Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

Oleh :
AGMEL FORTUNA
YORINTIVA ZALENIA

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadap Allah SWT karena berkat
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN
HEMOGLOBIN” tepat pada waktunya.

Makalah ini penyusun susun untuk melengkapi tugas matakuliah


Pengendalian Mutu selain itu untuk mengetahui dan memahami bagaimana
pengendalian mutu pada pemeriksaan hemoglobin. Penyusun mengucapkan terima
kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Desember, 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Definisi Hemoglobin............................................................................... 3
2.2 Sampel Pemeriksaan Hemoglobin........................................................... 3
2.3 Pengawet pemeriksaan hemoglobin ....................................................... 4
2.4 Batas waktu pemeriksaan darah EDTA................................................... 4
2.5 Kesalahan yang ditemukan saat pengambilan sampel ............................ 5
2.6 Metode pemeriksaan hemoglobin ........................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 8
3.2 Saran ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoglobin (Hb) adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah yang merupakan suatu protein tetrameric eritrosit yang mengikat molekul
bukan protein yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
merupakan unsur yang sangat penting bagi tubuh seseorang karena berperan dalam
pengangkutan oksigen dan karbondioksida. Kadar normal hemoglobin dalam darah
perempuan adalah 14,0 g/dl dan pada laki-laki adalah 15,5 g/dL. Kadar hemoglobin
normal pada perempuan dengan umur >12 tahun adalah 12-16 g/dl (Kiswari, 2014).
Hemoglobin memiliki peran penting untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh
sebagai zat pembakar untuk menghasilkan energi, sehingga kadar hemoglobin
menggambarkan produktivitas dari seseorang. Hemoglobin yang normal
mengidikasikan bahwa pasokan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh juga berjalan
dengan baik, sehingga tubuh juga menjadi lebih bugar, semangat belajar menjadi
meningkat dan tidak terjadi hamabatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Fungsi pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui apakah seseorang mengalami
kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan mengukur kadar Hb. Penurunan
kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang disebut dengan
anemia. Adanya anemia biasanyan juga disertai dengan jumlah eritrosit yang
menurun dan nilai hematokrit dibawah rendah (Kiswari, 2014).
Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi Hb atau
hematokrit (Hb). Ini adalah kondisi yang sangat umum dan sering merupakan
komplikasi dan penyakit lainnya. Secara klinis, diagnosis anemia atau kadar Hb yang
didadasarkan pada warna kulit dan mukosa yang terlihat pucat, tidak dapat
diandalkan. Penentuan kadar Hb yang benar merupakan hal yang penting dan telah

1
menjadi salah satu tes rutin yang dilakukan pada hampir setiap pasien (Kiswari,
2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari Hemoglobin ?
2. Apa saja sampel yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hemoglobin ?
3. Kapan batas waktu pemeriksaan darah yang sudah diberi antikoagulan
EDTA ?
4. Apa saja metode pemeriksaan kadar Hemoglobin ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari Hemoglobin.
2. Untuk mengetahui apa saja sampel yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
kadar Hemoglobin.
3. Untuk mengetahui batas waktu pemeriksaan darah yang sudah diberi
antikoagulan.
4. Untuk mengetahui apa saja metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan
kadar Hemoglobin.

1.4 Manfaat Penulisan


Sebagai sarana belajar untuk dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibidang Pengendalian
Mutu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hemoglobin


Hemoglobin (Hb) adalah komponen utaman dari sel darah merah (eritrosit),
merupakan protein terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Ketika telah sepenuhnya jenuh, setiap gram Hb mengikat 1,34
mL O2. Masa sel darah merah orang dewasa yang mengandung sekitar 600 g Hb,
mampu membawa 800 mL O2. Molekul HbA terdiri dari dua pasang rantai
polipeptida (disebut “globin”) dan 4 kelompok heme mengandung atomferro (FE 2+).
Setiap kelompok heme terletak dalam saku atau lipatan pada salah satu rantai
polipeptida. Heme bersifat refelsibel, dapat bergabung dengan satu molekul O2 atau
CO2 terletak pada permukaan molekul. Fungsi utama Hb adalah untuk mengangkut
O2 dari paru-paru, dimana tekanan O2 tinggi sedangkan pada jaringan, tekanannya
rendah. Pada tekanan O2 100 mmHg dalam kapiler paru, 95-98% Hb mengikat O 2.
Dalam jaringan, dimana tekanan O2 sekitar 20 mmHg, mudah terjadi pelepasan O2
dari Hb, dalam hal ini kurang dari 30% O2 akan tetap ada dalam Hb. Ketika setiap
kelompok heme berikatan dengan satu molekul O 2, Hb disebut sebagai
Oksihemoglobin (HbO2). Ketika besi ferro peroksidasi menjadi ferri, terbentuk
methemoglobin (Hemoglobin, Hi), dan molekul kehilangan kemampuannya untuk
membawa O2 atau CO2 karena besi dalam bentuk ferri tidak dapat mengikatnya
(Kiswari, 2014).

2.2 Sampel Pemeriksaan Hemoglobin


Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Hemoglobin adalah darah vena.
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti. Pada bayi
vena jugularis superficialis dapat digunakan atau juga dapat digunakan darah dari
sinus sagittalis superior (Gandasoebrata, 2010).

3
2.3 Pengawet Pemeriksaan Hemoglobin
Kalium Etilen Diamin Tetraasetat (K3EDTA). EDTA biasanya tersedia sebagai
bubuk garam di-kalium (K2) atau cair tri-kalium (K3). Kalium etilen diamin tetraasetat
(K3EDTA) adalah jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam
pemeriksaan laboratorium hematologi, yang mencegah koagulasi dengan mengikat
kalsium. EDTA tidak digunakan untuk pengujian koagulasi karena mempengaruhi
fungsi trombosit. Cara kerja EDTA yaitu dengan mengikat ion kalsium sehingga
terbentuk garam kalsium yang tidak larut. Takaran pemakaiannya 1-1,5 mg EDTA
untuk setiap mL darah. EDTA dalam bentuk kering direkomendasikan karena EDTA
cair akan menyebabkan nilai hemoglobin rendah, hitung eritrosit, leukosit dan
trombosit rendah, demikian pula nilai hematokrit. EDTA adalah zat aditif dalam
tabung bagian penutup warna lavender (ungu). Meskipun EDTA semakin banyak
digunakan untuk tes bank darah, namun digunakan terutama untuk pengujian darah
lengkap atau tes hematologi lainnya karena dapat mempertahankan morfologi sel dan
menghambat agregasi trombosit dengan lebih baik daripada antikoagulan lainnya.
Spesimen EDTA harus dicampur segera setelah pengumpulan untuk mencegah
penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan mikro. Cara pencampuran dengan
inversi (dibolak balik) sebnayak 8-10 kali (Kiswari, 2014).

2.4 Batas Waktu Pemeriksaan Darah EDTA


Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya
kalau perlu boleh disimpan dalam lemari es (4ºC). Darah EDTA yang disimpan pada
4ºC selama 24 jam memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi. Untuk pembuatan
sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam.
Pada umumnya, darah EDTA dapat disimpan 24 jam di dalam lemari es tanpa
mendatangkan penyimpangan yang bermakna, kecuali untuk jumlah trombosit dan
nilai hematokrit (Gandasoebrata, 2010).

4
2.5 Kesalahan Yang Ditemukan Saat Pengambilan Sampel
Kesalahan lazim dalam memperoleh darah vena menurut Gandasoebrata (2010),
yaitu :
1. Menggunakan semprit dan jarum yang basah.
2. Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras, akibatnya
ialah hemokonsentrasi.
3. Terjadinya bekuan dalam semprit karna lambatnya bekerja.
4. Terjadinya bekuan didalam botol karena tidak dicampur semestinya dengan
antikoagulan yang digunakan.

2.6 Metode Pemeriksaan Hemoglobin


Ada beberapa metode atau cara untuk menetapkan nilai Hb menurut Kiswari
(2014), diantaranya :
1. Cara Tallquist
Prinsip pemeriksaan metode ini adalah dengan membandingkan darah asli
dengan suatu skala warna yang bergradasi mulai dari warna merah muda sampai
warna merah tua (mulai 10-100%). Ada 10 gradasi warna dan setiap tahapan
berbeda 10%. Pada bagian tengah skala warna, terdapat lubang, untuk
memudahkan dalam membandingkan warna. Cara tallquist kini sudah
ditinggalkan karna tingkat kesalahannya mencapai 30-50%.
2. Cara Cu-Sulfat
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar hemoglobin, terkait untuk
mendapatkan donor yang cocok dan sehat, dalam hal ini menjadi tanggung jawab
teknisi yang bekerja dibidang tranfusi darah.
Prinsip dari metode ini adalah test kualitatif berdasarkan berat jenis. Darah
donor turun kedalam larutan tembaga sulfat (Cu-sulfat) dan terjadi terbungkus
dalam kantung tembaga proteinate, yang mencegah setiap perubahan dalam berat
jenis sekitar 15 detik. Jika hemoglobin sama dengan atau lebih dari 12,5 gram/dl,
maka akan tenggelam dalam waktu 15 detik, yang berarti donor dapat diterima.

5
3. Cara Sahli
Prinsip dari metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara
visual. Darah diencerkan dengan larutan HCL sehingga hemoglobin berubah
menjadi asam hematin. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin, dilakukan
dengan mengencerkan campuran larutan tersebut dengan aquadest sampai
warnanya sama dengan warna standar ditabung gelas. Pada metode ini, tidak
semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, dan sulf hemoglobin. Penyimpangan hasil pemeriksaan cara
visual ini sampai 15-30%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks
eritrosit. Selain cara sahli, ada pula cara cara lain yang berdasarkan kolorimetri
dengan hematin asam. Diindonesia, cara sahli ini masih banyak digunakan
dilaboratorium- laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter.
Namun demikian, yang banyak dipakai dilaboratorium klinik adalah cara-cara
fotoelektrik dan kolorimetrik visual.
4. Cara fotoelektrik kolorimeter, terdiri atas tiga yaitu :
a. Metode Cyanmethemoglobin
Memiliki prinsip yaitu darah diencerkan dalam larutan kalium sianida dan
kalium ferri sianida. Kalium ferri sianida mengoksidasi Hb menjadi Hi
(methemoglobin) dan kalium sianida menyediakan ion sianida (CN -) untuk
membentuk HiCN yang memiliki penyerapan maksimum yang luas pada
panjang gelombang 540 nm. Absorbansi larutan diukur dalam
spektofotometer pada panjang gelombang 540 nm dan dibandingkan dengan
larutan standar HiCN.
Pada metode Cyanmethemoglobin memiliki cara yaitu : pipet 5 mL
larutan drabkin lalu tambahkan 20 µL darah, kelebihan darah diluar pipet
dihapus dengan kain kasa. Homogenkan lalu inkubasi selama 3 menit dan
baca di spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
b. Metode Oksihemoglobin
Metode HbO2 adalah metode yang paling sederhana dan paling cepat
untuk semua metode yang menggunakan fotometer. Kerugiannya adalah

6
tidak memungkinkan untuk menyiapkan HbO2 dalam keadaan stabil,
sehingga kalibrasi terhadap peralatan harus selalu dilakukan secara teratur
menggunakan larutan HiCN atau standar sekunder darah. Keandalan metode
ini adalah tidak dipengaruhi oleh meningkatnya bilirubin dalam plasma
secara moderat, tetapi hasilnya akan dipengaruhi oleh adanya HbCO, Hi, atau
SHb.
c. Cara Alkali hematin
Cara ini sebenarnya menetapkan total Hb baik dari carboxyhemoglobin,
methemoglobin atau sulfhemoglobin. Cara ini kurang teliti bila
dibandingkan dengan cara cyanmethemoglobin dan oxyhemoglobin.
5. Cara automatik (misalnya : Cell Dyn), merupakan alat pemeriksaan
hematologi di laboratorium patologi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hemoglobin (Hb) adalah komponen utaman dari sel darah merah (eritrosit),
merupakan protein terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Pada pemeriksaan hemoglobin terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan, yaitu : metode tallquist, metode sahli, metode Cu-Sulfat,
metode fotoeletrik kolorimeter dan metode automatik.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat membuat kita mengerti tentang berbagai macam
metode pemeriksaan Hemoglobin. Serta diharapkan dengan adanya makalah tentang
“Pemeriksaan Hemoglobin” ini dapat berguna dan menambah pengetahuan pembaca
secara umum serta dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi penulis
tentang pemeriksaan Hemoglobin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kiswari, R. 2014. Hematologi & Transfusi. Erlangga. Jakarta.


Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai