Oleh:
091724653010
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Definisi Hanging ........................................................................................... 3
2.2 Penyebab Kematian ....................................................................................... 4
2.2.1 Asfiksia ...................................................................................................... 4
2.2.2 Tanda-tanda Umum pada Jenazah Asfiksia ............................................... 4
2.2.3 Fase Asfiksia .............................................................................................. 5
2.3 Hasil Pemeriksaan Klinis .............................................................................. 5
2.4 Pemeriksaan Medikolegal ............................................................................. 6
2.4.1 Suicide Hanging ......................................................................................... 7
2.4.2 Homicidal Hanging .................................................................................... 9
2.4.3 Accidental Hanging.................................................................................... 10
BAB 3 PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
3.1 Contoh Kasus Gantung Diri dan Pembunuhan ............................................. 11
3.2 Diskusi .......................................................................................................... 11
BAB 4 KESIMPULAN ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Perbedaan mati gantung pada bunuh diri dan pembunuhan ............... 8
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Tanda-tanda
asfiksia yang paling sering ditemukan pada korban gantung diri adalah sianosis,
kongesti, dan oedema, tetap cairnya darah dan perdarahan berbintik (petechial
haemorraghes) (Nasution, 2014).
Kematian karena penggantungan pada umumnya bunuh diri, pembunuhan
dengan cara menggantung atau menggantung mayat untuk membuat keadaan
seakan-akan korban gantung diri jarang dijumpai. Kematian dengan
penggantungan dapat dijumpai pada kasus hukum gantung (Lubisdkk., 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah ilmiah
mengenai peran ilmu kedokteran forensik dalam kasus mati gantung untuk
membedakan antara kematian karena bunuh diri atau pembunuhan.
2.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi
fisik pada korban kasus gantung.
2.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini agar dapat dijadikan referensi terkait
Ilmu Kedokteran Forensik dalam kasus mati gantung (hanging) yang sering
dijumpai di lapangan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Penyebab Kematian
Mati gantung termasuk dalam kematian asfiksia yang ditandai dengan
tekanan eksternal pada leher yang menekan jalan napas dan/atau pembuluh darah
(arteri karotis) yang menyediakan darah ke otak (Dolinak et al.,
2005).Mekanisme yang menyebabkan kematian adalah aliran udara tertutup
karena pangkal lidah terdorong ke atas belakang, ke arah dinding posterior faring.
Palatum mole dan uvula terdorong ke atas, menekan epiglottis sehingga menutup
lubang faring. Terdapat beberapa penyebab kematian pada kasus gantung antara
lain (Aflanie dkk., 2017):
a. Asfiksia
b. Gangguan sirkulasi darah ke otak karena tertekannya vena jugularis dan
atau arteri karotis sehingga terjadi cerebral hipoksia
c. Syok karena terjadi reflex vagal
d. Kerusakan batang otak atau sumsum tulang belakang
2.2.1 Asfiksia
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan di mana terjadi gangguan
dalam pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat
disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang
diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan
menimbulkan suatu keadaan di mana oksigen dalam darah berkurang (hipoksia)
yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea) (Aflanie
dkk., 2017).
4
di kulit dan organ selain paru-paru. Sebagai akibat dari kongesti vena ini
akan terlihat adnaya bintik-bintik perdarhan (Tardieu Spot).
3. Edema. Kekurangan oksigen yang berlangsung lama akan mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah kapiler sehingga permeabilitas
meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya edema, terutama
edema paru-paru.
5
2) Sianosis adalah warna kebiruan dari kulit dan membran mukosa yang
merupakan akibat dari konsentrasi yang berlebihan dari
deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi pada pembuluh darah
kecil. Sianosis terjadi jika kadar deoksihemogoblin sekitar 5 g/dL.
Dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan bibr.
3) Pada mulut bisa ditemukan busa karena otot sfingter mengalami
relaksasi, mungkin bisa terdapat feses, urin, atau cairan sperma.
4) ‘Tardieu Spot’ yaitu bercak petechiae di bawah kulit atau konjungtiva.
Selain itu tampak adanya petechiae pada tungkai bawah dan di bagian
bawah kaki akibat pengaruh gravitasi dan pecahnya pembuluh darah
kecil.
Gambar 2.1Tardieu spot pada tungkai dan kaki (Dolinak et al., 2005)
b. Pemeriksaan Dalam
a. Mukosa saluran pernapasan bisa tampak membengkak
b. Sirkulasi pada bagian kanan tampak penuh sedangkan bagian kiri
kosong
c. Paru-paru mengalami edema
d. Bercak-bercak perdarahan peteki tampak di bawah membran mukosa
pada beberapa organ
e. Hiperemi lambung, hati dan ginjal
f. Darah menjadi lebih encer
2.4 PemeriksaanMedikolegal
Terdapat sembilan hal yang perlu kita lakukan dan perhatikan pada
pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada kasus gantung, yaitu
(Alfaine dkk., 2017):
6
a. Memastikan korban apakah masih hidup atau telah mati.
b. Mencari bukti yang menunjukkan cara kematian.
c. Memperhatikan jenis simpul tali gantungan.
d. Mengukur jarak antara ujung kaki korban dengan lantai.
e. Memperhatikan letak korban di tempat kejadian.
f. Cara menurunkan korban.
g. Mengamankan bekas serabut tali.
h. Memperhatikan bahan penggantung.
i. Lidah terjulur, mata melotot, keluar air mani dan feses, keluar darah dari
kemaluan wanita, semua itu bukan merupakan petunjuk dari cara kematian.
7
j. Ditemukan tanda-tanda asfiksia, maka kelainan yang khas berupa jejak
jerat yang merupakan luka lecet tekan akibat alat penjerat, yang berwarna
merah coklat dengan perabaan seperti perkamen, dan sering dijumpai
adanya vesikel pada tepi jejak jerat.
k. Bila alat penjerat memiliki permukaan yang luas, berarti tekanan yang
ditimbulkan tidak terlalu besar tapi cukup menekan pembuluh darah balik,
maka muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah berwarna
merah kebiruan.
l. Bila alat penjerat memiliki permukaan yang kecil, berarti tekanan yang
ditimbulkan besar dan dapat menekan baik pembuluh balik maupun
pembuluh nadi; maka korban tampak pucat, tidak ada penonjolan dari
mata.
m. Pada keadaan tertentu hanya ditemukan jejak jerat, tanpa disertai tanda-
tanda mati lemas; karena mekanisme kematian korban karena refleks
vagal.
n. Terdapat lebam mayat dan bintik-bintik perdarahan terutama pada ujung
ekstremitas, sangat tergantung dari lamanya korban berada dalam posisi
tergantung.
o. Keluarnya air mani dan tinja bukan merupakan tanda khas dari
penggantungan.
p. Pada gantung diri umumnya tidak dijumpai patah tulang lidah.
Tabel 2.1Perbedaan mati gantung pada bunuh diri dan pembunuhan (Aflaine dkk., 2017)
PEMBEDA BUNUH DIRI PEMBUNUHAN
Usia Lebih sering terjadi pada usia Tidak mengenal batas usia, karena
remaja dan dewasa tindakan pembunuhan dilakukan
oleh musuh atau lawan dari
korban dan tidak bergantung pada
usia
Tanda jejak jeratan Bentuknya miring, berupa Berupa lingkaran tidak terputus,
lingkaran terputus mendatar, dan letaknya di bagian
(noncontinous) dan terletak tengah leher, karena usaha
pada bagian atas leher pembunuh (pelaku) untuk
membuat simpul tali
Simpul tali Biasanya hanya satu simpul Biasanya lebih dari satu pada
yang letaknya pada bagian bagian depan leher dan simpul tali
samping leher tersebut terikat kuat
8
Riwayat korban Biasanya korban mempunyai Sebelumnya korban tidak
riwayat untuk bunuh diri mempunyai riwayat untuk bunuh
dengan cara lain diri
Cedera Luka-luka pada tubuh korban Cedera berupa luka-luka pada
yang bisa menyebabkan tubuh korban biasanya mengarah
kematian mendadak tidak pada pembunuhan
ditemukan pada kasus bunuh
diri
Tangan Tidak dalam keadaan terikat, Tangan yang dalam keadaan
karena sulit untuk gantung diri terikat mengarahkan dugaan pada
dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Kemudahan Pada kasus bunuh diri, mayat Pada kasus pembunuhan, mayat
biasanya ditemukan tergantung ditemukan tergantung pada
pada tempat yang mudah tempat yang sulit dicapai oleh
dicapai oleh korban atau di korban dan alat yang digunakan
sekitarnya ditemukan alat yang untuk mencapai tempat tersebut
digunakan untuk mencapai tidak ditemukan
tempat tersebut
Tempat kejadian Jika kejadian berlangsung di Bila sebaiknya pada ruangan
dalam kamar, di mana pintu, ditemukan terkunci dari luar,
jendela, ditemukan dalam maka penggantungan adalah
keadaan tertutup dan terkunci kasus pembunuhan
dari dalam, maka kasusnya
pasti merupakan bunuh diri
Tanda-tanda Tidak ditemukan pada kasus Tanda-tanda perlawanan hampir
perlawanan gantung diri selalu ada kecuali jika korban
sedang tidur, tidak sadar atau
masih anak-anak
9
2.4.3 Accidental Hanging
Accidental hanging jarang terjadi, mengarah pada kesulitan dalam
membedakan diagnosisnya dari bunuh diri bahkan hukuman gantung.
Penggantungan yang tidak sengaja ini memiliki karakteristik umum yang
menyebabkan kematian tidak dicurigai sebagai pembunuhan atau bunuh diri, dan
dapat dibagi dalam dua kelompok (Nouma et al., 2016; Aflanie dkk., 2017):
a. Terjadi sewaktu bermain atau bekerja
Mati tergantung sewaktu bermain umumnya pada anak-anak dan tidak
membutuhkan penyidikan yang sulit oleh karena biasanya kasusnya sangat
jelas. Misal: tersangkut pada batang pohon yang bercabang
b. Sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang (Auto-erotic
Hanging)
Kematian yang terjadi sewaktu pelampiasan nafsu seksual menyimpang
memerlukan pemeriksaan yang teliti, serta mempelajari dan menguraikan
tali-tali yang dipakai, yang sering kali diikatkan pada banyak tempat,
ikatan pada daerah genitalia, lengan, tungkai, leher, dan mulut. Kematian
terjadi karena ikatan terlalu keras atau hentakan terlalu kuat sehingga leher
terjerat.Pada Auto-erotic Hanging tidak jarang dijumpai gambar dan
benda-benda yang termasuk porno, kondom, dan korban umumnya pria
yang tidak jarang memakai pakaian wanita.
10
BAB 3
PEMBAHASAN
3.2 Diskusi
Untuk menentukan sebab kematian korban dengan pasti, maka
pemeriksaan jenazah harus meliputi pemeriksaan tubuh bagian luar, pemeriksaan
tubuh bagian dalam, dan pemeriksaan tambahan. Hal ini berati jenazah harus
diotopsi. Tanpa melakukan otopsi, dokter tidak dapat menentukan sebab kematian
korban secara pasti.
11
Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan di TKP,
pemeriksaan jenazah, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para
saksi dan lain sebagainya. Dari kasus diatas, pemeriksaan luar pada anak
ditemukan adanya bekas cekikan pada leher dan goresan bekas kuku yang jelas
merupakan suatu tindakan pembunuhan. Motif dari korban mati gantung dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik, benda di sekitar, maupun dari saksi sehingga
dapat ditentukan merupakan kasus bunuh diri atau pembunuhan.
Berbagai bahan pengikat yang digunakan untuk menggantung dapat
berupa tali, rantai, ikat pinggang, handuk, sprei, dan sebagainya. Pemeriksaan
jenis dan panjang bahan yang dipakai, serta jenis simpul dapat membantu
menentukan cara kematian. Pada waktu membebaskan lilitan dari leher korban,
tidak boleh membuka simpul, tetapi lilitandipotong diluar simpul, karena bentuk
simpul bisa membantu penentuan kematian secara medikolegal (Dolinak et al.,
2005; Lubis, 2012).
Terkadang terdapat lebih dari satu lekuk pengikat yang dapat
diidentifikasi. Hal ini dapat merupakan hasil dari pengikatan yang dilakukan lebih
dari satu kali pada leher, atau hasil dari tubuh dan/atau pengikat berubah posisi
saat menggantung. Jika orang tersebut diselamatkan dan dirawat di rumah sakit
beberapa waktu sebelum meninggal, dimungkinkan tidak tampak adanya abrasi
atau lekuk akibat pengikat ataupun tanda lain pada leher. Dalam kasus ini,
penyebab kematian sangat ditentukan pada investigasi (Dolinak et al., 2005)
Pada kasus mati gantung (hanging) dengan identitas yang tidak diketahui,
diperlukan proses identifikasi personal yang merupakan suatu masalah dalam
kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitias personal dengan tepat amat
penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam
proses peradilan. Pada kasus jerat atau gantung diri, pada umumnya didapatkan
adanya kencing atau cairan mani yang keluar dari alat kelamin serta kotoran dari
anus yang merupakan akibat proses mati lemas (asfiksia). Urine yang menempel
pada celana atau kain sekitarnya atau dengan kata lain bercak urine tersebut
seringkali diabaikan dalam pemeriksaan. Pada penelitian sebelumnya didapatkan
bahwa urine mengandung DNA inti dan DNA mitokondria. Komposisi urine
mengandung sedikit sel epitel yang merupakan hasil pelepasan regular dari
12
kandung kemih dan uretra eksternal. Berkenaan degan komposisi tersebut, maka
bercak urine pada pakaian mengandung sel somatik yang berinti sehingga dapat
dilakukan ekstraksi DNAnya (Yudianto&Yeti, 2016).
13
BAB 4
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15