Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU PENYAKIT DALAM II

“UROLITHIASIS PADA ANJING DAN KUCING”

OLEH

SATRIA M. B NDOLU

1609010035

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Urolithiasis adalah pembentukan batu ginjal atau kristal dalam sistem urinari. Penyakit
ini terjadi karena komposisi pakan yang tidak sehat dan ketidakseimbangan nutrisi. Penyakit ini
terjadi pada manusia maupun hewan. Kejadian pada manusia dan hewan banyak dilaporkan,
namun jarang ditemui urolithiasis pada kucing, terutama kucing betina. Dry food untuk kucing
dan anjing dapat menyebabkan terjadinya lower urineary tract disease. Selama ini urolithiasis
dilaporkan karena adanya penumpukn kristal stuvite, kalsium oksalat, dan asam urat. Ras kucing
Himalayan dan Persian merupakan kucing yang paling sering mengalami urolith karena
penumpukan kristal struvite (Houston, 2007). Pada anjing berukuran kecil sampai medium,
seperti Miniature Schnauzer, Lhasa Apso, Yorkshire Terrier, Miniature Poodle, Shih Tzu, dan
Bichon Frise, kristal struvite dan kalsium oksalat merupakan penyebab urolith yang paling sering
terbentuk. Sedangkan anjing Dalmatian adalah ras anjing yang memiliki faktor predisposisi
terbentuknya urolith karena penumpukan kristal asam urat.
Kasus urolithiasis yang terjadi pada anjing dan kucing merupakan masalah utama dalam
bidang praktisi veteriner. Urolithiasis menjadi nomor dua di dunia dari semua kasus penyakit
saluran urinaria pada hewan kesayangan seperti anjing dan kucing (Sparkes dan Philippe, 2008).
Menurut Hesse (2008), angka kejadian pada anjing sekitar 0,5% sampai 1% dari semua populasi
anjing di Inggris, sedangkan pada kucing sekitar 0,6% dari semua populasi kucing di Inggris
Tingkat kejenuhan urine dan kelarutuan garam yang pekat akan berlanjut pada proses
presipitasi garam dan pembentukan kristal (crystalluria). Penumpukan kristal akan membentuk
agregat yang disebut dengan kalkuli / urolith. Urolith terbentuk karena banyaknya kristal-kristal
yang saling bergabung menjadi satu. Terdapat beberapa jenis batu ginjal yang berbeda
berdasarkan penumpulan jenis kristalnya. Oleh karena itu diperlukan perawatan dan
pencegahanya berbeda pula.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari urolithiasis?
1.2.2 Apa saja penyebab dan simptom (gejala) dari urolithiasis?
1.2.3 Bagaimana patogenesis dari urolithiasis?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk urolithiasis?
1.2.6 Bagaimana terapi dari urolithiasis?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui definisi dari urolithiasis
1.3.2 Mengetahui penyebab dan symptom (gejala) dari urolithiasis
1.3.3 Mengetahui patogenesis dari urolithiasis
1.3.4 Mengetahui pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk diagnosa urolithiasis
1.3.5 Mengetahui terapi dari urolithiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Urolithiasis adalah pembentukan batu ginjal atau kristal dalam sistem urinari. Penyakit
ini terjadi karena komposisi pakan yang tidak sehat dan ketidakseimbangan nutrisi (Houston,
2007).

2.2 Etiologi
Penyebab urolithiasis adalah penumpukan urolith dengan berbagai jenis komposisi
mineral. Pada kucing komposisi mineral pembentuk urolit diantaranya adalah struvite, kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, dan sistin. Sedangkan pada anjing, pembentuk urolith
diantaranya adalah kristal struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, urate, sistin, silica, dan
xanthine (Vogt, 2002). Jenis-jenis urolith yang sering ditemukan pada anjing antara lain ;
1. Urolith Struvite
Berbentuk bulat atau persegi, kadang seperti bentuk pelvis renalis, ureter, vesika urinaria,
atau urethra. Tersusun dari Mg++, NH4+, fosfat. Berwarna putih, kuning sampai coklat, agak
keras dan rapuh, jika digerus hancur seperti kapur, permukaannya halus, atau kasar tanpa
tonjolan (Osborne, 1999) Struvite urolith merupakan jenis kalkuli yang paling banyak terjadi
pada anjing. Urolith ini dapat menyerang semua umur dan lebih banyak menyerang anjing
betina. Jenis anjing yang sering menderita urolith struvite adalah Schnauzer dan Poodle, Shih
Tzu, Bichon Frise, Lhasa Apso dan Cockers. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
urolith struvite adalah urinee bersifat alkalis, konsentrasi mineral yang meningkat dan faktor
genetik. (Osborne, 1999)
2. Urolith Sistin
Berbentuk bulat atau oval, biasanya kecil permukaannya halus, tersusun dari asam amino
sistin, empuk, mudah dihancurkan, berwarna krem kekuningan, kuning kehijauan sampai coklat.
Cystinuria dapat diidentifikasi berdasarkan kristal sistin yang berbentuk hexagonal. Terdapat
pada urine yang asam, kecil, halus, berwarna kuning kecoklatan sampai kuning kehijauan.
Cystinuria bisa terjadi pada anjing jantan dan betina, namun kalkuli sistin banyak terjadi pada
anjing jantan. Tidak semua anjing yang menderita cystinuria berkembang menjadi urolithiasis.
Dachshunds adalah anjing yang paling banyak menderita urolith sistin. (Osborne, 1999).
3. Urolith Urate
Urolit urat berbentuk bulat atau oval, permukaannya halus, tersusun dari NH4 urat,
biasanya kecil, berlapis-lapis konsentris seperti kulit telur, mudah pecah, berwarna kuning
kecoklatan sampai kehijauan. Kurang lebih 70% urolith ini terjadi pada anjing jantan. Anjing
yang sering menderita urolith ini adalah Dalmatian (60%), Bulldog, dan Yorkshire terrier
(Osborne, 1999).
4. Urolith kalsium oksalat
Urolit ini berbentuk bulat atau oval, tersusun dari kalsium oksalat, dan sering
mengandung kalsium fosfat, biasanya kecil sangat keras dan rapuh (mudah pecah, permukaannya
ada yang halus atau tidak beraturan), berwarna krem sampai coklat, tetapi dapat berwarna hijau
kecoklatan. Jenis anjing yang biasa terkena urolith ini adalah Schnauzers, Lhasa Apso, Yorkshire
terriers, Bichon Frise, Shih Tzu, Miniature poodles. Kristal kalsium oksalat berbentuk octahedral
(dyhidrate) dan berbentuk kumparan atau gelondongan (monohydrate) (Osborne, 1999).

2.2 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya urolith adalah terjadinya penimbunan kristal dari berbagai
mineral. Faktor penyebab lainnya adalah diet/makanan, frekuensi urinasi, genetik, dan adanya
infeksi traktus urinari. Saturasi memberikan energi bebas untuk terbentuknya kristalisasi.
Semakin tinggi derajat saturasinya, semakin besar kemungkinan terjadinya kristalisasi dan
perkembangan kristal. Oversaturasi urine dengan kristal merupakan faktor pembentukkan urolith
tertinggi. Oversaturasi ini disebabkan oleh peningkatan ekskresi kristal oleh ginjal, reabsorpsi air
oleh tubuli renalis yang mengakibatkan perubahan konsentrasi dan pH urine yang mempengaruhi
kristalisasi. pH urine berhubungan dengan resiko pembentukan kristal kalsium oksalat. pH urine
yang asam hingga netral akan menyebabkan terbentuknya urolith silica (SiO2). Sedangkan pH
urine netral hingga basa akan menyebabkan terbentuknya urolith kalsium fosfat dan urolith
(Osborne, 1999).
Derajat saturasi yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya presipitasi (Elliot, 2003).
Proses presipitasi mineral didalam traktus urinari dapat dijelaskan dengan dasar-dasar fisika-
kimia dan meliputi sejumlah faktor termodinamik dan kinetik. Salah satu pendekatan yang
digunakan untuk mempertimbangkan pembentukkan urolit dalam dua tahap, yaitu proses
pembentukkan kristal dan proses agregasi/perkembangan kristal yang berakibat pada
perkembangan urolith. Kecepatan aktual dari pertumbuhan urolit bergantung pada komposisi
mineral dan adanya infeksi (Elliot 2003).

2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Risiko


Ras kucing Siam biasanya mempunyai risiko terkena cystine urolithiasis lebih tinggi
dibandingkan kucing ras lainnya (Amiel et al., 2007).

2.4 Gejala klinis


Gejala klinis yang nampak pada anjing yang menderita urolithiasis menurut Osborne
(1999) adalah sebagai berikut :
 Gejala klinis yang terlihat apabila terjadi obstruksi pada urethra :
- Sering berusaha urinasi, namun urine yang dikeluarkan sedikit atau hanya menetes
- Terlihat tegang saat urinasi (dysuria/stranguria).
- Tidak mampu untuk urinasi (anuria) jika terjadi obstruksi sempurna
- Hematuria
- Vesica urinaria menggelembung karena penuh urine
- Terjadi ruptur di vesica urinaria yang dapat mengakibatkan terjadinya ascites
 Gejala klinis bila terjadi cystic calculi (urolithiasis pada vesica urinaria) :
- Dysuria/stranguria
- Hematuria
- Gejala sistemik biasanya tidak nampak

 Gejala klinis bila terjadi renal atau ureteral kalkuli :


- Kesakitan pada bagian abdominal
- Hematuria
- Hydronephrosis mengakibatkan terjadinya pembesaran ginjal, apabila kalkuli
menghambat aliran urine
- Nampak gejala sistemik, terjadi anorexia, depresi dan demam
2.5 Pemeriksaan penunjang
1. Palpasi abdominal
Palpasi abdominal dilakukan untuk merasakan adanya batu yang terdapat di dalam vesika
urinari. Apabila didapatkan hasil palpasi positif berupa kesakitan pada kucing, kemungkinan
terjadi obstruksi di vesica atau terdapat urolith. Urolith tidak hanya ditemukan pada vesica
urinaria, tetapi juga dapat ditemukan di sepanjang traktus urinari. Apabila terjadi sumbatan pada
traktus urinari dapat dideteksi dengan pemasangan kateter pada saluran uretralis.
2. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiologi dapat memberikan gambaran keberadaan dan lokasi urolith.
pemeriksaan radiografi sangat penting untuk pengamatan adanya urolith pada ginjal dan lesi
pada traktus urinari. Untuk mengetahui adanya urolith pada ginjal paling baik hewan diletakkan
dalam posisi ventrodorsal, sedangkan untuk mengetahui urolith di dalam vesica urinari dan
urethra sebaiknya dalam posisi mediolateral.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik yang dapat dipergunakan untuk menentukan
ukuran ginjal dan mengevaluasi traktus urinaria. Tujuan utama pemeriksaan ultrasonografi
adalah untuk menentukan jumlah kepadatan dan bentuk urolith (Woodley et al., 1995).
Radiografi dan ultrasonografi merupakan teknik penting untuk mendeteksi kemungkinan adanya
abnormalitas dalam traktus urinari.

4. Urinalisis dan pemeriksaan laboratorium


Urinalisis pada hewan sangat bermanfaat untuk menentukan jenis urolith. Pemeriksaan
sedimen urine bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya hematuria, pyuria, proteinuria,
infeksi bakteri dan untuk menentukan jenis kristal penyebeb urolith. pH urine bervariasi dan
dapat memberikan petunjuk tentang jenis urolith. Identifikasi dan interpretasi kristal urine sangat
penting untuk menentukan prosedur pengobatan yang harus dilakukan dalam menangani urolith.
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah hematologi lengkap, kimia darah (fungsi
ginjal, ureum dan kreatinin), serta beberapa kadar elektrolit di dalam darah seperti kalium,
natrium, dan klor.
2.6 Terapi
Beberapa penanganan urolithiasis adalah :
 Pemasangan kateter dengan berbagai ukuran sesuai dengan besar ukuran kucing untuk
jalan keluar urine
 Menurunkan kadar protein dalam pakan untuk menghambat pembentukkan sistin urolit
dan alkalinisasi urin. Obat yang diberikan D-penicillamine yang mengandung thiol
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, dapat membentuk komplek soluble dengan sistin di urin
 Mengikat sistin dengan 2-mercaptopropionylglycine (2MPG) sehingga konsentrasi
sistin di urin lebih rendah.
 Pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
 Pemberian antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik untuk mengurangi proses
peradangan pada traktus urinari dan mengurangi rasa sakit
 Cystotomy, yaitu pembedahan vesica urinari untuk mengambil kristal yang membentuk
batu
 Urethrotomy, yaitu pembedahan pada uretra untuk mengambil kristal yang ada di
dalamnya. Hal ini dilakukan apabila kristal tidak berhasil dimasukkan ke dalam vesica
urinari menggunakan kateter.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, D.G. 1998. Handbook of Veterinary Drugs. Second edition. Lippincott raven .
Philadelphia – New York
Assimos, D.G., S.W Leslie, S.B. Streem, and L.J. Hart,. 2002.The impact of cystinuria on renal
function. J Urol. 168:27-30,
Elliot, C.A., J.M Kruger, J.P Lulich, D.J. Polzin, and C. Lekcharoensuk,. 2003. Feline lower
urineay tract diseases, in Textbook of Veterinary Internal Medicine, S.J. Ettinger and
E.C. Feldman, Editors. 2004, W.B.Saunders: Philadelphia. p. 1721-1739
Fossum, 1992 . Smal Animal Surgery. 2nd ed. Mosby ST, London
Goodyer, P. 2004. The molecular basis of cystinuria. Nephron Exp Nephrol. 98: 45-49,2004.
Hoppe, A., T. Dennberg, J.O. Jeppsson, and B. Kagedal,. 1993. Canine cystinuria: an extended
study on the effects of 2 mercaptopropionylglycine on sistin urolithiasis and urineary
sistin excretion. Br Vet J. 149:235-251
Houston, 2007 . Epidemiology of Feline Urolithiasis. Veterinary Focus. Vol 17 No 1: 4-9
Houston, D.M., and A.E.P. Moore. 2004. Canine and Feline Urolithiasis : Examination of Over
50.000 Urolith Submissions To The Canadian Veterinary Urolith Centre From 1998 to
2008. Canadian Veterinary Journal 50 : 1263-1268.
Lindell, A., T. Denneberg, and G. Granerus. 1997. Studies on renal function in patients with
cystinuria. Nephron. 77:76-85, 1997.
Osborn, C.A., S.L Sanderson, J.P.Lulich, J.W Bartges, L.K. Urich, L.A. Koehler, K.A. Bird, and
L.L. 1999. Canine sistin urolithiasis. Cause, detection, treatment and prevention. Vet Clin
North Am Small Animal Pract. 29:193-211, xiii,
Vogt, B.A, . 2002.. Conditions particularly associated with proteinuria. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: WB
Saunders; 2004. p. 1751-2.
Woodley, M. dan Whelan, A. (1995). Pedoman Pengobatan. Edisi I. Yayasan essential Medica
dan Penerbit andi Offset. Yogyakarta, hal :571-572

Anda mungkin juga menyukai