Anda di halaman 1dari 14

ANTI STREPTOLISIN

O Disusun oleh:
Indah Sari Prifianingrum
Intiar Ulinnuha
Khansa Amaniyah Muti
Lisa Imroati Sa’diah
Luthviani Safitri

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2019
Dasar Teori
Pemeriksaan ASO (anti-streptolisin O) adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan kadar Anti streptolisin O secara kualitatif/semi kuantitatif. ASO (anti-streptolisin O)
merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi
streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASO ini, bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus,
maka pada 95% kasus demam reumatik/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih
antibodi terhadap streptococcus.
Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul 60.000 dalton dan
aktif dalam suasana aerob. Toksin ini dapat mempengaruhi banyak tipe sel seperti neutrofil, trombosit, dsb.
Yang dapat menyebabkan respon imun. Toksin ini menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO)
dalam darah jika titer ASO diatas 166, maka dapat berarti bahwa baru terjadi infeksi streptococcus yang
telah lama dengan kadar yang tinggi.
PRINSIP DASAR PENENTUAN ASTO
1. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila Streptolisin O
tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup anti-Streptolisin O
sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka Streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO
sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi.
Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah Streptolisin O
yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel
darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak
cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengenceran serum yang mengandung titer ASO
yang tinggi.
2. Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan aglutinasi
dengan ASO, maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel- partikel tertentu. Partikel
yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat
mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan
Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO).
Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO
yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang
disalurkan pada partikel – partikel latex. Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari
200 IU / ml, maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan
streptolisin O pada partikel-partikel latex.
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes
aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi
ASO dengan titer di atas 200 IU/ml.
a. Pengertian
Pemeriksaan ASTO adalah pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar anti
streptolisin O secara kualitatif dan semi kuantitatif.
b. Tujuan
Untuk determinasi kualitatif dan semi kuantitatif adanya ASTO dalam serum secara
aglutinasi latex
c. Prinsip
Berdasarkan reaksi aglutinasi antara streptolisin O sebagi antigen yang terikat pada
partikel latex polisterene dengan Anti Streptolisin O yang terdapat dalam serum
sebagai antibodi
d. Metode
Slide test
e. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikropipet
b. Yellow tip
c. Slide warna hitam
d. Pengaduk
e. Rotator
2. Bahan
a. Reagen latex
b. Kontrol serum positif dan negatif
c. Sampel serum
f. Cara Kerja
1. ASTO kualitatif
a. Meneteskan diatas slide 50 ul serum ditambah 50 ul reagen latex yang
sudah dihomogenkan pada slide plastik
b. Mencampur dengan stick / pengaduk
c. Tetapkan slide di atas rotator, goyang dan putar pada kecepatan 70 rpm
secara berlahan selama 2 menit dengan menggunakan tangan atau
angular rotator.
d. Amati terjadinya aglutinasi tepat 2 menit dibawah cahaya lampu yang
terang.
◦ Jika hasil positif dilakukan pemeriksaan kuantitatif, jika hasil negative tidak
perlu pemeriksaan lebih lanjut.
2. ASTO semi kuantitatif
a. Melakukan pengenceran serum dengan NaCl 0,9% dari pengenceran yaitu ½, ¼,
1/8, 1/16, 1/32, 1/64 dan seterusnya
b. Cara pengenceran :
Contoh :
1:2 ambil 1 bagian serum + 1 bagian NaCl 0,9%
1:4 ambil 1 bagian serum + 3 bagian NaCl 0,9%
Ulangi langkah kerja 1 s/d 5 diatas untuk setiap pengenceran dan campur
dengan menggunakan mikropipet.
c. Ambil 50 ul serum pada masing – masing pengenceran dalam slide.
d. Tambahkan reagen latex 50 ul
e. Lebarkan dengan menggunakan stick / pengaduk sampai bundaran slide hitam
penuh.
f. Goyangkan, dan lakukan pengamatan aglutinasi di depan cahaya dalam waktu 2
g. Interpretasi Hasil
1. Kualitatif
◦ Negatif (-) : Tidak terjadi Aglutinasi
◦ Positif (+) : Terjadi Aglutinasi

Anti Streptolisin-O (ASTO) : 200 IU/ml


2. Semi Kuantitatif
Titer : pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi
h. Pembahasan
Bakteri β-hemolytic Streptococcus golongan A mengeluarkan enzim
yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit.
Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk
membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO).
Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan
kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik,
penyakit glomerulonephritis akut.
Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu
sebelumnya dan mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai
berbulan-bulan
Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus
beta-hemolyticus golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan
penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam.
Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan
melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan
merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan
mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan
akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan
saraf.
Titer ASO yang lebih dari 200 IU / ml dengan metode uji lateks dianggap
sebagai titik screening. Peningkatan titer ASO mendukung tetapi tidak
membuktikan diagnosis demam rematik. Titer tinggi palsu ASO dapat dilihat
pada kondisi yang berhubungan dengan hyperlipedemias seperti hati, obstruksi
empedu, nephrosis dan myeloma karena monoclonal immunoglobulins. Selain
itu, titer streptokokus bervariasi sesuai dengan sejumlah faktor, termasuk usia
dan status sosial ekonomi populasi.

Tes asto ini hanya digunakan sebagai tes penunjang, tidak dapat digunakan
sebagai suatu dasar diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
Erlinda. Asto. https://edoc.pub/asto-pdf-free.html diakses pada 31 Agustus 2019
Aldi. Asto (anti streptolisin o). http://aldilagn16.mahasiswa.unimus.ac.id/sample-
page/astoanti-streptolisin-o/ diakses pada 31 Agustus 2019
Syafitrianispurbani. ASTO (Anti-Streptolisin O) dalam
https://syafitrianispurbani.wordpress.com/2012/09/06/asto-anti-streptolisin-o/ diakses
pada 09 September 2019
Dewi, Lidya Nirmala. 2016. Tes ASTO dalam
https://dokumen.tips/documents/pemeriksaan-asto-57801d1d8fbb2.html diakses pada
09 September 2019

Anda mungkin juga menyukai