Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
TES ASTO

Disusun Oleh :
GELOMBANG 2, KELOMPOK 2
NURANI HAFSYAH 191FF04052
PERMATASARI 191FF04053
PIETKA TRIA PRINGADI 191FF04054
KELAS FA2 MATRIKULASI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
PRAKTIKUM V
PEMERIKSAAN IMUNOLOGI (TES ASTO)

ORGANISASI KERJA
Manager : Permatasari
Bagian Persiapan : Pietka Tria Pringadi
Bagian Perbekalan : Nurani Hafsyah
Bagian Pelaksana Kerja : Permatasari, Pietka Tria Pringadi dan Nurani Hafsyah

I. TUJUAN
1. Analisis data hasil pemeriksaan imunologi
2. Mengetahui kadar antibodi terhadap Streptolisin O, suatu zat yang dihasilkan oleh
bakteri Streptococcus B.
II. PRINSIP
Tes ASO adalah tes cepat dengan menggunakan prosedur aglutinasi pada slide
kaca. Terjadi aglutinasi antara partikel lateks yang dilapisi oleh Streptolisin O dengan
serum yang mengandung anti Streptolisin O.
III. DASAR TEORI
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari antigen, antiobodi dan fungsi
pertahanan tubuh host yang diperantarai oleh sel, terutama yg berhubungan dengan
imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda
asing.
Peningkatan titer serum ASO diproduksi sebagai respon terhadap infeksi bakteri
beta hemolitik Streptococci group A, B dan G. Streptolisin O adalah protein ekstra
seluler dengan karakter seperti enzim dan mempunyai sifat antigenic yang kuata.
Penetapan antibodi ini sebagai metabolit dari streptokokus memberikan informasi dan
sudah diggunakan untuk diagnosis demam rheatik, glomerulonephritis akut dan infeksi
streptokokus.
Suatu infeksi oleh hemolitic Streptococcus grup-A akan merangsang beberapa
sel imonokompoten untuk memproduksi beberapa Ab, baik terhadap beberapa produk
ekstraseluler dari kuman (streptolisin,hialuronidase, streptokinase,DNAase) maupun
terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman cell surface membrane antigen
(CSMA). Ab terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan
pada jantung (endokardium) penderita demam rematik atau ginjal penderita
glomerulonefritis. Kelainan terhadap beberapa organ tersebut disebabkan oleh karena
reaksi silang antar antibody terhadap CSMA dengan endokardium atauglomerular
basement membrane 9GBM) atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-
CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endokardium yang menyebakan
beberapa kerusakan pada beberapa bagian tubuh tersebut .sebagian besar dari beberapa
bagian strain serologis dari
Streptococcus grup A menghasilkan 2 enzim hemolitik yaitu,Streptolisin-O dan
S. Didalam tubuh penderita ,streptolisin-O akan merangsang pembentukan antibody
yang spesifik yaitu Streptolisin-O(ASO) sedangkan antibody yang dibentuk terhadap
Streptolisin-S tidak spesifik. Adanya antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini
kemudian dipakai sebagai ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah
terjadinya infeksi.Bila infeksi kemudian mereka ,maka titer ASO akan kembali normal
setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak menurun ,suatu infeksi ulangan mungkin terjadi.
ASTO (anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling
sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80%
penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan
titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus,
maka pada 95% kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan
peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.
Streptolisin O adalah suatu antibodi yang di bentuk oleh tubuh terhadap suatu
enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh hemolitik Streptococcus A group
A dan mempunyai aktivitas biologicmerusak dinding sel darah merah serta
mengakibakan terjadinya hemolisis.Streptolisin o adalah toksin yang merupakan dasar
sifat -βhemolitik organisme ini. Streptolisin O ialah racun sel yang
berpotensimempengaruhi banyak tipe sel termasuk netrofil, platelets dan organel
sel,menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya.
Anti-Streptolisin O bisa di gunakan secara klinis untuk menegaskaninfeksi yang
baru saja. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak mempunyai dampak
perlindungan, tetapi adanya antibody itu dalam serum menunjukkan bahwa di dalam
tubuh baru saja terdapat streptokokus yang aktif. Antibody yang dibentuk adalah
Antistreptolysin O (ASO), Antihialuronidase (AH), Antistreptokinase (anti SK),
antidesoksiribonuklease B (AND B), dan anti nikotinamid adeninedinukleotidase (anti-
NADase).
Ada dua prinsip dasar penetuan ASTO, yaitu:
1.    Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi
bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang
mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah,
maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat
menibulkan hemolisis lagi.
Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan
sejumlah streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium
thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan
terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak cukup untuk
menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum yang mengandung titer
ASO yang tinggi.
2.    Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapatmenyebabkan aglutinasi
dengan ASO. Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu.
Partikel yangsering dipakai yaitu partikel lateks.Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang
dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi
ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO).
Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO
yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O
yang disalurkan pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita
kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan
aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel – partikel latex.
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik , sedangkan
tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat
mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Pipet
2. Stirrer
3. Slide aglutinasi
Bahan:
Standar kit
V. PROSEDUR

Siapkan Semua reagen Pada Suhu Kamar

Kocok Perlahan reagen lateks untuk menghomogenisasi partikel

Serum diteteskan sebanyak 20µl diatas permukaan slide aglutinasi

Ditambahkan satu tetes reagen lateks ASTO sebanyak 20µl

Ratakan reagen dan serum. Kocok perlahan dengan rotator atau dengan
tangan selama 2 menit

Dibaca dalam waktu < 3menit.

Catatan :
Jika tidak terjadi Aglutinasi ( Hasil Negatif ) : ASTO <
200IU/ml Jika terjadi aglutinasi ( Hasil Positif ) : ASTO >
200IU/ml
VI. HASIL PENGAMATAN
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan ASTO dan metode Immunoassay.
Dimana pemeriksaan ASTO itu sendiri bertujuan untuk mengetahui adanya antigen
streptolisin O dalam sampel. Sampel yang mengandung antigen akan adanya aglutinasi
ketika dicampur dengan reagen. Streptolysin O adalah exoenzyme imunogenik toksin.
2. Metode immuno assay
Immunoassay diartikan sebagai metode pengujian keberadaan antigen atau
antibodi yang memanfaatkan interaksi antara antibodi dengan antigen (Murphy, 2012).
Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi immunoassay terbagi menjadi dua, yaitu reaksi
primer dan sekunder. Berikut jenis-jenis immunoassay yang termasuk dalam reaksi
primer:
a. Radioimmunoassay (RIA)
Prinsip kerja: Pengujian antibodi atau antigen yang memanfaatkan
pengikatan secara langsung. RIA menggunakan label berupa senyawa
radioaktif, biasanya 125I. Pada RIA, antigen dalam sampel akan terikat pada
permukaan microplate dan akan dikenali oleh antibodi berlabel (Darwish,
2006). Immunoassay jenis ini sudah jarang digunakan karena berbahaya.
Reaksi biokimia
Contoh jenis pemeriksaan
- Electrochemiluminescence Immunoassay (ECLIA) .
Prinsip kerja: Cahaya yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi kimia
yang distimulasi oleh molekul bermuatan listrik. Berbeda dengan ELISA,
ECLIA menggunakan komplek ruthenium sebagai label dan tripropylamine
(TPA) sebagai pendonor elektron pada ruthenium (Gambar 1.20) (Cloud-
Clone corp, 2013). Reaksi chemiluminescence untuk mendeteksi kompleks
reaksi diinisiasi dengan memberikan arus listrik ke larutan sampel. Cahaya
hasil reaksi akan diukur pada panjang gelombang 620 nm.
Reaksi biokimia

Gambar. Rekasi biokimia ECLIA kompetitif


Contoh jenis pemeriksaan

- Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)


Prinsip kerja: Mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi yang
termobilisasi dalam sumur menggunakan antigen atau antibodi spesifik yang
terkonjugasi dengan enzim (Darwish, 2006). Kehadiran antigen atau antibodi
target ditandai dengan terjadinya reaksi enzimatik. Jika kompleks antigen dan
antibodi terbentuk maka susbtrat yang ditambahkan ke dalam sumur akan
diubah menjadi produk. Proses enzimatik tersebut akan mengakibatkan
terjadinya perubahan warna. Perubahan warna tersebut yang akan
dikuantifikasi menggunakan spektrofotometer atau ELISA reader. ELISA
terbagi menjadi empat jenis, yaitu langsung (direct), tidak langsung
(indirect), kompetitif, dan sandwich.
Reaksi biokimia:

Gambar. Reaksi biokimia ELISA Kompetitif


Contoh jenis pemeriksaan: tes HIV, tes kehamilan
- Immunofluorescence Assays (IFA)
Prinsip kerja: Pada IFA, antibodi spesifik yang digunakan harus
dikonjugasikan dengan pewarna fluorescent (Koivunen and Krogsrud, 2006).
IFA dapat divisualisasi menggunakan mikroskop fluorescent, fluorometer,
fluorescence scanner, atau flow cytometer

Gambar. Reaksi biokimia IFA


Contoh jenis pemeriksaan
- Aglutinasi
Prinsip kerja: Reaksi aglutinasi dapat terjadi antara antigen yang terlarut
(soluble) dengan antibodi yang tidak terlarut (insoluble) atau sebaliknya.
Antigen atau antibodi dapat dibuat menjadi tidak terlarut dengan cara
mengikatkannya pada permukaan carier seperti partikel latex (Koivunen and
Krogsrud, 2006). Penggumpalan terjadi jika molekul antigen memiliki
berbagai macam epitop yang menyebabkan ikatan silang
Contoh jenis pemeriksaan: uji konfirmasi RPHA untuk penentuan HBs Ag
- Presipitasi
Prinsip kerja: Reaksi presipitasi dapat terjadi antara antigen yang terlarut
dengan antibodi yang terlarut juga. Ketika sejumlah antibodi terlarut
dicampurkan dengan antigen terlarut maka akan terjadi interaksi antibodi-
antigen yang menyebabkan pengendapan (Koivunen and Krogsrud, 2006).
Reaksi presipitat dipengaruhi oleh jumlah epitop yang dimiliki antigen dan
jumlah antibodi yang dapat terikat pada antigen tersebut.
Contoh jenis pemeriksaan: uji CRP, uji VDRL mikro
- Fiksasi Komplemen
Prinsip kerja: Keberadaan antibodi spesifik pada serum pasien dideteksi
menggunakan antigen, komplemen, dan sel darah merah (Koivunen and
Krogsrud, 2006). Jika di dalam serum terdapat antibodi maka akan terjadi
reaksi pengikatan antara antibodi dengan antigen dalam reagen secara
spesifik. Penambahan komplemen yang terikat pada kompleks antigen-
antibodi akan membentuk sistem yang memungkinkan sel darah merah
menjadi pellet (Murphy, 2012). Jika kompleks antigen-antibodi tidak
terbentuk maka penambahan komplemen akan melisiskan sel darah merah.
Jenis immunoassay ini jarang digunakan.
Contoh jenis pemeriksaan

VIII. KESIMPULAN
IX. DAFTAR PUSTAKA
McPherson RA, Pincus MR. Henry’s. Clinical Diagnosis and
Management, 22nd Ed. Philadelphia : Elsevier Saunders ; 2011.
Brun DE. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 5th Ed. St.
Louis : Elsevier Saunders ; 2012

Anda mungkin juga menyukai