Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH INSTRUMENTASI II

Disusun oleh:
AHMAD SUKOWALUYO
NIM. P07134217003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2018
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI
PENETAPAN KADAR SO4 DALAM SAMPEL X SECARA TURBIDIMETRI
PADA SPEKTROFOTOMETER GENESYS 105 UV-VIS

I. No : II
II. Hari,tanggal : Jumat, 20 April 2018
III. Tujuan :
- Mahasiswa dapat mengoperasikan Spektrofotometer Genesys 105 UV-
VIS sesuai dengan prinsip kerja Turbidimeter dengan baik dan benar
- Mengetahui kadar SO4 dalam sampel.
IV. Dasar Teori :
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel
padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung
partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah analisa yang berdasarkan
hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya partikel yang terdapat
dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke segala arah yang
mengenainya.

Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi
konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Turbidimeter meliputi
pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap
konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk
partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran
partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter dan
nefelometer. Untuk turhidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur
sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.
Meskipun prcsisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis,
sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel.
Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter,
sedangkan nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap
konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te
dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian
halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung
koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam
dan stabil.
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan,
yaitu :

 Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap


intensitas cahaya yang datang
 Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
 Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter.
Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada
nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.

Beberapa senyawaan yang tak-dapat-larut, dalam jumlah-jumlah sedikit,


dapat disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh
suspensi yang sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari suspensi akan berbeda-
beda menurut konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui
suspensi tersebut, sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan
penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara sisanya ditransmisi (diteruskan).
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi
fase terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva
kalibrasi dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-
sifat optis suspensi dan konsentrasi fase terdispersinya paling jauh adalah semi
empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah
seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas cahaya bergantung
pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi sehingga aplikasi analitik
dapat dimungkinkan(Basset,dkk.,1994).
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan
nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur
sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.
Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis,
sedang akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap
instrument spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan
nefelometer memerlukan resptor pada sudut 90oC terhadap lintasan cahaya.
Metode nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada
konsentrasi lebih tinggi, absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi,
sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2,
tembaga ferrosianida dan sulfide-sulfida logam berat tidak demikian halnya.
Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid
biasanya digunakan untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan
stabil(Khopkar,1990).
Ketika menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui
bahwa perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel
maupun didalam larutan standar.
Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika
menggunakan kurva kalibrasi, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan


respon/konsentrasi, tetapi faktor tersebut tidak ada didalam larutan standar
(misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan
kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan
(slope) kurva kalibrasi.
2. Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau
kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada
panjang gelombang pengukuran. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap slope
kurva kalibrasi.
V. Alat dan Bahan :

Alat:
- Spektrofotometer
- Kuvet
- Pipet ukur
- Pipet volumetri
- Pipet tetes
- Labu volumetri
- Gelas beaker
- Neraca analitik
- Botol timbang
- Batang pengaduk
- Botol semprot
- Corong

Bahan:
- HCl 0,1N
- Sampel A dan Sampel B
- Larutan standard dengan adsorbansi 500ppm, 80 ppm, 40ppm, 30
ppm, 10 ppm dan 5 ppm
- Akuades
- Tisu
- Kertas saring

VI. Cara kerja :


1. Pengenceran larutan HCl 4N
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Memipet 25 mL HCL 4N menggunakan pipet ukur
c. Mengencerkan dengan menggunakan akuades hingga volume
1000ml di dalam labu ukur.
2. Pembuatan larutan induk dengan adsorbansi 500ppm
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menimbang K2SO4 sebanyak 91,7 mg.
c. Melarutkannya kedalam labu ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N.
d. Dihomogenkan.

3. Pembuatan larutan standard dengan adsorbansi dengan range konsentrasi


5 – 80 ppm (5 ppm, 10 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 80 ppm)
5 ppm a. Pipet 1 ml larutan induk SO4
500 ppm.
b. Tambahkan BaCl2 serbuk
sebanyak 200mg.
c. Melarutkannya kedalam labu
ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N
d. Dihomogenkan.

10 ppm a. Pipet 2 ml larutan induk SO4


500 ppm.
b. Tambahkan BaCl2 serbuk
sebanyak 200mg.
c. Melarutkannya kedalam labu
ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N
d. Dihomogenkan.

30 ppm a. Pipet 6 ml larutan induk SO4


500 ppm.
b. Tambahkan BaCl2 serbuk
sebanyak 200mg.
c. Melarutkannya kedalam labu
ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N
d. Dihomogenkan.
40 ppm a. Pipet 8 ml larutan induk SO4
500 ppm.
b. Tambahkan BaCl2 serbuk
sebanyak 200mg.
c. Melarutkannya kedalam labu
ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N
d. Dihomogenkan.

80 ppm a. Pipet 16 ml larutan induk SO4


500 ppm.
b. Tambahkan BaCl2 serbuk
sebanyak 200mg.
c. Melarutkannya kedalam labu
ukur 100 ml dengan HCl 0,1 N
d. Dihomogenkan.

4. Pembuatan sampel A
a. Siapkan alat dan bahan
b. Memipet 4 mL dari larutan 500ppm
c. Melarutkan dalam labu ukur sedikit demi sedikit hingga 200mL agar
larut secara sempurna, pelarut yang digunakan adalah HCl 0,1N

5. Pembuatan Sampel B
a. Siapkan alat dan bahan
b. Memipet 15 mL dari larutan 500ppm
c. Melarutkan dalam labu ukur sedikit demi sedikit hingga 250mL agar
larut secara sempurna, pelarut yang digunakan adalah HCl 0,1N
6. Pengoperasian Spektrofotometer Genesys 105 UV-VIS
a. Alat dan pereaksi yang disiapkan
1) Spektrofotometer
2) Cuvet
3) Gelas Kimia
4) Botol Semprot
5) Larutan yang akan dibaca absorbancenya
b. Hubungkan Spektrofotometer ke sumber arus
c. Nyalakan spektrofotometer dengan menggunakan tombol ON pada main
spektrofotometer
d. Tampilan program akan muncul dan memberitahukan bahwa proses
inisiasi sedang berlangsung, tunggu hingga proses selesai ditandai
dengan munculnya tulisan ready
e. Biarkan selama 15 menit untuk pemanasan, setelah itu spektrofotometet
siap digunakan
f. Atur panjang gelombangnya
g. Atur menu yang dipilih. Absorbance/Transmittan/ Consentrasi
h. Masukkan blanko aquades atau reagen ke dalam cuvet. Cuvet dilap
dengan tissue dan dibaca dengan spektrofotometer. Tekan Setting blank
i. Bilas kuvet dengan sampel. Masukkan sampel dalam kuvet
j. Kuvet dimasukkan setelah di lap dengan kertas tissue. Sisi kuvet yang
terang menghadap lubang cahaya dari spectrophotometer
k. Baca hasilnya, Lakukan sebanyak 3x
l. Setelah selesai bekrja, kuvet dikeluarkan dan dibersihkan dari pelarutnya
kemudian dikeringkan
m. Spektrofotometer dimatikan dengan mengklik tombol OFF pada main
spektrofotometer

VII. Hasil pengamatan dan perhitungan


1. Hasil pengukuran absorbansi SO4 pada Spektrofotometer Genesys 105 UV-
VIS

Ppm Abs

5,0593 0,026

10,1186 0,051

30,3559 0,1

40,4745 0,14

80,9490 0,242

2. Kurva pengukuran deret standar absorbansi SO4 pada Spektrofotometer


Genesys 105 UV-VIS

Kurva Kalibrasi SO4 Spektrofotometer


Genesys 105 UV-VIS
0.300
0.250 y = 0.0028x + 0.0182
R² = 0.9948
0.200
Axis Title

0.150
abs
0.100
Linear (abs)
0.050
0.000
0.0000 20.0000 40.0000 60.0000 80.0000 100.0000
Axis Title
3. Hasil Pembacaan sampel … pada Spektrofotometer Genesys 105 UV-VIS
Nilai Absorbansi
Panjang Gelombang
1 2 3
480 nm 0,063 0,063 0,063

Kadar SO4 dalam sampel dapat diketahui dengan memasukkan nilai


absorbansi yang didapat dari pengukuran absorbansi sampel menggunakan
Spektrofotometer Genesys 105 UV-VIS kedalam persamaan berikut yang
diperoleh dari kurva kalibrasi

y = 0,002x + 0,018
0,063 = 0,002x + 0,018
0,002x = 0,063-0,018
0,002x = 0,045
X = 22,5 ppm

*Keterangan :
y = rata – rata ketiga nilai adsorbansi sampel
x = konsentrasi sampel (ppm)

VIII. Pembahasan
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel
padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung
partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah analisa yang berdasarkan
hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya partikel yang terdapat
dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke segala arah yang
mengenainya.
Praktikum kali ini yaitu penetapan kadar SO4 dalam sampel B secara
turbidimetri pada spektrofotometer 5,0593 Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, hasil dari pengukuran absorbansi SO4 pada Spektrofotometer genesys
105 UV-VIS adalah sebagai berikut : hasil dari 5,0593 ppm yaitu 0,026 A, 10,1186
ppm yaitu 0,051 A, 30,3559 ppm yaitu 0,1 A, 40,4745 ppm yaitu 0,14 A, dan hasil
dari 80,9490 ppm yaitu 0,242 A. Maka dapat diperoleh kurva kalibrasi SO4
spektrofotometer genesys 105 UV-VIS yang naik. Sedangkan hasil pembacaan
sampel B pada Spektrofotometer Genesys 105 UV-VIS dengan panjang
gelombang 480 nm pada ketiga percobaan yaitu 0,063A. Dengan demikian dapat
dihitung kadar SO4 dalam sampel dapat diketahui dengan memasukkan nilai
absorbansi yang didapat yaitu 22,5 ppm.

IX. Kesimpulan
Kadar SO4 dalam sampel diperoleh sebesar 22,5 ppm

X. Daftar pustaka
http://lehaw.blogspot.co.id/2012/02/turbidimetri.html

Yogyakarta, 28 April 2018


Pembimbing Praktikan

AHMAD SUKOWALUYO
NIM.P07134217003

Anda mungkin juga menyukai