Anda di halaman 1dari 21

Pemeriksaan Fisik Hewan

1. Penimbangan berat badan


• Mengukur dan mencatat berat badan merupakan langkah pertama
yang penting dalam nekropsi
• Tujuan: menentukan dosis pemberian agen euthanasia, dan untuk
memperkirakan berat relatif organ dibandingkan dengan berat
badan.
2. Pemeriksaan Eksternal
• Pemeriksaan luar seperti pemeriksaan fisik hewan umumnya.
• Tujuan:
Mengidentifikasi ciri atau karakteristik hewan (pencatatan
sinyalemen)
Mengidentifikasi setiap lesi pada permukaan tubuh hewan
• Meliputi:
Pemeriksaan visual (inspeksi) pada mata, telinga, rongga mulut, kulit
dan rambut, kuku, organ genitalia eksterna, serta palpasi pada
bagian tulang, persendian, dan otot pada permukaan tubuh hewan.
Hasil ekskresi dan defekasi.
Erupsi dan pola keausan gigi (untuk memperkirakan usia hewan).
Pengambilan darah: pemeriksaan lanjutan (peneguhan diagnosa)
Euthanasia

• Umumnya euthanasi pada hewan mamalia kecil( anjing


dan kucing) di lakukan menggunakan agen kimiawi.
• Metode yang digunakan yaitu inhalasi atau injeksi.
• Agen inhalasi yang boleh digunakan yaitu: derivat
barbiturat, magnesium sulfat, KCl, dan CO2
• Agen injeksi yang sering digunakan yaitu sodium
pentobarbital dan derivat barbiturat lainnya (injeksi
intra vena: v. cephalica dan v. saphena) dengan LD50=
65mg/kg BB
Verifikasi kematian post-euthanasia

Hewan mengalami ciri-ciri sebagai berikut :


• Tidak merespon rangsangan apapun (refleks palpebrae dan
refleks alat gerak)
• Tidak adanya respon bernapas (tahap awal kematian,
pernapasan dangkal dan jarang)
• Tidak adanya denyut jantung (dengan auskultasi jantung)
• Munculnya tanda rigor mortis (kekakuan tubuh) pasca
euthanasia
Teknik Nekropsi pada Mammalia (Anjing)
1. Pembukaan kulit dan anggota badan (kanan)
a) Hewan diposisikan lateral recumbency dan
mulai diincisi dengan memotong bagian
persendian axilla kanan dan scapula
hingga terlepas
b) Incisi kulit dilakukan dengan cara
menguakkan daerah sub kutan dan
memotong perlahan dari dalam ke luar.
c) Incisi dilanjutkan kearah cranial sepanjang
garis tengah ke symphisis mandibular
(Gambar 2) dan kearah caudal pada bagian
perineum.
d) Pada anjing jantan dapat dilakukan incisi kulit
diantara kedua sisi preputium dan penis. Scrotum
dan penis dipotong dengan cara mengincisi pada
bagian kulit di sekitar skcrotum dan transeksi pada
bagian spermatic chord. Kemudian membuat
torehan kecil pada bagian testis untuk
menandakan testis kiri dan kanan.
e) Membuka kaki depan bagian kanan dengan
mengincisi m. pectoralis dan plexus brachialis,
kemudian kaki depan ditekan untuk menemukan
persendian genohumoral. Persendian
genohumoral dibuka dan dipotong pada bagian
medial. Selanjutnya diamati kartilago articular,
cairan synovial, kapsula sendi dan adanya
osteophytes periarticular.
f) Potong melintang pada sisi medial dari sendi scapula (Gambar 4) dan selanjutnya
melakukan penilaian terhadap volume, warna dan viskositas cairan synovial.
g) Inspeksi dan palpasi bagian kartilago artikular untuk mengetahui adanya kelainan yang
mungkin mengindikasikan osteoarthritis.
h) Mengevaluasi lapisan sinovial dan ketebalan lapisan fibrosa dari kapsula sendi.
i) Menguakkan kulit ke arah dorsal dan mengekpos dinding thoraks dan abdominal dari
ventral midline ke prosesus transversal vertebrae.
j) Pada hewan betina, dilakukan pemeriksaan pada bagian kelenjar mammary untuk
mengetahui adanya nodul atau area penebalan.
k) Palpasi persendian coxofemoral untuk membuka ruang persendian dan kapsula sendi.
l) Memotong ligament dari caput femur (Gambar 5) dan otot-otot
disekitarnya untuk memperlihatkan kaki belakang.
m) Tekuk sendi patella dan buat potongan melintang melalui bagian
tengah ligamen patella. Perluas sayatan ke medial dan lateral untuk
menorehkan ligamen kolateral.
n) Masukkan ujung pisau di medial trochlea dan insisi jaringan lunak
untuk melihat patella secara lateral (Gambar 7). Pantulkan patella
ke lateral untuk memeriksa ligamen cruciatum dan menisci.
2. Pembukaan ruang abdominal
• Incisi sepanjang 4-5 cm pada setiap
muskulus dan peritoneum dari
caudal ke arah costal tanpa
mengenai viscera.
• Perluas sayatan di sepanjang arkus
kosta ke arah ventral; prosesus
xiphoid, ke arah dorsal; muskulus
longissimus (vetebra lumbalis), ke
arah caudal; illium dan ventral; os
pubis.
• Setelah abdomen terbuka, diafragma
bisa diamati dengan pemotongan
menggunakan pisau pada diafragma,
dekat tulang rusuk terakhir.
3. Pembukaan cavum thorax
Pembukaan ruang thorax meliputi membuat 2 sayatan ditulang
rusuk. Pertama melalui cartilago costae yang melekat pada sternum
dan Kedua melalui dorsal costae ke ventral menuju transversus
processus vertebrae. Pemotongan membutuhkan gunting tulang
untuk membuka os costae dan dengan bantuan tangan,
menguakkan os costae, kemudian dilakukan pengamatan cavum
thorax.
4. Pembukaan ruang pericardium
Pada hewan normal, perikardium berdekatan dengan epikardium
dan sulit untuk digenggam atau dipotong tanpa merusak jantung di
bawahnya, sehingga pembukaan ruang pericardium menggunakan
alat bantu rat tooth forceps untuk menjaga pericardium sebelum
diincisi. Ruang pericardium dibuka untuk memperlihatkan apex
jantung bagian dorsal dan untuk memeriksa lapisan kantung
pericardial.
Pengangkatan dan Penilaian Organ
1. Pemeriksaan in situ organ
Pemeriksaan dilakukan terhadap posisi organ, warna organ,
karakteristik cairan (darah dan atau cairan lain) di thorax, abdomen,
atau kantung pericardial. Penilaian juga dilakukan terhadap derajat
autolisis. Selanjutnya omentum dilepas untuk melihat organ bagian
abdomen lebih jelas.
2. Pengangkatan organ dalam
• Mulut, cervical, dan thoraks, termasuk lidah, laring, kerongkongan,
trakea, kelenjar tiroid dan paratiroid, timus, pulmo, dan jantung,
diangkat dengan cara membuat incisi berbentuk V sepanjang bagian
medial mandibula dari ramus ke simfisis mandibula. Potong bagian
frenulum yang menempel pada pangkal lidah dan kemudian lidah
diangkat secara ventral melalui ruang intermandibular. Selanjutnya
dilakukan pemotongan jaringan oropharyngeal.
• Pada sudut mandibula, aparatus hyoid dipotong melalui sinkondrosis
antara tulang epihyoid dan stylohyoid.
3. Pengangkatan gastrointestinal, hati, dan limpa
• Sebelum mengeluarkan organ perut, periksa patensi saluran
empedu dengan menekan kantung empedu dan dilakukan
pengamatan terhadap distensi duodenum distal. Jika tidak ada
distensi yang terdeteksi, dapat dilakukan penyayatan kecil pada
daerah sekitar duodenum untuk mendapati empedu.
• Cara mudah untuk mulai mengeluarkan organ perut adalah
linearisasi usus kecil dengan memotong mesenterium. Untuk
menghindari kontaminasi feses pada rongga perut saat
memotong rektum, dapat dilakukan pengikatan terhadap
rektum dengan dua potong tali dan potong di antara keduanya.
Setelah rektum ditranseksi, potong mesokolon sampai ke akar
mesenterium.
• Insisi akar mesenterium dan kemudian potong diafragma di
sepanjang tepi kosta, biarkan melekat pada hati, untuk
menyelesaikan pembuangan traktus alimentaris. Sebagai
alternatif, toreh ligamen hepatoduodenal, kemudian angkat
hati dan diafragma secara terpisah. Limpa akan keluar bersama
perut.
4. Pengangkatan organ urogenital
• Testis diangkat dengan menginsisi bagian skrotum.
• Terhadap pengankatan ginjal, untuk membedakan ginjal kanan
dan kiri ditandai dengan membuat sayatan melintang kecil
sehingga dapat dibedakan saat dikeluarkan dari tubuh. Sebelum
mengangkat traktus genitourinari, dilakukan pengumpulan sampel
urin menggunakan needle dan syringe.
• Saluran genitourinari diangkat dengan menyayat pembuluh ginjal
dan kemudian memotong bagian anterior dan lateral.
• Pada hewan jantan, dilakukan transeksi caudal uretra ke kelenjar
prostat.
5. Pengangkatan Bagian Kepala
• Cairan serebrospinal ditampung sebelum
mengangkat bagian kepala. Pengangkatan kepala
dilakukan melalui pendekatan dorsal pada cisterna
magna didasar tengkorak.
• Disarticulate sendi atlanto-oksipital, dilakukan
dengan memasukkan jari telunjuk ke dalam ruang
intermandibular dan hyperextending kepala.
• Pisau dimasukkan ke dalam leher untuk transeksi
sumsum tulang belakang dan persendian ligamen
atlas dan condyles occipitalis. Kemudian otot leher
bagian dorsal dan kulit dipotong untuk mengangkat
(melepaskan) bagian kepala.
6. Pengangkatan (Pemisahan) Otak
• Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
menguakkan dan menyayat kulit kepala secara
lateral, kemudian semua jaringan lunak dari
tengkorak dikeluarkan.
• Alat pemotong seperti gergaji atau pemotong tulang
digunakan untuk memotong tulang calvarium, dari
foramen magnum dan kemudian potongan bilateral
disepanjang aspek dorsolateral kranium.
• Pemotongan berawal dari foramen magnum tepat
dimedial ke kondilus oksipital dengan sudut 45° dari
garis tengah. Perpanjang potongan-potongan ini
menuju orbit secara bilateral, dengan potongan
melintang yang menghubungkan kedua potongan
lateral di caudal ke orbit.
7. Pengangkatan kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terletak pada bagian cranial dari
ginjal dan bagian caudalnya sering tertanam di dalam
lemak. Kelenjar adrenal kiri dilihat pada bagian
intestinal dorsal.

8. Pengangkatan (Pemisahan) Kelenjar Pituitary


Kelenjar pituitary terletak terpisah pada fossa
hypophyseal (sella turcica). Lokasi kelenjar terletak
pada bagian caudal optic chiasm. Untuk pemotongan
gunakan forceps tulang atau gunting untuk
memotong tulang (prosesus clinoid posterior tulang
sphenoid) ke caudal di kedua sisi kelenjar.
• The Humane Society of the United States. 2013. “Euthanasia
Reference Manual”. Chapter 2: 4-30.
• McDonough, S.P. dan Southard, T. 2017. “Necropsy Guide for Dogs,
Cats, and Small Mammals, First Edition”. John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai