Hemoglobinopati
Oleh:
Supervisor Pembimbing:
Dr. Saraswati W Hartono, Sp.PK
Penulis
ii
HALAMAN PENGESAHAN
“Hemoglobinopati”
Oleh :
Mengetahui,
iii
DAFTAR ISI
JUDUL..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Definisi.............................................................................................................1
B. Hemoglobin......................................................................................................1
C. Etiologi...........................................................................................................10
D. Epidemiologi..................................................................................................10
BAB II ASPEK PEMERIKSAAN LABORATORIUM.......................................11
A. Patomekanisme...............................................................................................11
E. Manifestasi Klinis...........................................................................................13
F. Pemeriksaan Laboratorium.............................................................................15
BAB III DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING..........................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23
iv
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.......................................................................................................................10
Tabel 2.......................................................................................................................16
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.....................................................................................................................4
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi1
hemoglobin akibat mutasi di dalam atau didekat gen globin. Mutasi gen globin ini
B. Hemoglobin2,3
1. Definisi
Darah terdiri dari dua komponen, yakni komponen cair yang disebut
plasma dan komponen padat yaitu sel-sel darah. Sel darah terdiri atas tiga
jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit memiliki fungsi yang
mengikat molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut
vi
karbondioksida dan proton dari jaringan perifer ke organ respirasi. Jumlah
oksigen ke seluruh jaringan tubuh juga akan menurun dan tubuh menjadi
konjugat protein. Inti Fe dan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin)
(zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta, gama, dan delta). Heme
adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedangkan globin adalah
protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel
pembawa oksigen dari paru- paru keseluruh sel-sel tubuh. Setiap orang harus
memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah
yang terdiri dari globin dan heme terdiri dari cincin porfirin dengan satu atom
besi (ferro). Globin terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu 2 rantai polipeptida
alfa dan 2 rantai polipeptida beta. Rantai polipeptida alfa terdiri dari 141 asam
amino dan rantai polipeptida beta terdiri dari 146 asam amino.
vi
2. Struktur Hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme suatu molekul organik
dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan
yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA)
dengan porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan ikatan
memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi
Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri
dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang
disebut protoporfirin terbentuk dar iempat cincin pirol yang dihubungkan oleh
jembatan meterna membentuk cincin tetrapirol. Empat gugus mitral dan gugus
vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini.
3
Gambar 1. Struktur Hemoglobin
Struktur Hb terdiri atas empat grup heme dan empat rantai polipeptida
dengan total asam amino sebanyak 574 buah. Rantai polipeptidanya terdiri
atas dua rantai α dan dua rantai β dengan masing-masing rantai berikatan
dengan satu grup heme. Pada setiap rantai α terdapat 141 asam amino dan
setiap rantai β terdapat 146 asam amino. Pada pusat molekul terdapat cincin
heterosiklik yang dikenal dengan nama porfirin. Porfirin terbentuk dari empat
cincin pirol yang dihubungkan oleh suatu jembatan untuk membentuk cincin
tetrapirol. Pada cincin ini terdapat empat gugus mitral dan gugus vinil serta
dua sisi rantai propionol. Porfirin yang menahan satu atom Fe disebut dengan
nama heme. Pada molekul heme inilah Fe dapat melekat dan menghantarkan
4
Hemoglobin manusia dewasa terutama terdiri atas hemoglobin
A (HbA1), serta sedikit hemoglobin F (HbF) dan hemoglobin A2 (HbA2).
Globin hemoglobin dewasa (HbA1) adalah kombinasi antara 2 rantai globin-α
dengan 2 rantai globin-β, membentuk tetramer α2β2. Rantai globin-α
tersusun dari 141 asam amino, sedangkan rantai globin-β tersusun dari 146
asam amino. Hemoglobin F (HbF) adalah hemoglobin yang mempunyai 2
pasang rantai polipeptida, yaitu 2 rantai globin-α dan 2 rantai globin-ƴ
membentuk tetramer α2β2, sedangkan hemoglobin A2 (HbA2) mempunyai 2
rantai globin-α dan 2 rantai globin-δ membentuk tetramer α2δ2.
4. Perkembangan Hemoglobin
Hemoglobin F merupakan Hb utama pada masa janin, sedangkan pada
masa dewasa kadar HbF hanya ≤ 1%, dan kadar HbA2 ≤ 3,5%. Pada
perkembangan awal embrio, dibentuk Hb embrional, yaitu kombinasi antara
rantai globin- ζ dengan globin-ƴ (Hb Portland ζ2ƴ2) atau antara globin-ζ
dengan rantai globin-ε (Hb Gower1 ζ2ε2), atau antara rantai globin-α dengan
rantai globin-ε (Hb Gower 2, α2ε2). Dalam perkembangannya komposisi
produk hemoglobin manusia mengalami 2 tahap peralihan. Peralihan pertama,
saat 3 bulan pertama kehamilan eritrosit mengandung Hb
embrionik,kemudian berubah sampai dan selama 6 bulan
terakhir kehamilan eritrosit beralih menjadi lebih banyak mengandung Hb
fetus (HbF).
Peralihan kedua, terjadi saat periode perinatal, Hbfetus berubah
menjadi Hb dewasa, dan proses ini selesai pada saat pertengahan tahun
pertama kehidupan ekstrauterin.
Penting untuk diingat bahwa perubahan sintesis jenis hemoglobin
tersebut ditentukan oleh perkembangan maturitas janin dan bukan
karena perubahan tempat terjadinya Oleh karena itu, Thalassemia
β mayor bermanifestasi klinis pada usia sekitar 6 bulan karena rantai globin
β merupakan komponen utama Hb dewasa (HbA1) dan sama sekali bukan
2
komponen Hb masa janin ataupun masa embrio. Berbeda dengan
Thalassemia α yang berat bermanifestasi klinis pada masa janin karena
rantai globin α sudah diproduksi sejak masa janin dan merupakan komponen
utama Hb masa janin (HbF: α dan γ).
5. Jenis-jenis Hemoglobin
Molekul hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai globin identic yang
berasal dari kromosom yang berbeda. Beberapa jenis hemoglobin yang dapat
Hemoglobin Adult (HbA) tersusun atas dua rantai α dan dua rantai ꞵ.
pula sebagian kecil HbA2 (2%-3%) dan HbA1. HbA2 tersusun atas dua
rantai α dan dua rantai δ dan mulai muncul pada akhir masa fetus sampai
glycosylated hemoglobin dan memiliki tiga subfraksi yaitu A1c, A1b, A1c.
2
b) Hemoglobin Fetal
newborn. Hb jenis ini memiliki dua rantai α dan dua rantai γ. HbF sudah
mulai disintesis di hepar sejak umur gestasi lima minggu dan akan tetap
ada sampai beberapa bulan setelah kelahiran. Pada saat lahir masih
terdapat sekitar 60% sampai dengan 80% HbF dan secara perlahan akan
cell anemia
c) Hemoglobin Embrio
eritrosit imatur di dalam yolk sac. HbE ditemukan di dalam embrio dan
akan tetap ada sampai umur gestasi 12 minggu. Terdapat beberapa rantai
6. Fungsi Hemoglobin
diantaranya:
2
Hb adalah suatu molekul alosterik yang terdiri atas empat subunit
jaringan.
2
Hemoglobin merupakan porfirin besi yang terikat pada protein globin.
bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan
7. Kadar Hemoglobin
butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira
15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
tidak.
7
Tabel 1. Kadar Hemoglobin
menurun, yang ditandai dengan gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan
ini yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh hem. Akhirnya
8
Pembentukan heme dimulai di mitokondria melalui reaksi antara
yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim PBG deaminase.
mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang dikatalsisi
membentuk hemoglobin.
9
C. Etiologi10
hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini
1. Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai goblin
tertentu, atau yang disebut hemoglobinopati structural. Salah satu asam amino
yang lazim pada rantai goblin digantikan oleh asam amino lainnya sehingga
atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai globin a atau b, ataupun rantai
D. Epidemiologi11
diperkirakan ada 270 juta karier gen hemoglobinopati di seluruh dunia. Setiap
6
6
BAB II
A. Patomekanisme
1. Thalasemia alfa4
sintesis rantai globin α berkurang atau tidak ada. Rantai globin α dikode
oleh 2 pasang gen globin α. Sintesis rantai globin α diatur oleh kelompok
gen globin α pada kromosom 16p13.3. Adanya mutasi pada gen globin α
rantai non α ini akan bersifat tidak stabil dan cenderung berpresipitasi
11
yang mempermudah terbentuknya batu empedu.
2. Thalasemia beta7
Patofisiologi yang mendasari antara jenis thalassemia hampir
sama, ditandai dengan penurunan produksi hemoglobin dan sel dan
adanya kelebihan rantai globin yang tidak efektif, akan menyebabkan
bentuk homotetramers yang tidak stabil. Kelebihan rantai α pada β-
talasemia lebih tidak stabil daripada kelebihan rantai β pada α-talasemias
sehingga menyebabkan kerusakan sel darah merah dan hemolisis yang
berat oleh karena eritropoesis yang tidak efektif serta hemolisis
ekstramedular.
Pada β-thalasemia patofisiologinya berdasarkan atas berkurang
atau hilangnya rantai globin-β yang akan mengakibatkan berlebihnya
rantai-α. Maka akan terjadi penurunan produksi hemoglobin dan
ketidakseimbangan rantai globin. Ini akan mengarah pada penurunan dari
hemoglobin (MCH) dan volume eritrosit (MCV). Pada thalassemia-β yang
berat, eritropoesis yang tidak efektif terjadi di sum- sum tulang akan
meluas ke tulang-tulang normal dan menyebabkan distorsi dari tengkorak
kepala, tulang wajah dan tulang panjang.
3. Hemoglobin E9
Hb E merupakan variant dari rantai β globin yang merupakan
bentuk substitusi dari glutamine ke lysine pada codon 26 dari β globin
26Glu ->Lys
gene (β ). Mutasi ini juga mengakibatkan berkurangnya sintesa
dari rantai β-E globin dan menyebabkan fenotipe dari thalasemia.
Kecepatan sintesa pada Hemoglobine E mengalami sedikit penurunan dan
oleh karena itu Hb E merupakan bentuk variant dari beta thalasemia yang
ringan.
12
B. Manifestasi klinis
1. Thalasemia alfa5,6
lelah.
berat seperti anemia (2.6-13.3 g/dl) dengan jumlah HbH yang bervariasi
folat dan episode hemolitik akut akibat infeksi. Pasien-pasien yang lebih
dewasa dapat terkena iron overload. Tingkat keparahan dari penyakit ini
utero (23-38 minggu) atau sesaat setelah kelahiran. Gejala klinis dapat
berupa pucat dan oedem dengan tanda-tanda gagal jantung dan anemia
ini.
13
2. Thalasemia beta7
delesi rantai globin β yang terjadi. Secara umum gambaran klinis yang
a) Anemia berat terjadi pada thalassemia mayor yang dapat dilihat pada
atau tidak adanya anemia. Kadar Hb 9.6-13.2 g/dL. MCV antara 66-74 fL.
14
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Thalasemia alfa5,6
silent carrier dan makrositik pada sindrom Hb Bart’s sebagai akibat dari
retikulositosis ekstrim.
15
b) Retikulosit
empat sampai 24 jam. Sejumlah kecil inklusi juga dapat dideteksi pada
globin (α2β2)
16
o Hemoglobin Bart’s (Hb Bart’s): Empat rantai globin γ-(γ4)
(δ2γ2)
2. Thalasemia beta8
dilihat melalui nilai Hb, MCV, MCH, MCHC, dan RDW juga dijumpai
peningkatan retikulosit
HPLC dengan menilai kadar HbA2 dan kadar HbF. Dijumpai peningkatan
3. Hemoglobin E9
dilihat melalui nilai Hb, MCV, MCH, MCHC, dan RDW juga dijumpai
untuk bentuk HbE heterozigot dijumpai kadar HbE 20-35% dan pada
17
BAB III
A. Diagnosis5,6,7
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anam nesis yang dapat ditanyakan
yaitu adanya riwayat keluhan serupa pada keluarga dekat pasien. keluhan yang
thalassemia keluhan utama yang Nampak adalah akibat anemia yang diderita
dengan abnormalitas hemoglobin seperti penyakit sel sabit, keluhan utama selain
keluhan akibat anemia, pasien juga mengeluhkan rasa nyeri yang sangat
mengganggu.
Secara klinis untuk Alpa thalassemia memiliki dua bentuk yang signifikan :
thalassemia, ditandai dengan onset janin edema luas, ascites, efusi pleura dan
golongan darah sistem ABO atau Rh. Hal ini biasanya dideteksi dengan
b) Hemoglobin H ( HbH disease) penyakit ini harus dicurigai pada bayi atau anak
18
c) hepatosplenomegali. Perubahan tulang dapat terjadi di sekitar sepertiga dari
individu yang terkena. Tidak seperti sindrom Hb Bart’s, penyakit HbH dapat
B. Diagnosis Banding12
Berdasarkan pada tingkat keparahan anemia, dengan melihat defek genetik (ß+
satu dari dua sindrom; 1) ditandai dengan anemia berat biasanya timbul antara
ditandai dengan anemia moderat yang timbul setelah usia 1-2 tahun
adanya rantai α yang berlebihan pada tahap awal dan akhir dari eritroblas
gangguan terhadap berbagai fungsi sel, serta terjadi fagositosis dan degradasi
bila penderita tidak didukung dengan transfusi, kematian terjadi pada usia dini
akibat anemia yang berat. Transfusi darah memperbaiki anemia dan juga
19
penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting.
(α2δ2) meningkat dengan nilai kira-kira 4-7% dari total hemoglobin, tidak
seprti halnya dengan angka normal, yaitu sekitar 2-3%. Pengenalan ciri
Talasemia-β penting untuk konseling genetik. Selain itu juga perlu didiagnosis
bersifat heterogen. Umumnya penderita dengan kelainan ini cukup sehat dan
dan -γ Kelainan ini disebabkan oleh delesi gen δ atau gen γ. Mekanisme
Talasemia-γ ditandai dengan delesi gen G-γ disertai adanya gen gabungan G-
γ/A-γ. Gejala satu-satunya adalah kadar Hb F yang lebih rendah pada darah
tali pusat (cord blood). Pada penderita dewasa hanya dijumpai Hb F (tanpa Hb
A dan Hb A2) dalam kadar yang lebih rendah dibanding dengan penderita.
20
BAB IV
A. Penatalaksanaan10
tulang dan terapi gen. Pengobatan komplikasi meliputi mencegah kelebihan dan
100-250 mg/hari untuk meningkatkan ekskresi besi dan hanya diberikan pada saat
kelasi besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk memperpanjang umur sel darah
merah. Transfusi harus dilakukan seumur hidup secara rutin setiap bulannya.
B. Komplikasi11
pada organ-organ tubuh seperti jantung, hati, ginjal dan lainnya, dapat
21
BAB V
INTEGRASI KEISLAMAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmua Penyakit
2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC. 2014.
412
3. Gunadi VIR, Mewo YM, Tiho M. Gambaran Kadar Hemoglobin pada Pekerja
Seattle. 2005.
11. Ray, H. ‘Penatalaksaan Pada Pasien Talasemia’, Medula, 1(1), pp. 10–18. Available
12. Regar, J. ‘Aspek Genetik Talasemia’, Jurnal Biomedik (Jbm), 1(3). doi:
10.35790/jbm.1.3.2009.829. 2013
23