke efektifan tindakan yang diberikan, bidan
dapat menyimpulkan jumlah kadar Hb dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium kembali.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat kekurangan zat besi
sehingga proses pembentukan eritrosit (sel-sel darah merah) dan fungsi lain dalam
tubuh mengalami gangguan. Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi tubuh dari
ibu hamil dengan kadar hemoglobin dalam darah <11 gr/ 100 milimeter pada
trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 gr/ 100 milimeter pada periode trimester ke II .
Sirkulasi darah ibu sangat dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan peredaran
darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan asupan pertumbuhan dan perkembangan
janin yang ada di dalam rahim seorang ibu, terjadi relasi langsung antara pembuluh
darah arteri dan pembuluh darah vena pada sirkulasi darah retro-plasenta, adanya
pengaruh hormon estrogen dan hormon progesteron yang semakin meningkat.
Kebutuhan akan zat besi pada janin paling besar ditemukan selama empat pekan
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan akan zat besi ini akan terpenuhi dengan
cara mengorbankan kebutuhan zat besi dari ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan
tercukupi sebagian karena tidak terjadi proses menstruasi dan pada mukosa usus
terjadi peningkatan absorbsi zat besi dari makanan yang dikonsumsi walaupun juga
bergantung hanya pada cadangan besi ibu.
Anemia dalam kehamilan berhubungan dengan hasil kehamilan yang tidak
menguntungkan Gejala klinisnya bisa seperti pembatasan dari pertumbuhan dan
perkembangan janin, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, timbulnya
gangguan laktasi, hubungan yang buruk antara ibu atau bayi, risiko terkena depresi
postpartum, serta dapat meningkatkan kematian janin dan neonatal.
B. SARAN
Perlu dilakukan penyuluhan dan konseling kepada ibu hamil sejak kehamilan awal dan
juga kepada calon pengantin tentang anemia, resiko anemia pada kehamilan, dan upaya-
upaya  pencegahan maupun penaggulangan yang dapat dilakukan, sehingga kejadian
anemia pada ibu hamil dapat dicegah yang selanjutnya diharapkan ibu maupun bayi sehat
dan tidak terrjadi komplikasi yang membahayakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anemia, K., Ibu, P., Purbadewi, L., Noor, Y., & Ulvie, S. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Anemia Dengan terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan .
Apabila ibu hamil mengetahui dan accidental sampling yaitu teknik. 2(April), 31–39.

Ardiaria, M. (2017). Asupan Mikronutrien Dan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota
Semarang. JNH (Journal of Nutrition and Health), 5(1), 12–17.

Kurniati, I. (2020). Anemia Defisiensi Zat Besi ( Fe ). Jurnal Kedokteran Universitas Lampung,
4(1), 18–33.

Liow, F. M., Kapantow, N. H., & Malonda, N. (2012). Hubungan antara status sosial ekonomi
dengan anemia pada ibu hamil di desa sapa kecamatan tenga kabupaten minahasa selatan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 1–10.
https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/M.-Liow.pdf

Qudsiah, Chadlirotul, S., Djarot, H. S., & Nurjanah, S. (2015). Hubungan antara paritas dan
umur ibu dengan anemia pada ibu hamil trimester III 2012 (Studi Kasus di Puskesmas
Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang). PhD Proposal, 2(1), 20–25.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/815/868

Anda mungkin juga menyukai