Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMERIKSAAN TITER ASTO (ANTI STREPTOLISIN – O)”

DISUSUN OLEH :
GUSTI AYU RATIH WULANDARI
(211310843)

DOSEN PENGAMPU :
I GUSTI PUTU AGUS FERRY SUTRISNA PUTRA, S.ST.,M.Si

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

β-hemolitic Streptococcus grup-A suatu infeksi yang akan merangsang


beberapa sel imonokompoten untuk memproduksi beberapa Ab,baik terhadap
beberapa produk ekstraseluler dari kuman(streptolisin,hialuronidase,*9
streptokinase,DNAase) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel
kuman cell surface membrane antigen (CSMA).

Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinyya


kelainan pada jantung (endokardium)penderita demam rematikatau ginjal penderita
glomerulonefritis. Kelainan terhadap beberapa organ tersebut disebabkan oleh
karena reaksi silang antar antibody terhadap CSMA dengan endokardium atau
glomerular basement membrane 9 GBM) atau menimbulkan pembentukan
kompleks imun Ab-CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endokardium
yang menyebakan beberapa kerusakan pada beberapa bagian tubuh tersebut
.sebagian besar dari beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A
menghasilkan 2 enzim hemolitik yaitu, Streptolisin-O dan S.didalam tubuh
penderita, streptolisin-O akan merangsang pembentukan antibody yang
spesifik,aitu Streptolisin-O(ASO) sedangkan antibody yang dibentuk terhadap
Streptolisin-S tidak spesifik.

Adanya antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai


sebagai ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila
infeksi kemudian mereka, maka titer ASO akan kembali normal setelah sekitar 6
bulan. Bila titer tidak menurun, suatu infeksi ulangan mungkin terjadi.

1.2.Tujuan percobaan

Untuk melakukan pemeriksaan terhadap infeksi Streptococcus


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASO/ASTO

Pemeriksaan ASO (anti-streptolisin O) adalah suatu pemeriksaan


laboratorium untuk menentukan kadar Anti streptolisin O secara kualitatif /semi
kuantitatif. ASO (anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan
paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih
kurang 80% penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASO ini, bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi
terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik/penyakit jantung
reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.

Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul
60.000 dalton dan aktif dalam suasana aerob. Toksin ini dapat mempengaruhi
banyak tipe sel seperti neutrofil, trombosit, dsb. yang dapat menyebabkan respon
imun. Toksin ini menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO) dalam
darah jika titer ASO diatas 166, maka dapat berarti bahwa baru terjadi infeksi
streptococcus yang telah lama dengan kadar yang tinggi. Penetapan ASO umumnya
hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh streptococcus. Streptolisin
O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASO umumnya berdasarkan sifat
tersebut.

2.2. Prinsip Pemeriksaan ASO/ASTO

Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:

1. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan
tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum
penderita yang mengandung cukup anti-Streptolisin O sebelum di
tambahkan pada sel darah merah, maka Streptolisin O tersebut akan di
netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi.
Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan
sejumlah Streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan
sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah
5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari
ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada
pengenceran serum yang mengandung titer ASO yang tinggi.
2. Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan
aglutinasi dengan ASO, maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-
partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah
tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan
pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti
Strepolisin O (SO – ASO).
Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa
ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi
dari streptolisin O yang disalurkan pada partikel – partikel latex . Bila kadar
ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada sisa
ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada
partikel – partikel latex.
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik ,
sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes
aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml.
3. Demam Rematik
Demam rematik adalah suatu penyakit sistematis yang disebabkan oleh
infeksi streptokokus grup A. Penyakit demam rematik diawali dengan
infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada
kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri
kerongkongan dan demam.
Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan
melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan
merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan
mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan
akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan
saraf. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang
kerusakannya paling serius.
Demam rematik mulai bisa diindikasikan jika penderita beberapa minggu
kemudian mengalami keluhan yang lebih spesifik dan serius seperti: nyeri
kerongkongan, demam, kesulitan makan dan minum, lemas, sakit kepala,
dan batuk, serta yang berkaitan dengan sendi, jantung, dan saraf.
BAB III
METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat

Praktikum Imunologi “Pemeriksaan Titer ASTO (Anti Streptolisin-O)” dilakukan


pada hari Jumat , tanggal 28 Oktober 2022 pukul 12.00 WITA sampai selesai
bertempat di Laboratorium Stikes Wira Medika Bali.

3.2.Prosedur Kerja

A. Pemeriksaan Kualitatif
• Tujuan Pemeriksaan : Untuk menentukan ada atau tidaknya antibodi
terhadap Streptococus β hemolyticus yang dikenal dengan nama Anti
Steptolisin O (ASTO)
• Reagen : Radox ASO Reagen
1) Latex yang telah dilekati dengan streptolysin O
2) Kontrol Positif
3) Kontrol Negatif
• Alat :
1) Lempeng kaca / slide
2) Mikropipet 50 ul
3) Tip kuning
4) Batang pengaduk
5) Rotator
• Cara Kerja :
1) Letakkan slide pada bidang horizontal dan rata
2) Botol reagen berisi latex digoyangkan perlahan agar latex homogen
3) Ambil 50 ul latex dan diteteskan ke dalam slide
4) Slide 1 titeteskan 1 tetes kontrol positif dan 50 ul latex
5) Slide 2 diteteskan 1 tetes kontrol negativedan 50 ul latex
6) Slide 3 , 4, 5, 6 diteteskan sampel serum dan 50 ul latex
7) Campurkan kontrol dan serum yang telah diteteskan 50 ul dengan
menggunakan batang pengaduk secara perlahan sampai homogen
8) Goyangkan slide pada rotator secara perlahan kurang lebih 5 menit
9) Baca hasil dengan melihat ada atau tidaknya aglutinasi

• Hasil Pengamatan
KONTROL HASIL PENGAMATAN

Kontrol Positif Positif Terdapat Aglutinasi

Kontrol Negatif Negatif Tidak Terdapat Aglutinasi

SAMPEL HASIL PENGAMATAN

Serum No 3 Positif Terdapat Aglutinasi ≥ 200 IU/mL

Serum No 4 Negatif Tidak Terdapat Aglutinasi

Plasma No 6 Positif Terdapat Aglutinasi ≥ 200 IU/mL

Plasma No 2 Positif Terdapat Aglutinasi ≥ 200 IU/mL

• Interspretasi Hasil

Berikut adalah keterangan jika terdapat asto positif dan negatif ,


dari praktkium yang dilakukan dengan menggunakan 4 sampel yang
gterdiri dari 2 serum dan 2 plasma , telah ditemukan hasil positif pada
sampel serum 3 , plasma 6 dan plasma 2 dari hasil tersebut ASTO positif
> 200 IU/Ml untuk mengetahui kadar pasti maka perlu dilakukan
pemeriksaan secara semikuantitatif.
A. Pemeriksaan Semikuantitatif
• Tujuan Pemeriksaan : Menentukan kadar antibodi terhadap
streptococcus β hemolyticus secara semikuantitatif
• Reagen : Radox ASO Reagen
1) Latex yang telah dilekati dengan streptolysin O
2) Kontrol Positif
3) Kontrol Negatif
4) Na Glycine Buffer
• Alat :
1) Lempeng kaca / slide
2) Tabung reaksi dan rak tabung
3) Mikropipet 50 ul
4) Tip kuning
5) Batang pengaduk
6) Rotator
• Cara Kerja :
1) Siapkan 3 tabung reaksi dengan rak tabung
2) Masukkan tabung 1,2,3 berturut-turut NaCl 0,9 % dengan volume
0,5 cc ; 1 cc; dan 1,5 cc
3) Kemudian masukkan 0,5 cc serum ke dalam tabyng 1,2,3

4) Kocok perlahan sampai homogen


5) Letakkan slide pada bidang horizontal
6) Botol reagen berisi latex gi goyang perlahan agar latex homogen
7) Ambil 50 ul latex masukkan kedalam slide untuk masing-masing
tabung reaksi
8) Ambil serum / plasma positif yang telah diencerkan rekasi 1, 2, 3
sebanyak 50 ul dan teteskan disamping latex yang telah diletakkan
slide
9) Campurkan sampel dengan latex perlahan-lahan dengan batang
pengaduk
10) Goyangkan slide di rotator perlahan-lahan selama kurang lebih 5
menit
11) Baca hasil dengan melihat ada tidaknya aglutinasi

• Hasil Pengamatan
SAMPEL HASIL PENGAMATAN

Serum No 3 Positif ASTO Positif 600 IU/mL

Plasma No 6 Positif ASTO Positif 600 IU/mL

• Interspretasi Hasil
Interpretasi hasil adalah pengenceran tertinggi yang masih memberikan
hasil positif aglutinasi dikalikan dengan batas deteksi sebagai faktor
perkalian yaitu 200 IU/Ml.
Contoh perhitungan :
- Serum No 3 Positif titer 3 x 200 IU/mL = 600 IU/mL
- Plasma No 6 Positif titer 3 x 200 IU/mL = 600 IU/mL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.Pembahasan

Demam rematik (RF) dan penyakit jantung rematik (RHD) adalah komplikasi
non-supuratif dari kelompok streptokokus A yang menyebabkan faringitis karena
respon imun tertunda. RF & RHD menimbulkan masalah kesehatan yang serius
pada masyarakat karena merupakan penyebab utama morbiditas pada anak-anak
usia sekolah dan satu dari jenis penyakit yang paling umum dari penyakit cardio-
vascular pada remaja. RF & RHD sering terjadi di India. Mengingat tingkat
prevalensi 4-6 per 1.000 anak per tahun, ada sekitar 1,25 juta kasus RF dan RHD
di India hingga kini. Streptokokus adalah bakteri gram positif; mereka memiliki
beberapa kelompok imunologi yang diberi kode huruf A-H dan K-O. Organisme
ini menghasilkan enzim dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang
sama yaitu streptolysin O, toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan
hemolisis sel darah merah.( Tarek Hammad,dkk.,2014 ).Menurut Emiliano Chiarot
( 2013 ), Streptolysin O adalah racun yang diproduksi oleh pori-pori kelompok
Streptococcus A.

Praktikum pemeriksaan ASTO bertujuan untuk menentukan anti streptolisin


secara kualitatif pada serum. Metode yang digunakan adalah metode slide
aglutinasi, dimana prinsip pemeriksaan ini adalah sampel yang mengandung
antibodi anti streptolisisn O dicampur dengan partikel latex yang dilapisis dengan
streptolisin O akan membentuk aglutinasi.

Pada praktikum pemeriksaan ASTO kali ini,praktikan menggunakan sampel


serum dan plasma yang berasal dari sampel mahasiwa. Sampel serum ini yaitu
berwarna kekuningan dengan volume sekitar 2 ml. Hal pertama yang dilakukan
praktikan untuk tes ASTO ini yaitu meneteskan reagen ASTO latex ke 3 slide
pemeriksaan berwarna hitam. Dalam penetesannya dilakukan dengan hati-hati dan
tidak menyentuhkan reagen yang keluar ke permukaan slide secara langsung,
melainkan membiarkannya jatuh langsung ke permukaan sehingga volume yang
dikeluarkan dari botol reagen sesuai dan konstan. Kemudian diteteskan kontrol
positif (+) dan negatif (-) serta sampel serum masing-masing sebanyak 50 µ.
Penetesannya dilakukan disamping reagen ASTO latex tadi sehingga antara
reagen,kontrol dan serum tidak tercampur langsung,sebab jika saat penetesan
reagen dan kontrol atau serum tercampur langsung maka dapat menyebabkan
reagen langsung bereaksi dengan kontrol atau serum tersebut sehingga waktu dalam
penghomogenannya tidak sesuai dan dapat menyebabkan hasil positif palsu.
Setelah itu, dihomogenkan campuran tadi dengan tusuk gigi bersih hingga
membentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama 5 detik. Lalu digoyangkan slide
secara konstan selama 2 menit dan diamati hasilnya dengan cara membandingkan
hasil yang dibentuk oleh serum dengan kontrol (positif dan negatif).

Pada praktikum, didapatkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya


aglutinasi (penggumpala) berupa pasir-pasir halus. Dikarenakan hasil yang didapat
adalah positif aglutinasi, maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap semikuantitatif

Langkah pertama adalah memasukkan 100 µ buffer saline ke dalam empat buah
tabung serologis dalam hal ini,tabung 1 berfungsi untuk pengenceran 1/2, tabung 2
untuk pengenceran 1/4, tabung 3 untuk pengenceran 1/8 dan tabung 4 untuk
pengenceran 1/16. Tabung yang digunakan harus bersih agar tidak terjadi
kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan yang menyebabkan hasil palsu.
Selain itu, dalam pemindahan reagen harus melewati dinding tabung agar tidak
terjadi letupan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian dimasukkan 100 µ
serum ke dasar tabung 1 sebagai pengenceran 1/2 untk menghindari terjadinya
gelembung udara dan dihomogenkan menggunakan mikropipet yang sama. Lalu
diambil 100 µ campuran 1 ke tabung 2 dan dilakukan hal yang sama hingga tabung
ke-4. Pada tabung 4, diambil 100 µ campuran dan dibuang. Lalu diambil 50 µ
campuran 1 dan diteteskan ke atas slide test lalu ditambahkan 1 tetes reagen ASTO
latex. Diomogenkan selama 5 detik dan digoyangkan selama 2 menit kemudian
dibaca hasilnya. Pada praktikum, ditemukan aglutinasi (+), sehingga dilanjutkan
dengan memipet 50 µ campuran 2,3 dan 4 ke slide test. Ditambahkan 1 tetes reagen
ASTO latex ke masing-masing campuran tadi, lalu dihomogenkan dan digoyangkan
sama seperti campuran 1. Berdasarkan praktikum,di dapatkan hasil aglutinasi (+)
pada pengenceran 1/2,1/4 dan 1/8 dan hasil negatif pada pengenceran 1/16. Dalam
penentuan kadar titer antibodi ASTO dilakukan dengan mengalikan pengenceran
terendah yang masih positif dengan 200 IU/ml.

Kadar ASTO yang tinggi dapat dikarenakan ketika terjadi infeksi


streptococcus secara berulang kali, tidak dilakukan pengobatan, infeksi berulang
biasanya menghasilkan titer berkelanjutan atau terus meningkat. Selain itu kadar
ASTO yang tinggi dapat pula disebabkan oleh populasi yang berbeda di lokasi
geografis yang berbeda terdapat perbedaan yang signifikan dalam titer antibodi
sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi iklim masing- masing. Kadar
ASTO tinggi dapat terlihat pada karditis rematik akut yang dikarenakan selang
waktu antara infeksi streptococcus dan terjadinya karditis yang memungkinkan
ASTO untuk mencapai tingkat puncaknya. Di sisi lain, pada pasien dengan chorea
ketika gerakan choreic, antibodi ASTO menurun karena periode latency lebih
panjang antara infeksi streptococcus dan manifestasi klinis. Kadar ASTO yang
tinggi tidak cukup untuk mendiagnosa terjadinya demam rematik akut sehingga
harus dipertimbangkan ketika mendiagnosis gejala rematik berulang. Pemeriksaan
ASTO hanya memberi petunjuk bahwa terjadi infeksi oleh streptokokus.
Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASTO umumnya
berdasarkan sifat ini. Penetapan ASTO tidak bisa melakukan pemeriksaan langsung
dengan melihat bakteri streptokokus, pemeriksaan ini harus menggunakan cairan
sendi. Dimana harus dilakukan pemeriksaan makroskopik dilihat organoleptis
cairan, pemeriksaan mikroskopik dilakukan hitung jumlah lekosit. Bila jumlah sel
banyak dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan wright. Pada penderita, jumlah
lekosit akan meningkat, peningkatan tersebut tergantung dari jenis peradangan.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil


yang di dapatkan pada pemeriksaan ASTO dari sampel plasma dan serum yang
digunakan terdapat 3 sampel dengan ASTO Positif 600 IU/mL yaitu sampel serum
no 3 dan plasma no 6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2007. ASO Latex Test Manual. Randox. United Kingdom


Anonim2.2006.Prosedur Tetap Pemeriksaan ASTO. Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
Anonim3.2006.Instruktur Kerja Pemeriksaan ASTO. Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta.
Ani, Purbani Syafitriani. 2012. ASTO Anti-Streptolisin O. Gandhahusada: Bandung
Pusat Laboratorium Kesehatan. 1992. Pemeriksaan ASTO. Dalam : Petunjuk
Pemeriksaan Imunologi. Depkes R.I Jakarta. 16-18
Nina Miyora Situmorang, Veronica. 2013. Laporan Praktikum Imunologi. Erlangga
: Jakarta
Handojo, Indro. 1982. Serologi Klinik. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR.
Nirwana, Ardy Prian. 2012. Streptococcus sp. Widya Husada: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai