KORBAN KORBAN
MATERI MANUSIA
HIDUP MATI
- Pertolongan Pertama - Pencarian
- Pengobatan - Evakuasi
- Evakuasi - Identifikasi
- Bantuan Pangan dll - Serahkan keluarga
- Kubur
DVI (Disaster Victims Identification)
Sebuah prosedur untuk mengidentifikasi
korban mati akibat bencana massal
secara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mengacu
kepada standar baku interpol
Kenapa DVI diperlukan?
1. IDENTIFIKASI
2. MENEGAKKAN HAM
2. BAGIAN PROSES PENYIDIKAN
3. KEPENTINGAN HUKUM
a. ASURANSI
b. WARISAN
c. STATUS PERKAWINAN
Dasar Hukum DVI
UU No.24 thn 2007 tentang penanggulangan bencana
UU No.2 thn 2002 tentang polri
UU No.36 thn 2009 tentang kesehatan
PP No.21 thn 2008: tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana.
korban matiDVI ; korban hidupInstitusi kesehatan
Resolusi Interpol No AGN/65/RES/13 tahun 1996 tentang DVI: DVI sudah
interpol
MoU kemenkes polri thn 2003
Mou kemenkes polri tahun 2004
Struktur DVI
DVI Indonesia: Nasionalregional:
I. Indonesia barat 1 (Medan):NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi
II. Indonesia barat 2 (Jakarta): Babel, Sumsel, Bengkulu, Lampung, DKI, Banten, Jabar,
Jateng, DIY, Kalbar, Kalteng
III. Indonesia tengah (Surabaya):Kalsel, Kaltim, Jatim, Bali, NTT, NTB
IV. Indonesia timur (Makassar):Gorontalo, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut, Maluku,
Papua
DVI propinsi
Struktur DVI:
Ketua DVI : Kabiddokkes
Wakil : Ka.IKF
Sekretaris : Kaur DVI,Ka SMF IKF
DVI lintas sektoral: Pemerintah, instansi lain
Yang bertanggungjawab terhadap
proses DVI
DVI COMMANDER
( INTERPOL QUALITY MANAGEMENT GUIDELINE FOR DVI 2004 )
• Visual
• Medis (mis.antropologi)
• Dokumen
Sekunder •
•
Eksklusi
Serologi
• Pakaian dan perhiasan
1. Sidik jari
Fingerprint=Dermatoglifi=Daktilografi
Secara embriologis kulit berasal dari lapisan ektodermal. Asal
kulit pada minggu ke-4selapis selmenebal dan ada
lemaknya. Papilla dermis 8-12 minggu. Papilla tergambar dalam
sidik jaribersifat poligenetis (tidak sama untuk setiap individu,
walaupun kembar monozigot)bisa dipakai untuk identifikasi
Sidik terdapat pada ujung jari, palmar, telapak kaki dan diujung
ekor (khusus pada hewan yang menggunakan ekor untuk
memegang). Sidik telapak kaki pada identifikasi bayi.
Pada rigi dan sulkus pada sidik jari juga terdapat pori-pori
Sidik jari bisa hilang jika terbakar, terluka, kelainan bawaan.
Yang dilihat struktur rigi sidik jari. Secara kualitatif dilihat
polanya (arkus/busur, loup/kantong, whorl/lingkaran)
Secara kuantitatif dihitung fingerprint count (pada pola arkus
tidak bisa)
Pencetak sidik jari: serbuk besi, tinta, selotip.
Identifikasi sidik jari dilakukan oleh polisiINAFIS
Dibandingkan/dicocokkan data AM dengan PM
2. Gigi/odontologi
Alasan gigi menjadi metode identifikasi primer:
1.Derajat keakuratan tinggikemungkinan gigi seseorang sama dengan
seseorang lainnya 1 diantara 2 triliun manusia (jumlah populasi bumi: ±7
milyartidak mungkin ada yang sama)
2. Derajat ketahanan tinggigigi tahan terhadap berbagai
keadaan/trauma mekanik,kemik,suhu dll.
Identifikasi gigi meliputi
1. Identifikasi umur: pola erupsi, derajat atrisi
2. Identifikasi ras
3. Identifikasi jenis kelamin
4. Identifikasi khusus
5. Identifikasi kelainan gigi
Pada identifikasi korban dibandingkan data AM vs PM
Dilakukan oleh dokter gigi/dokter gigi forensik
3. DNA
Merupakan pencapaian terbesar dalam bidang kedokteran
forensik
Profil DNA unik untuk setiap orang kecuali kembar monozigot
Peluang profil DNA dua orang sama adalah 1 dalam 30-300
milyar
Ada data pembanding misalnya dari anggota keluarga
1.Metode Visual
Jika tubuh/wajah
Tubuh korban
korban Hati-hati faktor
diperlihatkan kpd
utuh/belum sugesti
keluarga/rekan
busuk
2.Pakaian
Kelainan
Cacat Jaringan parut
Bawaan
Radiologis:
Tatto Rambut sutura,bekas
patah tulang,pen
5. Serologi
• Darah di tubuh korban
• bercak2
Gol Dar
• GolDar dari seluruh cairan tubuh
Tipe • Secretor: Secrete ABO antigen
into body fluids80% populasi
Sekretor • Non secretor: 20% populasi
6. Eksklusi
Dipakai untuk kasus bencana massal
Korban dinyatakan positif
teridentifikasi apabila
Satu atau lebih ukuran identifikasi
primer telah terbukti dengan atau
tanpa data sekunder
Minimal dua data sekunder
ditemukan apabila data primer tidak
ada.
Daftar Pustaka
Bardale R, Principle of Forensic Medicine and Toxicology
Budiyanto A,1997. Ilmu Kedokteran Forensik FKUI, Jakarta
Cooper C, Eyewitness Forensic Science
Idries A.M, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik edisi 1,
Binarupa Aksara,Jakarta
Prahlow J, Forensic Pathology for Police, Death
Investigators, Attorneys and Forensic Scientist.Indiana Press.
DVI Interpol 2009