Anda di halaman 1dari 18

SISTEM IMUNOLOGI

“ASUHAN KEPERAWATAN ANKILOSIS SPONDILITIS”

OLEH :

KELOMPOK III

Andri Prianto (C12116014)


Ani Winarsi (C12116001)
Amelia Hisage (C12116701)
Heriani (C12116321)
Hikma Nurul Rezky (C12116513)
Ishmah Rosyidah M. (C12116521)
Nurul Hidayah (C12116004)
Putri Wulandari (C12116306)
Surpia (C12116304)
Trivosa Rombe (C12116503)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta
Alam karena atas izin dan kehendak-Nya jualah tugas sederhana ini dapat kami
rampungkan tepat pada waktunya.Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem imunologi. Adapun yang kami bahas
dalam makalah sederhana ini mengenai “Ankilosis Spondilitis”.

Dalam penulisan makalah ini kami manemui berbagai hambatan yang


dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada dosen kami yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna
bagi kami. Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih sedikit. Dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah
ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang. Harapan kami,
makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam pembuatan makalah
kedepannya. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain
yang membacanya.

Penulis

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
1. Defenisi Ankilosis Spondilitis ............................................................................... 6
2. Etiologi Ankilosis Spondilitis ............................................................................... 7
3. Manifestasi Klinis Ankilosis Spondilitis .............................................................. 7
4. Patofisiologi Ankilosis Spondilitis........................................................................ 8
5. Pemeriksaan Fisik Ankilosis Spondilitis ............................................................. 9
6. Pemeriksaan Penunjang Ankilosis Spondilitis ................................................. 11
7. Penatalaksanaan Ankilosis Spondilitis.............................................................. 11
8. Komplikasi ........................................................................................................... 13
9. Asuhan Keperawatan Ankilosis Spondilitis ...................................................... 13
BAB III............................................................................................................................. 17
PENUTUP........................................................................................................................ 17
1. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
2. Saran ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Angka Insiden rata-rata pertahun di Amerika Serikat adalah 6,6/100.000
populasi dengan pria 3 kali lebih beresiko dibanding wanita. Onset usia biasanya
15 dan 35 tahun tahun,insiden tertinggi pada usia 25-34 tahun.angka insiden
diperkirakan 129 per 100.000 populasi. Angka insiden keseluruhan diperkirakan
turun antara 1 sampai 2 per 1000 populasi. Spondilitis ankilosis (SA) merupakan
penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif,
dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang
tidak diketahui.
Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan
sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis
dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas
penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang
terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Penyebab spondilitis tidak diketahui
atau idiopatik. Sama seperti bentuk artritis lainnya yang biasanya mengenai spina
,terdapat komponen genetik yang kuat. Sekitar 90% orang yang mengalami
ankilosis spondilitis memiliki antigen HLA-B27; sekitar8% populasi umum
memiliki antigen tersebut.
2. Rumusan Masalah
1) Apa defenisi dari AnkilosisSpondilitis?
2) Apa saja Etiologi dari Ankilosis Spondilitis?
3) Apa saja Manifestasi Klinis dari Ankilosis Spondilitis?
4) Bagaimana Patofisiologi dari Ankilosis Spondilitis?
5) Bagaimana Pemeriksaan Fisik pada Pasien Ankilosis Spondilitis?
6) Apa saja Pemeriksaan Penunjang pada pasien Ankilosis Spondilitis?
7) Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari Ankilosis Spondilitis?
8) Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Ankilosis Spondilitis?

4
3. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa Mampu Memahami
1) Defenisi dari AnkilosisSpondilitis?
2) Etiologi dari Ankilosis Spondilitis?
3) Manifestasi Klinis dari Ankilosis Spondilitis?
4) Patofisiologi dari Ankilosis Spondilitis?
5) Pemeriksaan Fisik pada Pasien Ankilosis Spondilitis?
6) Pemeriksaan Penunjang pada pasien Ankilosis Spondilitis?
7) Komplikasi yang ditimbulkan dari Ankilosis Spondilitis?
8) Asuhan Keperawatan pada pasien Ankilosis Spondilitis?

5
BAB II

PEMBAHASAN
1. Defenisi Ankilosis Spondilitis

Ankilosis spondilitis adalah penyatuan ankilosis pada tulang punggung


yang mengalami inflamasi (spondilitis). (Black.,Joyce,dkk.2014). Spondilitis
ankilosis merupakan artritis merupakan inflamasi kronik yang biasanya mengenai
skleton aksial, menyebabkan nyeri dan kekakuan progresif serta fusi spina. Usia
umum awitan adalah antara 17 dan 35 tahun, dengan lebih dari setengah juta
orang yang mengalami ankilosis spondilitis di Amerika Serikat. Mayoritas klien
mengalami bilateral saat sakrolitis yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan
gerak dilumbal. Artiritis perifer sendi besar pinggul dan bahu lebih jarang dialami
dibanding lutut, terjadi pada 20-30% oramg di Amerika Serikat. Seiring usia klien
usia 50 atau 60 tahun,fusi lumbal meluas ke daerah servikal, jika tidak diterapi,
penyakit akan mengakibatkan remisi dan eksaserbasi hingga tahap akhir dengan
kekakuan lumbal dan torasik kifosis yang menyebabkan leher dalam posisi fleksi.
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat
sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi
tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini
dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi
osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis
tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini.

6
Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada
penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease
atau Bechterew's disease.
2. Etiologi Ankilosis Spondilitis
Penyebab spondilitis tidak diketahui atau idiopatik. Sama seperti bentuk
artritis lainnya yang biasanya mengenai spina ,terdapat komponen genetik yang
kuat. Sekitar 90% orang yang mengalami ankilosis spondilitis memiliki antigen
HLA-B27; sekitar8% populasi umum memiliki antigen tersebut (Porth &
Marfin,2009). Meskipun pemicu spesifik untuk ankilosis spondilitis belum
diidentifikasi ,bukti menunujukkan bahwa bakteri enterik dapat memainkan peran
dalam terjadinya penyakit ini(Fauci,et al., 2008)
3. Manifestasi Klinis Ankilosis Spondilitis
Awitan spondilitis ankilosis biasanya bertahap dan tiba-tiba.Awalnya
berupa nyeri kepala belakang dan kekakuan dipagi hari, dimulaisejak remaja.
Nyeri punggung dankaku berkurang seiring dengan pergerakan namun dapat
muncul kembali ketika beraktivitas. Nyeri punggung sepanjang kolum
spinal,gangguan tidur dan perubahan neurolis seperti inkontinensia usus dan
kandung kemih, parestesia dan mati rasa dapat muncul. Beberapa gejala sistemik
dapat terlihat,seperti uveiiti,fibrosis paru, penyakit inflamasi usus dan infusiensi
aorta.(Black.,Joyce.2014). Pasien mungkin memiliki penyakit nyeri punggung
bawah intermitten. Nyeri memburuk dimalam hari, diikuti kekakuan dipagi hari
yang mereda dengan aktivitas.
Pada kasus yang berat,seluruh spina mengalami fusi,mencegah semua
gerakan. Manifestasi ektra-artikular penyakit juga dapat mencakup penyakit
radang usus,psoriasis dan tidak lazim disfungsi paru dan jantung. Bagi sebagian
besar pasien yang mengalami spondilitis ankilosis, penyakit intermitten dengan
episode akut, ringan hingga sedang. Pasien ini memiliki prognosis yang baik
dengan sedikit resiko disabilitas berat. Gejala utama Ankilosis Spondilitis adalah
sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri hilang timbul pada
pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha. Keluhan

7
konstitusional biasanya sangat ringan seperti anoreksia, kelemahan, penurunan
berat badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit.
4. Patofisiologi Ankilosis Spondilitis
Patogenesis pada Spondilitis ankilosis (SA) tidak begitu dipahami, tetapi
SA merupakan penyakit yang diperantarai oleh system imun, dibuktikan dengan
adanya peningkatan IgA dan berhubungan erat dengan Human Leucocyte Antigen
B27 (HLA B27). Saat ini kira-kira 90 % pasien yang terdiagnosis sebagai
spondilitis ankilosis memiliki HLA-B27 positif.Namun, terdeteksinya HLA B27
saja tidak membuat seseorang akan langsung mengalami SA. Sekitar 8 % individu
pada populasi secara umum memiliki gen HLA-B27, namun tidak mengalami SA.
Proses patogenesis yang terjadi pada SA ditandai dengan adanya inflamasi
dan terjadinya fusi. Faktor genetic pada pasien yang memiliki HLA- B27 biasanya
akan menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang serta
ligamen- ligament paravertebral. Diskus intervertebralis juga terinvasi oleh
jaringan vascular dan fibrosa sehingga timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur
artikular.Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani
antartulangvertebra (sindesmofit). Jaringan synovial sekitar sendi yang terkena
akan meradang akibatdari gen HLA-B27.
Dengan terjadinya inflamasi terus menerus maka untuk mengatasi
inflamasi, tubuh merespon dengan membentuk struktur tulang baru yang menjadi
jembatan antar vetebra dan membuat tulang belakang menjadi menyatu. Kondisi
ini akan membuat tulang belakang yang harusnya memiliki kurva normal menjadi
lebih lurus. Proses penyatuan vetebra ini berlangsung dari bawah (lumbosacral)
menuju keatas sehingga pada fase tertentu akan dapat mempengaruhi tulang rusuk
dan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan. Tulang belakang juga akan
menjadi kaku dan cenderung membungkuk (kifosis).

Faktor Genetik (HLA-B 27)

Inflamasi pada sendi intervetebra

8
Nyeri
Peradangan diskus intervetebralis
akut

Kalsifikasi tulang rawan

Fusi/ankilosa tulang belakang

Tulang belakang tidak Kifosis Pengembangan


fleksibel (kaku) (membungkuk) toraks terbatas

Pergerakan terbatas Gangguan citra Fungsi pernafasan


tubuh terganggu

Hambatan Ketidakefektifan pola


nafas
mobilitas fisik

5. Pemeriksaan Fisik Ankilosis Spondilitis

Pada pemeriksaan fisik spondilitis ankilosis dapat ditemukan:9,10,11.

1)
Sikap/postur tubuh
Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang.
Lordosis lumbal yang menghilang umumnya merupakan tanda awal. Apabila
vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta
menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita mengalami pergeseran ke depan dan hal
ini dapat dibuktikan dengan cara : penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi
pergeseran maka occiput tidak dapat menempel pada dinding.
2)
Mobilitas tulang belakan

9
Pertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan gerak.
Biasanya ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang vertebra lumbal, yang
dapat dilihat dengan cara melakukan gerakan fleksi badan ke depan, ke samping
dan ekstensi.
Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi keterbatasan
gerak fleksi badan ke depan. Caranya : penderita diminta untuk berdiri tegak, pada
prosesus spinosus lumbal V diberi tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di atasnya
diberi tanda ke dua. Kemudian penderita diminta melakukan gerakan
membungkuk (lutut tidak boleh dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua
titik tersebut akan bertambah jauh; bila jarak kedua titik tersebut tidak mencapai
15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas tulang vertebra lumbal telah menurun
(pergerakan vertebra lumbal mulai terbatas). Di samping itu fleksi lateral juga
akan menurun dan gerak putar pada tulang belakang akan menimbulkan rasa sakit.
3)
Ekspansi dada
Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering dijumpai
pada kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan dianggap sebagai
stadium lanjut. Pada pengukuran ini perlu dilihat bahwa nilai normalnya sangat
bervariasi dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang
dipakai adalah : ekspansi dada kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai
dengan nyeri pinggang yang dimulai secara perlahan-lahan, harus dicurigai
mengarah ke adanya ankylosing spondylitis. Pengukuran ekspansi dada ini diukur
dari inspirasi maksimal sesudah melakukan ekspirasi maksimal.
4)
Enthesitis
Adanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada tempat-tempat
tertentu antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter mayor, processus spinosus,
costochondral dan manu-briosternal junctions serta pada iliac fasciitis plantaris
juga merupakan manifestasi dari enthesitis
5)
Sacroilitis
Pada sacroiliitis penekanan sendi ini akan memberikan rasa sakit, akan
tetapi hal ini tidak spesifik karena pada awal penyakit atau pada stadium lanjut
sering kali tanda-tanda ini tidak ditemukan. Pada stadium lanjut tidak ditemukan

10
nyeri tekan pada sendi sacroiliaca oleh karena telah terjadi fibrosis atau, bony
Ankylosis.
6. Pemeriksaan Penunjang Ankilosis Spondilitis
 Pemeriksaan Laboraturium.
Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah
ditemukan pada 75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit
kurang kuat. SerumC reactive protein(CRP) lebih baik digunakan sebagai petanda
keaktifan penyakit. Kadang-kadang,ditemukan peninggian IgA. Faktor rematoid
dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikangambaran sama pada inflamasi.
Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada 15%kasus. Pemeriksaan
HLA B27 dapat digunakan sebagai pembantu diagnosis
 Pemeriksaan radiologis.
Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial,
terutama pada sendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan
kostotransversal. Perubahan pada sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik, dimulai
dengan kaburnya gambaran tulang subkonral, diikuti erosi yang member
gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi penyempitan celah sendi
akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi. Setelah beberapa tahun, terjadi
ankilosis yang komplit. Akan terlihat gambaran squaring (segi empat sama sisi)
pada kolumna vertebra dan osifikasi bertahap lapisan superficial annulus fibrosus
yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan diantara badan vertebra yang
disebut sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai pada vertebra servikal, akan
membentuk bamboo spine.
7. Penatalaksanaan Ankilosis Spondilitis
a. Nonmedikamentosa
 Mobilitas yang baik dan teratur (olahraga dan latihan).
Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi
kelainan berupa fleksi spinalyang progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor
spinal harus diperkuat. Manuver lain yang perludilakukan adalah bernapas dalam
dan gerakan fleksi lumbal yang isometrik. Posisi postur tubuh harusdiperhatikan
setiap saat. Kursi dengan sandaran yang keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih

11
banyak berjalan dari pada duduk. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik
selama otot-otot masih boleh menahan dalam keadaan ekstensi. Fusi spinal
merupakan komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur harusdipertahankan dan
menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.
Penderitadianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu,
dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.
 Penerangan/penyuluhan
 Radioterapi
 Operasi ( pembedahan)

Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme


yang menyebabkanterjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi fusi
pada columna vertebrae belum dijelaskan secararinci. Sebagai dampak dari fusi
columna vertebrae ini terjadi keterbatasan dalam gerakan dan
elatisitas.Munurunnya fleksibilitas dapat berakibat akan terjadinya berbagai
kelainan pada tulang belakang sepertifraktur dan dislokasi,atlanto-axial dan
atlanto-occipital subluxiationdeformitas tulang belakang, stenosistilang belakang,
dan kelainan pinggul. Ketika komplikasi ini terjadi. Tindakan pembedahan
mungkin dapatdibutuhkan.

12
b. Medikamentosa
 OAINS
Bisa menggunakan Indometacyn, naproxen ataupun ibuprofen.
Dosis untuk dewasa Indometacyn yaitu 100-150 mg/hari dalam dua
atau tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 1,5-3 mg/kg BB/hari dalam
dua atau tiga dosis.
 Sulfasaladzin
Mekanisme obat ini mengurangi gejala-gejala inflamasi dari ankylosing
spondylitis, dengan dosis untuk dewasa 2-3 gram/hari dibagi dalam dua
atau tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 40-60 mg/kg BB/hari
dibagi dalam dua atau tiga dosis. Efek sampingnya yaitu, mual, muntah,
diare, dan timbul reaksi hipersensitivitas. Kontra indikasi pada orang-
orang yang mempunyai riwayat hipersensitivitas dan prophyria.

8. Komplikasi
Komplikasi berupa lesi vertebra progresif. Komplikasi ini sebaiknya
dicurigai setiap saat nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau
menjadi saat nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau
menjadi terlokalisasi. Komplikasi lain yaitu berupa ankilosis bilateral dari
iga ke tulang belakang, dimana bergabung dengan suatu penurunan pada
tinggi struktur torakal aksial, menyebabkan gangguan fungsi pernafasan yang
mencolok
9. Asuhan Keperawatan Ankilosis Spondilitis

Diagnosa
No. Outcome (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut Dalam waktu 3 x 24 jam pasien  Pemberian analgesik
berhubungan dengan mampu melakukan: a. Tentukan lokasi,
cedera biologis  Kontrol nyeri: karakteristik, kualitas dan
(infeksi) a) Pasien mampu mengenali keparahan nyeri sebelum
kapan nyeri terjadi dari skala mengobati pasien
2(jarang menunjukkan) ke b. Cek perintah pengobatan
skala 4 (sering menunjukkan) meliputi obat, dosis, dan

13
b) Pasien mampu mengenali apa frekuensi obat analgesik
yang terkait dengan gejala yang diresepkan
nyeri dari skala 2 (jarang c. Tentukan analgesic
menunjukkan) ke skala 4 sebelumnya rute
(sering menunjukkan) pemberian, dan dosis untuk
c) Pasien dianjurkan mencapai hasil
menggunakan tindakan pengurangan nyeri yang
pengurangan (nyeri) tanpa optimal
analgesik d. Monitor TTV sebelum dan
d) Pasien mampu melaporkan sesudah memberi analgesic
nyeri yang terkontrol dari dari pada pemberian dosis
skala 2 (jarang menunjukkan) pertama kali atau jika
ke skala 4 (sering ditemukan tanda-tanda
menunjukkan) yang tdk biasanya
 Status kenyamanan: fisik  Manajemen nyeri
a. Kontrol terhadap gejala dari a. Lakukan pengkajian nyeri
skala 1 (sangat terganggu) komperhensif yang
menjadi skala 4 (sedikit meliputi lokasi,
terganggu) karakteristik, onset atau
b. Berikan posisis yang nyaman durasi, frekuensi, kualitas,
skala 1 (sangat terganggu) intensitas atau beratnya
menjadi skala 4 (sedikit nyeri dan faktor pencetus
terganggu) b. Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
c. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri thdp
kualitas hidup pasien (tidur,
nafsu makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab peran)
d. Galih bersama pasien
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
e. Dorong pasien untuk
memonitoring nyeri dan
menangani nyerinya

14
dengan tepat
2. Hambatan mobilitas Dalam 3 x 24 jam pasien mampu  Peningkatan mekanika
fisik berhubungan melakukan: tubuh
dengan intoleransi  Pergerakan a. Kaji komitmen pasien
aktifitas a. Pasien dapat menunjukkan untuk belajar dan
pergerakan cara berjalan dari menggunakan postur tubuh
skala 3 (cukup terganggu) ke yang benar
skala 5 (tidak terganggu) b. Informasikan kpd pasien
 Pergerakan sendi: punggung ttg struktur dan fungsi
a. Pasien mampu melakukan tulang belakang dan postur
fleksi, ekstensi dan rotasi . yang optimal untuk
bergerak dan menggunakan
tubuh
c. Bantu pasien melakukan
latihan fleksi untuk
memfasilitasi mobilisasi
punggung, sesuai indikasi
d. Edukasi pasien/keluarga ttg
frekuensi dan juga
pengulangan dari setiap
latihan
e. Monitor perbaikan postur
tubuh/mekanika tubuh
pasien

 Terapi latihan: mobilitas


(pergerakan) sendi
a. Tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya thp fungsi sendi
b. Monitor lokasi dan
kecenderungan adanya
nyeri dan ketidaknyamanan
selama pergerakan/aktifitas
c. Kolaborasikan dengan ahli
terapi fisik dalam
mengembangkan dan
menerapkan sebuah
program latihan
d. Lakukan latihan ROM

15
pasif sesuai dengan
indikasi
e. Dukung latihan ROM aktif
sesuai jadwal yang teratur
dan terencana
3. Gangguan citra tubuh  Citra tubuh  Peningkatan Citra Tubuh
dengan kondisi a. Pasien mampu menerima a. Bantu pasien untuk
terkait perubahan gambaran internal diri mendiskusikan perubahan-
fungsi tubuh b. Pasien mampu perubahan disebabkan
mendeskripsikan bagian tubuh adanya penyakit dengan
yang terkena (dampak) cara yang tepat
c. Pasien mampu puas dengan b. Bantu pasien memisahkan
penampilan tubuh penampilan fisik dari
d. Pasien mampu puas dengan perasaan berharga secara
fungsi tubuh pribadi
e. Pasien mampu menyesuaikan c. Monitor frekuensi dari
terhadap perubahan tampilan pernyataan dari mengkritisi
fisik diri
f. Pasien mampu menyesuaikan d. Tentukan persepsi pasien
terhadap perubahan fungsi dan keluarga terkait dengan
tubuh perubahan citra diri dan
realitas
e. Identifikasi kelompok
pendukung yang tersedia
bagi pasien
f. Bantu pasien
mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang akan
meningkatkan penampilan

16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat
sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi
tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini
dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi
osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis
tulang. Penyebab spondilitis tidak diketahui atau idiopatik. Sama seperti bentuk
artritis lainnya yang biasanya mengenai spina ,terdapat komponen genetik yang
kuat. Sekitar 90% orang yang mengalami ankilosis spondilitis memiliki antigen
HLA-B27; sekitar8% populasi umum memiliki antigen tersebut.
Spondilitis ankilosis merupakan artritis merupakan inflamasi kronik yang
biasanya mengenai skleton aksial, menyebabkan nyeri dan kekakuan progresif
serta fusi spina. Usia umum awitan adalah antara 17 dan 35 tahun, dengan lebih
dari setengah juta orang yang mengalami ankilosis spondilitis di Amerika Serikat.
Seiring usia klien usia 50 atau 60 tahun,fusi lumbal meluas ke daerah servikal,
jika tidak diterapi, penyakit akan mengakibatkan remisi dan eksaserbasi hingga
tahap akhir dengan kekakuan lumbal dan torasik kifosis yang menyebabkan leher
dalam posisi fleksi.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menjadi pedoman dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Serta dengan adanya makalah ini dapat di
gunakan sebagai bahan referensi untuk pembuatan dan menyempurnakan
pembuatan makalah sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Black., Joyce., et al. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
hasil yang diharapkan.Ed 8.Vol 3. Singapura:Elsevier

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).


Nursing Intervention Classification. Yogyakarta: Mocomed

LeMone.,Priscilla.,et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.4. Ed


5.Jakarta:EGC

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcome Classification (NOC). Yogyakarta: Mocomedia.
Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017
(10 th ed.). Jakarta : EGC.
Prasetya.,Damar.2011.Ankilosis Spondilitis. Diunduh pada tanggal 11 Oktober
2018. https://www.scribd.com/doc/62092631/Ankilosis-Spondilitis.

18

Anda mungkin juga menyukai