Oleh :
Diah Fitriani Rosyid 0810312035
Hidayatul Ilma 1210312032
M. Khairul Faraby 1310311091
Rizkha Amaliya 1310312031
Nadia Puspita Dewi 1310312057
Septriyan Dwi Malta 1310312076
Preseptor :
dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.F
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Gambar.......................................................................................................
Abstrak .................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................
2.1. Tanatologi................................................................................................
2.2. Proses Pembusukan.................................................................................
2.3. Post Mortem Interval..............................................................................
2.4. Larva Lalat..............................................................................................
2.5. Penentuan Post Mortem Interval Dengan Analisis Larva Lalat..............
Daftar Pustaka.......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
perubahan yang terjadi pada mayat, baik perubahan internal maupun eksternal. Dalam
penentuan waktu kematian, pemeriksaan yang sering dilakukan yaitu pemeriksaan tanda
pasti kematian berupa lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu tubuh, serta
pembusukan. Tetapi pada penemuan mayat yang sudah lama mengalami kematian dan
telah membusuk, tanda-tanda tersebut menjadi sulit diidentifikasi. Salah satu alternatif yang
dapat digunakan pada pemeriksaan mayat yang telah membusuk yaitu jika terdapat organisme
menentukan cara kematian, sebab kematian, perpindahan mayat dari satu tempat ke tempat
lain, post mortem interval (PMI), tempat pembuangan mayat, apakah terdapat kekerasan dan
Post mortem interval (PMI) adalah waktu sejak kematian terjadi pada seorang
manusia ataupun hewan sampai dilakukannya pemeriksaan. 5,6 Perkiraan yang akurat terhadap
PMI merupakan hal yang penting untuk membantu kesuksesan dalam investigasi kematian,
baik yang karena kriminal maupun non-kriminal. Pengetahuan tentang waktu kematian ini
sangat berguna untuk menyusutkan tersangka pembunuhan. Saat kematian dapat memiliki
implikasi yang penting bahkan pada kasus kematian yang normal. Dalam dunia forensik,
berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan saat kematian, antara lain dengan
memperkirakan lama waktu kematian. Jenis lalat mempengaruhi periode tersebut, karena
jenis lalat mempengaruhi waktu peletakkan telur atau larva pada mayat. Terdapat dua
kelompok terbanyak dari serangga yang sering ditemukan pada mayat yang telah membusuk
yaitu kelompok Diptera (true flies) dan Coleoptera (beetles).1,3 Perkembangan larva lalat
dipengaruhi banyak hal, diantaranya makanan, musim, suhu lingkungan, panas yang
dihasilkan dari pergerakan larva, letak geografis, kontaminan (racun) dan kelembaban.8
Referat ini membahas mengenai tentang pembusukan pasca kematian, post mortem
interval (PMI), larva lalat dan hubungannya dengan penentuan PMI pada mayat yang telah
mengalami pembusukan.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang pembusukan pasca
kematian, post mortem interval (PMI), larva lalat dan hubungannya dengan penentuan PMI
literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanatologi
Tanatologi atau yang secara umum dikenal sebagai science of death merupakan ilmu
yang penting dikuasai oleh ahli kedokteran kehakiman ataupun dokter yang bukan ahli
sangat bermanfaat dalam menentukan apakah seseorang sudah meninggal atau belum, dan
menentukan berapa lama seseorang telah meninggal, serta membedakan perubahan post
mortal dengan kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.9
Menentukan saat kematian adalah hal yang penting untuk dilakukan baik pada kasus
kriminal atau sipil. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenali secara klinis pada
seseorang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting khususnya
bila dikaitkan dengan proses penyidikan, dengan demikian penyidik dapat lebih terarah dan
selektif di dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidana.
Tanda-tanda kematian dibagi atas tanda kematian pasti dan tidak pasti. Tanda kematian tidak
pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina mengalami segmentasi dan pengeringan kornea. Sedangkan
tanda pasti kematian adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan
tubuh tertimbun oleh tanah, terendam oleh air,dan tidak terkena sinar matahari. Pembusukan
berhubungan dengan berbagai macam bau. Bau ini berasal dari pembusukan tubuh yang tidak
bisa digambarkan. Tubuh yang bau pada tahap pembusukan diakibatkan karena menghasilkan
gas yang tinggi pada tubuh setelah beberapa jam kematian. Pada suhu ruangan, perut kanan
bagian bawah akan berubah warna hijau setelah 24 jam kematian dan seluruh tubuh setelah
36 jam kematian.13
2.2. Pembusukan Pasca Kematian
Pembusukan adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami dekomposisi yang terjadi
akibat autolisis dan aktivitas mikroorganisme. Dekomposisi mencakup dua proses, yaitu
autolisis dan putrefaksi. Autolisis adalah keadaan perlunakan dan pencairan sel dan organ
tubuh yang terjadi pada proses kimia yang steril dikarenakan oleh enzim-enzim intraseluler
yang dilepaskan oleh sel-sel yang sudah mati. Proses kedua yaitu putrefaksi, dimana lebih
dikenal dengan istilah pembusukan. Proses ini disebabkan oleh mikroorganisme, terbanyak
disebabkan oleh bakteri Clostridium Welchii, yang sering ditemukan pada sistem
pencernaan.14
Proses pembusukan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam.
Faktor luar diantaranya, mikroorganisme, suhu disekitar mayat, kelembapan udara dan
medium dimana mayat berada.14 Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk
dibandingkan dengan yang terdapat di dalam air dan di dalam tanah. Kecepatan pembusukan
menurut hukum Casper di udara : air : tanah yaitu 1 : 2 : 8. Artinya adalah mayat yang
dikubur akan membusuk 8 kali lebih lambat dari mayat di udara terbuka dan 4 kali lebih
lambat dari pada mayat dalam air.15 Sedangkan faktor dalam diantaranya umur, sebab
Tanda awal dari pebusukan akan tampak diskolorasi pewarnaan hijau pada kuadran
bawah abdomen, dimana bagian kanan lebih sering daripada bagian kiri. Biasanya akan
terjadi pada 24-36 jam setelah kematian. Di daerah kuadran kanan bawah, terdapat sekum
dimana di daerah tersebut banyak mengandung cairan dan bakteri. Selain itu letak usus
tersebut memang dekat dengan dinding perut. Pewarnaan kehijauan tersebut juga akan terjadi
pada daerah kepala, leher, dan bahu. Warna hijau tersebut disebabkan oleh karena
terbentuknya sulf-Hb, dimana H2S yang berasal dari pemecahan protein akan bereaksi
hemolisis karena adanya reaksi hemoglobin dan hidrogen sulfida. Hasil reaksi ini akan
mewarnai dinding permbuluh darah dan jaringan sekitarnya menjadi hitam kehijauan
(marbling). Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah
sehingga menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena superfisial. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah dan cabang-cabangnya nampak lebih jelas seperti pohon
Pada minggu kedua kulit ari akan mudah terlepas bila tergeser atau tertekan karena
bau pembusukan yang bila dipecah akan tampak pada kulit pada dasar gelembung tersebut
Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah dicabut, kuku-kuku akan terlepas,
wajah akan tampak menggembung dan pucat dengan pewarnaan kehijauan dan akan berubah
menjadi hitam kehijauan yang akhirnya akan bewarna hitam, mata akan tertutup erat oleh
karena penggembungan pada kedua kelopak mata serta bola mata akan menjadi lunak, bibir
akan menggembung dan mencucur, lidah akan menggembung dan terjulur keluar, dan cairan
Organ-organ dalam akan membusuk dan kemudian hancur. Organ dalam yang paling
cepat membusuk adalah otak, hati, lambung, usus halus, limpa, uterus pada wanita hamil atau
masa nifas. Sedangkan organ yang lambat membusuk adalah paru-paru, esophagus, jantung,
diafragma, ginjal dan kandung kemih. Organ yang paling lambat membusuk antara lain
kelenjar prostat pada laki-laki dan uterus wanita yang tidak sedang hamil ataupun nifas.14
Otak akan menjadi lunak sampai seperti bubur, paru-paru akan menjadi lembek, hati,
jantung, limpa dan ginjal akan mudah dikenali. Hati akan menjunjukkan gambaran honey-
comb, limpa lunak dan mudah hancur, otot jantung akan tampak keunguan dan manjadi
suram. Pada organ yang paling lama membusuk seperti prostat dan uterus dapat menjadi
pertanda untuk menentukan jenis kelamin dari mayat pada keadaan dimana pembusukan
Pertumbuhan larva lalat atau belatung pada mayat merupakan aplikasi penentuan PMI
yang paling umum dari forensik entomologi saat ini. Tempat dimana larva lalat muncul pada
tubuh mayat dapat memberikan informasi penting terutama pada tubuh yang terluka. Di
daerah beriklim dingin berbagai spesies lalat menyimpan telurnya di daerah lembab, seperti
antara bibir atau kelopak mata, kantus pada kelopak mata, hidung, mulut, alat kelamin, anus,
dan tepi pada luka yang dalam beberapa menit dari kematian. Penting untuk diingat adalah
spesies lalat yang terlibat berbeda dari daerah ke daerah, habitat ke habitat, dan musim ke
musim. Sebagai contoh, di bagian utara dari Amerika Negara, bluebottles (Calliphora vicina)
adalah yang paling umum selama musim dingin, sedangkan greenbottles (Phaenicia sericata)
Munculnya larva lalat pada tubuh mayat ini dapat diambil sebagai perkiraan waktu terakhir dengan kematian yang pasti terjadi. Untuk menghitung
PMI, kita membutuhkan sampel lalat baik itu dalam bentuk dewasa maupun dalam bentuk imatur dari luar tubuh mayat dan di dalam tubuh mayat. Larva harus
disimpan dalam cairan larva. Apabila tidak ada cairan larva, maka larva bisa disimpan dalam air panas (suhu 76,7OC) selama 2-3 menit lalu diawetkan dengan
alkohol 70%.20 Estimasi usia larva lalat bergantung pada pengetahuan rinci tentang siklus hidup lalat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lalat memiliki
empat tahap kehidupan - telur, larva atau yang disebut dengan belatung, pupa, dan dewasa. Larva lalat melewati tiga tahap pertumbuhan sebelum menjadi tumbuh
sepenuhnya. Kerangka waktu untuk tahap pertumbuhan mereka membutuhkan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung pada spesies, kondisi
diperbesar larva
Kehadiran puparia kosong
14-18 mm
merupakan indikasi bahwa
Pupa 14-18 hari Menggelap
orang tersebut telah meninggal
sesuai usia pupa
sekitar 20 hari.
Berubah dari
sampai 7 hari
Tabel : Siklus Kehidupan Normal Lalat (Sumber :Kapil V & Reject P, 2013).
Ketika instar dan panjang dari larva lalat diketahui, maka kita dapat menilai seberapa lama larva tersebut membutuhkan waktu untuk mencapai fase
larva tersebut saat ditemukan yang disesuaikan dengan hasil penelitian yang telah diterbitkan. Periode waktu yang dibutuhkan larva lalat untuk berkembang pada
tubuh mayat seharusnya sama dengan tempat dimana tubuh mayat tersebut ditemukan. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengkonversikan
suhu dan waktu menjadi accumulated degree hours (ADH) atau accumulated degree days (ADD) dengan cara waktu dikalikan dengan suhu. Contohnya,
berdasarkan penelitian Greenberg dan Kunich (2002), pada suhu 25OC rerata durasi minimum dari fase perkembangan Calliphora vicina sebagai berikut.26
Fase telur 14,4 jam Instar 2 24 jam
Instar 1 9,6 jam Instar 3 158,4 jam
Untuk menghitung ADH, kalikan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fase
tertentu dengan temperatur yang dibutuhkan. Dalam mencari PMI mayat, maka diperlukan
informasi berupa rerata suhu harian pada beberapa hari atau beberapa pecan sebelum
Namun, dalam penentuan PMI ternyata terdapat juga beberapa faktor yang dapat
menyebabkan waktu kematian yang sebenarnya lebih lama dari PMI yang dinilai. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah akses lalat untuk hinggap ke tubuh mayat karena lingkungan
sekitar terlalu dingin untuk lalat beraktivitas seperti disimpan di dalam freezer; penyemprotan
insektisida pada tubuh mayat; diapause larva/pupa lalat; dan larva lalat dibunuh oleh predator
Beberapa factor juga dapat menyebabkan waktu kematian yang sebenarnya lebih
pendek dari PMI yang dinilai, yaitu adanya myiasis; adanya larva dalam jumlah yang banyak
yang membentuk massa pemakan; dan berada pada suhu minimum untuk berkembang
Namun, ada beberapa faktor yang menyebabkan post mortem interval mayat lebih
lama atau lebih cepat dari hasil perkiraan ahli forensik, yaitu dari segi obat-obat yang
terkandung di dalam tubuh mayat dan paparan cuaca mikro dari lingkungan tempat mayat
ditemukan. Obat-obatan dapat tidak memberikan efek sama sekali atau dapat mempercepat
atau memperlambat PMI, hal ini bergantung kepada jenis dari larva lalat yang ditemukan dan
jenis zat obat yang ditemukan di dalam tubuh mayat. Sebagai contoh, apabila larva lalat
Boettcherisca peregrine memakan jaringan mayat yang mengandung morfin, maka larva
tersebut akan berkembang dan tumbuh lebih cepat dan menjadi pupa yang lebih lama untuk
berkembang sehingga menghasilkan kesalahan dalam perkiraan hingga 29 jam jika PMI
berdasarkan perkembangan larva.26 Selain morfin, obat-obatan seperti kokain heroin yang
memberikan dampak yang sama yaitu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan larva
terhadap perkembangan dari larva bergantung dengan seberapa besar kenaikan atau