ANEMIA
OLEH :
KELOMPOK III
TINGKAT II
HENDRIANSYAH. A : 2007.071
DAHLIA : 2007.108
ECCE HARUN : 2007.063
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah sederhana yang berjudul "ANEMIA" ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktu yang kami rencanakan, untuk memenuhi
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu
kami meminta dengan hormat kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
Dosen pembimbing dan berbagai pihak yang telah banyak membantu kami secara
PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Defenisi........................................................................................... 3
B. Patofisiologi.................................................................................... 4
C. Manifestasi klinis............................................................................ 5
D. Pemeriksaan diagnostik.................................................................. 6
E. Komplikasi...................................................................................... 7
F. Penatalaksanaan.............................................................................. 7
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 22
A. Kesimpulan..................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................... 22
kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal.
pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit
Anemia adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang
dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit sebagai akibat terhentinya
A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau eritrosit lebih rendah
dari pada normal. Dikatakan anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada laki-
laki dan Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita.
Gejala-gejala umum anemia adalah cepat lelah, takikardi, palpitasi dan takipnea
pada latihan fisik.
B. Patofisiologi
1. penurunan produksi : anemia defesiensi besi, anemia aplastik dll.
2. anemia penyakit kronik.
C. Pembagian Anemia
1. Anemia mikriositik hipokrom
a. Anemia defesiensi besi
b. Anemia penyakit kronik
2. Anemia mikrositik
a. Defesiensi vit.B
b. Defesiensi asam folat
3. Anemia karena perdarahan
a. Anemia hemolitik
b. Anemia aplastik
I. ANEMIA DEFESIENSI BESI
Kebutuhan Fe dala makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah itu hanya kira-kira
2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50
mg/kgBB pada pria dan 35 mg/kgBB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia
dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.
A. Etiologi
- Perdarahan kronik
- Infestasi cacingan tambang
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorpsi yang menurun
- Perdarahan saluran cerna
- Hemoglobinuria
- Penyimpanan besi yang berkurang seperi hemosiderosis paru-paru
B. Manifestasi klinik
Selain gejala-gejala anemia defesiensi Fe yang baru akan mengakibatkan
perubahan kulit dan mukosa prgresif seperti lidah yang halus, keilosis dsb.
Didapatkan tanda-tanda malnutrisi.
C. Pemeriksaan penunjang
- Feritin serum rendah < 30 mg/dl
- Total iron Binding capacity serum neningkat
- Sturasi transferin menurun menjadi < 15 %
D. Penatalaksanaan
1. Mengatasi penyebab perdarahan kronik
2. Pemberian preparat Fe
II. ANEMIA PERNISIOSA
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena
gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun,
sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun lainnya.
Kekurangan vitamin B12 karena faktor instrinsik ini tidak dijumpai di Indonesia.
Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsik karena
kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
A. Etiologi
Kekurangan vit.B
B. Manifestasi klinik
Didapatkan adanya anoreksia, diare, dyspepsia, lidah yang licin, pucat dan
agak icterik. Terjadi gangguan neurologis, biasanya dimulai dengan
parastesia, lalu gangguan keseimbangan, dan pada kasus yang berat terjadi
perubahan fungsi serebral, demensia, dan perubahan neuropsikiatrik lainnya.
C. Pemeriksaan penunjang
- Sel-sel darah besar (Makrositik) MCV > 100 fmol/L
- Kadar serum vit. B12 kurang dari 100 mg/ml.
D. Penatalaksanaan
Pemberian vit. B12 100 mg/hr selama 5-7 hari, 1 kali tiap bulan.
III. ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan dun-daun yang
hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi, juga berhubungan dengan
sirosis hepatitis.
A. Etiologi
Kekurangan asam folat
B. Manifestasi klinik
Gejala dan tanda pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia
defisiensi vitamin B12 , yaitu anemia megaloblastik dan perubahan
megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala
neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.
C. Pemeriksaan penunjang
Gambaran darah seperti anemia pernisiosa, tetapi kadar vitamin B12
serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya kurang dari 3 nm/ml.
Yang dapat memastikan diagnosis adalah kadar asam folat seld arah merah
kurang dari 150 ng/ml.
D. Penatalaksanaan
Pemberian makanan yang adekuat. Pada anak dengan defesiensi besi
diberikan dengan sulfas ferosus 3 x 10 mg/kg BB/hr (waspada terhadap
terjadinya enteritis). Dapat diberikan preparat besi parenteral secara
intramuskuler atau intravena bila pemberian peroral tidak dapat.
Transfusi darah diberikan hanya bila kdar Hb kurang dari 5 g/dl disertai
keadaan umum buruk, misalnya gagal jantung, brokhopnemonia, dsb.
- Obat cacing dapat diberikan jika ternyata anak menderita cacingan.
- Antibiotika bila perlu (terdapat infeksi)
Pengobatan pasien defesiensi asam folat dengan memberikan asam folat
3 x 5 mg/hr dan pada bayi 3 x 2,5 mg/hr.
IV. ANEMIA KARENA PERDARAHAN
Kehilangan darah mendadak seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan perdarahan hebat. Akibat kehilangan darah yang cepat terjadi refleks
cardiovaskuler yang fisiologis berupa kkontraksi arteriol penurunan aliran darah
atau komponennya ke organ tubuh yang kurang fital dan penambahan darah ke
organ fital.
Anemia karena perdarahan terbagi atas:
1. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
Penatalaksanaan:
- Mengatasi perdarahan
- Mengatasi renjatan dengan transfusid arah atau pemberian cairan perinfus.
2. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, perdarahan saluran cerna
karena pemakaian analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia sering akrena
infestasi cacing tambang.
Penatalaksanaan:
- Mengobati sebab perdarahan
- Pemberian preparat Fe
V. ANEMIA HEMOLITIK
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari),
baik sementara atau terus-menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang
telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau
bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
A. Etiologi
Etiologi anemia hemolitik dibagi sebagai berikut:
1. intrinsik
- kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria
nokturnal paroksismal
- kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase
- kelainan enzim, seperti defesiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
- hemoglobinopati
2. Ekstrinsik
- Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit
limfoproliferatif, keracunan obat
- Mikroangiopati, speerti pada purpura trombotik trombositopenik,
koagulasi intravaskuler diseminata
- Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borriella
- Hipersplenisme
- Luka bakar
B. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila
karena reaksi toksik-imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid
kalau perlu splenoktomi. Apabila keduanya tidak berhasil,d apat diberikan
obat-obat sitotoksik, seperti klorambusil dan siklofosfamid.
A. Etiologi
Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun),
kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisida, obat-obat
seperti klorampenikol, sulfonamid, analgesik (pirazolon), antiepileptik
(hidantoin), kinakrin, dan sulfonilurea, pasca hepatitis, kehamilan, dan
hemoglobinuria paroksimal nokturnal.
B. Manifestasi Klinis
Pasien nampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura, dan
perdarahan.
C. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya, berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti:
2 28-02-2008 Intoleransi aktivitas Klien dapat melakukan 1. Kaji kemampuan klien 1. Mempengaruhi pilihan
aktivitas secara mandiri untuk melakukan AKS intervensi yang tepat
dengan kriteria : normal, catat laporan
- Keadaan umum kelelahan, dan keletihan
klien baik 2. Kaji kehilangan / 2. Menunjukkan
- Mampu gangguan keseimbangan perubahan neurologi
berjalan sendiri gaya jalan, kelemahan otot karena defisiensi vitamin
tanpa bantuan B12 mempengaruhi
- Klien dapat keamanan pasien / risiko
memenuhi 3. Awasi TD, nadi, cedera
kebutuhan AKS- pernapasan, selama dan 3. Menifestasi
nya secara mandiri sesudah aktivitas kardiopulmunal dari upaya
jantung dan paru untuk
membewa jumlah oksigen
4. Berikan lingkungan adekuat ke jaringan
yang tenang. Pertahankan 4. Meningkatkan istirahat
tirah baring untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan
5. Anjurkan klien untuk jantung dan paru
mengubah posisi tiap 2 jam 5. Hipotensi postural atau
hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing,
berdenyut, dan peningkatan
6. Anjurkan untuk risiko cedera
mengunakan teknik 6. Mendorong klien
penghematan energi melakukan banyak dengan
misalnya mandi di tempat membatasi penyimpanan
tidur energi dan mencegah
kelemahan
7. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering 7. Meningkatkan
persediaan karbohidrat
yang dapat dirubah menjadi
energi.
A. Kesimpulan
rendah dari pada normal. Dikatakan anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 %
B. Saran
Mansjoer, Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius, 2000