SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
Disusun oleh:
ESTHER DATUARRANG
NIM. 152221092
1
DAFTAR DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
BT : Bleeding Time
CT : Clotting Time
HB : Hemoglobin
PT : Prothrombin time
WB : Whole blood
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator peka yang
kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab
lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Anggi H.,
Purhadi, 2020)
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 305 per
(SDKI) tahun 2015. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI
tahun 2012, yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Namun tahun 2018,
sebesar 522, tahun 2019 sebesar 520 dan tahun 2020 sebesar 565 per 100.000
kelahiran.[2] Walau begitu, angka tersebut masih belum mencapai target global
Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
(SDGs) sampai tahun 2030. Lima penyebab kematian ibu terbesar di Indonesia
infeksi (7,3%), partus lama (1,8%), abortus (1,6%) dan lain-lain (31,9%).
(Shorayasari S, 2019)
3
Perdarahan obstetri dapat berupa perdarahan antepartum dan perdarahan
abnormal lebih dari 500 ml pada persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 ml
Yuliyati et al., 2018 faktor – faktor yang berisiko menyebabkan perdarahan pasca
persalinan pada ibu hamil antara lain yaitu penolong persalinan, riwayat obstetri
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin <
11 g% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 g% pada trimester II,
nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester II.(Depkes RI, 2009). Sebagian besar
Kesehatan Dasar) 2018 menyatakan bahwa anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil
di Indonesia.[8]
4
rendah pada ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan
kematian ibu yang harus dicegah dengan deteksi dini faktor risiko nya agar Angka
Penelitian dilakukan di RSUD Ratu Aji Putri Botung yang dimulai pada
bulan Juni sampai Agustus 2023 yaitu dengan menggunakan data sekunder berupa
rekam medis ibu dengan persalinan spontan pervaginam. Populasi pada penelitian
ini adalah semua data rekam medis ibu dengan persalinan spontan pervaginam
perdarahan pasca persalinan di RSUD Ratu Aji Putri Bitung tahun 2021 –
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara anemia pada kehamilan trimester III dengan
C. Tujuan Penelitian
5
C.2 Tujuan Khusus
Daerah Ratu Aji Putri Botung Penajam Paser Utara Tahun 2023
D. Manfaat Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoretis
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
10,50 sampai dengan 11,00 g/dl (Varney, 2006) . Anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin di bawah 11g% pada
metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktivitas normal sehari–hari
7
terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang
disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama
porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme
zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
kadar zat besi dalam darah. Seseorang dikatakan telah mendekati anemia
dalam tubuh orang tersebut sudah sangat rendah. Simpanan zat besi yang
sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah
bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi (Masrizal,
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat
8
besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi
merah. Etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen,
Anemia defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering
episodik. Anemi jenis ini menyerang lebih dari dua milyar penduduk dunia.
defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata lebih tinggi pada ibu hamil (51%)
9
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang
sudah sangat rendah berarti orang tersebut menderita anemia walaupun belum
lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam
normal, keadaan ini yang disebut anemia gizi besi (Masrizal, 2007). Menurut
Evatt dalam Masrizal (2007) anemia defisiensi besi adalah anemia yang
Asam folat adalah vitamin yang penting untuk pembentukan sel darah
merah normal. Defisiensi terjadi pada individu yang jarang makan sayuran
10
atau buah dimasak, terutama individu lansia yang tinggal sendiri atau individu
defisiensi folat setelah beberapa bulan tanpa suplemen IM. Beberapa pasien
2000).
multiple, diet yang buruk, infeksi dan anemia hemolitik. Kadar estrogen dan
folat. Defisiensi asam folat oleh karenanya sangat umum terjadi pada
kehamilan. (Wiknjosastro,2005)
kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan
11
A.2.4 Anemia hemolitik
(Wiknjosastro, 2005).
kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik.
secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
12
dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran
jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Pola
makan yang baik harus memenuhi konsep dasar gizi seimbang. Hal ini dapat
jumlah yang tepat. Pengelompokan bahan makanan dibagi menjadi tiga fungsi
utama zat-zat gizi yaitu sebagai sumber energi atau tenaga, sumber zat
mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi ,
triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk
dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir.(Sin sin, 2008).
kecenderungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin
risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh
tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara
13
mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau
pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam
folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
(Depkes, 2009).
persalinan pada kehamilan, antara lain placenta praevia, atonia uteri, infeksi
penyakit, gizi buruk, eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan
di usia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan di usia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Pada usia > 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa di usia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu
pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia (Amirrudin dan
14
Wahyuddin, 2004).
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi
mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia (Amirrudin
Paritas adalah jumlah anak yang telah di lahirkan oleh s eorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu
dan untuk janin yang dikandungnya selama hamil. Hasil analisis didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih
besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah ( Djamilus dan
Herlina, 2008)
yakni memiliki efek apabila status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan
angka nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka
anemia defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkan peranan sebagai
contoh rata- rata orang kulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah
(Varney, 2006)
15
A.2.6 Gejala anemia pada kehamilan
tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Ibu
dengan anemia defisiensi besi secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan
tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk
nilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi
dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah l emas,
cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak
16
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 11,00 g r%. Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu
terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah
Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap
trimester dan minimal dua kali selama hamil trimester III (Depkes, 2009;
Kusumah, 2009).
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat
17
Saifuddin, 2006).
badan kurang, placenta praevia, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada
komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus: pemature, apgar skor rendah,
gangguan his – kekuatan mengejan, kala dua berlangsung lama sehingga dapat
dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri,
kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
18
50% meningkat dari 4 ke 6 liter , volume plasma meningkat sedikit yang
akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan
kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang cukup
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga
untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan
zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah
dengan pemberian preparat besi: fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
19
bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim,
seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan sulfas ferosus atau
Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan
2005).
B. Perdarahan Postpartum
masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar
20
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah
(Manuaba, 2001):
21
B.3 Penyebab perdarahan postpartum
karena atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir. Mochtar (2011)
dan selaput ketuban, robekan jalan lahir (robekan perineum, vagina serviks,
retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Penyebab utama
perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta
uteri, laserasi jalan lahir, hematoma, dan lain-lain (sisa plasenta atau selaput
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah umur yang terlalu tua
atau muda, paritas yang sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara,
partus lama, uterus terlalu regang dan besar (misalnya gemeli, hidramnion,
dan janin besar), kelainan pada uterus (seperti mioma uteri, uterus couvelaire
pada solusio plasenta) dan faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi. (Mochtar,
2011).
22
persalinan pada kehamilan, antara lain placenta previa, atonia uteri, infeksi
penyakit, gizi buruk, eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
implantasi plasenta setelah bayi lahir dan plasenta lahir. Pada atonia uteri,
uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, dan ini merupakan sebab
setelah anak lahir. Plasenta sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III
dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus (Walyani,
23
2015). Perdarahan akibat retensio plasenta yakni perdarahan yang disebabkan
oleh plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Hal itu disebabkan oleh plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Sebab-sebabnya
adalah:
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih
Plasenta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
konstriksi pada bagian bawah Rahim akibat kesalahan penanganan kala III,
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan,
tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini
tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh, karena itu keduanya
24
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena dapat
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
akibat robekan jalan lahir adalah perdarahan yang terjadi karena adanya
robekan pada jalan lahir (perineum, vulva, vagina, portio, atau uterus).
Robekan pada perineum, vulva, vagina, dan portio biasa terjadi pada
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat berasal dari perlukaan jalan lahir.
(Walyani, 2015).
persalinan oleh dukun karena tidak dijahit. Oleh sebab itu bidan diharapkan
jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan pun akan dapat berkurang
(Manuaba, 2001).
25
postpartum. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan atau
dijumpai pada perdarahan yang banyak, solusio plasenta, kematian janin yang
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka sehingga terjadi
ruptura uteri durante partum (terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering
pada segmen bawah rahim). Jenis ruptura uteri durante partum inilah yang
2011)
1) Korpus uteri: biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
2) Segmen bawah Rahim (SBR): Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan
lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
26
atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
vagina.
1) Ruptura espontanea: karena dinding rahim yang lemah dan cacat serta
2) Ruptura uteri violenta (traumatika): karena tindakan dan trauma lain seperti
ekstraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi braxton hicks, sindroma
crede, pemberian pitocin tanpa indikasi dan pengawasan, trauma tumpul dan
B.4.7 Hematoma
tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus
terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari
insersinya. (Wiknjosastro,2010)
27
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-60 gram enam
minggu kemudian. Pengecilan ini apabila kurang baik atau terganggu disebut
C. Diagnosis
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan 500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengar
dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka
perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan
28
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat
dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat itu dapat jatuh kedalam
menjadi lemas dan juga jatuh dalam sub syok atau syok. Penting sekali pada
setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta
pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi
karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Etiologi dapat
palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Laserasi jalan lahir
uterus berkontraksi dengan baik pada palpasi teraba uterus yang keras.
29
waktu pendek. Tetapi apabila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa
disadari penderita telah kehilangan banyak darah. Beberapa gejala yang bisa
penurunan hitung sel darah merah (hematokrit) dan pembengkakan dan nyeri
memimpin kala II dan kala III persalinan secara legeartis. Apabila persalinan
setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
30
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,
golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi
Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan
(Wiknjosastro, 2005)
dengan pasti kondisi pasien sejak awal ( saat masuk); 2) memimpin persalinan
31
robekan jalan lahir; 9) lakukan uji beku darah apabila perdarahan terus
dengan kanul berukuran besar (16G atau 18G) dan mulai pemberian cairan
kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan
kondisi ibu. Lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan pada
Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang dan
kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri; 9 )
Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan laserasi
kelengkapan plasenta dan selaput ketuban; 11) Memasang kateter Foley untuk
32
memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.
12)Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g /dl a tahu secara klinis
ditemukan keadaan anemia berat (1 unit whole blood (WB) atau packed red
pada dewasa normal dan melakukan transfusi darah setelah informed consent
Postpartum
negatif terhadap janin yang dikandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan
maupun nifas yang diantaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir
lama dan syok. Hal ini berkaitan dengan banyak faktor antara lain; status gizi,
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini
Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi
33
yang dilahirkan ( Manuaba, 2001). Kekurangan suplai oksigen dapat
uteri yakni tidak adanya kontraksi otot rahim. (Wiknjosastro, 2005; Saifuddin,
2006).
F. Kerangka Konsep
ibu ( sering dijumpai pada multipara dan grande multipara), anemia kehamilan,
jarak persalinan, usia kehamilan, umur ibu (umur yang terlalu tua atau muda),
kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
2006). Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi,
kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik
(Mochtar, 2011).
volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin
dan volume sel darah merah. Bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
34
(Wiknjosastro, 2005 ).
hemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit,
efek buruk pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2001).
semua organ tubuh apabila terjadi anemia, akibatnya penderita sering berdebar
dan jantung cepat lelah (Sin s in, 2008) . Tindakan operatif dalam persalinan
dilakukan apabila ibu cepat lelah dalam persalinan, sehingga dapat menyebabkan
robekan jalan lahir, ruptur uteri, dan inversio uteri yang merupakan penyebab
akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi ( inersia uteri) dian perdarahan
pasca melahirkan karena atonia uteri yakni tidak adanya kontraksi otot rahim.
yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi
reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35
tahun. Kehamilan di usia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan
anemia karena pada kehamilan di usia < 20 tahun secara biologis belum optimal
35
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini. (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
0 ,70%) yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi
(Mochtar, 2011)
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. (Mochtar, 2011) Pada antenatal
care dapat mendeteksi komplikasi kehamilan misalnya uterus terlalu tegang dan
besar (misalnya pada gemeli, hidramnion, dan janin besar), kelainan pada uterus
(seperti mioma uteri, uterus couvelaire pada solusio plasenta) dan faktor sosio
36
ekonomi yaitu malnutrisi. (Mochtar, 2011).
G. Hipotesis
Paser Utara.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sama sekali tetapi hanya melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek
dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek
sectional. Pendekatan cross sectional dipilih pada penelitian ini untuk melihat
B.1 LokasiPenelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji
38
B.2 Waktu Penelitian
C. Subjek Penelitian
dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami anemia dan
atau perdarahan post partum di RSUD RAPB Penajam Paser Utara dari 1
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan
postpartum primer di RSUD RAPB, Kab Penajam Paser Utara
Variabel Definisi Parameter Instrumen Kriteria Hasil Skala
Operasional
Anemia Diagnosis Kadar Hb Lembar 1. Anemia dalam Nominal
dalam anemia dalam <11g/dL pada pengumpula kehamilan jika sesuai
kehamilan kehamilan trimester II n data kriteria.
dengan kadar dan III dan < 2. Tidak Anemia
Hb <11 g/dL 10,5g/dL pada dalam kehamilan jika
pada trimester I trimester II tidak sesuai kriteria
dan III dan <
10,5g/dL pada
trimester II
Perdarahan Diagnosis HPP Perdarahan > Lembar 1. Perdarahan Nominal
Postpartum yang tertulis 500cc pada 24 pengumpula postpartum jika sesuai
dalam rekam jam pertama n data parameter
medik post partum 2. Tidak perdarahan
post partum jika tidak
sesuai parameter
39
E. Variabel Penelitian
F. Pengumpulan Data
Pasien RSUD RAPB Kabupaten Penajam Paser Utara. Peneliti mengambil data
G. Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 26, yang mana setelah data
2) Coding, setelah data di edit maka akan dilakukan coding, yaitu mengubah
data yang ada dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
40
bilangan dan dimasukkan dalam kategori yang sama. Coding yaitu
memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih mudah dalam
analisis data.
H. Analisis Data
yaitu Anemia dalam kehamilan (variabel bebas) dengan Perdarahan post partum
Chi Square (x2). Uji Chi Square (x2) akan dapat disimpulkan adanya hubungan
Hasil yang diperoleh tabel Contingency 2x2 diterapkan dengan menggunakan Chi
Kesimpulan :
41
- Apabila p > 0,05 maka hasilnya tidak signifikan artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
- ika uji Chi square tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji Fisher.
I. Hipotesis
Paser Utara.
42
BAB IV
Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Aji Putri Botung (RSUD RAPB) adalah
rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur
yang berada di lokasi strategis tepatnya di jalan Propinsi Km.09 Kelurahan Nipah-
nipah, yang merupakan jalan utama provinsi penghubung kota Balikpapan dengan
kabupaten Paser.
Provinsi Kalimantan Timur. Proses penelitian dilakukan dari Bulan Agustus 2023
- Januari 2024. Penelitian ini melibatkan keseluruhan 1961 pasien hamil dan
penelitian yang dirawat dalam kurun waktu satu tahun (Januari 2023 - Desember
2023) yang masuk dalam kriteria inklusi yakni anemia dan terjadinya pendarahan
post partum. Sumber yang digunakan adalah rekam medik, baik rekam medik
persalinan dan/atau dirawat dengan persalinan atau post partum di RSUD RAPB.
2. Ada data tentang HPP dan ada data laboratorium tentang Hemoglobin.
Data total total persalinan sebanyak 1961 pasien dalam tahun 2023. Dari
43
total pasien tersebut, didapatkan 45 pasien sampel penelitian yang memenuhi
kriteria dan 1.916 pasien yang tidak memenuhi kriteria sehingga tidak dilakukan
analisis. Sebanyak 45 pasien yang memenuhi kriteria inklusi tersebut antara lain,
anemia 36 pasien, HPP 23 pasien, anemia dan HPP sebanyak 14 pasien, artemia
tanpa HPP sebanyak 22 pasien, serta HPP dengan tidak anemia sebanyak 9
pasien. Ringkasan data penelitian ini dirangkum pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Data Pasien Anemia dan/ Atau Perdarahan Post Partum di RSUD RAPB
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur Tahun 2023 . Data tersebut diolah
dengan SPSS dan didapatkan hasil seperti pada tabel-tabel di bawah ini:
- Uji validitas menunjukkan data 100% valid dan tidak ada data yang hilang
pada perhitungan.
- Uji tabulasi silang menunjukkan ada tiga hasil di bawah angka lima, yaitu 0;
4,4; dan 4,6 sehingga untuk nilai p kita dapatkan dari Uji Fisher, dengan hasil
Penelitian ini diuji dengan aplikasi Chi Square SPSS. Pada uji tersebut
dilakukan uji validitas, uji crosstab (tabulasi silang), dan risk estime (perkiraan
risiko).
Tabel 4.2 Uji Validitas Data Persalinan di RSUD RAPB Pada Tahun 2023
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Anemia * HPP 45 100,0% 0 0,0% 45 100,0%
44
Pada uji validasi data di atas, didapatkan pada uji antara anemia dalam
kehamilan dengan kasus HPP data valid 100% dan tidak ada data yang hilang
(missing).
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya
(Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa
variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh
suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian
menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang
diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika teks tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes
Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga
45
Tabel 4.3 Uji Tabulasi Silang Data Persalinan di RSUD RAPB Pada Tahun 2023
HPP
Total
Tdk HPP HPP
Tidak Anemia Count 0 9 9
Anemia Expected Count 4,4 4,6 9,0
Anemia Count 22 14 36
Expected Count 17,6 18,4 36,0
Total Count 22 23 45
Expected Count 22,0 23,0 45,0
Tabel 4.4. Uji Faktor Risiko Data Persalinan di RSUD RAPB Pada Tahun 2023
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
N of Valid Case 45
menyajikan dua variabel berbeda ke dalam satu matriks. Tujuan dari analisis
Crosstab adalah untuk melihat hubungan antara dua variabel dalam satu
tabel. Adapun variabel yang dianalisis dalam crosstab mengacu pada variabel
yang sifatnya kualitatif khususnya yang berskala nominal. Ciri dari analisis
crosstab atau yang lebih dikenal dengan tabulasi silang adalah adanya baris dan
dua variabel dalam satu tabel. Bisa dibilang analisis tabulasi silang (crosstab) ini
adalah analisis yang paling mudah karena peneliti bisa mempelajari hubungan
46
dapat ditarik kesimpulan. Keberadaan analisis Crosstab dapat memberikan
masukan terkait sifat hubungan yang diuji karena penambahan satu atau lebih
variabel pada analisis kualifikasi silang dua arah adalah sama dengan
digunakan apabila salah satu variabel bersifat kualitatif dan variabel lainnya
bersifat kuantitatif.
Tabel 4.5 Uji Chi Square Data Persalinan di RSUD RAPB Pada Tahun 2023
Data persalinan di atas menunjukkan hasil pasda uji Pearson adalah 0,001,
Uji Korelasi Chi Square didapatkan hasil 0,004, uji Fisher didapatkan hasil 0,001
dan uji Asosiasi Linear didapatkan 0,001. Karena pada uji validitas 2x2
didapatkan nila kurang dari 5, maka yang digunakan adalah uji Fisher dengan
C. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada
beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar dapat
untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih
47
menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini sendiri tentu memiliki kekurangan
1. Jumlah sampel yang diinklusi hanya 45 orang, tentunya masih kurang untuk
2. Objek penelitian hanya difokuskan pada data sekunder, dalam arti tidak ada
3. Kriteria yang diteliti terbatas sehingga faktor-faktor yang berpengaruh masih perlu
48
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
2023.
49
DAFTAR PUSTAKA
Djamilus, Herlina, 2008, Faktor risiko kejadian anemia ibu hamil di wilayah
Kerja puskesmas Bogor, Artikel, Available from:
http://www.motekar.tk/topik/pengkajian-anemia-pada-ibu-hamil.html
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri william: panduan ringkas. Edisi ke-21. Hal
437.Jakarta: EGC.
Kusumah. 2009. Kadar haemoglobin ibu hamil triwulan ii-iii dan faktor –
faktor yang mempengaruhinya di RSUP H Adam Malik Medan. thesis.
Universitas Sumatera.
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Hal 38-40 Jakarta: EGC
Mochtar, R ustam. 2011. Sinopsis Obstetri. E disi 3. H al 109 -111, 199, 207 –
208.Jakarta: EGC
50
Saifuddin, A B. 2006. Acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.Edisi 1. Cetakan ke -4. H al.145-181, 281 Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sin – sin, 2008. Masa Kehamilan dan persalinan. Hal.64-66 Jakarta: PT Alex
Media Komputindo
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed.4. Vol.1. Hal. 127, 623.
Jakarta: EGC
51
LAMPIRAN
52
53