Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM IMMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLYSIN O (ASTO)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Immunoserologi

KELOMPOK 8

ANGGOTA :

1. Cepi Handi 20119137


2. Tiara Azka Nadya Utami 20119138
3. Warda Chermayati Magistri 20119140
4. Suci Rahmani 20119142
5. Siti Rohmah 20119143

TLM 2C

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. PENDAHULUAN
Suatu infeksi oleh β-hemolitic Streptococcus grup-A akan merangsang beberapa Ab,
baik terhadap beberapa produk ekstraseluler dari kuman (streptolisin, hialuronidase,
streptokinase, DNA ase) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman cell
surface membrane antigen (CSMA). Ab terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan
terjadinya kelainan pada jantung (endokardium) penderita demam rematik atau ginjal
penderita glomerulonefritis (Mindarti.,dkk.2010). Pemeriksaan antibodi streptokokus
mendeteksi adanya antibodi terhadap berbagai antigen yang dihasilkan oleh streptokokus
grup A. Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan kadar Anti streptolisin O (ASO), kadarn
antideoksiribonuklease-B (anti DnaseB) dan streptozyme test. Penetapan kadar Anti
streptolisin O merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan apakah sebelumnya pernah
terinfeksi oleh streptokokus grup A yang menyebabkan komplikasi penyakit post
streptokokus (Mindarti.,dkk.2010).
Adanya antibody yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai sebagai
ASO biasanya mulai meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila infeksi kemudian
mereka, maka titer ASO akan kembali normal setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak
menurun, suatu infeksi ulangan mungkin terjadi (Bratawidjaya K G, 2012).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Streptococcus adalah bakteri gram positif yang khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Spesies yang virulen mungkin menghasilkan
kapsul yang terdiri dari acid hialuronik danprotein M, habitat dari spesies ini ialah saluran
pernapasan atas (rongga hidung dan faring). Antar infeksi-infeksi yang di sebabkan oleh
spesies ini adalah demam scarlet, faringitis, impetigo, demam rheumatic, dan lain-lain.
Streptococcus dikelaskan berdasarkan morfologi koloni, sifat biokimia, kespesifikan
serologi dan sifat hemolisis pada agar darah. Beberapa zat antigen yang ditemukan di dalam
Streptococcus, yaitu (Brooks, 1996) :
1. Antigen dinding sel spesifik-golongan Terdapat dalam dinding sel pada banyak
Streptococcus dan merupakan dasar penggolongan serologic. Spesifik serologic dari
karbohidrat spesifik golongan ditentukan oleh gula amino.
2. Protein M Zat ini adalah faktor virulensi utama dari Streptococcus pyogenes golongan
A. Protein ini juga memudahkan perlekatan sel pada epitelepitel inang. Protein ini
nampak sebagai bentuk yang mirip rambut pada dinding sel Streptococcus.
C. PRINSIP
Aglutinasi latex menggunakan partikel lateks yang dilapisi streptolisin O, kemudian
partikel tersebut direaksikan dengan serum sampel. Adanya anti streptolisin O dalam serum
sampel dinyatakan dengan terjadinya aglutinasi dari partikel tersebut.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Slide test
 Rotator
 Mikropipet
 Yellow tip
Bahan :
 Lidi
 Sampel
 Control positif
 Control negative
 Reagen latex
 Tisu

E. BATASAN PROSEDUR
-
F. KARAKTERISTIK KIT
1. AIM ASO Reagent telah dievaluasikan pada 70 pasien dari berbagai rumah sakit.
Telah dilakukan perbandingan test kualitatif dengan reagen latex lainnya dan
diperoleh kesesuaian 90%. Hasil yang tidak sesuai adalah yang mempunyai titer
mendekati limit senstifitas reagen. Terdapat kesesuaian pada hasil dengan titer
tinggi (250 IU/ml).
2. Pemeriksaan pada 10sampel diperoleh tingkat akurasi 100%.

G. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melalukan pemeriksaan ASO latex yaitu :
a. Reagen dan sampel harus di kondisikan pada suhu ruang
b. Reagen yg digunakan harus dihomogenkan terlebih dahulu
c. Penetesan reagen harus secara vertical dan ujung pipet tidak boleh menyentuh
slide pemeriksaan
H. CARA PENYIMPANAN REAGEN
a. Reagen stabil hingga tanggal kedaluwarsa yang tertera pada label jika disimpan
dengan baik (pada suhu 2-8ºC). jangan dibekukan.
b. Ketika mengocok reagen ASO latex, jangan sampai terbentuk gelembung
c. Jangan menggunakan reagen latex dan control jika telah terkontaminasi.

I. SAMPEL
a) Jenis sampel : serum
b) Cara pengambilan sampel
1) Diasiapkan alat dan bahan.
2) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan pasien
senyaman mungkin.
3) Minta pasien meluruskan lenganya, pilih tangan yang banyak melakukan
aktivitas.
4) Minta pasien untuk mengepalkan tangannya.
5) Dipasangkan turniket kira-kira 10 cm diatas lipatan siku.
6) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Dilakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena. Apabila vena teraba seperti sebuah pipa kecil,
elastic dan memiliki dinding tebal.
7) Jika vena tidak teraba, dilakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan.
8) Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan jangan
dipegang lagi.
9) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum
telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit
(flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu turniket dilepas.
10) Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil ± 2 kali jumlah serum atau plasma
yang diperlukan untuk pemeriksaan.
11) Diletakan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan / tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat lalu plester selama ± 15 menit.
12) Lalu darah akan di centrifuge dan di ambil serum nya.

a) Syarat sampel
 Spesimen dapat berupa serum ataupun plasma EDTA.
 Sentrifuge sampel dengan kecepatan 1000-1200 x g selama 5 menit pada suhu
ruangan.
 Simpan serum di suhu refrigerator (20 - 80 ) jika pemeriksaan ditunda. Jika
pemeriksaan ditunda lebih dari 5 hari, spesimen dibekukan pada suhu - 200
atau lebih rendah. Hindari pengulangan freeze-thawing spesimen. Spesimen
harus berada di suhu 23ºC-29ºC; 730 -850 F pada saat pemeriksaan dilakukan.

J. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Uji kualitatif
1) Simpanlah reagen dan sampel pada suhu ruang.
2) Teteskan 50 µl sampel, 50 µl control positif dan 50 µl control negative pada
lingkaran slide.
3) Tambahkan 1 tetes reagen ASO latex pada masing-masing control dan
sampel.
4) Aduk campuran tersebut menggunakan batang pengaduk.
5) Homogenkan dan baca hasilnya dalam 2 menit.
2. Semi kuantitatif
6) Sediakan 5 lingkaran test.
7) Pipet 1 tetes (50 µl) NaCl 0,85% dan letakkan diatas masing-masing pada
lingkaran 2, 3, 4, 5 dst.
8) Pipet 50 µl sampel diatas lingkaran pertama dan kedua.
9) Selanjutnya buat pengenceran 2 lipat ganda.
10) Masing – masing pengenceran dicampur 5 sampai dengan 6 kali (supaya
homogen), hindari terjadinya gelembung.
11) Pada lingkaran ke 5 buang 50 µl.
12) Dengan menggunakan mixing stick lebarkan sampel yang telah diencerkan
tersebut ke seluruh daerah tes. Dimulai dari pengenceran tertinggi, gunakan
stick yang berbeda.
13) Simpan pada automatic rotator selama 1 menit 100 rpm.

K. INTERPRETASI HASIL

Positif : terbentuk aglutinasi pada slide (setara dengan 200 IU/ml)


Negative : tidak terbentuk aglutinasi

L. PEMBAHASAN
Streptococcus adalah bakteri gram positif; mereka memiliki beberapa kelompok
imunologi yang diberi kodehuruf A-H dan K-O. Organisme ini menghasilkan enzim
dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang sama yaitu streptolysin O,
toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan hemolisis sel darah merah (Tarek
Hammad,dkk.,2014). Menurut Emiliano Chiarot (2013), Streptolysin O adalah racun yang
diproduksi oleh pori-pori kelompok StreptococcusA. Praktikum pemeriksaan ASTO
bertujuan untuk menentukan anti streptolisin secara kualitatif pada serum. Metode yang
digunakan adalah metode slide aglutinasi,dimana prinsip pemeriksaan ini adalah sampel
yang mengandung ntibodi anti streptolisisn O dicampur dengan partikel latex yang dilapisis
dengan streptolisin O akan membentuk aglutinasi.
Pada praktikum pemeriksaan ASTO kali ini, praktikan menggunakan sampel serum
yang berasal dari sampel mahasiwa. Sampel serum ini yaitu berwarna kekuningan dengan
volume sekitar 2 ml. Hal pertama yang dilakukan praktikan untuk tes ASTO ini yaitu
meneteskan reagen ASTO latex ke 3 slide pemeriksaan berwarna hitam. Dalam
penetesannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak menyentuhkan reagen yang keluar ke
permukaan slide secara langsung, melainkan membiarkannya jatuh langsung ke
permukaan sehingga volume yang dikeluarkan dari botol reagen sesuai dan konstan.
Kemudian diteteskan kontrol positif (+) dan negatif (-) serta sampel serum masing-
masing sebanyak 50 μ. Penetesannya dilakukan disamping reagen ASTO latex tadi
sehingga antara reagen, control dan serum tidak tercampur langsung, sebab jika saat
penetesan reagen dan control atau serum tercampur langsung maka dapat menyebabkan
reagen langsung bereaksi dengan control atau serum tersebut sehingga waktu dalam
penghomogenannya tidak sesuai dan dapat menyebabkan hasil positif palsu. Setelah itu,
dihomogenkan campuran tadi dengan tusuk gigi bersih hingga membentuk lingkaran
berdiameter 3 cm selama 5 detik. Lalu digoyangkan slide secara konstan selama 2 menit
dan diamati hasilnya dengan cara membandingkan hasil yang dibentuk oleh serum dengan
kontrol (positif dan negatif).
Pada praktikum, didapatkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya aglutinasi
(penggumpalan) berupa pasir-pasir halus. Dikarenakan hasil yang didapat adalah positif
aglutinasi, maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap semi kuantitatif dimana pada
langkah semikuantitatif ini dilakukan pengenceran terhadap serum yakni 1/2,1/4,1/8 dan
1/16.Kadar ASTO yang tinggi dapat dikarenakan ketika terjadi infeksi
streptococcus secara berulang kali, tidak dilakukan pengobatan, infeksi berulang
biasanya menghasilkan titer berkelanjutan atau terus meningkat. Selain itu kadar ASTO
yang tinggi dapat pula disebabkan oleh populasi yang berbeda di lokasi geografis yang
berbeda terdapat perbedaan yang signifikan dalam titer antibodi sehingga hal ini dapat
dikaitkan dengan kondisi iklim masing-masing.
Kadar ASTO tinggi dapat terlihat pada karditis rematik akut yang dikarenakan
selang waktu antara infeksi streptococcus dan terjadinya karditis yang memungkinkan
ASTO untuk mencapai tingkat puncaknya. Di sisi lain, pada pasien dengan chorea ketika
gerakan choreic, antibodi ASTO menurun karena periode latency lebih panjang antara
infeksi streptococcus dan manifestasi klinis. Kadar ASTO yang tinggi tidakcukup untuk
mendiagnosa terjadinya demam rematik akut sehingga harus dipertimbangkan ketika
mendiagnosis gejala rematik berulang.
Pemeriksaan ASTO hanya memberi petunjuk bahwa terjadi infeksi oleh
streptokokus. Streptolisin O bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASTO
umumnya berdasarkan sifat ini. Penetapan ASTO tidak bisa melakukan
pemeriksaan langsung dengan melihat bakteri streptokokus, pemeriksaan ini harus
menggunakan cairan sendi. Dimana harus dilakukan pemeriksaan makroskopik dilihat
organoleptis cairan, pemeriksaan mikroskopik dilakukan hitung jumlah lekosit. Bila
jumlah sel banyak dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan wright. Pada penderita, jumlah
lekosit akan meningkat, peningkatan tersebut tergantung dari jenis peradangan.

M. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa yang dimaksud dengan Antistreptolisin?
Jawaban:
Anti-streptolysin O adalah antibodi yang dibuat untuk melawan streptolysin O,
suatu eksotoksin hemolitik streptokokus yang labil terhadap oksigen yang
diproduksi oleh sebagian besar galur grup A dan banyak galur grup C dan bakteri
Streptokokus G
2. Berapa kadar ASTO normal?
Jawaban:
Nilai rata-rata kadar ASO adalah 268,57 IU/ml. Dengan demikian kadar ASO
me- nunjukkan bahwa tubuh bereaksi terhadap infeksi streptokokus β hemolitikus
grup A yang merupakan salah satu penyebab infeksi saluran napas atas, terutama
pada anak-anak.
3. Apa fungsi pemeriksaan ASTO?
Jawaban:
Untuk mengetahui antibodi terhadap streptolisin O yang di hasilkan oleh
Streptococcus grup A.
4. Apa metode yang digunakan untuk pemeriksaan ASTO?
Jawaban:
Metode pengambilan sampel menggunakan metode Accidental sampling.
Pemeriksaan sampel dilakukan menggunakan metode lateks test berdasarkan
aglutinasi antigen dan antibodi. Hasil penelitian menunjukkan dari 60 sampel hasil
pemeriksaan ASTO yang positif berjumlah 45 orang (75%) dan yang negatif
sebanyak 15 orang (25%).
5. Apa itu ASTO positif?
Jawaban :
ASTO dinilai bermakna bila titernya > 200. Biasanya bakteri tersebut
menyebabkan infeksi pada tonsil/amandel. Namun, yang dikhawatirkan dari kadar
ASTO yang terus menerus tinggi (positif) adalah adanya komplikasi ke jantung dan
ginjal.

N. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan pada praktikum kali ini, didapatkan hasil positif pada sampel yang
diperiksa. Karena pada sampel ini terjadi aglutinasi, dimana jika terjadi aglutinasi maka itu
positif terkena toksin yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus.
O. DAFTAR PUSTAKA
- Ani, PurbaniSyafitriani. 2012. ASTO Anti-Streptolisin O. Gandhahusada: Bandung
- Nina Miyora Situmorang, Veronica. 2013. Laporan Praktikum Imunologi.
Erlangga : Jakarta
- Handojo, Indro. 1982. Serologi Klinik. Surabaya : Fakultas Kedokteran UNAIR.
- Nirwana, Ardy Prian. 2012. Streptococcus sp.Widya Husada : Surabaya.
- Anggriani Fusvita & Susanti. Gambaran Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO)
Pada Penderita Penyakit Jantung Di RSUD Kota Kendari. Vol. 2 No. 1 (2017) :
Jurnal Analis Kesehatan Kendari.
- Sri Apriliani, dkk. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASTO) Sebagai Penanda Infeksi
Streptococcus Hematoliticus Di RSUD Kendari Dan RSUD Bahteramas.
- Bratawidjaya K G, 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Brooks, Geo. F, dkk. 2005.
- Mikrobiologi Kedokteran Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.EGC. Handojo, Indro.
1982.
- Serologi Klinik. Surabaya : Fakultas Kedokteran. UNAIR
Mindarti.,dkk.2010.Hubungan Antara Kadar Anti Streptolisin-O Dan Gejala Klinis
Pada Penderita Tonsilitis Kronis.
- Bisno AL. Medical progress: group A streptococcal infections and acute rheumatic
fever. N. Engl. J. Med. 1991;325:783–793.
- Cunningham, M.W. (2000). Pathogenesis of group A streptococcal infections.
Clinical Microbiology Journal. 13:470-511.
- Danchin, M.H., Rogers, S., Kelpie, L., Selvaraj, G., Curtis, N., Carlin, J.B., Nolan,
T.M. and Carapetis, J.R. (2007). Burden of acute sore throat and group A
streptococcal pharyngitis in school-aged children and their families in Australia.
Pediatrics 120 (5):950-7.
- Depkes RI, (2009)“Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah.”Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
- Hasnul M, Najiman, Yanwirasti. 2015. Karasteristik Pasien Penyakit Jantung
Rematik yang Dirawat Inap di RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(3): 894- 900.
- Manandhar A, Shah Y, and Shrestha J (2013). Study on the Prevalence of Beta
Haemolytic Streptococcus Among School Children. Journal of Nepal Paediatric
Society 33(1):45 – 47.
- Periwal KL, Gupta BK, Panwar RB, Khatri PC, Raja S. and Gupta R. (2006).
Prevalence of rheumatic heart disease in school children in Bikaner: an
echocardiographic study. AssocPhysicians India. 54:279-82.

P. GLOSARIUM
- ASO : Anti streptolisin O (ASO) adalah suatu antibodi yang di bentuk oleh tubuh
terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh β-hemolitik
Streptococcus A group A.
- Streptococcus : Bakteri gram positif berbentuk coccus dan memiliki susunan seperti
rantai bulat-bulat.
- Faringitis : peradangan pada tenggorokan atau faring
- Demam rematik : Penyakit peradangan, yang merupakan komplikasi dari radang
tenggorokan akibat infeksi Streptococcus.
- Impetigo : Suatu infeksi kulit yang sangat menular yang menyebabkan luka merah
pada wajah.
- Anti streptolisin O (Asto) : antibodi yang dapat menghasilkan berbagai produk
ekstraseluler yang mampu merangsang antigen.

Anda mungkin juga menyukai