i
Bunda harap anak – anak tetap semangat dalam berkarya dan
dan belajar serta kerjalah setinggi mungkin cita – citamu. SUKSES buat
mahasiswa/i angkatan 2020/2021 Prodi D3-RMIK ITSK RS Dr.
Soepraoen Kesdam V / Brawijaya Malang.
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................ i
Daftar isi .............................................................. ii-iv
A.Sistem Hemopoetik
1. Anemia Aplastik ...................................................... 1-22
2. Anemia Mikrositik Hypochrom ............................. 23-36
3. Anemia Defisiensi Fe ........................................... 37-50
4. Allergic Purpura ................................................... 51-64
5. Anemia Hemolitik ................................................. 65-81
6. Anemia Megaloblastik ......................................... 82-92
7. Agranulocytosis ................................................. 93-105
8. Anomalies Of Leukocyte .................................. 106-117
9. Aplastic Anemias ............................................. 118-131
10. Anemia Makrositik Normokro ........................ 132-146
11. Anemia Normositik Normochrom .................. 147-158
12. Cryoglobulinaemia ......................................... 159-177
13. Elliptocytosis .................................................. 178-192
14. Familial Erythrocitosis .................................... 193-211
15. Granulocytosis ............................................... 212-227
16. Haemoglobin Pathies .................................... 228-241
17. Hypergammaglobulinemia ............................. 242-252
18. Hemophagocytic Lymphohistiocytosis .......... 253-268
19. Leukemia Limfositik Kronik ............................ 269-284
20. Leukemia Limfositik Akut .............................. 285-297
21. Leukemia Myeloblastik Akut .......................... 298-313
22. Leukemia Granulositik Kronik ........................ 314-330
iii
23. Myelofibrosis .................................................. 331-351
24. Myeloma Multiple ........................................... 351-362
25. Methaemoglobinemia .................................... 363-377
26. Paroxymal Nocturnal Hemoglobinuria ........... 378-389
27. Poikilocytosis ................................................. 390-403
28. Polisitemia Vera ............................................. 404-418
29. Spherocytosis ................................................ 419-433
30. Spherositosis Herediter ................................. 434-447
31. Syndrome Dysmielopoetik ............................. 448-468
32. Thalassaemia ................................................ 469-489
33. Thrombophilia ................................................ 490-503
B. Sistem Limfatik
1. Abscess Of Spleen .......................................... 505-518
2. Cyst Of Spleen ................................................ 519-535
3. Hypersplenism dan Hyposplenism .................. 536-553
4. Infarction Of Spleen ......................................... 554-568
5. Lymfangioma ................................................... 569-584
6. Lymphoma ....................................................... 585-601
7. Lymphangitis ................................................... 602-616
8. Lymphedema ................................................... 617-628
9. Mesentric Lymphadenitis ................................. 629-641
10. Sarkoidosis .................................................... 642-655
11. Splenomegaly ................................................ 656-669
iv
ANEMIA APLASTIK
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Cinthya Mayang Berliannikita
205050
D3 RMIK
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Unsur Haeme
3
sebagai pembawa oksigen dan carbondioksida. eritrosit diproduksi
dalam myelos, hepar, dan lien. jumlah normal 5 juta/mm3.
c) Leukosit. Bentuknya berubah-ubah, dapat bergerak dengan
pseudopodia. Jenis sel nya dapat dibeadakan melalui inti sel yang
bermacam-macam. Warna utamanya bening atau tanpa warna.
Jumlahnya kurang lebih 6000-9000 / mm3. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh dengan membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk dalam jaringan. diproduksi pada
glandula limfatik, dan lien. keberadaanya pada sistem sirkulasi, dan
pada seluruh jaringan tubuh,
d) Trombosit. merupakan benda-benda kecil mati yang bentuk dan
ukurannya kecil dan bermacam-macam, ada yang bulat, atau lonjong
dengan warna putih. jumlah normal pada orang dewasa asalah
200.000-300.000/mm3 dan bisa lebih jika terdapat cedera. Fungsinya
sebagai peran penting koagulasi (pembekuan haeme) dibantu ion
kalsium dan fibrinogen (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2019).
B. Hematopoiesis
4
Hematopoesis adalah proses pembentukan komponen
haeme. Prosesnya terdiri dari poliferasi, maturasi, dan
diferensiasi sel yang terjadi secara bersamaan.
- Proliferasi, melipatgandakan jumlah sel dari sel
pluripotent menjadi sejumlah sel haeme.
- Maturasi, proses pematangan sel.
- Diferensiasi, membuat sel-sel haeme yang terbentuk
memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
5
Sisa prosesnya terjadi seumur hidup pada myelos, hasil
utamanya HbA, granulosit, dan trombosit. sementara pada glandula
limfoid menghasilkan limfosit, dan pada timus menghasilkan limfosit
utamanya limfosit T.
Faktor-faktor pendukung hematopoiesis adalah asam amino, vitamin,
mineral, hormon, kadar oksigen, transfusi darah, dan faktor perangsang
hematopoiesis.
2.2. Definisi Anemia Aplastik
Anemia adalah kondisi tubuh yang ditandai jumlah eritrosit atau
hemoglobin kurang dari jumlah normal, sehingga tidak mampu
menjalankan fungsi untuk menyebarkan oksigen dan nutrisi bagi
viscus tubuh dengan baik (Pine & Walter, 2010). Itu merupakan
definisi anemia secara umum sementara anemia aplastik adalah
anemia disertai pansitopenia dikarenakan kegagalan myelos dalam
memproduksi komponen haeme, ditandai dengan pansitopenia
(penurunan seluruh komponen emia) karena berhentinya proses
hemopoietik (NF, 2015).
Berdasarkan Etiologinnya, Anemia Aplastik terbagi menjadi :
A. Acquired (didapat)
Anemia aplastik jenis ini disebabkan oleh
bahan kimia seperti senyawa benzena, atau karena
hipersensitivitas tubuh pada obat tertentu seperti
kloramfenikol, fenilbutazon, sulfure, mileran, atau
nitroseurea.
Infeksi juga menjadi penyebab anemia
aplastik. Infeksi dari Epstein-Bar, influenza A, dengue,
tuberkulosis, hepatitis, HIV, infeksi mikrobakterial,
pregnancy, atau sklerosis tiroid (Dharmayuda et al.,
n.d.).
6
B. Familial (genetik)
Jumlahnya tidak sebesar Acquired anemia
aplastik (idiopatik). Tetapi tetap ada penyebab anemia
aplastik dapat bersifat herediter atau diturunkan. Salah
satunya adalah pansitopenisa konstitusional Fanconi,
Pancreatic defisiency pada anak, dan gangguan
herediter pemasukan asam folat ke dalam sel.
(Dharmayuda et al., n.d.).
8
Menurut (Bakta, 2017) mekanisme terjadinya anemia aplastik
diperkirakan melalui :
a. Kerusakan sel induk (seed theory)
b. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)
c. Mekanisme imunologik
Symptom
a. Malaise
b. Dyspneu
c. Angina pectoris
d. Cephalgia
e. Vertigo
f. Tinnitus
g. Anoreksia
h. Nausea
i. Hyperemesis
j. Obstipasi
k. Menorrhagia
l. Hematemesis
m. Diarrhea
n. Haemorrhage
Sign
a. Palpitasi
b. Pallor
c. Stomatic ulcer
d. Throat ulcer
e. Cervical selulitis
Etiologi
A. Radiasi
9
Myeloid aplasia adalah akibat akut dari radiasi. Radiasi dapat
merusak DNA sehingga merusak stem cell dan prognitor sel.
Apabila sel hematopoietik terpapar maka terjadi anemia
aplastik. (Bakta, 2006).
Efek yang ditimbulkan bergantung intensitas paparan, dan dosis
yang diterima pasien, terkadang tidak menimbulkan dampak
pada myelos apabila paparan tidak mengenai mayoritas
myelos. Dosis <1 Sv, menimbulkan sedikit efek. Dosis 1Sv-
2,5Sv dapat mengurangi sel haeme. dan semakin ireversible
dalam dosis lebih tinggi. dan menyebabkan kematian pada
dosis 5-10 Sv, kecuali pasien mendapat transplantasi myelos.
Paparan dosis rendah jangka panjang juga beresiko
menimbulkan anemia aplastik (Dharmayuda et al., n.d.).
B. Bahan Kimia
Anemia aplastik dan acute myelositic leukemia (AML)
berhubungan erat dengan bahan kimia benzene, dan
derifatnya. Selain itu insektisida, logam berat juga berhubungan
dengan kerusakan myelos dan pansitopenia.
C. Obat-obatan
Hipersensitifitas terhadap obat dan atau kelebihan dosis juga
menyebabkan anemia aplastik. obat yang sering menyebabkan
anemia aplastik adalah kloramfenikol, fenilbutazon, senyawa
sulfur, emas, antikonvulsan, dan obat-obatan sitotoksik
(mieleran atau nitrosourea) (Young & Maciejewski, 1997).
D. Infeksi
Virus yang kerap menjadi penyebab anemia aplastik
diantaranya hepatitis, virus Epstein-Bar, HIV, dan rubella.
meski tidak langsung berhubungan dengan anemia aplastik tapi
Hepatitis menyumbang nilai tertainggi pada pansitopenia.
10
Infeksi virus menyababkan kerusakan pada myelos dengan
sitolisis hematopoiesis atau dengan autoimune sehingga stem
cell, dan sel progenitor berkurang diiringi destruksi jaringan
stroma penunjang.
E. Faktor Genetik
Disebut juga anemi aplastik konstitusional diturunkan menurut
hukum mendell. salah satunya anemia Fanconi, berupa
kelainan autosomal resesif ditandai pigmentasi coklat pada
dermal, dan hipoplasia pada myelos, hipoplasia pada radius
dan dactyl, microsephaly, retardasi mental, dan sexual, dan
kelainan pada renal dan lien (Dharmayuda et al., n.d.).
11
20.000/mm3 , dan Retikulosit < 1.0%). Pada pemeriksaan
anemia aplastik ditemukan kadar retikulosit yang sedikit atau
bahkan tidak ditemukan. Dari ketiga kriteria peripheral blood di
atas, dapat ditentukan berat tidaknya suatu anemia aplastik
yang diderita oleh pasien. Cukup dua dari tiga kriteria di atas
terpenuhi, maka individu sudah dapat digolongkan sebagai
penderita anemia aplastik berat.
12
Tindakan preventif yang dapat di jalani yaitu dengan senantiasa
menjaga asupan nutrisi, menjaga pola hidup yang baik sehingga
tidak tertular penyakit berbahaya, memahami efek samping dari
setiap bahan kimia dan obat-obatan yang dikonsumsi, dan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kuratif
A. Theraphy
a) Pemberian antibiotik pada efek infeksi dari disease pansitopenia
karena anemia aplastik. Berupa pemberian ampisilin, gentamisin,
atau sefalosporin generasi ketiga.
b) Pemberian kortikosteroid guna mengurangi haemorrhage pada
dermal.
c) Pemberian Anabolik Steroid (oksimetolon, atau atanozol) dengan
efek muncul pada 6-12 minggu. Diharapkan dapat merangsang
pertumbuhan myelos.
d) Pemberian Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
(prednison 40-100mg/hr) maksimal selama 4 minggu saja karena
efek samping yang serius. Tujuannya untuk merangsang
pertumbuhan sel myelos.
e) Pemberian GM-CSF atau G-CSF guna meningkatkan jumlah
neutrofil.
f) Pemberian anti limphocyte globuline (ALG). Merupakan salah
satu terapi penyembuhan jangka panjang dengan
immunosupresif. diberikan pada pasien usia diatas 40 tahun.
g) Pemberian methylprednisolon dosis tinggi. Juga merupakan
terapi definitif dengan efek kesembuhan jangka pajang dengan
immunosupresif.
B. Tindakan Medis
1) Melakukan stomatic higiene
13
2) Transfusi granulosit konsentrat. diberikan pada sepsis berat
infeksi bakteri gram negatif.
3) Transfusi PRC (packet red cell) jika Hb<7 g/dl.
4) Transfusi trombosit konsentrat, jika ada haemorrhage mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
5) Transplantasi myelos. Terapi definitif dengan harapan sembuh
tinggi, namun biayanya sangat mahal, butuh peralatan canggih,
dan sulitnya mencari donor. Dapat dilakukan dengan ketentuan :
- Usia penderita <40 Tahun
- Terlebih dahulu diberikan siklosporin A untuk atasi GvHD (graft
versus hostdisease).
- Memberikan kesembuhan jangka panjang pada 60-70% kasus.
Preventif
Menjaga asupan nutrisi
Menjalani pola hidup sehat
Memahami efek samping bahan kimia atau obat-obatan yang
akan dikonsumsi
Dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
14
2.6. Penunjang medis Anemia Aplastik
Pada pemerikasaan laboratorium terhadap haeme dan myelos penderita
anemia aplastik ditemukan kelainan laboratorik berupa :
1. Anemia normokromik normositer disertai retikusitopenia
2. anemia berat, kadar Hb <7 g/dl
3. Leukopenia dengan relatif limfositosis, tidak ditemui pada sel
muda dalam periferal haeme
4. Thrombositopenia ringan hingga berat
5. Myelos : hipoplasia sampai aplasia ringan sampai berat. Karena
aplasia tidak menyebar pada normal myelos, maka hasil
pemeriksaan menunjukan normal myelos harus melakukan
pemeriksaan berulang.
6. Pemeriksaan peningkatan Fe serum, TIBC normal, HbF
meningkat
7. Complete Blood Count : Jumlah masing masing sel darah
(erotrosit, leukosit, trombosit)
8. Blood Smear (Sediaan Apusan Darah Tepi/ SADT) : ditemukan
normokromik normositer.
9. Marrow aspiration (aspirasi myelos) : menunjukkan beberapa
daerah yang kososng dan hanya sedikit hematopoiesis. sel mast
makrofag, dan limfosit lebih mencolok dibanding sel lain.
cenderung hiposelular. Anemia Aplastik berat apabila selularitas
myelos < 25% atau 50% sel hematopoiesis yang terlihat.
10. pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluorescence in Situ
Hybridation) pengambilan haeme langsung dari myelos untuk
melihat kelainan genetik dan jumlah sel.
11. Viral and Hepatic Test untuk pertimbangan bone marrow
transplantation, dan kemungkinan anemia aplastik karena
hepatitis.
15
12. Level vitamin B-12 dan Folat, memperkecil kemungkinan anemia
megaloblastik
13. Radiologis test : lebih berguna pada sindrom generative marrow
failure, Berupa gambaran khas tidak adanya elemen selular dan
lebih banyak berisi jaringan lipid.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
Haeme adalah salah satu jaringan ikat tubuh yang berwujud cair, yang
memiliki fungsi krusial sebagai pembawa nutrisi, oksigen, antibodi, serta
zat sisa metabolisme dari dan ke seluruh tubuh (Handayani, 2021).
Haeme sebagian besar diproduksi pada Marrow atau myelos sedari
embrio.
Komponen utama haeme yang dihasilkan pada myelos adalah
granulosit, eritrosit, dan trombosit. Sehingga jika dilakukan pemeriksaan
pada myelos dan dilihat di mikroskop maka myelos normal tampak
memiliki sangat banyak sel-sel tersebut. Sementara apabila marrow
aspiration menunjukan banyak ruang kosong, dan justru didominasi sel
mast, makrofag, dan limfosit (bukan sel yang sejatinya banyak dibentuk
pada myelos) dimana kadar sel hematopoiesis tidak mencapai 30%.Hal
tersebut butuh pemeriksaan lebih lanjut, karena menunjukan adanya
kelainan dalam hematopoiesis dan mengindikasikan Anemia Aplastik.
Selain Marrow Aspiration, hasil CBC (complete blood count/ tes
darah lengkap) juga menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok.
9 9
Hb<10 g/dl, atau Hct<30%, Trombosit <50x10 /L, Leukosit < 3,5x10 /L.
Tampak jelas saat dilihat dengan mikroskop akan banyak ruang kosong
(plasma) antar sel, sehingga keberadaan monosit akan tampak lebih
menonjol.
Salah satu kondisi yang dapat membedakan orang normal
dengan penderita anemia aplastik adalah warna dermal penderita yang
cenderung menguning. Ini disebabkan karena Anemia Aplastik
berhubungan erat dengan penyakit hati yaitu hepatitis. Sehingga ada
masalah pada pemecahan haeme dan pada empedu sehingga, warna
kuning yang seharusnya dikeluarkan bersama urin justru kembali ke
darah dan menyebabkan dermal berwarna kuning.
18
BAB IV
PENUTUP
BAB V
19
TERMINOLOGI
7) Hyperemesis = Muntah-muntah
P = Hyper- (berlebihan)
R = -Emesis (muntah)
S=-
21
DAFTAR PUSTAKA
https://patologiklinik.com/2010/06/22/hematopoiesis-pembentukan-sel-
darah/
22
Anemia Mikrositik Hypochrom
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
Nafisah Yuniantoro 205100
D3 RMIK
202
23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anemia merupakan penurunan sel darah merah (eritrosit),
kuantitas Hemoglobin, atau volume packed red cells dalam darah
dibawah normal. Sampai saat ini anemia menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia. Menurut WHO, Indonesia memiliki prevalensi
anemia yang tinggi yakni pada anak-anak mencapai 32%, pada wanita
22% dan pada wanita hamil mencapai 30%.
Secara gambaran morfologik anemia digolongkan menjadi 3
golongan besar, yakni anemia mikrositik hypochrom, anemia normokrom
dan anemia makrositik. Anemia mikrositik hypocrhom merupakan
anemia yang ditandai dengan penurunan hemoglobin eritrosit yang tidak
proporsional dan peningkatan daerah yang pucat di bagian tengah
eritrosit (Dorland WAN Edisi 29, 2015). Sediaan darah (haeme) tepi
pada anemia mikrositik hypochromic menunjukkan sel darah
(haemocyte) yang kecil (mikrositik) dan pucat (hypochrom).
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Anemia Mikrositik Hypochrom
26
- Eosinofil
- Basofil
2.
3.
4. Agranulosit (bernukleus besar), terdiri atas :
- Limfosit
- Monosit
- Keping darah (Trombosit) : berfungsi dalam proses pembekuan
darah, yang berperan penting untuk sistem hemostasis (proses
penghentian perdarahan secara spontan dari pembuluh darah
yang mengalami kerusakan) dalam tubuh.
2.2 Definisi Anemia Mikrositik Hypochrom
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, (2015) anemia adalah
penurunan eritrosit, kuantitas Hemoglobin, atau volume packed red cells
dalam darah dibawah normal. Sedangkan Anemia mikrositik hypocrhom
merupakan anemia yang ditandai dengan penurunan hemoglobin
eritrosit yang tidak proporsional dan peningkatan daerah yang pucat di
bagian tengah eritrosit.
Didasarkan pada klasifikasi ukuran eritrosit, Mikrositik berarti
mempunyai ukuran yang kecil dengan diameter rata-rata <7 dan tebal
rata-rata 1.5 – 1.6 mikron. Sedangkan didasarkan pada warna eritrosit,
Hypochrom berarti eritrosit dengan keadaan konsentrasi hb kurang dari
normal (pada wanita dewasa berkisar antara 12-15 g/dL, pada pria
dewasa berkisar antara 13-17 g/dL).
2.3 Patofisiologi Anemia Mikrositik Hypochrom
Symptoms dan Sign pada Penderita
Seorang yang mengidap penyakit ini mungkin tidak melihat atau
merasakan symptom apapun pada awalnya. Namun, symptom dapat
muncul jika gangguan sudah mulai parah, yaitu pada saat tubuh
kekukarang eritrosit dan sudah memengaruhi beberapa jaringan tubuh.
27
Tanda yang bisa dirasakan denyut nadi kuat (hyperdinamik), jantung
berdebar (palpitasi) dan kuping berdengung (roaring in the ears). Gejala
umum yang dapat timbul pada anemia mikrositik hypochrom adalah :
Sesak napas (dyspnoe) saat beraktivitas
Sering merasakan pusing (vertigo)
Mudah merasa lelah
Mata berkunang-kunang (lightheadedness)
Pada pemeriksaan fisik, dapat terlihat bahwa pasien nampak
pucat terutama di bawah kuku.
Jika merasakan salah satu symptom diatas dan tidak sembuh
dalam 2 minggu, lebih baik periksakan kedokter.
Etiologi Anemia Mikrositik Hypochrom
Sesuai dengan namanya jenis anemia ini mempunyai eritrosit
yang berukuran kecil dan berwarna pucat. Ada beberapa penyebab dari
anemia mikrositik hypochrom, yaitu :
Berkurangnya Fe (ferum / zat besi) : penurunan Fe dalam
makanan, penyerapan Fe yang buruk dari usus. Penyakit
komplikasi yang dapat timbul seperti anemia defisiensi Fe,
anemia inflamasi dan defisiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme : keracunan logam, anemia
sideroblastik konginetal dan didapat.
Berkurangnya sintesis globin : thalasemia dan hemoglobinopati.
2.4 Diagnosis dan diagnosa banding Anemia Mikrostik
Hypochrom
Untuk mendiagnosis Anemia Mikrositik Hypochrom biasanya
dokter akan melakukan tes pemeriksaan fisik, yaitu dengan melihat
keadaan fisik pasien secara langsung apabila terdapat tanda dari fisik
pasien yang serius maka dokter akan meminta melakukan tes penunjang
lain seperti :
28
Complete blood count (CBC) : pemeriksaan hb, jumlah eritrosit,
ukuran eritrosit dan hitung jumlah leukosit.
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi (peripheral blood
smear) : untuk melihat perubahan mikrositik atau makrositik
pada eritrosit.
Diagnosa banding :
1. Anemia penyakit kronis
2. Talasemia
3. Anemia hemolitik autoimun
4. Anemia sideroblastik
5. Spherositosis herediter
6. Kelainan hemoglobin
7. Kelainan darah
8. Keracunan logam berat
9. Infeksi cacing tambang
29
Memberikan cukup ASI, dan MPASI yang mengandung zat besi
dan vitamin.
Bila diberikan susu formula maka pilihlah susu formula yang
mengandung tambahan zat besi
Pada remaja, rajinlah berolahraga makan-makanan bergizi
yang mengandung zat besi (telur, bayam, kacang-kacangnan,
daging tanpa lemak dan ikan laut), menghindari makanan cepat
saji selalu mengonsumsi vitamin dan obat tambah darah
apalagi pada remaja wanita yang sedang haid.
30
- Ferrous glukonat : diberikan 3 kali sehari. 1 tablet mengantung
28-36 mg besi elemental.
Konsumsi zat besi oral sebaiknya dilakukan sebelum makan
agar penyerapan obat lebih baik dan diminum dengan jus jeruk sebagai
penambahan vitamin C.
Dalam terapi ini sering kali menimbulkan efek samping,
sehingga perlu edukasi tentang cara mengonsumsinya. Efek samping
yang sering timbul diantaranya :
- Mual (nausea)
- Konstipasi
- Muntah (vomiting)
- Alergi
- Sensasi seperti terbakar di daerah chest (Heartburn)
- Diare (diarrhea)
31
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar Penyakit Anemia Mikrositik Hypochrom
32
Gambar 1. Jika kita lihat dari kedua gambar diatas, sudah cukup terlihat
jelas perbedaan nya. Kita lihat ada eritrosit keduanya, pada eritrosit
normal terlihat ukuran yang normal pada umumnya, sedangkan pada
penderita kita bisa lihat bahwa eritrosit nya mempunyai ukuran yang
lebih kecil daripada ukuran normal dan memudar warnanya
33
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Secara gambaran morfologik anemia digolongkan menjadi 3
golongan besar, yakni anemia mikrositik hypochrom, anemia normokrom
dan anemia makrositik. Anemia mikrositik hypocrhom merupakan
anemia yang ditandai dengan penurunan hemoglobin eritrosit yang tidak
proporsional dan peningkatan daerah yang pucat di bagian tengah
eritrosit.
Ada beberapa penyebab dari anemia mikrositik hypochrom, yaitu :
Berkurangnya Fe (ferum / zat besi) : penurunan Fe dalam
makanan, penyerapan Fe yang buruk dari usus. Penyakit
komplikasi yang dapat timbul seperti anemia defisiensi Fe,
anemia inflamasi dan defisiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme : keracunan logam, anemia
sideroblastik konginetal dan didapat.
Berkurangnya sintesis globin : thalasemia dan hemoglobinopati.
Symptom yang paling umum dirasakan pada penderita adalah
dypsnoe dan vertigo. Bila merasakan symptom lain yang lebih parah
disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan kedokter supaya
dilakukan tindakan lanjut.
.
34
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1. Anemia
Prefix : an- tidak ada
Root : mia darah
Suffix : -
2. Eritrosit
Prefix : -
Root : erythr/o merah
Cyte sel
Suffix : -
3. Mikrositik
Prefix : mikro- ukuran kecil
Root : cyte sel
Suffix : ik/ic (pseudo suffix) tentang
4. Hypochrom
Prefix : hyp/o kurang dari
Root : chromat/o unsur warna
Suffix : -
5. Hemoglobin
Prefix : -
Root : haem/o darah
Suffix : globin molekul protein
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Anemia Defisiensi Fe
Dosen Pengampu:
dr. R. A. RengganisUlaran, M. M
Disusun Oleh:
Pingky Hana L. 205065
D3 RMIK
2021
37
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Anemia Defisiensi Fe atau disesebut juga dengan Anemia
Defisiensi Besi (ADB) adalah kondisi seseorang yang kekurangan
hemoglobin di dalam tubuh. Hemogoblin yaitu protein yang mengandung
zat besi yang ada di dalam erytrocyte yang fungsinya untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Anemia defisiensi besi di
akibatkan kurangnya zat besi yang ada di dalam darah yang digunakan
sebagai bahan utama sintesis hemoglobin. Normalnya hemoglobin pada
orang dewasa Wanita yaitu 12 mg/dL sampai 15 mg/dL sedangkan pada
orang dewasa Pria yaitu 14 mg/dL sampai 18 gr/dL.
Anemia Defisiensi Fe atau disesebut juga dengan Anemia Defisiensi
Besi (ADB) adalah konsi seseorang yang kekurangan hemoglobin di
dalam tubuh. Hemogoblin yaitu protein yang mengandung zat besi yang
ada di dalam erytrocyte yang fungsinya untuk mengangkut oksigen dari
pulmo ke seluruh tubuh. Anemia defisiensi besi di akibatkan kurangnya
zat besi yang ada di dalam haema yang digunakan sebagai bahan
utama sintesis hemoglobin. Normalnya hemoglobin pada orang dewasa
Wanita yaitu 12 mg/dL sampai 15 mg/dL sedangkan pada orang dewasa
Pria yaitu 14 mg/dL sampai 18 gr/dL. Fungsi zat besi dalam system
syaraf yaitu untuk proses mielinasi, neurotransmitter,denderiogenesis
dan metabolisme tubuh.
Jika zat besi berkurang akan mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku
kan pertumbuhan bayi, zat besi juga merupakan sumber energi bagi myo
sehingga sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan
bekerja terutama pada usia remaja.
38
Diet yang kaya zat besi juga tidak menjamin ketersediaan zat besi di
dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang dapat diserap sangat
tergantung dari kondisi atau makanan yang dapat menghambat maupun
yang mempercepat penyerapan besi. Pada perempuan kehilangan zat
besi sering karena menstruasi yang banyak dan lama atau kondisi
seperti tumor fibroid maupun malignan uterin. Dalam manajemen anemia
defisiensi besi pemeriksaan laboratorium berperan untuk skrining,
menegakkan diagnosis, serta memantau keberhasilan terapi.
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
41
peningkatan RDW, berkurangnya RBC, WBC normal dan jumlah
platelet yang mengalami peningkatan atau normal.
42
Kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan awal masa
neonatus
5. Idiopathic pulmonary hemosiderosis
Disease ini jarang terjadi. Disease ini ditandai dengan pendarahan
di pulmo yang hebat dan berulang serta adanya infiltrate pada
pulmo yang hilang timbul. Keadaan ini dapat penyebabkan kadar
Hb menurun drastis hingga 1,5 sampai 3g/dl dalam 24 jam
43
Bil iiditemukan iianemia iimikrositik,ini iimenunjukkan iiADB
meningkat iiakan iitetapi iianemia iimikrositik iijuga iibisa
disebabkan iikarena iihal iilain. iiSehingga iibisa iidilakukan
pemeriksaan iistudi iibesi iidarah. Diagnosis iiADB iibisa
dikatakan iijika iiditemukan ii: \iSerum iiferritin iirendah, Srun
iitransferrin iimeningkat iatau iiserim iibesi iirendah. Setelah iiitu
iimenentukn ipenyebab iiADB ii
2.5. Penatalaksanaan
Pengobatan (kuratif)
Saat iipenanganan iipasien iidiberikan ii iisuplemen iijika iitidak
iidapat iimengatasi iigejala iiyang iidialami iipenderita iidengan
iicepat, iibiasanya iipada iianemia iiyang iiberat iidengan iiHb
iirendah, iimaka iidokter iidapat iimelakukan iitransfusi iisel
iidarah iimerah. iiMengonsumsi iiSuplemen iiPenambah iiZat
iiBesi. iiSuplemen iipenambah iizat iibesi iimerupakan
iipenanganan iiutama iiyang iidilakukan iidokter iiuntuk
iimemperbaiki iidefisiensi iizat iibesi iiyang iidialami iipasien.
iiUmumnya, iipasien iidiminta iimengonsumsi ii150-200 iimg
iisetiap iihari. iiNamun, iidosis iitersebut iiakan iidisesuaikan
iidokter iiberdasarkan iikadar iizat iibesi iidalam iitubuh iipasien.
iiPemberian iisuplemen iipenambah iizat iibesi iiini iibiasanya
iidilakukan iiselama iibeberapa iibulan iiuntuk iidapat
iimemperbaiki iidefisiensi iizat iibesi. iiJika iiusus iitidak iibisa
iimenyerap iizat iibesi iidengan iibaik, iipenambah iizat iibesi
iidapat iidiberikan iimelalui iiinfus.
Pencegahan (kuratif)
berapa iipenjelasan iilain iiuntuk iimencegah iitubuh kekurangan
iizat iibesi iiatau iianemia iidefisiensi iibesi iiyaitu Mengonsumsi
44
iiMakanan iiMengandung iiZat iiBesi iiSecara Rutin ii, iiMakanan
iiyang iikaya iizat iibesi iitermasuk iidaging, sayuran, iidan iibiji-
bijian iiseperti iisereal iiyang iidiperkaya zat iibesi. iimengonsumsi
iimakanan iiatau iiminuman iiyang mengandung iivitamin iiC
iiuntuk iimembantu iitubuh iidalam menyerap iizat iibesi
45
BAB III
PEMBAHASAN
46
Anemia defisiensi besi apat terjadi apabila tubuh tidak
mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi
hemoglobin. Kondisi kekurangan zat besi yang berdampak pada
penurunan jumlah hemoglobin dapat dihubungkan dengan penurunan
fungsi kepintaran, perubahan tingkah laku, tumbuh kembang yang
terlambat, dan gangguan daya tahan tubuh pada anak.
Ketidakmampuan penyerapan zat besi oleh tubuh juga dapat
menyebabkan anemia. Zat besi dari makanan diserap ke aliran darah
melalui usus halus. Adanya gangguan atau penyakit usus tertentu, yang
memengaruhi kemampuan usus dalam mengabsorpsi zat gizi dari
makanan yang sudah dicerna, pada akhirnya dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
47
BAB IV
PENUTUP
48
BAB V
TERMINOLOGI
1. HEMOPHAGOCYTIC
Preffix : -
Root : haem/o (darah), phag/o (membunuh)
Pseudo suffix : ic
Arti : kemampuan darah unttuk memakan sel lain
2. ANEMIA
Preffix : an
suffix : emia (kondisi darah)
root : -
arti : kurangnya sel darah merah
3. LEUKIMIA
Preffix : -
Suffix : emia (kondisi darah)
Root : leuk/o (sel darah putih)
Arti : (kangker darah)
49
DAFTAR PUSTAKA
50
ALLERGIC PURPURA
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
D3 RMIK
2021
51
BAB I
PENDAHULUAN
52
Awal keterlibatan nepro terjadi pada 79,2% orang dewasa dan
30,4% anak-anak (Kang dkk., 2014). Pada 20–55% anak-anak
dengan HSP biasanya gejala nepro akan timbul dalam 1-3 bulan.
Nefritis Henoch-Schonlein (NHS) berkembang ketika parenkim
nepro sudah terkena dan NHS merupakan penyebab utama
morbiditas dari penyakit ini (Hetland dkk., 2017).
Allergic Purpura atau HSP biasanya merupakan penyakit anak-
anak antara usia 3 dan 10 tahun. Meskipun kasus dewasa telah
dijelaskan, 50% dari semua kasus terjadi pada atau sebelum usia 5
tahun. Laki-laki terkena dua kali lebih sering daripada perempuan.
Di Amerika Utara, Kaukasia memiliki insiden tertinggi, dan Afrika,
Amerika memiliki insiden terendah. Meskipun penyebab HSP tidak
diketahui, biasanya mengikuti ISPA. Akibatnya, penyakit ini lebih
sering terjadi pada bulan Januari hingga Maret.
Insiden keseluruhan pada anak-anak telah diperkirakan menjadi
13,5 kasus per 100.000. Pada tahun 2002, sebuah survei diterbitkan
pada frekuensi dan variasi etnis vaskulitis masa kanak-kanak
sindrom. Survei telah dikirim setiap bulan ke subspesialis dan dokter
keluarga di Inggris selama 3 tahun. Hasil survei mengungkapkan
bahwa kejadian HSP lebih tinggi
dari perkiraan sebelumnya, pada 22,1 kasus per 100.000 penduduk.
Insiden sebenarnya mungkin diremehkan karena kasus sering tidak
dilaporkan ke lembaga kesehatan masyarakat.
53
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
54
Arteriol mempunyai dinding yang tipis daripada arteri,
berfungsi untuk mengatur aliran haemo kapiler dengan cara
konstriksi dan dilatasi.
4. Venula
Venula mempunyai dinding yang lebih tipis daripada arteriol,
berfungsi untuk mengumpulkan haima dari kapiler.
5. Kapiler
Kapiler adalah vessel yang paling kecil di dalam tubuh dan
juga mempuyai dinding yang paling tipis. Pertukaran O2
antara haima dan badan sel terjadi melalui dinding kapiler.
1. Tunika intima
Merupakan lapisan vessel bagian dalam
2. Tunika media
Merupakan lapisan vessel bagian tengah
3. Tunika adventisia
55
daripada anak-anak. Purpura dibagi menjadi 2, yaitu Purpura bisa
teraba (palpable purpura) atau tidak teraba (flat/macular purpura).
Macular purpura dibagi menjadi 2 (dua) bentukan berdasarkan
ukuran, yaitu petechie (diameter < 3mm) dan ecchymosis (diameter
> 5 mm).
56
Inflamasi vessel merupakan manifestasi utama penyakit ini. Bila vessel
yang terkena adalah derma, maka terjadi ekstravasasi haima ke jaringan
sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada penyakit ini
adalah khas, karena batas purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang
terkena adalah vessel traktus gastrointestinal, maka dapat terjadi
iskemia yang menyebabkan angina. Kadang, dapat menyebabkan
distensi abdomen, melaena, intususepsi, maupun perforasi yang
membutuhkan penanganan segera.
1. Pemeriksaan derma
Berupa lesi urtikaria, secara tipikal bersifat simetris. Purpura khas
terlihat pada ekstremitas inferior dan glutea.
2. Pemeriksaan arth
Didapatkan arthralgia dan arthritis. Patela dan ankle yang paling
sering terkena. Pada kondisi arthralgia dan arthritis terjadi pada
80% kasus.
3. Pemindaian USG abdomen
Untuk mengidentifikasi penyebab abdominal pain dan ada tidaknya
komplikasi.
57
Berupa abdominal pain pada 62% kasus. Bisa disertai nausea,
vomiting , melaena, hematemesis, ulkus duodenum.
4. Biopsi nepro
Untuk mendeteksi penumpukan protein imunoglobin A (IgA)
5. Obat kostikosteroid
Untuk meredakan inflamasi, seperti Methylprednisolone,
Prednisone
6. Obat antipiretik-analgetik
Seperti Paracetamol
7. Obat antiinflamasi
Untuk meredakan pain, seperti ibu profen
Preventif
1. Pemeriksaan Urine
untuk mengetahui ada tidaknya protein dan haemo di urine
2. Pemeriksaan tinja
untuk mengetahui adanya haemo di dalam tinja
4. Pemeriksaan derma
5. Biopsi derma dan nepro
6. USG abdomen dan nepro
58
BAB III
PEMBAHASAN
60
BAB IV
PENUTUP
Allergic pupura atau Henoch-Schonlein purpura (HSP)
adalah inflamasi pembuluh haemo kecil di derma, arth,
intestine, dan nepro. Pathologi ini menyebabkabkan
munculnya symptoms purpura pada derma di area
extremitas inferior atau bokong. Etiologi dari pathologi ini
adalah onflamasi pembuluh haemo pada anak usia dini dan
berjenis kelamin laki-laki dan berkaitan erat dengan sistem
imun yang abnormal terhadap inflamasi.
Symptoms utamanya adalah purpura (ruam), inflamasi
(umumnya arthritis), gangguan pada sistem digestivus,
abdomen pain, vomiting atau nausea, diare, cephalgia,
fever. Bentuk aktivitas kuratifnya adalah dengan melakukan
beberapa pemeriksaan penunjang berupa tes urine, tes
tinja, pemindaian USG abdomen dan nepro, dan biopsi
derma dan nephro. Selain dengan itu dapat mengonsumsi
obat anti-piretik-analgetik dan obat golongan kortikosteroid.
61
BAB V
TERMINOLOGI
1. Vasculitis (peradangan pada pembuluh darah)
Prefix :-
Root : vascul/o (pembuluh darah)
Suffix : -itis (peradangan)
62
6. Hematemesis (muntah darah)
Prefix :-
Root : Hemat/o (darah)
Suffix : -emesis (muntah)
7. Oligoarthritis
Prefix : oligo (beberapa)
Root : arth/o (sendi)
Suffix : itis (peradangan)
8. Gastrointestinal
Prefix :
Root :gastr/o (lambung),intestin /o (usus)
Suffix :al (keadaan/kondisi)
63
DAFTAR PUSTAKA
64
ANEMIA HEMOLITIK
Dosen Pengampu :
Dr. R.A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Erika Anabilla Marchely (205090)
D3 RMIK
2021
65
BAB I
PENDAHULUAN
66
biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi haeme
yang telah mati secara berlebihan oleh lien. Karena pada anemia
hemolitik banyaknya eritrosit yang mati pada waktu yang relative singkat.
Pada kasus anemia hemolitik yang akut terjadi distensi abdomen di
karenakna hepatomegali dan splenomegaly.
Dari tugas mata kuliah Anatomi, Fisiologi, dan Pathofisiologi
terkait penyakit ini dan melihat fakta dilapangan tersebut, penulis tertatik
untuk membahas tentang penyakit Anemia hemolitik autoimun atau Auto
Immune Hemolytic Anemia (AIHA). Dengan harapan dapat menjadi
sumber wawasan bagi para pembaca.
67
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b) Karateristik haeme
Karakteristik umum haeme meliputi warna, viskositas, pH, Volume dan
komposisinya warna, haeme arteri berwarna merah muda karena
banyak oksigen yang berkaitan dengan hemoglobin dalam
eritrosit. Viskositas, viskositas haeme 3/4 lebih tinggi dari pada
viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066. pH, pH darah
bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai dengan 7.45 (netral
7.00). Volume, pada orang dewasa volume haeme sekitar 70
sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter haeme.
Komposisi, haeme tersusun atas dua komponen utama yaitu
plasma dan sel-sel haeme.
c) Bagian-bagian haeme
1. Eritrosit (sel darah merah)
68
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8
mikrofon, tebalnya 2 mikrofon dan di tengah tebalnya 1 mikrofon.
Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna merah.
2. Leukosit (sel darah putih)
Leukosit dibagi 2 yaitu :
- Granulosit : leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-
butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinophil, basophil, dan
neotrofil
- Agranulosit : leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula,
jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit
- Trombosit (sel pembeku darah)
3. Plasma
Terdiri dari air dan hemato protein yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut haeme serum.
2.2 Definisi Anemia Hemolitik
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi
dimana imunoglobulin atau komponen dari sistem komplemen
terikat pada antigen superficial ertirosit dan menyebabkan lisis
eritrosit melalui Sistem Retikulo Endotelial (SRE). Antibodi yang
khas pada AIHA antara lain IgG, IgM atau IgA dan bekerja pada
suhu yang berbeda-beda. (Lanfredini, 2017).
2.3 Patofisiologi
Anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
ekstravaskular dan intravaskular. Hemolisis ekstravaskular lebih
sering terjadi dibandingkan intravaskular. Mekanisme primer dari
hemolisis ekstravaskular adalah sekuestrasi dan fagositosis akibat
deformabilitas eritrosit yang buruk.
Mekanisme intravaskular meliputi destruksi sel secara langsung,
fragmentasi, dan oksidasi. Destruksi sel secara langsung dapat
69
disebabkan oleh toksin dan trauma. Hemolisis fragmentasi terjadi
jika faktor ekstrinsik menyebabkan eksoriasi dan ruptur pada eritrosit.
Hemolisis oksidatif timbul jika terjadi failure pada mekanisme
protektif sel.
Autoimmune hemolytic anemia dan hereditary spherocytosis
adalah contoh hemolisis ekstravaskular. Disebut ekstravaskular
karena eritrosit yang memiliki perubahan struktur permukaan
membran sel dihancurkan di luar vaskular, yaitu di lien dan hepar
dengan bantuan makrofag. Sementara hemolisis intravaskular
adalah keadaan hemolisis yang terjadi di dalam (intra) vaskular yang
mengakibatkan keluarnya isi sel (lisis) ke dalam plasma. Akibat
defek pada eritrosit. Defek dapat berupa defek enzim, dinding sel,
hemoglobin, ataupun akibat trauma dan infeksi yang menyebabkan
terjadinya degradasi membran sel dan destruksi spontan (Oehadian,
2012).
- Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda
yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
1. Faktrok intrinsik
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri
sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam
yaitu :
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
a. Sferositosis, Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga
disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang
penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada
anak gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan
ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu
infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastic.
70
Kelainan radiologis osteo dapat ditemukan pada anak yang telah
lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita
sferositosis ditemukan kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis), Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya
berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit
ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan
secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya
tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan
71
b. kelainan radiologis osteo. Splenektomi biasanya dapat
mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
c. A-beta lipropoteinemia, Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk
eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi
pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut
disebabkan oleh kelainan komposisi lipid pada dinding sel.
2) Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah,
misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
a. Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase
b. Defisiensi Glutation reduktase
c. Defisiensi Glutation
d. Defisiensi Piruvatkinase
e. Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
f. Defisiensi difosfogliserat mutase
g. Defisiensi Heksokinase
h. Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehydrogenase
2. Hemoglobinopatia
Pada neonatus HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya
(95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi
HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun
telah mencapai keadaan yang normal Sebenarnya
terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin
ini, yaitu:
a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
b. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal
talasemia
2. Faktor ekstrinsik
72
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
- Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
- Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi
yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
73
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan (Kuratif)
Anemia jenis ini pada dasarnya tidak dapat dicegah, terlebih
yang disebabkan oleh faktor genetik. Pengecualiannya adalah defisiensi
glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD). Jika kamu terlahir dengan
kekurangan G6PD, kamu dapat menghindari zat yang dapat memicu
kondisi tersebut. Misalnya, hindari kacang fava, naftalena (zat yang
ditemukan di beberapa bola ngengat) dan obat-obatan tertentu (sesuai
anjuran dokter). Tetapi dapat membantu mencegah anemia dengan
mengonsumsi makanan yang seimbang yang mencakup sumber zat besi,
vitamin B12, dan folat yang baik..
Pencegahan (preventif)
Meski begitu, beberapa jenis anemia hemolitik bisa dicegah.
Misalnya, reaksi terhadap transfusi darah yang dapat menyebabkan
anemia hemolitik. Ini membutuhkan pencocokan jenis darah yang cepat
antara pendonor dan penerima (Loughery, 2013).
2.6 Penunjang medis
1. Pemeriksaan darah lengkap. Lewat pemeriksaan ini dokter bisa
melihat ada-tidaknya anemia, atau infeksi yang menyebabkannya.
Bisa juga melihat kemungkinan gangguan darah yang berisiko
menyebabkan anemia hemolitik. Melalui pemeriksaan ini juga akan
diketahui peningkatan produksi sel darah merah yang dapat menjadi
indikasi adanya anemia hemolitik.
3. Tes fungsi hati. Tes ini mengukur kadar protein, enzim hati, dan
bilirubin dalam darah kamu.
74
4. Serum Laktat Dehidrogenase (LDH) dan serum haptoglobin.
Kenaikan kadar LDH dan perubahan kadar serum haptoglobin dapat
membantu dokter mendiagnosis kondisi dan jenis anemia hemolitik.
5. Tes retikulosit. Tes ini mengukur berapa banyak sel darah merah
yang belum matang, yang seiring waktu berubah menjadi sel darah
merah, yang diproduksi oleh tubuh.
75
BAB III
PEMBAHASAN
76
menekan dan mendestruksi sel darah merah, atau apabila terjadi reaksi
autoimun.
77
BAB IV
PENUTUP
78
BAB V
TERMINOLOGI
Anemia
- P : an- : tanpa
- R : -emia : darah
- S:-
Arti : kurangnya haeme eritrosit atau hemoglobin untuk
mengangkut oksigen
Haemolitik
- P:-
- R : haem/o : darah
- S : lytic : pemecahan
Arti : pemecahan sel haeme
Autoimun
- P : auto : sendiri
- R : immune (imun, kekebalan tubuh)
- S:-
Arti : kondisi dimana imun tubuh bereaksi berlebihan
terhadap diri sendiri dan menyebabkan kerusakan sel
sehat.
Hematologi
- P:-
- R : haemat/o : darah
- S : logy / logos : ilmu / studi tentang-
Arti : ilmu tentang darah
Eritrosit
- P:-
- R : erythr/o- : merah
cyte : sel
79
- S:-
Arti : Sel darah merah
Retikuloendotelial
- P:-
- R : reticul/o : jaring-jaring kecil
Endotelial/endothelium : lapisan arteri yang
mengeluarkan zat ke dalam darah
- S:-
Arti : sistem di dalam jaringan dan organ yang berfungsi
melakukan fagositosis bakteri dan benda asing yang
masuk ke tubuh.
Intravascular
- P : intra : didalam
- R : vascular : pembuluh darah
- S:-
Arti : di dalam pembuluh darah
Splenomegali
- P:-
- R : spleen/o : limpa
- S : megaly : pembesaran
Arti : Pembesaran limpa
80
DAFTAR PUSTAKA
Newman, Dorland W.A 2015, Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 29.
Singapura: Elsevier.
Oehadian, Amaylia. 2012 ―Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia‖.
Counting Medical Education. 39(06): CDK-194
Bass GF, Tuscano ET, Tuscano JM. 2014 Diagnosis and classification of
autoimmune hemolytic anemia. Elsevier.; 13(14):560-564.
Go, RS, Winters, JL, Kay, NE. How I treat autoimmune hemolytic anemia.
Blood. 2017;129:2971–2979. doi:10.1182/blood-2016-11-
693689
Algassim AA, Elghazaly AA, Alnahdi AS, et al.: Prognostic significance of
hemoglobin level and autoimmune hemolytic anemia in SARS-
CoV-2 infection. Annals of hematology. 2020, 100:37-43.
De Loughery TG (2013). Hematology board review manual :
Autoimmune
hemolytic anemia. Hematology, 8 (1): 2-9.
Zulfiqar AA, Mahdi R, Mourot-Cottet R, Pennaforte JL, Novella JL Dan
Andrès
E (2015). Autoimmune Hemolytic Anemia - A Short Review Of
The
Literature, With A Focus On Elderly Patients. Journal of
Hematology &
Thromboembolic Diseases, 3(6): 2.
81
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Rensi Ayuningtias
D3 RMIK
2021
82
BAB I
PENDAHULUAN
83
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
84
2.2 Pengertian Anemia Megaloblastik
85
dihancurkan di sumsum tulang sebelum masuk ke angio (hemolisis
intramedular).( Schick P.(2019).
symptom anemia yang paling umum adalah tubuh cepat merasa lelah
dan terlihat pucat serta sering mengeluh kedinginan/ Hipotermia .
Beberapa symptom umum lainnya, antara lain:
Selalu merasa mudah marah.
Sakit kepala/ Caphalgia.
Mengalami masalah sulit berkonsentrasi atau berpikir.
Sembelit/ laxative .
87
+Komplikasi ini dapat terhindarkan jika Anda didiagnosis dan dirawat
lebih awal.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan haemo lengkap bisa ditemukan anemia dengan MCV
yang meningkat lebih dari 100 fL (makrositosis) terkadang disertai
dengan leukopenia dan/ trombositopenia
2. Apusan haemo
Terlihat gambaran anisopoikilositosis disertai makroovalosit dan
hipersegmentasi neutrofil dan trkadang juga ditemui erythrocyte
muda.
3. Pemeriksaan Kadar asam folat dan vitamin B12
88
BAB III
PEMBAHASAN
Normal
Non-normal
89
BAB IV
PENUTUP
Anemia megaloblastic adalah kumpulan pathologi yang
disebabkan oleh adanya gangguan sintesis DNA,
disebabkan oleh defisiensi kobalamin (B12) dan asam folat.
Cyte terutama yang terkena adalah cyte yang
pertukarannya cepat (turn over). Gangguan
absobsi/metabolisme folat/vitamin B12 menghambat
sintesis DNA dan memperlambat siklus cyte selama
eritropoesis. Akan tetapi sintesis hemoglobin terus terjadi
sehingga ukuran erythrocyte muda membesar dan elips
erythrocyte yang masuk ke dalam haemo. Dan untuk
pembentukan granulocyte dan megakariocyte juga
terganggu. Di samping gangguan proliferasi anemia ini juga
menampakkan kerusakan dini erythrocyte di sumsum
tulang.
Dapat dilakukan pemeriksaan haemo secara lengkap,
apusan haemo, dan pemeriksaan kadar volat/vitamin B12
untuk penunjang medisnya.
90
BAB V
TERMINOLOGI
Gastrectomy ( Operasi pemotongan lambung)
- P:-
- R : Gastr/o ( lambung)
- S : Ectomy ( Pemotongan)
Hipertiroidisme ( produksi hormon berlebih oleh kelenjar
berbentuk kupu-kupu di leher(tiroid))
- P : Hyper ( kelebihan)
- R : Tiroid ( kelenjar)
- S : Ism ( kondisi atau penyakit)
Hemodialisis( proses pembersihan darah dari zat sampah
melalui proses penyaringan di luar tubuh)
- P : hemo ( darah)
- R: dialisis ( membersihkan darah dari zat toksik)
- S: -
91
DAFTAR PUSTAKA
92
AGRANULOCYTOSIS
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
D3 RMIK
2021
93
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi obat antitiroid (ATD) merupakan salah satu pilihan untuk kuratif
hipertiroidisme, bersama dengan pembedahan dan yodium radioaktif.
Dalam praktek klinis, propylthiouracil sedang diganti dengan carbimazole
dan methimazole karena mereka waktu paruh biologis lebih lama (1-2
jam vs. 3–5 jam untuk methimazole dan carbimazole, tanpa perbedaan
antara keduanya dan risiko sisi yang parah efek lebih rendah. Itu kasus
pertama agranulositosis yang diinduksi ATD dijelaskan di 1952 oleh
Bartels dan Sjogren dalam rangkaian 250 kasus mereka dari pasien
yang dirawat. Pasien menerima methimazole dan sebelumnya memiliki
agranulositosis sekunder pengobatan propylthiouracil. Kematian pertama
yang terkait dengan Terapi ATD juga berasal dari tahun 1952, ketika
pasien menerima methimazole mengalami fever tinggi dan dispnea dan
akhirnya meninggal karena pneumonia bilateral. Agranulositosis yang
diinduksi ATD jarang terjadi, tetapi tingkat keparahannya kondisi yang
mungkin mengancam nyawa ini berarti pengelolaannya penting untuk
prognosis yang baik. Kami meringkas bukti terkini mengenai definisi,
epidemiologi, faktor risiko, patofisiologi, presentasi klinis, dan
pengelolaan entitas klinis ini. Pada penyakit tersebut kebanyakan
penderita meninggal dunia dalam usia 3 tahun. nelson Hal ini
berdasarkan laporan seorang peneliti bernama kostmann yang
mengumpulkan 19 anak swedia bersaudara pada tahun 1975. Sejak saat
itu kasus-kasus agranulositosis kongenital ditemukan di Asia, Amerika
Utara, dan Eropa. Kejadian rata-rata agranulositosis di rumah sakit
Songklanagarrind di Thailand dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
94
Dari data tersebut antara tahun 1993-2007 ada 38 kasus yang terjadi
akibat dipengaruhi oleh suatu kerja obat tertentu, berikut tabel yang
menjelaskan jenis-jenis obat tersebut yang dalam meningkatnya kasus
agranulositosis di Thailand. (hidayati, 2012)
95
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI AGRANULOCYTOSIS
Hemo merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi
manusia karena mengandung berbagai macam komponen. Seperti
cairan berupa plasma darah dan hemocyte. Hematologi merupakan
salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang hemo dan
jaringan pembentuk hemo. (Firani,2018)
96
Agranulocytosis adalah kondisi saat myel/o gagal membentuk
agranulosit, yaitu jenis sel leucocyte yang bertugas melawan infeksi.
Agranulocytosis harus segera ditangani karena dapat mengancam
nyawa.
97
SYMPTOM AGRANULOCYTOSIS :
- Fever
- Malaise
- Cephalgia
- Selesma
- Ptisis
- Dyspnea
- Hypotermia
- Dernatitis
- Bronchitis
- Chondralgia
98
Pemeriksaan darah dan urine dibutuhkan untuk mengevaluasi
terdapatnya infeksi dan memeriksa hitung jenis sel darah putih.
1. Antibiotik
3. Imunosupresan
4. Transplantasi myel/o
99
Preventif
Tes darah
100
BAB III
PEMBAHASAN
- pemberian antibiotik
- imunosupresan
- transplantasi myel/o.
102
BAB IV
PENUTUP
103
BAB V
TERMINOLOGI
AGRANULOCYTOSIS
Prefix = A (tanpa)
CEPHALGIA
Prefix =-
BRONCHITIS
Prefix =-
CHONDRALGIA
104
DAFTAR PUSTAKA
Vicente, N., Cardoso, L., Barros, L., & Carrilho, F. (2017). Antithyroid
drug-induced agranulocytosis: state of the art on diagnosis and
management. Drugs in R&D, 17(1), 91-96.
Estcourt, L.J., Stanworth, S., Doree, C., Blanco, P., Hopewell, S., Trivella,
M., & Massey, E. (2015). Granulocyte transfusions for preventing
infections in people with neutropenia or neutrophil dysfunction.
Cochrane Database of Systematic Reviews, 6, CD005341.
Lally, J., Malik, S., Whiskey, E., Taylor, D. M., Gaughran, F. P., Krivoy,
A., ... & MacCabe, J. H. (2017). Clozapine-associated
agranulocytosis treatment with granulocyte colony- stimulating
factor/granulocyte-macrophage colony-stimulating factor: a systematic
review. Journal of clinical psychopharmacology, 37(4), 441-446.
105
ANOMALIES OF LEUKOCYTE
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
106
BAB I
PENDAHULUAN
Leukosit merupakan cyt/o yang mengandung inti (Sutedjo,
(2006). Di dalam hemo manusia, normal didapati jumlah leukosit
3
rata-rata 5000-9000 sel/mm meningkatnya jumlah leukosit sebesar
15.000 selama persalinan. Leukosit tampak bening & tidak
berwarna,bentuknya lebih besar dari eritrosit, namun jumlah leukosit
lebih sedikit.
107
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Function Leukosit
Function umum leukosit sebagai berikut:
109
2. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan
oleh basofil
Sifat Leukosit
Sifat-sifat leukosit sebagai berikut:
110
Etiologi Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat
menyebabkan leukopenia. Etiologi tersering adalah poisoning obat
seperti fenotiazin, begitu juga clozapine yang merupakan suatu
neuroleptika atipikal. Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan
chloramphenicol juga dapat menyebabkan leukopenia.
Etiologi dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma
yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan
(sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin,ampicillin,
tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau
untuk keganasan lainnya.
111
berupa tes hemato lengkap. Setelah etiologi leukosit tinggi diketahui,
dokter akan memberikan treatment yang sesuai untuk mengatasi etiologi
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambar Disease Leukosit
113
Leukosit tampak bening & tidak berwarna,bentuknya lebih besar
dari eritrosit, namun jumlah leukosit lebih sedikit. Diameter lekosit kurang
lebih 10 µm. Batas normal jumlah leukosit berkisar 4.000 – 10.000 / mm³
darah. Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh
terhadap benda –benda asing ( foreign agents) termasuk kuman –
kuman penyebab penyakit infeksi.
Keadaan saat abnormal
jumlah sel darah putih yang terdapat dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah
normalnya. Jumlah sel darah putih normal berbeda-beda, tergantung
usia. Berikut adalah jumlah normal sel darah putih per mikroliter darah
(sel/µL darah) berdasarkan kelompok usia:
114
BAB IV
PENUTUP
Leukosit merupakan blood cell yang mengandung inti (Sutedjo, 2006).
Di dalam hemato manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata
3
5000-9000 sel/mm meningkatnya jumlah leukosit sebesar 15.000
selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa
hari pertama masa post partum.
Leukosit tampak bening & tidak berwarna,bentuknya lebih besar dari
eritrosit, namun jumlah leukosit lebih sedikit. Diameter lekosit kurang
lebih 10 µm. Batas normal jumlah leukosit berkisar 4.000 – 10.000 / mm³
darah. Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh
terhadap benda –benda asing ( foreign agents) termasuk kuman –
kuman penyebab penyakit infeksi.
115
BAB V
TERMINOLOGI
Leukopenia
(berkurangnya jumlah leukosit dalam darah)
P :-
R : leuko : leukosit
R : leuk/o,cyt/o
S : penia : kekurangan
Agranulositosis
(kondisi saat sumsum tulang gagal membentuk granulosit)
P : A : tidak
R : granul/o = butiran kecil dan halus terdapat dalam sel
S : osis : keadaan,kondisi
Hypersensitivity
( reaksi tubuh berupa respon imun yang berlebih terhadap
benda asing )
P : hyper : lebih
R : sensitivity
S :-
Leukocyte
https://halosehat.com/penyakit-dan-kelainan/leukositosis. Diakses
tanggal 31 Mei 2021 pukul 11.20 wib
117
APLASTIC ANEMIAS
Dosen Pengampu :
dr. R.A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
Romiatul Khasanah 205030
Regita Shofwatun N 205068
Saffana Audrey Hanifia 205108
D3 RMIK
2021
118
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia Aplastik dapat terjadi pada semua golongan usia, serta dapat
diturunkan secara genetik ataupun didapat. Insiden anemia aplastik
didapat mencapai puncak pada golongan umur 15-25 tahun, sedangkan
jumlah tertinggi kedua berada pada golongan usia diatas 60 tahun. Rasio
anemia aplastik pada pria dan wanita adalah 1:1, namun perjalanan
disease serta manifestasi klinis pada pria lebih berat dibandingkan
wanita. Mekanisme primer terjadinya anemia aplastik diperkirakan
melalui kerusakan pada stem cells (seed theory), kerusakan lingkungan
mikro (soil theory) dan melalui mekanisme imunologi (immune
suppression). Mekanisme ini terjadi melalui berbagai faktor (multi
faktorial) yaitu: familial (herediter), idiopathic (penyebabnya tidak dapat
ditemukan) dan didapat yang disebabkan oleh obato batan, bahan kimia,
radiasi ion, infeksi, dan kelainan imunologis. Anemia aplastik merupakan
kegagalan hematopoiesis yang relatif jarang dijumpai namun berpotensi
mengancam nyawa. Anemia aplastik merupakan disease yang akan
diderita seumur hidup, sehingga diperlukan kerjasama tim medis, pasien,
serta keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan disease ini. Edukasi
terhadap pasien dan keluarganya tentang disease dan komplikasi yang
memungkinkan akan sangat membantu memperbaiki hasil pengobatan,
serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup pasien.
119
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Emia dibagi menjadi 2 yaitu plasma emia dan hemocyte Plasma emia.
Terdiri dari air dan protein emia yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum emia.
Bagian-bagian plasma emia menurut Syaifuddin (1997) meliputi :
a. Air : 91%
120
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti cyt, berdiameter 8
mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit
mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih)
Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki
butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan
netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki
granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c) Trombosit/platelet (sel pembeku emia)
121
2.3 Pathofisiologi Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan stem cell di medula spinalis
yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini berkurangnya
hemocyte dalam peripheral blood sebagai akibat berhentinya
pembentukan cyt hemopoetik dalam medulla (Wijaya & Putri, 2013).
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pancytopenia atau
bicytopenia pada peripheral blood yang disebabkan oleh kelainan primer
pada medulla dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya
infiltrasi, supresi atau pendesakan medulla (Bakta, 2017).
Kerusakan Langsung Pada medulla dapat ditimbulkan oleh paparan
radiasi, benzene dan kemoterapi sitotoksik. Dampak kerusakan ini
bersifat dose-dependent dan transien pada dosis konvensional. Defek
genetik yang dimaksud adalah defek genetik yang menghilangkan
kapasitas cyt hematopoietik untuk memperbaiki DNA seperti pada
anemia Fanconi (replication-dependent removal of interstrand DNA
cross-links) dan diskeratosis kongenital (telomere maintenance and
repair) atau defek genetik yang mengganggu jalur diferensiasi dan self-
renewal seperti pada defisiensi GATA2. Selain itu, kegagalan medulla
pada anemia aplastik dapat disebabkan pula oleh sindrom yang
mempengaruhi regulasi imun contohnya pada mutasi cytotoxic T-
lymphocyte–associated antigen 4 (CTLA-4), defisiensi adenosin
deaminase 2 (DADA2).
Hampir sebagian besar kasus sporadis anemia aplastik tampaknya
dimediasi oleh kelainan pada imunitas. Bukti paling relevan untuk
mekanisme ini ialah adanya perbaikan hitung darah setelah pemberian
imunosupresif siklosporin. Selain itu, anemia aplastik berhubungan pula
dengan kelainan imun seperti eosinofilik fasciitis, thymoma dan
seronegatif hepatitis. Patofisiologi gangguan imun terhadap anemia
122
plastik diduga terletak pada cyt T sitotoksik, cyt T-regulator, antigen
histokompatibilitas dan otoantibodi. [2-5]
Menurut (Bakta, 2017) mekanisme terjadinya anemia aplastik
diperkirakan melalui :
a. Kerusakan sel induk (seed theory)
b. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)
c. Mekanisme imunologik
Anemia aplastik biasanya disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu
faktor primer dan sekunder. Anemia aplastik sering diakibatkan oleh
radiasi dan paparan bahan kimia. Akan tetapi, kebanyakan pasien
penyebabnya adalah bersifat idiopathic, yang berarti penyebabnya tidak
diketahui. Anemia aplastik dapat juga berkaitan dengan infeksi virus dan
dengan disease lainnya
2.4 Diagnosa dan Diagnosa banding Anemia Aplastik
Pengobatan (kuratif)
Pencegahan (preventif)
125
terpenuhi, maka individu sudah dapat digolongkan sebagai penderita
anemia aplastic
Pemeriksaan penunjang umum pada anemia aplastik meliputi
pemeriksaan darah lengkap, hitung diferensial dan apusan haema
perifer, tes fungsi renal dan tes fungsi hepar. Pemeriksaan khusus
seperti flow cytometry, hemoglobin elektroforesis, tes serologi untuk
virus, pemeriksaan sitogenetik, tes molekular pada sumsum tulang,
inkubasi diepoxybutane dilakukan seusai temuan anamnesis, klinis yang
mengarah ke diagnosis alternatif atau yang berhubungan dengan
kelainan genetik bawaan. [1-4, 8-10]. Pemeriksaan yang dapat
mengonfirmasi anemia aplastik adalah pemeriksaan aspirasi dan biopsi
sumsum tulang. Temuan diagnostik pemeriksaan sumsum tulang yang
mengonfimasi diagnosis anemia aplastik adalah hiposelularitas sumsum
tulang, tidak ada infiltrasi sel-sel maligna atau fibrosis, residu sel-sel
hematopoietik normal secara morfologi dan hematopoiesis tidak
megaloblastik.
126
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 anemia aplastik normal
127
BAB IV
PENUTUP
Dari makalah di atas diketahui bahwa anemia aplastic
merupakan suatu kelainan yang ditandai oleh panchytopenia pada
peripheral blood dan penurunan selularitas mendula. Pada keadaan ini
jumlah hemocyte yang diproduksi tidak memadai. Penyebabnya masih
belum ditemukan kemungkinan terjadik karena obat obatan, bahan
kimia, radiasi ion, infeksi, dan kelainan imunologis. untuk menurunkan
risiko terjadinya kondisi ini, hindarilah paparan zat kimia, seperti
pestisida, insektisida, pelarut organik, atau penghilang cat.
128
BAB V
TERMINOLOGI
Anemia Aplastik : defisiensi produk eritrocyt akibat gangguan pada
medulla
P = an- (tanpa)
R = -emia (darah)
S=-
P = a- (kurang)
R= -plastik (perbaikan dengan pembedahan)
S=-
Panchytopenia : kondisi penurunan jumlah semua hemocyte
P = pan- (semua)
R = -chy (sel dalam hal ini eritrocyt)
S = -penia (kekurangan/penurunan/dibawah normal)
Hypoplasia : tidak berkembangnya suatu organ atau jaringan
P = hypo- (rendah/dibawah)
R= -plasia (kelainan pertumbuhan)
S=-
Dyspneo : kesulitan respire atau dyspnea
P = dys (kesulitan)
R = pneo (udara)
S=-
Dyskeratosis : keratinisasi keratinosis yang abnormal
P = dys (kesulitan)
R = kerat/o (cornea)
S = osis (kondisi abnormal)
129
Menorrhagia : hemoragi menstruasi yang berlebihan
P=-
R = men/o (menstruasi)
S = rrhagia (aliran yang berlebih)
Organomegaly : pembesaran satu atau sejumlah organ dalam
P=-
R =organ/o (organ tubuh bagian dalam)
S = megaly (pembesaran)
Hepatomegaly : pembesaran pada hepar
P=-
R = hepat/o (hati)
S = megaly (pembesaran)
Splenomegaly : pembesaran limpa
P=-
R = splen/o (limfa)
S = megaly (pembesaran)
Limfadenopathy : disease kelenjar getah bening
P=-
R = limfa (kelenjar getah bening), aden/o (kelenjar)
S = pathy (penyakit)
130
DAFTAR PUSTAKA
Dharmayuda, T. G., PD-KHOM, S., Pratiwi, N. M. I., & Tediantini, P. N.
ANEMIA APLASTIK.
Isyanto, I., & Abdulsalam, M. (2016). Masalah pada Tata Laksana
Anemia Aplastik Didapat. Sari Pediatri, 7(1), 26-33.
Jaya, I. K. H. A., Rena, R. A., & Suega, K. (2014). Prevalensi Pasien
Anemia Aplastik Yang Di Rawat Di Poliklinik Penyakit Dalam
Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2014. E-Jurnal Medika
Udayana
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/824/5/BAB%20II.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/48499e8dd124c2
ac40269796189dd820.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/ee956bf3d82de7ba8f2e0ad
3b3e2192c.pdf
131
ANEMIA MAKROSITIK NORMOKRO
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Salsa bila dwi puspita 205110
D3 RMIK
2021
132
BAB I
PENDAHULUAN
133
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
135
b. Saluran genetalia (perempuan) : menorrhagia.
c. Saluran nafas : hemoptysis.
2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam
makanan (asupan yang kurang) atau kualitas besi (biovailabilitas) besi
yang rendah.
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan
makinterasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia
136
2.4 Diagnosa dan diagnosa banding Anemia Makrositik Normokrom
137
No Jenis Kuratif Penjelasan
138
4. Erythropoietin Obat yang
digunakan
untuk
membantu
sumsum
tulang
menjadi
lebih banyak
erythrocyte.
(mean corpuscular
trombositopenia
kandungan kobalamin
dilakukan. Dapat
ditemukan megaloblast,
mitotic figures,
stai
140
BAB III
PEMBAHASAN
NORMAL ABNORMAL
141
Anemia makrositik biasanya ditandai dengan ukuran erythrocyte
yang besar yang disebabkan karena pematangan erythrocyte yang
tidak sempurna. Ukuran erythrocyte yang matang berukuran kecil,
sedangkan ukuran erythrocyte yang belum matang berukuran besar.
Anemia makrositik disebabkan bahan pematangnya tidak sempurna,
gangguan pada hepar, atau gangguan pada sumsung tulang.
Gangguan ini menyebabkan erythrocyte berukuran makro (MCV> 100fl)
(Oehadian, 2018).
142
BAB IV
PENUTUP
143
BAB V
TERMINOLOGI
1. Eritropoiesis
Preffix : -
Root : Eritr/o (darah)
Suffix : Poiesis ( pembentuk / produksi )
*Proses produksi dan pematangan sel darah atau
erythrocyte.
2. Chepalgia
Preffix : -
Root : Chepal (kepala)
Suffix : Algia (nyeri)
*rasa nyeri kepala
3. Erythrocyte
Preffix : -
Root : - erthyr/o (merah), - cyt/o/e (sel)
Suffix : -
*sel darah merah
4. Trombositopenia
Prefix : -
Root : Trombosit ( keeping darah)
Suffix : Penia ( kekurangan)
144
*kondisi yang abnormal / kekurangan keping darah
5. Makrositosis
Prefix : Makro (pembesaran)
Root : cyt/o (sel)
Suffix : Osis (keadaan)
*suatu keadaan pembesaran ukuran sel darah
145
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, R. T., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam Kehamilan.
Jember, Jawa Timur : CV.Pustaka Abadi. ISBN 978-602-5570-64-3
(e-book)
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/anemia-
megaloblastik/diagnosis
146
Anemia Normositik Normochrom
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Fellya Ayu Hatmayanti 205011
D3 RMIK
2021
147
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia atau yang secara awam dikenal dengan kurang darah,
merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama di
negara berkembang. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau
lebih parameter sel darah merah konsentrasi hemoglobin, hematokrit
atau jumlah eritrosit. Anemia dapat menyerang wanita, anak-anak, orang
tua dan orang yang memiliki penyakit jangka panjang. Anemia dapat
diturunkan melalui gen, wanita yang sedang haid, penderita gastro atau
kondisi kronis lainnya. Anemia dapat terjadi sementara atau dalam
jangka panjang, dengan tingkat keparahan ringan hingga berat.
Anemia dapat diklasifikasikan secara fungsional menjadi empat
kategori, yaitu anemia akibat defek pada produksi di medulla ossea
(hipoproliferatif), defek pada maturasi eritrosit (eritropocsis inefektif),
menurunnya masa hidup eritrosit (hemolisis), serta kehilangan darah.
Anemia hipoproliferatif biasanya ditandai dengan penurunan indeks
produksi retikulosit dan sedikit perubahan atau bahkan tidak ada
perubahan sama sekali pada morfologi eritrositnya (anemia normositik
normokrom). Normositik, pada anemia normositik ukuran sel darah
merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan darah yang parah,
meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit
hemolitik, gangguan endokrin, gastro, dan liver. Contohnya pada
perdarahan akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, dan
gangguan gastro. Adanya perubahan morfologi sel eritrosit menampilkan
proses hemolitik primer, mikroangiopati atau hemoglobinopati.
148
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Anatomi Fisiologi
Anemia Normositik Normochrom merupakan bentuk anemia dimana
konsentrasi hemoglobin dalam sel eritrosit berada dalam kisaran standar,
tetapi jumlah sel darah merah tidak mencukupi. Kondisi yang ditemukan
termasuk anemia aplastik, posthemorrhagic, dan hemolitik serta anemia
penyakit kronis. Anemia ini terjadi karena perdarahan yang hebat seperti
kecelakaan, labour, pembedahan, dan pecahnya pembuluh darah.
Penyakit yang menyebabkan pendarahan seperi mimisan, wasir, kanker
di saluran pencernaan, dan penyakit gastro juga adalah pemicunya.
Anemia yang akut disebabkan kerusakan medulla ossea belakang
sebagai sumber produksi eritrosit.
149
e. Penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada medulla ossea
f. Anemia pada PGK termasuk infeksi
g. Sindrom anemia kardiorenal : anemia, kompensasi kordis
Symptom
a. Tubuh yang lemah dan lelah
b. Kehilangan stamina
c. Dyspneu dan pusing
d. Kulit yang terlihat pucat
150
pembentukan eritrosit yang masih baik. Sebaliknya, jumlah retikulosit
yang rendah pada anemia menandakan adanya masalah sehingga
pembentukan eritrosit tidak berjalan baik.
151
Tindakan medis lainnya yaitu transfusi darah, biasa diberikan
pada penderita anemia pasca perdarahan akut dengan tanda – tanda
hemodinamika. Pada anemia kronik, transfusi diberikan hanya jika
anemia tersifat sistomatik atau adanya ancaman payah cardio. Pada
tindakan ini akan diberikan PRC dengan cara meneteskan secara
perlahan dan memberikan furosemide sebelum transfusi.
153
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambar Penunjang
(Anemia Normositik)
154
(Klasifikasi anemia menurut ukuran sel dan hemoglobin yang
dikandung)
https://pdfcoffee.com/qdownload/pengertian-normokrom-normositer-
pdf-free.html
155
BAB IV
PENUTUP
Anemia Normositik Normochrom adalah kondisi dimana ukuran
dan bentuk eritrosit normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang normal juga tetapi individu menderita anemia. Diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, antara lain anemia normositik normokrom
dengan retikulositosis, anemia normositik normokrom dengan
retikulositopenia, anemia normositik normokrom dengan peningkatan
retikulosit, anemia normositik normokrom dengan penurunan besi serum,
dan anemia hemolitik. Penyakit ini disebabkan oleh pendarahan akut,
gangguan gastro, hemolisis, terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak
disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin, bentuk dan ukuran
eritrosit, penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada medulla, anemia
pada penyakit ginjal kronik (PGK) termasuk infeksi, dan sindrom anemia
kardiorenal : anemia, gagal jantung. Anemia jenis ini mengakibatkan
tubuh yang terasa lemah dan lelah, kehilangan stamina, sesak napas
dan pusing, serta kulit yang terlihat pucat. Dapat dideteksi dengan cara
melakukan pendekatan diangnostik, tes darah, dan pemeriksaan
retikulosit. Perawatan dari anemia mikrositik normokrom berfokus pada
pengobatan dari hal yang menyebabkan kondisi tersebut, biasanya
dokter akan memberikan suplemen zat besi dan vitamin C.
156
BAB V
TERMINOLOGI
• P:-
• R : hem/o (darah)
• S : -lysis (larut, hancur, rusak)
Arti : kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena
gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan
pelepasan hemoglobin.
4. Mikroangiopati
• P : Mikro (kecil)
• R : Angi/o (pembuluh, saluran)
• S : -paty (keadaan sakit)
Arti : kerusakan mikrovaskuler atau gangguan pembuluh darah
kecil.
5. Hemoglobinopati
• P:-
• R : hemoglobin/o (protein dalam eritrosit)
• S : -paty (keadaan sakit)
Arti : Kelainan pada struktur dan gangguan sintesis hemoglobin
(thalassemia)
157
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/0bd380db2e61ed7dcf63d8
0e8057b308.pdf
http://eprints.ums.ac.id/39695/3/BAB%20%20I%20endar.pdf
158
CRYOGLOBULINAEMIA
Dosen Pengampu :
Dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
Tria Siti Nur Azizah 205035
Wahyuning Qonita Aprilia 205113
D3 RMIK
2021
159
BAB I
PENDAHULUAN
161
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi & Fisiologi Cryoglobulinemia
Cryoglobulinemia berhubungan dengan triad klinis purpura derma,
arthralgia, dan kelemahan oleh Meltzer et al. pada tahun 1967, persentase
disease cryoglobulinemia yang digambarkan sebagai cryoglobulinemia
esensial atau cryoglobulinemia idiopatik, yaitu disease cryoglobulinemik
yang tidak terkait dengan kelainan yang mendasari, telah menurun. Saat ini
sebagian besar kasus disease ini ditemukan terkait dengan gangguan
premaligna, ganas, infeksi, atau autoimun yang diketahui atau diduga
sebagai etiologi produksi krioglobulin. Bentuk disease cryoglobulinemik non-
esensial atau non-idiopatik ini secara klasik dikelompokkan menjadi tiga
jenis menurut klasifikasi Brouet. Klasifikasi tersebut membedakan tiga
subtipe disease krioglobulinemik berdasarkan dua faktor, kelas
imunoglobulin dalam krioglobulin dan asosiasi disease krioglobulinemik
dengan gangguan lain. Berikut tabel yang menyantumkan tiga jenis disease
cryoglobulinemik :
Persen
Tipe Komposisi Asosiasi dengan disease lain
Kasus
Tipe Monoclonal IgG, 10 – 15 Disease hematologi,
1 IgM, IgA, atau rantai % terutama MGUS membara
ringan atau multiple myeloma, multiple
mereka myeloma, Macroglobulinemia
Waldenstrom, dan Leukemia
kronis limfositik.
Tipe IgM Monoclonal plus 50 – 60 Disease menular, terutama
2 IgG poliklonal atau, % infeksi hepatitis C , infeksi
162
jarang IgA HIV , dan koinfeksi Hepatitis
C dan HIV ; disease
hematologi terutama
kelainan sel B; disease
autoimun
Tipe IgM poliklonal 25 – 30 Disease autoimun ,
3 ditambah IgG % terutama sindrom Sjögren
poliklonal atau IgA dan lupus eritematosus
sistemik dan artritis
reumatoid yang lebih
jarang ; disease menular
terutama infeksi HCV
163
22.Definisi Cryoglobulinemia
Cryoglobulinemia ialah suatu kondisi medis di mana emia
mengandung sejumlah besar antibodi sensitif dingin patologis yang disebut
cryoglobulin - protein (kebanyakan imunoglobulin itu sendiri) yang menjadi
tidak larut pada suhu yang diturunkan. Kondisi ini harus dikontraskan
dengan aglutinin dingin , yang menyebabkan aglutinasi erythrocyte.
(Kamus Dorland, hal 190)
23,Pathofisiologi Cryoglobulinemia
Mekanisme yang mendasari pembentukan kriopresipitat tidak
jelas tetapi tergantung pada berbagai parameter termasuk tingkat Ig, pH,
gaya ionik, dan suhu, serta muatan listrik, yang diatur oleh urutan asam
amino dan bagian gula terkandung dalam imunoglobulin.
Lesi iskemik mungkin berhubungan dengan obstruksi vaskular
oleh presipitat cryoglobulin, terutama pada krioglobulinemia tipe I.
Cryoglobulinemia campuran menyebabkan vaskulitis yang dimediasi
kompleks imun sejati. Mengapa vaskulitis simtomatik tidak terjadi secara
konsisten tidak jelas.
Studi terbaru menunjukkan bahwa perkembangan lesi
sangat tergantung pada sifat fisikokimia Igs, seperti sifat stereotaktik
dan rantai berat glikosilasi. Tergantung pada sifat fisikokimianya, Igs
bervariasi dalam kecenderungannya untuk membentuk kompleks imun,
mengendap, dan menginduksi respon inflamasi (melalui rekrutmen)
komplemen dan reseptor Fc makrofag) [6]. Lebih khusus lagi,
perbedaan dalam kelarutan dan kekakuan mempengaruhi
kecenderungan untuk membentuk kompleks imun, dan beberapa Ig
cenderung untuk menjalani pembelahan, yang membatasi ukuran
kompleks imun.
164
Pada hepatitis C kronis, glikoprotein amplop HCV E1 dan
E2 membantu virus masuk ke dalam hepatosit dan limfosit, mungkin
melalui reseptor sel CD8. Kronis Infeksi HCV menginduksi stimulasi
persisten sel B intrahepatik dan sirkulasi. Pasien dengan
cryoglobulinemia terkait HCV, beberapa penelitian telah menunjukkan
oligoclonal atau ekspansi monoklonal dari IgM+, IgD+ CD21 cyt B
memori rendah. Cyt B yang diperluas populasi dicirikan oleh repertoar
yang khas, dengan dominasi klon tertentu, terutama VH1-69, yang
menghasilkan Ig dengan aktivitas faktor rheumatoid, sehingga
menyebabkan pembentukan cryoglobulin. Stimulasi antigen kronis
menghasilkan munculnya klon cyt B yang menghasilkan IgM poliklonal
(krioglobulin tipe III) pada awalnya, kemudian IgM oligoklonal
(krioglobulin tipe II/III), dan akhirnya IgM monoklonal (tipe II
krioglobulinemia). Pada pasien dengan cryoglobulinemia campuran,
protein HCV telah diidentifikasi dalam biopsi kulit (E2 dan protein inti)
dan ginjal (protein inti) dan genomik RNA HCV dalam jaringan saraf
pada pasien dengan cryoglobulinemia campuran terkait HCV.
Meskipun semua subtipe limfoma non-Hodgkin sel B telah
dilaporkan hubungan dengan HCV, yang paling umum adalah limfoma
zona marginal dan limfoma sel B besar difus yang dihasilkan dari
transformasi limfoma derajat rendah. Pada pasien dengan
cryoglobulinemia simtomatik, risiko pengembangan limfoma dapat
meningkat 35- lipat dibandingkan dengan populasi umum. Model saat
ini untuk limfoma terkait HCV melibatkan peristiwa onkogenik tambahan
yang mempengaruhi klon sel B yang sebelumnya dipilih melalui
stimulasi kronis oleh antigen HCV.
165
Sign and Symptom Cryoglobulinemia
a. Tipe I
Sign and symptom akibat krioglobulin disease tipe I
mencerminkan hiperviskositas (symptom yang dipicu oleh peningkatan
viskositas (tahanan terhadap aliran) dari emia dan pengendapan
krioglobulin di dalam angio yang mengurangi atau menghentikan
kecepatan darah yang akan dikirim ke fibro. Gangguan aliran emia ke
fibro neurologis dapat menyebabkan symptom kebingungan, headache,
paracusia, dan neuropati perifer. Gangguan aliran emia ke fibro lain
pada disease tipe I dapat menyebabkan manifestasi purpura pada
derma, perubahan warna biru pada upper atau akrosianosis, nekrosis,
borok, dan liveo reticularis, espistaxis, arthragia, glomerulonefritis
membranoproliferatif dan disease kardiovaskular seperti dyspneu,
hipoksemia, dan heart failure kongestif . (stojic P, Jeremic IR (2017).
b. Tipe II dan III
166
campuran tampaknya disebabkan oleh vaskulitis inflamasi,
glomerulonefritis yang terjadi pada disease tipe I muncul karena
gangguan aliran darah. Disease hematologi, infeksi, dan autoimun yang
mendasari disease krioglobulinemik tipe II dan disease infeksi dan
autoimun yang mendasari disease krioglobulinemik tipe III juga
merupakan bagian penting dari temuan klinis disease ini. (Muchtar E,
Magen H, Gertz MA (2017).
Etiologi Cryoglobulinemia
Croglobulinemia merupakan kondisi yang harus dikontraskan
dengan aglutinin dingin ,yang menyebabkan aglutinasi erythrocyte.
Crioglobulin biasanya mengendap (menggumpal) pada suhu di bawah
suhu tubuh 0 - 37C (99 Fahrenheit) dan akan larut lagi jika emia
dipanaskan. Gumpalan yang mengendap dapat menyumbat angio dan
menyebabkan toe menjadi gangren . Meskipun disease ini biasanya
disebut sebagai cryoglobulinemia dalam literatur medis, disease ini
lebih baik disebut disease cryoglobulinemia karena dua alasan:
1) cryoglobulinemia juga digunakan untuk menunjukkan
sirkulasi (biasanya level rendah) cryoglobulin tanpa adanya symptom
atau disease. dan
2) orang sehat dapat mengembangkan krioglobulinemia
asimtomatik sementara setelah infeksi tertentu.
Berbeda dengan kejadian jinak dari krioglobulin yang
bersirkulasi, disease cryoglobulinemik melibatkan sign dan symptom
cryoglobulin yang mencetuskan dan biasanya dikaitkan dengan
berbagai disease pra-ganas , ganas , infeksi , atau autoimun yang
merupakan etiologi yang mendasari produksi krioglobulin. (Jurnal Fakta
keras dingin tentang cryoglobulinemia: pembaruan pada fitur klinis dan
kemajuan pengobatan". Klinik Disease Rematik Amerika Utara . 41 (1):
93–108, viii – ix.2015
167
Diagnosa Cryoglobulinemia
Faktor reumatoid adalah tes sensitif untuk krioglobulinemia.
Krioglobulin yang diendapkan diperiksa dengan imunoelektroforesis dan
imunofiksasi (nama umum untuk sejumlah metode biokimia untuk
pemisahan dan karakterisasi protein berdasarkan elektroforesis dan
reaksi dengan antibodi) untuk mendeteksi dan mengukur keberadaan
IgG monoklonal, IgM, IgA, atau imunoglobin rantai ringan. Tes rutin
lainnya meliputi pengukuran kadar aktivitas faktor reumatoid dalam
emia, dan antigen C hepatitis. Biopsi lesi derma (merupakan tindakan
pengambilan sebagian kecil jaringan yang ada di derma, jika ada
indikasi renal atau jaringan lain dapat membantu menentukan sifat
disease vaskular (deposisi imunoglobulin, vaskulitis krioglobulinemik,
dalam kasus yang menunjukkan adanya krifibrinogenemia, deposisi
fibrinogen). (Grada A, Falanga V (2017).
2.5 Penatalaksanaan Cryoglobulinemia
Kuratif Cryoglobulinemia
a. Cryoglobulinemia Tipe I
168
Kuratif disease krioglobulinemik campuran, mirip dengan
disease tipe I, ditujukan untuk mengobati gangguan yang mendasari. Ini
termasuk disease ganas (terutama makroglobulinemia Waldenström
pada disease tipe II), disease menular, atau autoimun pada disease tipe
II dan III. Baru-baru ini, bukti infeksi hepatitis C telah dilaporkan pada
sebagian besar kasus disease campuran dengan tingkat 70-90% di
daerah dengan insiden hepatitis C. Terapi yang paling efektif untuk
disease cryoglobulinemia terkait hepatitis C terdiri dari a kombinasi obat
anti-virus, INFα pegilasi dan ribavirin penipisan cyt B menggunakan
rituximab dalam kombinasi dengan terapi antivirus atau digunakan
sendiri, pada pasien yang menolak terapi antivirus juga terbukti berhasil
dalam mengobati disease terkait hepatitis C. Rekomendasi saat ini
mengobati disease yang mendasari dengan agen antivirus, anti bakteri,
atau antijamur yang sesuai, jika tersedia dalam kasus refrakter
terhadap obat yang sesuai, penambahan obat imunosupresif ke rejimen
terapeutik dapat meningkatkan hasil. Disease krioglobulinemik
campuran yang terkait dengan gangguan autoimun diobati dengan obat
imunosupresif: kombinasi kortikosteroid dengan salah satusiklofosfamid
, azatioprin , atau mikofenolat atau kombinasi kortikosteroid dengan
rituximab telah berhasil digunakan untuk mengobati disease campuran
yang terkait dengan gangguan autoimun. (Muchtar E, Magen H, Gertz
MA (2017).
Preventif Cryoglobulinemia
Sangat penting bagi pasien untuk mengetahui gejala – gejala
kryoglobulinemia agar pengobatan dapat dilakukan sejak dini, sehingga
dapat mengurangi potensi kerusakan organ pada pasien. Obar NSAID/
obat anti inflamasi nonsteroid dapat digunakan untuk mengurangi
symptom akut. Semua pasien dengan krioglobulinemia bersymptom
disarankan untuk menghindari, atau melindungi ekstremitas mereka, dari
169
paparan suhu dingin. Kulkas, freezer, dan AC menunjukkan bahaya dari
paparan tersebut
2.6 Penunjang Medis Cryoglobulinemia
Symptom yang secara spesifik tergantung pada jenis
cryoglobulinemia yang dialami penderita, seperti:
Arteritis Takayasu, dengan gejala mati rasa atau kedinginan
pada tubuh, gangguan ingatan, dan gangguan penglihatan
Giant cell arteritis, dengan gejala nyeri mandibula ketika
mengunyah, penglihatan ganda, hingga kebutaan sementara
Granulomatosis Wegener, dengan gejala asma, influenza,
sinusitis yang berlangsung dalam jangka panjang, infeksi ot,
dan nyeri wajah
Henoch-Schonlein purpura, yang ditandai dengan nyeri
abdomen, haemo pada urine, arthralgia, dan ruam ungu di
humerus atau fibula
Poliangiitis mikroskopik, dengan gejala berupa haemoptysis,
asma, dan terkadang dapat berkembang ke renal failur
Vaskulitis hipersensitivitas, ditandai dengan bintik merah di
derma, yang biasanya muncul di fibula
170
Pemindaian, seperti USG, CT scan, PET scan, dan MRI, untuk
mengetahui angio atau organ yang terkena cryoglobulinemia
Angiografi, untuk melihat apakah dinding angio menyempit atau
melebar
elektrokardiogram untuk memeriksa apakah terjadi
kerusakan pada cardio.
171
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar Cryoglobulinemia
172
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Cryoglobulinemia ialah suatu kondisi medis di mana
emia mengandung sejumlah besar antibodi sensitif dingin
patologis yang disebut cryoglobulin - protein (kebanyakan
imunoglobulin itu sendiri) yang menjadi tidak larut pada suhu
yang diturunkan. Kondisi ini harus dikontraskan dengan
aglutinin dingin yang menyebabkan aglutinasi erythrocyte.
Cryoglobulinemia terbagi menjadi 3 tipe yaitu, Tipe I
(monoclonal), Tipe II cryoglobulinemia campuran (monoclonal
dan poliklonal) dan Tipe III (poliklonal). Setiap pasien yang
bergejala cryoglobulinemia sangat disarankan untuk
menghindari atau melindungi ekstremitas mereka, dari paparan
suhu dingin. Kulkas, freezer, dan AC menunjukkan bahaya dari
paparan tersebut.
173
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1. CRYOGLOBULINEMIA
P : cry/o (dingin)
R : globulin/o (semua kelas protein, dimana sebagian
tidak larut dalam air, dan beberapa larut dalam air)
S : - emia (darah/berkaitan dengan darah)
2. ASIMTOMATIK
P : a- (tanpa)
R : symptomp/ a (gejala/ bukti subjektif
mengenai penyakit atau keadaan pasien)
S : -tic (berkaitan dengan)
Arti = tanpa gejala
3. CYANOSIS
P:-
R : cyan/o (biru)
S : -osis (kondisi)
Arti = perubahan warna kulit menjadi kebiruaN akibat hemoglobin
terenduksi dalam darah
4. LIMFOSITIK
P:-
R : limfosit/o
S : -ic (terkait dengan)
Arti = kanker pada darah dan sunsum tulang ditandai dengan sel
limfosit B yang berlebihan
5. MAKROGLOBULINEMIA
174
P : macro (besar)
R : globulin/o (semua kelas protein, dimana sebagian tidak larut
dalam air, dan beberapa larut dalam air)
S : - emia ( darah/ berkaitan dengan darah)
6. LIMFOMA
P:-
R : lymh/o : kelenjar getah bening
S : -oma : tumor , kanker
Arti : kanker kelenjar getah bening
7. ARTRALGIA
P:-
R : arth/o : sandi
S : -algia : nyeri
Arti : nyeri sendi
8. VASKULITIS
P:-
R : vascul/o : pembuluh darah
S : -itis : radang
Arti : radang pembuluh darah
9. GLOMARULONEFRITIS
P:-
R : glomarul/o
naphi/o : ginjal
S : -itis : radang
Arti : radang glomarulus ginjal
10. POLIARTRITIS
175
P : poly : banyak
R : arteri /o : pembuluh arteri
S : itis : radang
Arti : peradangan pada banyak pembuluh arteri sekaligus
176
DAFTAR PUSTAKA
177
ELLIPTOCYTOSIS
Dosen Pengampu:
Dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Syarifah Aini 205034
D3 RMIK
2021
178
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ovalositosis merupakan salah satu blood disorder disease yang
ditandai dengan erythrocyte yang kebanyakan berbentuk elips (Palek &
Lambert 1990). Eliptosit ini terperangkap dan dikeluarkan oleh spleen
yang mengakibatkan anemia hemolitik. Elliptocytosis pertama kali
dijelaskan oleh Dresbach pada tahun 1904, dan Hunter dengan tegas
menetapkan heritabilitasnya.
Subtipe dari eliptositosis meliputi eliptositosis herediter umum,
piropoikilositosis herediter (HPP), ovalositosis Asia Tenggara (SAO), dan
eliptositosis sferositik (SE). Subtipe ini berbeda dalam morfologi
erythrocyte dan derajat hemolisis. Ovalositosis di Asia Tenggara
(Southeast Asian Ovalocytosis/SAO) disebabkan oleh delesi gena
protein band 3 penyusun membran eritrosit. Secara molekuler penyebab
SAO ini khusus dan tidak terdapat pada bentuk ovalositosis lain.
Sebagian besar kasus eliptositosis tidak bergejala dan mungkin
merupakan temuan insidental selama pemeriksaan anemia, sementara
kasus lain mungkin muncul dengan symptom anemia seperti kelelahan
atau berkurangnya toleransi olahraga.
179
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
180
2.2 Definisi Elliptocytosis
Ovalositosis merupakan salah satu disease kelainan emia yang
ditandai dengan erythrocyte yang kebanyakan berbentuk elips (Palek &
Lambert 1990).
Subtipe Elliptocytosis
Subtipe Ellipcytosis bermacam-macam antara lain: Eliptositosis
herediter umum. Piropoikilositosis herediter (HPP), Ovalositosis Asia
Tenggara (SAO), dan Eliptositosis sferositik (SE).
1. Eliptositosis herediter umum
Adalah bentuk HE yang paling umum, dan pasien
umumnya asimtomatik. Neonatus mungkin datang dengan
hemolisis sementara, yang biasanya sembuh dalam tahun
pertama kehidupan. Transfusi dan fototerapi mungkin
diperlukan jika neonatus datang dengan anemia hemolitik berat
dan ikterus. Ciri dari HE yang umum adalah adanya erythrocyte
berbentuk elips pada apusan emia perifer, dan jumlahnya
berkisar dari 15% sampai 100%. Beberapa sferosit, stomatosit,
dan poikilosit (cyt terfragmentasi) dapat terlihat.
2. Piropoikilositosis herediter (HPP)
Adalah bentuk HE yang paling parah dan paling sering
menyerang neonatus Afrika-Amerika yang hadir dengan ikterus
neonatal dan anemia hemolitik yang menetap sepanjang hidup.
Apusan emia perifer menunjukkan poikilosit dan sferosit dengan
eliptosit yang jarang. Neonatus yang terkena paling sering
mengalami komplikasi yang berkaitan dengan hemolisis seperti
splenomegali dan cholelithiasis pigmen yang seringkali
memerlukan transfusi dan splenektomi.
3. Ovalositosis Asia Tenggara (SAO)
Juga dikenal sebagai stomatositosis elliptositosis,
paling sering terlihat di daerah endemik malaria. Hal ini terkait
181
dengan hemolisis ringan atau tanpa hemolisis dan memberikan
resistensi terhadap infeksi Plasmodium falciparum. Apusan
emia perifer menunjukkan stomatosit, ovalosit, dan makro-
ovalosit.
4. Eliptositosis sferositik (SE)
Paling sering ditemukan pada orang Italia dengan
hemolisis ringan hingga sedang.
Etiologi Eliptositosis
Deformabilitas elastis erythrocyte dibentuk oleh protein sitoskeleton
yang terletak di inferior membran cyt. Lima protein yang saling
berhubungan yang terlibat adalah spektrin, ankyrin, protein 4.2, protein
pita 3, dan glikophorin C. Setiap kelainan genetik yang mempengaruhi
protein ini dapat mengubah struktur dan fungsi protein ini yang
menyebabkan erythrocyte abnormal dan kelainan bentuk yang tidak
normal.
Sebagian besar kasus eliptositosis herediter disebabkan oleh cacat
genetik yang mempengaruhi spektrin alfa, spektrin beta, protein 4.1, pita
3, dan jarang glikophorin C. Perubahan ini termasuk substitusi basa
tunggal, penyisipan, penghapusan, atau perubahan pemrosesan mRNA.
Mutasi pada gen pengkode spektrin alfa adalah SPTA1, spektrin beta
adalah SPTB, dan protein 4.1 adalah EPB41. Pada kebanyakan kasus
HE, mutasi SPTA1 adalah yang paling umum, terjadi pada 65%, diikuti
oleh mutasi pada SPTB (30%) dan EPB41 (5%). Eliptositosis herediter
diwariskan secara autosom dominan kecuali untuk piropoikilositosis
herediter (HPP), yang diturunkan dalam pola resesif autosom
2.3.Patofisiologi Eliptositosis
Membran RBC normal terdiri dari lapisan ganda lipid dengan protein
sitoskeleton yang membantu menjaga integritas membran dan luas
permukaan. Protein sitoskeleton yang berbeda yang ada dalam
membran RBC adalah spektrin (terdiri dari heterodimer alfa dan
182
beta), ankyrin, protein 4.1, protein 4.2, band 3, dan glikophorin C.
Perubahan genetik yang mempengaruhi spektrin alfa, spektrin beta,
protein 4.1, pita 3, dan jarang glikophorin C mengakibatkan cacat
pada stabilitas membran erythrocyte dan deformabilitas saat
erythrocyte melewati mikrosirkulasi.
Akibatnya, erythrocyte gagal mendapatkan kembali bentuk cekung
ganda normalnya saat melewati mikrosirkulasi karena kehilangan
elastisitas yang mengakibatkan morfologi eliptosit tetap dalam emia
perifer. Eliptosit ini terperangkap dan dikeluarkan oleh spleen yang
mengakibatkan kerusakan erythrocyte dini (kurang dari 120 hari),
menyebabkan hemolisis intravaskular yang dominan pada
elliptositosis herediter. Tingkat keparahan anemia berhubungan
langsung dengan penurunan stabilitas membran erythrocyte Individu
yang heterozigot untuk varian eliptositik tidak menunjukkan
symptom, sedangkan individu yang homozigot atau heterozigot
majemuk untuk varian HE mengalami anemia ringan hingga berat.
Symptom Eliptositosis
kelelahan
dyspnea atau sesak napas
icterus atau penyakit kuning
• Spherocytosis herediter
• Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
183
• Thalasemia
• Defisiensi piruvat kinase
• Stomatocytosis / xerositosis herediter
• Anemia defisiensi besi
• Anemia megaloblastik
• Anemia sel sabit
• Myelofibrosis
• Sindrom Myelodysplastic
2.5. Penatalaksanaan Endocarditis
Tabel Kuratif Eliptositosis
No Jenis Kuratif Penjelasan
184
berbagai jenis erythrocyte,
untuk membantu
mendeteksi, mendiagnosis,
dan / atau memantau
berbagai defisiensi,
disease, dan gangguan
yang melibatkan produksi,
fungsi, dan masa hidup cyt
emia.
185
berguna untuk memeriksa
organ. Pada Eliptositosis
pemeriksaan ini untuk
mendiagnosis
cholelithiasis.
Preventive Eliptositosis
186
2.6.Penunjang medis Eliptocytosis
1. laboratorium
a. Pemeriksaan hemoglobin bebas di urin
b. Pemeriksaan hemosiderin uri
c. Pemeriksaan daya tahan erythrocyte
d. Cold agglutinin titer
e. Skrining Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD)
f. Skrining eliptocyte
2. DAT (Direct Antiglobulin Test)
3. LDH (Laktat Dehidrogenase)
4. Hitung Retikulosit
5. Serum Haptoglobin
6. Indeks Erythrocyte
187
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
189
BAB V
TERMINOLOGI
NO Istilah Medis Pemenggalan Artinya
1. Ellipcytosis Prefix : ellip (oval) Kelainan
Root : cyt/o (sel) elliptocytosis yang
Suffix : osis ditandai dengan
(keadaan) eritrosit berbentuk
elips (eliptosis)
2. Myelofibrosis Prefix :- Penggantian
Root :myel/o : sumsum tulang
sumsum tulang oleh type jaringan
belakang lain
: fibr/o :
jaringan fibrosa
Suffix : osis :
keadaan
190
5. Myelodysplastic Prefix : dys ( nyeri ) Perkembangan
Root : myel/o abnormalitas
(sumsum tulang sumsum belakang
belakang
Suffix : plastic
(jaringan untuk
memulihkan bagian
yang hilang/ mudah
dibentuk)
6. Anemia Prefix : an (tanpa) Eritrocyt kurang
Root : emia
(darah)
Suffix : -
7. Splenomegaly Prefix : - Pembesaran limpa
Root : splen/o
(limpa)
Suffix : megaly
(pembesaran)
191
DAFTAR PUSTAKA
192
FAMILIAL ERYTHROCITOSIS
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
D3 RMIK
2021
DAFTAR ISI
193
BAB I
PENDAHULUAN
194
peningkatan hormon eritropoeitin sebagai kompensasi dari hipoksia
akibat ketinggian tempat.
195
Symptom polisitemia sendiri bervariasi, yaitu gatal seluruh
tubuh tanpa ada penyakit derma terutama setelah mandi air hangat atau
air panas, merasakan nyeri , hangat, dan sensasi rasa terbakar pada
volar dan plantar, perdarahan gusi dan haematoma tanpa sebab yang
jelas (Dharmayuda, 2016).
196
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Haemo merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi
manusia karena mengandung berbagai macam komponen. Seperti
cairan berupa plasma haemo dan hemocyte. Hematologi merupakan
salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang haemo
dan jaringan pembentuk haemo (Firani, 2018).
197
Terdapat 3 jenis polisitemia atau erythrocitosis yaitu relatif
(apparent), primer, dan sekunder.
Etiologi Erythrocitosis
198
Cardiovascular disease
Heart failure
Fibrosis pulmo
Sleep apnea
Merokok
Mengonsumsi suplemen
Steroid anabolic
Transfusi haemo
Polisitemia vera
Mieloproliferatif
Symptom erythrocitosis
Cephalgia
Penglihatan kabur
199
Berubahnya warna derma menjadi merah di beberapa
bagian tubuh
Fatigue
Sindrom dispepsia
Disorientasi
Haematoma
Pruritus
1. Kriteria Mayor :
2. Kriteria Minor :
200
Diagnose banding Familial erytrhocitosis
Mutasi Jak2 tidak hanya terjadi pada penyakit polisitemia vera (PV),
namun juga terjadi pada keganasan mieloproliferatif lain seperti Esensial
Trombositemia (ET) dan Mielofibrosis (MF). Sehingga ketiga penyakit ini
mempunyai keterkaitan yang unik. Meskipun erirositosis bisa
membedakan PV dari ET dan MF, namun tidak semua pasien dengan
gejala eritrositosis dengan mutasi Jak2 akan berkembang menjadi PV
(Sihombing, 2015)
Kuratif erythrocitosis
2. Aspirin
4. Penghambat JAK2
201
Jika penderita tidak merespon obat lain dengan baik, penghambat
enzim JAK2 mungkin akan direkomendasikan dokter. Salah satu
contohnya adalah ruxolitinib (Jakafi).
5. Obat lain
Preventif erythrocitosis
202
1. Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya splenomegaly dan
penampilan kulit.
2. Pemeriksaan Haemo. Jumlah hemosit ditentukan oleh complete
blood cell count (CBC), sebuah tes standar untuk mengukur
konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit dalam haemo.
Polisitemia vera ditandai dengan adanya peningkatan
hematokrit, jumlah leukosit(terutama neutrofil), dan jumlah
platelet/trombosit. Pemeriksaan haemo lainnya, yaitu adanya
peningkatan kadar serum B12, peningkatan kadar asam urat
dalam serum, saturasi oksigen pada arteri, dan pengukuran
kadar eritropoietin (EPO) dalam haemo.
3. Pemeriksaan Modulla ossea. Meliputi pemeriksaan
histopatologi dan nalisis kromosom sel-sel modulla ossea
(untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada
modulla ossea akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
203
BAB III
PEMBAHASAN
204
Gambar diatas merupakan kondisi abnormal pada penderita
perythrocitosis dengan wajah yang tampak kemerah-merahan.
c. Perbedaan tubuh
205
BAB IV
PENUTUP
206
BAB V
TERMINOLOGI
1. Erythrocitosis :
Prefix =-
2. Cephalgia
Prefix =-
3. Haematoma
Prefix =-
4. Phlebotomy
Prefix =-
5. Neprholitiasis
207
Prefix =-
6. Haematopoietik
Prefix =-
7. Hypoksia
8. Dyspepsia
9. Gastrointestinal
Prefix =-
10. Leukimia
208
Prefix =-
11. Leukocytosis
Prefix =-
12. Trombosis
Prefix =-
13. Cardiovascular
Prefix =-
14. Polycytemia
15. Splenomegaly
209
Prefix =-
16. Hematology
Prefix =-
17. Leukocyte
Prefix =-
18. Arthritis
Prefix =-
210
DAFTAR PUSTAKA
211
GRANULOCYTOSIS
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Oktavia Hanifah Dewi 205024
Nur Indah Wahyu H 205062
Nuria Pangestika 205102
D3 RMIK
2021
212
BAB I
PENDAHULUAN
213
granulosit (sejenis leukosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil dan
basofil dalam darah perifer (Kamat, A., & Kamat, D. M., 2021).
Seringkali, istilah ini mengacu pada hitungan neutrofil yang
meningkat, karena neutrofil adalah granulosit utama. Tetapi
penyebab yang paling utama granulocytosis adalah gangguan
medulla (Kamat, A., & Kamat, D. M., 2021)
214
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
215
tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan
jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang
masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan
fungsi (Sadikin, 2002).
Leukosit dibagi menjadi 2 yaitu granulosit dan
agranulosit. Granulosit adalah sebuah sub-kelompok leukosit
yang mempunyai butir-butir granula dalam sitoplasmanya
(Indriani. M., 2017) . Tiga jenis granulosit dengan inti sel yang
berlainan dikeluarkan oleh medulla sebagai protein komplemen
wewenang. Tiga jenis granulosit yang disebut yaitu neutrophil,
eosinophil dan basophil (Indriani. M., 2017).
2.2 Definisi Granulocytosis
Granulocytosis adalah peningkatan jumlah granulosit
(sejenis leukosit yang terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil)
dalam arteri perifer. Seringkali, istilah ini mengacu pada
hitungan neutrofil yang meningkat, karena neutrofil adalah
granulosit utama. Granulocytosis dapat disebabkan oleh
neutrofilia, eosinofilia, atau basofilia (Kamat, A., & Kamat, D.
M., 2021).
Granulocytosis biasanya menyertai episode krisis yang
menyakitkan dan sindrom coroner akut pada sickle cell disease,
meskipun hubungan kausal antara granulocytosis dan
komplikasi ini belum ditetapkan. Gangguan medulla adalah
etiologi utama granulocytosis. Sumsum tulang jaringan spons-
seperti yang ditemukan di dalam osseo. Ini berisi sel induk yang
memproduksi leukosit, eritrosit dan trombosit
Granulocytosis adalah symptom keadaan lain Ia tidak
dianggap sebagai penyakit yang berasingan, dan biasanya
tidak dirawat secara langsung. Sebaliknya, rawatan menangani
keadaan asas yang menyebabkan granulocytosis. Mengobati
216
mana-mana keadaan yang ada juga harus mengurangkan
jumlah granulosit dalam hemo/hemato. (Abboud, M., Laver, J.,
& Blau, C. A. ,1998)
2.3. Patofisiologi Granulocytosis
Faktor resiko dari Granulocytosis adalah sebagai berikut :
1. Infeksi bakteri atau aliran haeme
2. Keracunan darah (Septikemia)
3. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit renal
failure
4. Beberapa penyakit autoimun, termasuk rheumatoid
arthritis
5. Kanker metastatic
6. Inflammatory bowel disease
7. Stres fisik atau emosional yang ekstrim
8. Combustio (Luka bakar)
9. infark miokardial (Serangan jantung)
10. Merokok
11. Penggunaan obat tertentu, termasuk kortikosteroid
217
ada penyakit ini, dengan memperlihatkan adanya kenaikan
granulocyte di dalam darah. CBC dilakukan dengan melibatkan
pemberian sampel darah yang akan dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis.
Granulocytosis juga dapat didiagnosis dengan
inflamasi akibat mikroorganisme, CML, polycythemia, primary
thrombocythemia, dan primary myelofibrosis.
218
Terapi radiasi menggunakan radiasi tenaga tinggi untuk
mengecilkan neoplasm dan membunuh hemocyte.
Splenektomi mungkin disarankan bagi orang yang
menghidap CML (Chronic Myeloid Leukimia).
219
untuk mengetahui adanya haemocyt seperti hemoglobin, leukosit,
eritrosit, trombosit, hitung jenis dari haemocyt, serta mengetahui adanya
laju endap emia.
b. Apusan emia
220
BAB III
PEMBAHASAN
221
Gambar 3.3 granulocytosis
Granulocytosis dapat disebabkan oleh gangguan sumsum tulang
belakang salah satunya adalah leukimia yang menjadi etiologi utama
dalam granulocytosis. Didapati di dalam gambar granulocyte meningkat
tinggi di dalam darah menyebabkan adanya masalah kesehatan di dalam
diri.
222
BAB IV
PENUTUP
223
BAB V
TERMINOLOGI
Granulocytosis :
Prefix :-
Root : Granul/o (Diambil dari jenis haeme)
Granulosit (Leukosit berbintik)
Suffix : -osis (Kondisi)
Arti : Kondisi dimana jumlah granulosit
melebihi normal
Polycytemia :
Prefix : Poly- (banyak)
Root : Cyt/o (sel)
Suffix : Emia (kondisi darah)
Arti : Peningkatan jumlah total massa sel
darah
Leukemia :
Prefix :-
Root : Leuk/o (putih)
Suffix : Emia (kondisi darah)
Arti : Kelebihan sel darah putih
Arthritis :
Prefix :-
Root : Arthr/o (sendi)
Suffix : Itis (peradangan)
Arti : Peradangan pada sendi
Thrombocythemia :
Prefix :-
Root : Thromb/o (bekuan darah)
: Cyt/o (sel)
Suffix : Emia (kondisi darah)
224
Arti : Peningkatan jumlah trombosit
Splenektomi :
Prefix :-
Root : splen/o (limpa)
Suffix : ectomy (operasi pengangkatan)
Arti : pembedahan untuk pengangkatan
limpa
225
DAFTAR PUSTAKA
227
HAEMOGLOBINO PATHIES
Dosen Pengampu:
Dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
Silvia Putri Petricia 205033
Ryan Arista Bagas J 205072
Sandyasti Ovilia 205111
D3 RMIK
2021
228
BAB I
PENDAHULUAN
230
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi
231
Kondisi saat abnormal hemoglobin struktural abnormal yang disebabkan
oleh mutasi pada gen hemoglobin, dan talasemia , yang disebabkan oleh
kekurangan produksi molekul hemoglobin normal.
233
Diagnosis hemoglobinopati dalam praktik sehari-hari membutuhkan
pemeriksaan hitung eritrosit dan eritrosit index, dan pemeriksaan
hemoglobin seperti hemoglobin electrophoresis dan chromatography.
1. Thalassemia Beta
2. Thalassemia Alfa
234
2.5 Penatalaksanaan haemoglobino pathies
A. Farmakologi
B. Non Farmakologi
C. Pengobatan
- antibiotik
- transfusi emia
a. Laboratorium
1. Hematologi Lengkap
235
untuk mengetahui adanya haemocyt seperti hemoglobin, leukosit,
eritrosit, trombosit, hitung jenis dari haemocyt, serta mengetahui adanya
laju endap emia.
2. Apusan emia
3. Elektroforesa Hb
236
BAB III
PEMBAHASAN
237
No Kategori Jumlah haemoglobin normal
238
BAB IV
PENUTUP
239
BAB V
TERMINOLOGI
240
DAFTAR PUSTAKA
241
HYPERGAMMAGLOBULINEMIA
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Trisna Alya Sekar Nastiti 205036
Sulis Stiyowati 205075
Widyawati Purwasih 205114
D3 RMIK
2021
242
BAB I
PENDAHULUAN
243
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
244
Imunoglobin merupakan antibodi yang diproduksi untuk reaksi imun
atau pertahanan tubuh dari invasi penyakit atau organisme.
hypergammaglobulinaemia ini terjadi akibat dari frekuen
paparan antigen yang sama sehingga lebih mengarah kepada
fenomena boostering(Suwarso, 2002).
245
- infeksi kulit
- infeksi jamur
- gangguan autoimun
2.5.Penatalaksanaan Hypergammaglobulinemia
Pengobatan (kuratif)
Karena hypergammaglobulinemia disebabkan oleh kondisi lain, tidak
banyak pilihan pengobatan langsung yang tersedia. tetapi kondisi ini
dapat disembuhkan dengan mengobati infeksi lain yang
mendasari,gangguan kekebalan, dan disease.
Salah satu pengobatan yang tidak umum untuk kondisi ini adalah terapi
penggantian imunoglobin. Terapi ini mencoba meningkatkan antibody
yang kekurangan untuk membantu tubuh kembalike homeostasis
(keadaan keseimbangan internal).
Antibiotik
Menghentikan pertumbuhan atau membunuh bakteri.
246
IVIG (intravenous immunoglobulin therapy)
Yaitu obat yang berfungsi untuk mengobati kekurangan antibody
Pencegahan (preventif)
Symptom-symptom yang dapat menyebabkan hypergammaglobulinemia
harus diperhatikan seperti peningkatan jumlah gamma globulin dalam
emia, defisiensi antibodi tertentu, inflamasi, dan lain-lain. Agar lebih jelas
bisa dibicarakan ke dokter untuk mengetahui lebih lanjut dengan
menjalani tes emia.
Karena gangguan kekebalan primer disebabkan oleh cacat genetik, tidak
ada cara untuk mencegahnya. namun, untuk mencegah infeksi dapat
melakukan :
Kebersihan yang baik. Cuci tangan dengan sabun ringan
setelah menggunakan toilet dan sebelum makan.
Melakukan hubungan seks yang aman serta menghindari
pertukaran cairan tubuh dapat membantu mencegah HIV/AIDS.
247
BAB III
PEMBAHASAN
248
BAB IV
PENUTUP
Dari makalah di atas diketahui bahwa Hypergammaglobulinemia
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan kadar
imunoglobulin tertentu dalam serum emia.
Hypergammaglobulinemia disebabkan oleh disfungsi sistem
kekebalan yang disebabkan oleh infeksi tertentu, seperti: malaria,
infeksi bakteri, infeksi virus. Diagnosa yang digunakan uji lab dan
prosedur, diantaranya tes serologi, tes CBC (Cyt emia lengkap, CRP
(Tes protein C-reaktif).
249
BAB V
TERMINOLOGI
Prefix = an (tanpa)
Root = emia (darah)
Suffix = -
250
DAFTAR PUSTAKA
251
K, Endang, Suwarso, Adang M gugun , Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (juli 2002)
The protein profile of psychotic homeless people in Yogyakarta :
mutiara medika 2 (2) hal 97.
252
HEMOPHAGOCYTIC
LYMPHOHISTIOCYTOSIS
(HLH)
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Reza Ashari R 205027
Pingky Hana L 205065
Ratih Herdiana 205105
D3 RMIK
2021
253
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
255
2.3. Patofisiologi Hemophagocytic
Lymphohistiocytosis
Sindrom HLH (Hemophagocytic lymphohistiocytosis) memiliki arti sebuah
sindrom dimana sistem imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap suatu
gangguan dan menyebabkan masalah lain yang muncul di tubuh,
(Freeman, 2012). Sindroma ini tergolong penyakit fatal karena dapat
menyebabkan kematian, terkadang terjadi pada orang normal yang
memiliki problem medis yang dapat menimbulkan reaksi yang kuat
terhadap sistem kekebalan, seperti infeksi atau kanker. HLH biasanya
terjadi pada bayi dan anak kecil, namun juga dapat terjadi pada orang
dewasa. Pada pasien dengan HLH, terjadi cacat dalam pembunuhan
patogenatau sel kanker karena bawaan yang mendasari cacat
sitotoksisitas atau keracunan di tingkat sel dalam bentuk genetik
leukimia, tidak hanya ketidakmampuan untuk membunuh eritrosit target,
tetapi juga hypersitokinemia atau kadar sitokin dalam emia terlalu
banyak dan aktivasi dari makrofag. Perbandingan terjadi nya kasus di
seluruh dunia pada saat ini adalah 1:50.000 individu, (MedlinePlus,
2020)
2.4. Diagnosa dan diagnosa
banding Hemophagocytic Lymphohistiocytosis
256
limfosit terlalu banyak dan bisa menjadi fatal jika tidak
mendapatkan penanganan segera.
2. Kanker, terjadi karena penderita terpapar sinar radiasi
melebihi batas wajar atau zat kimia berbahaya, akibatnya
tubuh berusaha untuk membunuh sel kanker, namun
yang terjadi adalah kelebihan kinerja sistem imun dan
berakibat tubuh kewalahan untuk menghentikan sistem
imun. Jenis kanker yang umum ditemukan sebagai
penyebab sindrom HLH adalah leukimia dan lymphoma
3. Infeksi, umumnya HLH terjadi karena infeksi dari virus,
namun tak menutup kemungkinan virus lain dapat
mengakibatkan sindrom ini. Hubungan dari infeksi dan
terjadi nya HLH ini karena sistem imun bekerja berlebih
dan akibatnya organ-organ lain mengalami inflamasi atau
yang disebut Multiorgan-inflamation.Epstein-Barr,
Cytomegalovirus
257
Dalam penyakit sindrom HLH terdapat komplikasi multi-organ
inflmation atau (pembesaran) berbagai organ dalam satu waktu,
sehingga dokter juga memerlukan pencitraan dari kondisi-kondisi organ
terkait yang menandakan bahwa pasien menderita HLH.
259
3. Antibiotik dan Antivirus
Seperti halnya kanker, bakteri dan virus juga
bertanggung jawab atas meningkatnya kinerja sistem imun
dan akibatnya sistem imun tak terkontrol. Antibiotik bertugas
membunuh secara tuntas bakteri dan parasit tersebut
sehingga sistem imun tak perlu bekerja berlebihan mencegah
infeksi.
261
BAB III
PEMBAHASAN
262
Gambar 3.3 Pembesaran Spleen
263
Selain ukuran spleen yang menjadi Sign atau tanda penderita
mengidap penyakit HLH, terdapat darah sebagai tanda atau sign bahwa
pasien tersebut menderita penyakit HLH. Dijelaskan sebelumnya salah
satu sign adalah pancytopenia atau pengurangan jumlah volume
beberapa jenis darah, maka dari itu dokter biasanya meminta tes darah
untuk melihat apakah penderita memiliki keanehan dalam komposisi
darah yang mengalir dalam tubuhnya. Berikut adalah sekilas tabel yang
membedakan kondisi komposisi darah penderita HLH dan orang normal.
264
BAB IV
PENUTUP
265
BAB V
TERMINOLOGI
1. HEMOPHAGOCYTIC
Prefix :
Root : Haem/o (Darah), phag/o(Memakan/membunuh), cyt/o (Sel)
Pseudo Suffix : ic
Arti: kemampuan darah untuk memakan sel lain.
2. LYMPHOHISTIOCYTOSIS
Prefix :-
Root : Lymph/o (limfosit), Histi/o (histiosit)
Suffix : Cytosis (produksi berlebihan)
Arti: produksi berlebihan sel limfosit dan histiosit
3. SPLEENOMEGALY
P: -
R: Spleen/o (Limfe)
S: Megaly (Pembesaran)
Arti: Pembesaran organ limfe
4. PANCYTOPENIA
P: Pan- (Multi)
R: Cyt/o (Sel)
S: -Penia (Kekurangan)
Arti: pengurangan jumlah sel darah (Multi/banyak jenis sel)
5. LYMPHOMA
P:-
R: Lymph/o (Limfe)
S: Oma (Kanker)
Arti: kanker limfe
266
6. LEUKEMIA
P:-
R:Leuk/o (Sel darah putih)
S: Emia (Kondisi darah)
Arti: Kanker darah
7. HYPERSITOKINEMIA
P:Hyper (kelebihan)
R: cytokine (salah satu protein yang dihasilkan limfosit)
S: -emia (darah)
Arti: kelebihan protein limfosit dalam darah
8. SITOTOKSISITAS
P: -
R:Cyt/o (sel)
S: Toxicity (Tingkat keracunan)
Arti: TIngkat keracunan sel
267
DAFTAR PUSTAKA
268
LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Ani Wijaya 205083
D3 RMIK
2021
269
BAB I
PENDAHULUAN
270
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
271
lymphadenopathy dan splenomegaly. Kebanyakan LLK
(95%) berasal dari neoplasma cyt B, sisanya neoplasma
cyt T.19,21
272
2.3. Pathofisiologi Leukemia Limfositik Kronik
273
ruang untuk leukocyte yang sehat, erytrocyte, dan
trombosit. Ini dapat menyebabkan infeksi, anemia, dan
mudah perdarahan.
274
hal-hal berikut:
c. Jumlah trombosit.
d. Jumlah dan jenis leukocyte
e. Jumlah hemoglobin (protein yang membawa oksigen)
dalam erythrocyte.
f. Bagian dari sampel darah yang terdiri dari erytrocyte.
275
keberadaan penanda neoplasma di permukaan cyt. Cyt
diwarnai dengan pewarna peka cahaya, ditempatkan dalam
cairan, dan dilewatkan dalam aliran di hadapan laser atau jenis
cahaya lainnya. Pengukuran didasarkan pada bagaimana
pewarna peka cahaya bereaksi terhadap cahaya.
a. Terapi radiasi
276
b. Kemoterapi
c. Pembedahan/Operasi
d. Terapi Target
Terapi target adalah jenis pengobatan yang
menggunakan obat atau zat lain untuk mengidentifikasi
dan menyerang cyt cancer tertentu tanpa merusak cyt
normal. Terapi antibodi monoklonal, terapi inhibitor tirosin
kinase, dan terapi inhibitor BCL2 adalah jenis terapi target
yang digunakan dalam pengobatan leukemia limfositik
kronis.
277
kanker yang menggunakan antibodi yang dibuat di
laboratorium dari satu jenis sel sistem kekebalan. Antibodi
ini dapat mengidentifikasi zat-zat pada sel kanker atau zat-
zat normal dalam tubuh yang dapat membantu sel-sel
kanker tumbuh. Antibodi melekat pada substansi dan
membunuh sel kanker, memblokir pertumbuhannya, atau
mencegahnya menyebar. Antibodi monoklonal diberikan
melalui infus. Antibodi dapat digunakan sendiri atau untuk
membawa obat-obatan, racun, atau bahan radioaktif
langsung ke sel-sel kanker
a. Haema perifer
b. Medulla
278
Jumlah blast minimal 30% dari cyt berinti dalam
medulla (dalam hitungan 500 sel pada asupan
medulla).
c. Biopsy limpa
d. Kimia haema
e. Cairan serebrospinal
279
BAB III
PEMBAHASAN
280
Secara normal haeme diproduksi melalui proses hematopoiesis
dimana sel punca dimatangkan dan mengalami diferensiasi menjadi sel
sel dengan sifat berbeda pada medulla. Hasil utamanya berupa
Thrombosit, eritrosit, dan leukosit. Dan hasil lainnya berupa limfosit.
Pada kondisi medulla sehat seluruh komponen akan diproduksi dengan
jumlah normal sesuai kebutuhan. Namun pada beberapa kondisi medulla
mengalami kelainan sehingga mempengaruhi kelainan sel punca dan
menghasilkan sel haeme abnormal baik dari segi fungsi dan atau
jumlah.
Pada penderita Anemia Limfositik Kronis terdapat medulla
menghasilkan terlalu banyak sel punca yang berkembang menjadi
limfosit. Sementara normalnya limfosit tidak banyak dihasilkan pada
medulla. Akibatnya limfosit –limfosit abnormal tersebut tidak dapat
berfungsi dengan baik seperti semestinya dan justru mengganggu fungsi
sel-sel haeme sehat seperti leukosit, eritrosit, dan trombosit. Sehingga
timbullah anemia, haemorrhage, antibodi memburuk dan lain
sebagainya.
281
BAB IV
PENUTUP
282
BAB V
TERMINOLOGI
1. Leukemia
P:-
R : leuk/o (putih)
S:emia (kondisi darah)
*penyakit akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih
2. Splenomegaly
P :-
R : splen/o (limpa)
S : pembesaran
*pembesaran pada limpa
3. Lymphadenopathy
P:-
R : lymph (limpa/getah bening) aden/o (kelenjar)
S : pathy (penyakit)
*kelenjar getah bening yang membengkak
283
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.stikesperintis.ac.id/125/1/04%20FARID%20MUHAMMAD%2
0DZAKI%2C%20LE UKEMIA.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/933/823
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/360/1/Untitled.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/153/148
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/semnasif/article/view/1070
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2715/0
284
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT
Dosen Pengampu:
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh:
D3 RMIK
2021
285
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Molekul fosfat
Molekul gula (deoksiribosa)
Basa nitrogen
Sementara itu basa nitrogen yang ada pada DNA, terdiri atas empat
bagian, yaitu:
Adenin (A)
Sitosin (C)
286
Guanine (G)
Timin (T)
Gambar 1.1
2.2 Definisi Leukemia limfositik akut (LLA
287
tersebut tidak berkembang secara sempurna maka keduanya
berpotensi tumbuh menjadi sel kanker
Gambar 1.2
288
Terpapar radiasi. Orang yang terkena paparan radiasi lebih
berisiko terkena LLA. Contohnya pekerja di reaktor nuklir atau
korban bencana nuklir.
Merokok. Paparan berbagai zat kimia berbahaya dari asap
rokok, misalnya benzene, membuat seseorang perokok lebih
berisiko menderita LLA.
Bekerja di lingkungan yang terpapar zat kimia. Tidak
mengikuti standar prosedur dan tidak menggunakan alat
pelindung diri saat bekerja di lingkungan yang berhubungan
dengan bahan kimia dapat meningkatkan risiko terkena
Infeksi virus. Virus Epstein-Barr adalah salah satu virus yang
berisiko menyebabkan LLA.
Sistem imun yang lemah. Seseorang dengan sistem imun
yang lemah, misalnya akibat AIDS atau mengonsumsi obat
imunosupresif dalam jangka panjang, lebih berisiko terkena LLA
dibanding orang lain.
289
9. Muntah (vomitus)
10. Pusing (pusing)
11. Sesak napas (dyspno)
Dari gejala yang diderita, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
mencari tahu penyebab keluhan tersebut. Bila menduga leukemia
limfoblastik akut adalah penyebabnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan berupa:
290
2.5. Penatalaksanaan Leukemia Limfoblastik Akut
kuratif dan preventif dari
Terapi yang diberikan adalah protokol risiko tinggi. Satu kasus yang
sudah selesai pengobatan mempunyai jumlah leukosit awal 29.400/ μL,
CD10+ (68%), dan imunofenotiping menunjukkan sel pre-B. Satu pasien
masih dalam pengobatan. Keempat pasien mengalami komplikasi
berupa perdarahan dan sepsis.
Juga dilakukan tes laboratorium Jika dilihat dari hasil laboratorium
awal, hanyasatu kasus dengan jumlah leukosit lebih dari 50.000/μL dan
mendapatkan terapi untuk sindrom lisis tu dan mendapatkan terapi untuk
sindrom lisis tumor, dan sekarang masih menjalani kemoterapi. Pada
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang keempat kasusditemukan limfoblas
dengan klasifikasi FAB adalah ALL-L1 dan immunofenotiping kasus
adalah sel pre-B dengan ekspresi CD10 positif. Hal ini sesuai dengan
referensi bahwa ekspresi CD10 yang positif berarti
memiliki faktor prognosis yang baik.4,7
291
penelitian ALL-BFM 83, kelompok Berlin -Frankfurt-Mùnster (BFM) telah
mendemonstrasikan
faktor prognosis yang signifikan dari reduksi sel blast di pembuluh darah
perifer dengan 7 hari prefase pred-nison dan satu dosis metotreksat
intratekal sebagai
parameter awal respon terapi. Respon prednison ini memiliki nilai faktor
prognosis yang sangat tinggi terhadap parameter outcome atau luaran.
Dari penelitianmereka didapatkan EFS untuk 6 tahun 53% pada
kelompok prednison good response, dan probabilitas EFS15%
292
BAB III
PEMBAHASAN
GAMBAR 1
GAMBAR 2
293
sel darah putih yang disebut limfosit, sel punca akan berubah menjadi
limfoblas terlebih dahulu.
294
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit yang terjadi
karena gangguan pada DNA,bisa disebut dengan kanker darah
penyakit ini sering menyerang pada anak-anak bahkan bayi-
bayi yang lahir dengan berat lebih dari 3.500 gram
meningkatkan risiko berkembangnya LLA adalah seorang anak-
anak,tingkat kasus penderita selama 5 tahun terahir meningkat
Seperti yang telah dijelaskan diatas peyakitini ditandai
dengan benjolan padasekitar ketiak,perut,sering merasa mual
atau pusing dan sering mimisan.
295
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1. LEUKEMIA LIMFOSITIK
P: -
R: leukim
S: ia
2.P:-
R:lhymp
: cyt
S:
3.S:Cephalgia
Preffix -
Root Cephal/o = kepala
Suffix algia = rasa sakit/nyeri
4.Osteoalgia
P-> -
R->oste/o :tulang
S->algia :nyeri
296
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/7863/6245
https://www.google.com/search?q=LEUKEMIA+LIMFOSITIK+AKUT+AD
ALAH&oq=LEUKEMIA+LIM
FOSITIK+AKUT+ADALAH&aqs=chrome..69i57j0i22i30l4.11614j0j7&sour
ceid=chrome&ie=UTF-8
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1600/
://www.alodhttpsokter.com/leukemia-limfoblastik-akut
https://www.google.com/search?q=GAMBAR+PENDERITA+LEUKIMIA+
LIMFATIK+AKUT&tbm=isch&ved=2ahUKEwjfkMSAzNDxAhWBS30KHY
eJASsQ2-
cCegQIABAA&oq=GAMBAR+PENDERITA+LEUKIMIA+LIMFATIK+AKU
T&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJzoCCAA6BwgjEOoCECc6BAgAEE
M6BQgAELEDOggIABCxAxCDAToGCAAQCBAeOgQIABAYUKwUWLW
lAWCLqQFoAXAAeASAAaYCiAH3L5IBBzE2LjIxLjeYAQCgAQGqAQtnd
3Mtd2l6LWltZ7ABCsABAQ&sclient=img&ei=12zlYJ_JNYGX9QOHk4bY
Ag&bih=601&biw=1366#imgrc=rWMcfaBNoa2x_M
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/596
Collins, J. J., Byrners, M. E., Dunkel, I. J., Nadel, T., Theler, H. T., &
Portenoy, R.
K. (2000). The measurement of symptoms in children with cancer.
Journal of Pain and Symptom Management, 19, 363-377
297
Leukemia Myeloblastik Akut
(LMA)
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Adhelia Ayu Intan 205041
D3 RMIK
2021
298
BAB 1
PENDAHULUAN
300
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
301
yang bertujuan mepertahankan tubuh dari berbagai disease. emia
merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia
terdiri atas emia, emia memiliki banyak fungsi didalam tubuh manusia,
pada dasarnya bermanfaat untuk mengedarkan oksigen, mengatur suhu
tubuh, mengedarkan sari makanan dalam tubuh, dan mengedarkan
hormone ( Handayani & haribowo, 2008 dikutip dalam Supriadi 2018 ).
AML merupakan leukemia yang terjadi pada seri myeloid,
meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya.
(Suryani, E., Salamah, U., Wiharto, W., & Wijaya, A. A. (2014)).
1. Neutrofil Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer
melawan infeksi bakteri, metode pertahanannya adalah proses
fagositosis.
2. Eosinofil Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami
secara jelas. Eosinofil kelihatannya 26 berfungsi pada reaksi antigen,
antibody dan meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan, dan
infestasi parasit tertentu.
3. Basofil Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamine
dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan
pada jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti.
Kadar basofil yang meningkat (basofilia) ditemukan pada gangguan
proliferasi dari sel-sel pembentuk darah.
2.2. Definisi Leukemia Myeoloblastik Akut
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering
juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute
Granulocytic Leukemia merupakan disease keganasan yang ditandai
dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal cyt induk hematopoetik
yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan transformasi
sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen medulla
belakang yang normal. Pada kebanyakan kasus AML, tubuh
memproduksi terlalu banyak leukosit yang disebut myeloblas yang masih
302
bersifat imatur. haemocyt yang imatur ini tidak sebaik leukosit yang telah
matur dalam melawan adanya infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam
keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi
ganas dan dengan segera akan menggantikan cyt normal di medulla
(Marc M (2011).
303
dan berpindah ke viscus lainnya, dimana mereka melanjutkan
pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil
(kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan
meningitis, anemia, heart failure dan kerusakan viscus lainnya.Kematian
pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan
medulla yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh
infiltrasi cyt leukemik tersebut ke viscus tubuh penderita.
Etiologi
Leukemia mieloblastik akut disebabkan oleh mutasi atau
perubahan DNA yang terjadi pada cyt punca atau induk emia di dalam
medulla. Kondisi ini menyebabkan terganggunya fungsi medulla dalam
memproduksi haemocyte sehat. Sebagai gantinya, medulla
memproduksi haemocyte tidak sehat dan belum matang. Haemocyte
yang belum matang berkembang secara cepat, lalu mendesak dan
menggantikan haemocyte sehat dalam medulla . Hal ini menyebabkan
penderitanya rentan terhadap berbagai jenis infeksi (Pagano L
(2006)).Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang
menderita leukemia mieloblastik akut, yaitu:
304
2.4. Diagnosa dan diagnosa banding Leukemia
Myeoloblastik Akut
305
bahan karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari
paparan langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.
c. Mengurangi frekuensi merokok
Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar
dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA
disebabkan oleh merokok.Dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker
termasuk leukemia (LMA)
d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing
calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari
pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom
Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli
hematologi
kuratif
• Tahap 1 - terapi induksi remisi. Pada tahap ini, pasien akan menjalani
kemoterapi untuk menghancurkan cyt kanker dalam emia dan medulla
sebanyak mungkin. Tahap pengobatan ini umumnya berlangsung
selama 3-5 minggu yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan
keparahan kanker. Namun demikian, kemoterapi biasanya tidak mampu
menghilangkan seluruh cyt leukemia, sehingga pengobatan lebih lanjut
perlu dilakukan untuk mencegah agar cyt leukemia tidak muncul kembali.
• Tahap 2 - terapi konsolidasi atau pasca-remisi. Tahap pengobatan
yang dilakukan untuk menghancurkan cyt leukemia yang tersisa atau
tertinggal selama kemoterapi pada tahap pertama. Ada beberapa terapi
yang dapat dilakukan pada tahap ini, yaitu:
o Kemoterapi lanjutan, dilakukan jika kemoterapi pada tahap pertama
sudah mampu menghilangkan sebagian besar cyt kanker. Kemoterapi ini
306
dilakukan untuk menghilangkan cyt yang masih tersisa dan mencegah
kekambuhan.
o Transplantasi sumsum tulang, yaitu prosedur untuk memperbarui dan
memperbaiki medulla dengan memasukkan cyt induk emia sehat ke
dalam tubuh guna mengembalikan fungsi medulla dalam memproduksi
haemocyte sehat. cyt induk emia sehat dapat berasal dari pasien itu
sendiri (autologus) atau didonorkan dari orang lain (allogeneic).
o Terapi target, yaitu terapi dengan menggunakan obat untuk
menghentikan perkembangan dan penyebaran cyt kanker.
o Tahap penelitian. Jika metode pengobatan kemoterapi dan
transplantasi tidak efektif dan cyt kanker muncul kembali, maka dokter
akan memberi informasi mengenai metode pengobatan yang masih
dalam tahap penelitian. Pasien dianjurkan untuk mempertimbangkan
terlebih dahulu karena metode ini tidak menjamin pasien sembuh.
Metode pengobatan ini meliputi penggunaan obat atau kombinasi obat
imunoterapi atau jenis obat kanker lainnya (Dinkes,2018).
1. Tes emia
Meliputi tes Hitung emia lengkap untuk memeriksa jumlah
leukosit dalam tubuh dan apusan emia tepi untuk memeriksa bentuk dan
ukuran leukosit, serta mendeteksi leukosit yang belum matang.
2. Tes pencitraan
untuk mendeteksi infeksi atau gangguan lain yang disebabkan oleh
leukemia mieloblastik akut. Jenis tes pencitraan yang dilakukan adalah:
o USG, untuk mendeteksi pembengkakan yang terjadi pada
organ hepat, kelenjar getah bening, limpa, dan ginjal.
307
o Foto Rontgen, untuk mendeteksi infeksi yang terjadi pada
pulmo.
o CT scan, untuk menunjukkan apakah leukemia mieloblastik
akut telah menyebabkan pembesaran pada limpa dan kelenjar getah
bening
3. Morfologi
Aspirasi medulla merupakan bagian dari pemeriksaan rutin
untuk diagnosis AML. Pulasan emia dan medulla diperiksa dengan
pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil
yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel Nucleated dari medulla dan
200 leukosit dari perifer.7,8 Hitung blast medulla atau emia ≥ 20%
diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21),
inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis terlepas dari persentase blast. 7,8
4. Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk
menentukan tipe cyt leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria
yang digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda
(untuk sebagian besar penanda)
308
BAB III
PEMBAHASAN
309
3.3 Gambar penderita AML
310
BAB IV
PENUTUP
Acute Myeloid Leukimia (AML) adalah jenis kanker haemo dan sumsum
tulang belakang yang mengakibatkan sumsum tulang belakang tidak
mampu menghasilkan haemocyte secara normal. Symptoms dari AML ini
antaranya mudah terluka, fever, sering pendarahan dari hidung dan gusi,
sesak napas, kadang disertai penurunan berat badan. Pengertian acute
dalam pathologi ini adalah bahwa leukimia jenis ini mampu memburuk
sangat cepat jika tidak segera dilakukan tindakan kuratif. Pada pathologi
ini yang mengalami kerusakan adalah haemocyte yang belum matang
yang sering disebut dengan blast.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan emia rutin, sediaan
emiatepi dan dibuktikan aspirasi myelo, pemeriksaan
immnunophenotype, karyotype, atau dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR). 17,20 Aspirasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow
Aspiration). Selain itu tindakan kuratif dapat berupa kemoterapi dan
transplantasi sumsum tulang belakang.
311
BAB V
TERMINOLOGI
1. Leukocyt : sel darah putih
P:-
R: leuk/o : putih, cyt/o :sel
S:-
2. Myeloblastic
P:-
R: myel/o : sumsum tulang, blast: benih
PS : ic
3. Meningitis
P:
R: mening/o (selaput otak)
S: itis (peradangan)
4. Myelodysplasia
P: dys (abnormal)
R: myel/o (sumsum tulang)
S: plasia ( membentuk)
312
DAFTAR PUSTAKA
313
LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK
( LGK )
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Shabrina Akmalia 205032
D3 RMIK
2021
314
BAB I
PENDAHULUAN
Leukemia merupakan disease keganasan jaringan hematopoetik
yang ditandai dengan penggantian elemen medulla normal dengan
haemocyt abnormal (neoplastik) (Rendra et al., 2013). Pasien yang
mengalami pembesaran limpa dan liver dalam pembuluh emianya penuh
dengan ―bahan tumpukan nanah‖. Pasien ini menunjukkan disease yang
kelak dikenal sebagai Chronic Myeloid Leukemia (CML). Penyebab
kematian pasiennya adalah ―supurasi dalam emia‖ yang mana suatu
neoplastic disorder yang kemudian disebut sebagai leukocytosis(Fay,
1967).
Kromosom Ph dibentuk oleh suatu translokasi resiprokal antara
lengan panjang gen ABL kromosom 9 dengan lengan panjang gen BCR
kromosom 22 yang umumnya ditulis dengan t(9;22) (q34;q11.2). Basis
genetik CML makin jelas ketika pada tahun 1983, para peneliti
menunjukkan bahwa gen yang terlibat dalam translokasi adalah ABL1,
dari kromosom 9 yang bertranslokasi ke dalam gen BCR, pada
kromosom 22 (Goldman & Melo, 2003) (Fay, 1967).
315
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 anatomi dan fisiologi
Sistem sirkulasi merupakan sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus digestivus dan dari pulmo ke cyt tubuh. Selain itu
system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari cyt ke nephros, pulmo dan derma yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme(Farid, 2018).
Menurut (Farid, 2018) viscus system sirkulasi mencakup cardio,
pembuluh emia dan emia :
a. cardio merupakan organ berongga, terletak di mediastinum diantara
kedua pulmo didalam rongga pectoris diatas diafragma. Fungsinya
adalah memompa emia kaya oksigen kedalam system arteri
(yangmembawanya ke cyt) dan menampung emia dari system vena
dan meneruskannya ke pulmo untuk reoksigenasi. Fungsi arteri,
kapiler, vena, dan pembuluh limfe adalah membawa emia kedalam
cyt di seluruh tubuh(Farid, 2018).
b. Pembuluh emia diantaranya sebagai berikut:
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan cardio pada vertikel kiri dan kanan (Farid, 2018).
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler merupakan pembuluh emia yang sangat kecil yang berasal
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali dibawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh,kapiler
selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh emia yang
lebih besar yang disebut vena(Farid, 2018).
3) Vena (pembuluh emia balik)
Vena membawa emia kotor kembali ke cardio (Farid, 2018).
4) emia
316
Emia merupakan bentuk tissue ikat khusus, terdiri atas elemen
berbentuk yaitu haemocyte dan trombosit dan suatu substansi
interselular cair yaitu plasma emia. Ada dua jenis utama haemocyte yang
digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan segar tanpa
pulasan yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit),
(Leeson, 1997).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu
sebagai berikut:
1) medulla yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
a. vertebrae osteo.
b. Sternum (tulang dada).
c. Costa (tulang iga).
2) Hepar
Merupakan kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh
manusia.
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah viscus berkapsula
dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai vicus limfoid dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi
eritrocyt yang rusak.
317
Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau yang disebut dengan
Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu disease
myeloproliferatif yang disebabkan oleh mutasi kromosom berupa
translokasi resiprokal antara kromosom 9 dan kromosom 22 membentuk
kromosom Philadelphia t(9;22)(q34;q11) dan fusi gen BCR-ABL (Rajabto
et al., 2018).
Dari pemaparan diatas dapat saya simpulkan bahwa Leukemia
Granulositik Kronik (LGK) atau yang disebut dengan Chronic
Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu diease myeloproliferatif
yang disebabkan oleh mutasi kromosom berupa translokasi resiprokal
antara kromosom 9 dan kromosom 22 membentuk kromosom
Philadelphia t(9;22)(q34;q11) dan fusi gen BCR-ABL.
318
a. Terjadi pada usia 53-60 tahun, namun usia rata-rata dianggap
sebagai usia 40 tahun, walaupun dapat ditemukan pada usia muda dan
biasanya lebih progresif (Jonathan et al., 2017). Penyebab dari CML
adalah tidak jelas dengan peran penting dari faktor genetic dan
lingkungan, seperti paparan terhadap radiasi dan sebagainya(Jonathan
et al., 2017).Beberapa melaporan penyebab CML selain akibat paparan
radiasi, bom atom adalah ankylosing spondilitis pasca
penyinaran(Jonathan et al., 2017).
b. Patogenesis Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau yang
disebut dengan Chronic Myelogenous Leukemia (CML) sebagai berikut :
1. Pada CML dijumpai Philadelphia chromosom (Ph1 chr) suatu
reciprocal translocation 9,22 (t9;22)(Jonathan et al., 2017). Kromosom
Philadelphia merupakan kromosom 22 abnormal yang disebabkan oleh
translokasi sebagian materi genetik pada bagian lengan panjang (q)
kromosom 22 kekromosom 9, dan translokasi resiprokal bagian
kromosom 9, termasuk onkogen ABL, ke region klaster breakpoint
(breakpoint cluster region, BCR) yang merupakan titik pemisahan tempat
putusnya kromosomyang secara spesifik terdapat pada kromosom 22
(Jonathan et al., 2017).
2. Tyrosine kinase berperan penting dalam modulasi sinyal faktor
pertumbuhan. Bentuk aktif dari enzim ini dapat menyebabkan
peningkatan proliferasi dan pertumbuhan cyt tumor, menginduksi efek
anti-apoptotis, dan mempromosikan angiogenesis dan metastasis. Pada
pasien CML, dengan adanya gen BCR-ABL, tyrosine kinase yang
konstitutif menyebabkan terjadinya transformasi selular sebagai
patogenesis dari timbulnya CML (Fay, 1967).
Etiologi Penyebab Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau yang
disebut dengan Chronic Myelogenous Leukemia (CML) ditandai dengan
terdeteksinya kromosom Philadelphia (Ph). Kromosom Philadelphia
merupakan hasil translokasi kromosom 9 dan 22 yang mengakibatkan
319
fusi gen BCR-ABL, menghasilkan protein fusi BCR-ABL yang berperan
dalam terjadinya LMK (Rafika & Setiadhi, 2019). Berikut adalah Etiologi
dan Cara Penularan dari Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau yang
disebut dengan Chronic Myelogenous Leukemia (CML) sebagai berikut:
Etiologi dari Leukemia mieloid kronik BCR-ABL memiliki aktivitas
tirosin kinase yang memicu pertumbuhan dan replikasi sel leukemik
melalui downstream pathway seperti RAS, RAF, JUN kinase, MYC, dan
STAT.6 Kromosom Philadelphia ditemukan pada 95% pasien LMK.
Translokasi 9 dan 22 mengarah ke fusi gen cimerik melalui ikatan gen
Abl-1 (Abelson) yang terletak di kromosom 9, dengan bagian dari BCR
(breakpoint cluster region) pada kromosom 22. Dengan cara ini, BCR-
ABL bertindak sebagai onkogen yang overexpresses protein tirosin-
kinase itu merangsang pertumbuhan leukemia mieloblas.
320
Pada tahun 1950an menggunakan terapi radiasi seluruh tubuh
ataupun splanik. Busulfan diperkenalkan pertama kali sebagai terapi
Leukemia Granulositik Kronik (LGK) tahun 1950an dan hydroxyurea
pada tahun 1972. Splenektomi sebagai terapi Leukemia Granulositik
Kronik (LGK) pertama kali dilaporkan pada awal abad ke-20. Tindakan
ini hanya efektif pada penderita dengan splenomegali persisten dan
sitopenia refrakter. Kemudian tahun 1980, transplantasi stem-cell
allogenic berpotensi kuratif pada Leukemia Granulositik Kronik (LGK).
Teknik transplantasi memiliki kendala oleh karena sulitnya mendapatkan
pendonor yang cocok dan batasan umur. Dengan diketahuinya basic
molekuler dari Leukemia Granulositik Kronik (LGK) telah dikembangkan
terapi target yang efektif. Terapi ini akan memblok aktivitas Bcr-Abl
tyrosine kinase, sehingga menghambat perjalanan proses molekuler
Leukemia Granulositik Kronik (LGK). Penggunaan tyrosine kinase
inhibitor (TKI) pada Leukemia Granulositik Kronik (LGK) sejauh ini
menunjukkan hasil yang impresif dengan toksisitas minimal dan secara
drastis mengubah landscape terapi Leukemia Granulositik Kronik (LGK).
Bukti-bukti saat ini menunjukkan bahwa TKI lebih superior untuk terapi
lini pertama Leukemia Granulositik Kronik (LGK).
321
20.000/mm3 (Jonathan et al., 2017). Terapi dimulai jika leukosit naik
menjadi 50.000/mm3(Jonathan et al., 2017). Efek samping dapat
berupa aplasia medulla berkepanjangan, fibrosis pulmo, bahaya
timbulnya leukemia akut (Jonathan et al., 2017).
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan disease dan
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi
biasanya perlu diberikan seumur hidup (Jonathan et al., 2017). Dosis
mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian diberikan
dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-15.000/mm3
(Jonathan et al., 2017). Efek samping lebih sedikit Interferon α juga
dapat mengontrol jumlah leukosit dan dapat menunda onset
transformasi akut, memperpanjang harapan hidup menjadi 1-2 tahun.
IFN-α biasanya digunakan bila jumlah leukosit telah terkendali oleh
hidroksiurea(Jonathan et al., 2017). IFN-α merupakan terapi pilihan
bagi kebanyakan penderita leukemia Mielositik (CML) yang terlalu tua
untuk transplantasi sumsum tulang (BMT) atau yang tidak memiliki
medulla donor yang cocok (Jonathan et al., 2017). Interferon alfa
diberikan pada rata-rata 3-5 juta IU / d subkutan (Emmanuel, 2010).
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah leukosit tetap
rendah (sekitar 4x109/l) (Jonathan et al., 2017). Hampir semua
pasien menderita gejala disease ‖mirip flu‖ pada beberapa hari
pertama pengobatan(Jonathan et al., 2017). Komplikasi yang lebih
serius berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia(Jonathan et al.,
2017). Sebagian kecil pasien (sekitar 15%) mungkin mencapai remisi
jangka panjang dengan hilangnya kromosom Ph pada analisis
sitogenik walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui
PCR. (Victor et al., 2005) (Jonathan et al., 2017).
3) Imatinib (Gleevec), nilotinib (Tasigna), dasatinib (Sprycel) adalah obat
tyrosine-kinase inhibitor yang merupakan pengobatan standar bagi
pasien CML pada fase kronik(Jonathan et al., 2017).
322
4) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi(Jonathan et al., 2017).
b. Fase Akselerasi dan Fase Blast Terapi untuk fase akselerasi atau
transformasi akut sama seperti leukemia akut, AML atau ALL,
dengan penambahan STI 57I (Gleevec) dapat diberikan. Apabila
sudah memasuki kedua fase ini, sebagian besar pengobatan yang
dilakukan tidak dapat menyembuhkan hanya dapat memperlambat
perkembangan disease (Jonathan et al., 2017).
2. Non-Medikamentosa
Radiasi Terapi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar
tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk menghilangkan
gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang diperlukan sebelum
transplantasi sumsum tulang(Jonathan et al., 2017).
Prefentif dalam kasus Leukemia Granulositik Kronik saat ini belum
diketahui secara efektif dan sepenuhnya untuk mencegah timbulnya
kasus ini.
2.6 Penunjang medis leukemia granulositik kronik
Manifestasi klinis CML bersifat insidious, selalu berubah sesuai dengan
fase disease, yaitu fase kronik (CP), fase akselerasi (AP), dan krisis
blastik (BP). Sebagian besar (90%-95%) pasienCML berada dalam fase
kronik (CP-CML) (Hocchauss et al., 2017) (Fay, 1967). Berikut adalah
Manifestasi Klinis dari Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau yang
disebut dengan Chronic Myelogenous Leukemia (CML) sebagai berikut:
a. Fase Kronik
Fase kronik ini didapatkan pada sebagian besar pasien (90%-
95%)(Fay, 1967). Tanda dan gejala umum dari CP-CML akibat dari
anemia dan splenomegali berupa kelelahan, penurunan berat badan,
rasa tidak enak, rasa kenyang, dan terasa penuh di kuadran kiri atas
323
(Bintoro, 2015)(Fay, 1967). Manifestasi yang jarang adalah perdarahan
terkait dengan jumlah trombosit yang rendah dan/atau disfungsi
trombosit, trombosis, terkait dengan trombositosis dan/atau leukositosis,
artritis gout (dari kadar asam yang meningkat), perdarahan retina, dan
ulserasi gastrointestinal bagian atas dan pendarahan(Fay, 1967).
Splenomegali atau hepatomegali didapatkan pada 46%-76% kasus(Fay,
1967). Splenomegali bervariasi mulai dari ringan sampai berat yang lebih
dari 10 cm di bawah tepi bawah tulang iga(Fay, 1967). Ukuran limpa ini
nampaknya berkorelasi dengan jumlah lekosit dalam emia (Fay, 1967).
Pada fase kronik ini sumsum tulang mengandung sel muda (blast)
kurang dari 5%(Fay, 1967).
324
Gambar 2 (Fay, 1967)
b. Fase Krisis Blastik
Pada fase ini sel-sel CML mulai berperilaku seperti leukemia
akut(Fay, 1967). Pasien sering demam, malaise (merasa tidak sehat),
splenomegaly, penurunan berat badan, dan gejala lain yang menyerupai
leukemia akut(Fay, 1967). Fase ini menurut ELN ditandai dengan
didapatkan sel muda ≥ 30% baik pada darah perifer atau sumsum
tulang, sedangkan menurut kriteria WHO baik pada darah perifer atau
sumsum tulang sel muda ≥ 30%(Fay, 1967).
326
BAB III
PEMBAHASAN
327
BAB IV
PENUTUP
328
BAB V
TERMINOLOGI
1. Leukemia = Kanker Darah
Prefix = -
Root = Leuk/o (putih)
Suffix = -emia (berhubungan dengan darah)
330
MYELOFIBROSIS
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Agnes Ratri Dinda Stiffani 205081
D3 RMIK
2021
331
BAB I
PENDAHULUAN
332
BAB II
Tinjauan Pustaka
334
dihasilkan oleh visceral ini masih belum berfungsi dengan baik dan
tubuh akhirnya mengalami anemia (Kroger N & Mesa RA, 2008).
fibrosis pada cavum sumsum. Hal ini terjadi karena pertumbuha
n tidak terkendali dari sel prekursor darah, yang akhirnya mengarah
pada akumulasi jaringan ikatdi sumsum tulang. Jaringan ikat yang
membentuk sel darah yang akhirnya menyebabkan bentuk
disfungsional. Tubuh kita menyadari hal ini, dan mencoba untuk
mengkompensasidengan mengirimkan sinyal ke organ
extramedulare hematopoietik, yaitu hati dan limpauntuk
menghasilkan sel darah baru. Tetapi sel darah yang akhirnya
dihasilkan oleh visceral ini masih belum berfungsi dengan baik dan
tubuh akhirnya mengalami anemia (Kroger N & Mesa RA, 2008).
335
megakariosit dan sel endotel seperti halnya pada sistem monosit-
makrofag. TGF-β merupakan stimulus yang poten terhadap
angiogenesis.
Peningkatan vaskularisasi ini akibat adanya neoangiogenesis
karena rangsangan faktor angiogenetik yang dipicu adanya sel
ganas. Faktor angiogenetik tersebut adalah basic Fibroblast
Growth Factor (bFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF), yang akan memicu sel endotel untuk migrasi, proliferasi,
dan membentuk jaringan angio pada tempat tersebut. Distribusi
hematopoiesis ekstra medular pada mielofibrosis melibatkan liver
dan limpa.Ruangan ekstramedular ditumbuhi pindahan sel
hematopoiesis. Kenaikan kadar TGF- dapat dideteksi
dengan naiknya sirkulasi platelet dan megakariosit.
Beberapa Growth Factor lain diperkirakan juga merangsang
fibroblast pada mielofibrosis, antara lain: Platelet derived
growth factor yang terdapat pada megakariosit penderita
mielofibrosis, epidermal growth factor, endothelial cell growth
factor, interleukin-basic fibroblast growth factor.
336
.Gambar 1. Proses terjadinya fibrosis sum-sum tulang.
Pada tikus percobaan, yang diberi TPO konsentrasi tinggi, akan
terjadi sindrom yang menyerupai mielofibrosis. Tikus yang
diinjeksi secara cepat dengan polietilen-glikol-conjugated TPO
untuk mempercepat hiperplasia megakariosit. Walaupun
begitu, peranan TPO pada mielofibrosis masih belum jelas,
walaupun kadar TPO pada mielofibrosis meningkat tetapi tidak
berkolerasi terhadap masa megakariosit.
337
Gambar 2. Patofisiologi mielofibrosis.
Etiologi
Mutasi atau perubahan gen (DNA) yang dialami oleh medula
spinalis adalah penyebab utama myelofibrosis terjadi. Normalnya, sel-sel
induk tersebut mampu membelah diri, seperti membelah menjadi
leukosit, eritrosit, dan trombosit.Namun jika terjadi mutasi pada gen atau
DNA, proses membelah diri dan produksi pun akan terganggu karena
perubahan terjadi pada banyak sel.Selain produksi sel darah yang
mengalami gangguan, pada sumsum tulang pun akan menjadi lokasi
tumbuhnya cicatrix. Namun meski terjadi mutasi gen, myelofibrosis
bukan penyakit keturunan atau genetik sebab orang tua tidak
mewariskan gen abnormal.
Myelofibrosis bisa primer atau sekunder. Yang primer berarti
tidak disebabkan oleh penyakit lain, sedangkan yang sekunder berarti
penyakit itu terjadi.
Mielofibrosis primer
Para ahli belum yakin apa yang menyebabkan myelofibrosis primer
atau idiopatik. Mereka menghubungkan beberapa gen dan jenis
myelos dengan kondisi tersebut, termasuk mutasi genetik yang
disebut mutasi missense JAK2 V617F. Namun, peneliti tidak tahu
338
apayang menyebabkan mutasi, dan tidak semua orang dengan
mutasi ini akan mengembangkan penyakit.
Leukimia
Neoplasma mieloproliferatif lainnya, termasuk polisitemia vera
dan trombositemia esensial
Cedera kimia
Cedera fisik
Infeksi medula spinalis
Hilangnya suplai darah ke medula spinalis
339
Tidak terdapat cara untuk mencegah myelofibrosis, namun
untuk meminimalisir risikonya, sebaiknya lakukan pengecekan
kesehatan teratur. Check up rutin adalah cara menjaga kesehatan
tubuh yang tepat karena myelofibrosis dapat terdeteksi secara dini
sehingga sebelum terlambat dan menjadi semakin serius penderita
telah memperoleh penanganan. Untuk mencegah komplikasinya,
segera ke dokter ketika keluhan gejala yang telah disebutkan di
atas mulai terjadi. Hindari paparan radiasi dan zat kimia sebisa
mungkin, namun bila hal ini berkaitan dengan pekerjaan maka
sebaiknya kenakan alat pelindung diri dari paparan sesuai standar
keselamatan kerja.
n.
340
Pengobatan (kuratif)
341
HSCT sepertinya merupakan satu-satunya terapi kuratif yang
cukup potensial pada mielofibrosis. Pasien dengan usia <50
tahun, yang disertai dengan anemia, didapatkan adanya
abnormalitas sitogenetik serta ditemukannya sel blast (>1%)
dalam darah sebaiknya perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
HSCT.
342
kemungkinan kortikosteroid adrenal memperbaiki daya hidup
eritrosit dan memperbaiki anemianya. Prednison oral, dengan dosis
1 mg/kgbb sehari, memberikan respon pada 25-50 % pasien. Dosis
dimulai dengan prednisone 30 mg/hari, dengan kombinasi
fluoksimesteron 10 mg dua kali sehari. Bila terdapat respons
setelah satu bulan terapi, dosis prednisone diturunkan secara
tapering off, sedangkan fluoksimesteron dilanjutkan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi jarang memberikan remisi hematologis, dan tidak
memberikan perubahan secara umum pada mielofibrosis, tetapi
mungkin sangat memberikan perbaikan pada gejala. Kemoterapi
dapat mengurangi splenomegali dan hepatomegali serta
memperbaiki anoreksia, pyrexia dan hiperhidrosis nokturnal sampai
70 % pasien, serta mengurangi leukositosis, trombositosis dan
anemia.Kemoterapi yang pernah digunakan: busulfan, melfalan, 6-
tioguanin dan hidroksiurea. Pada mielofibrosis pemberian
kemoterapi harus lebih hati-hati karena cenderung terjadi toksik
sum-sum tulang. Misalnya pemberian busulfan 2-4 mg/hari sudah
merupakan dosis maksimum yang dapat diberikan. Pasien harus
dimonitor secara frekuen dan kontinyu, terutama bila timbul
sitopenia.
4. Iradiasi
Pasien dengan hipersplenisme mungkin dapat memberikan
respon dengan iradiasi splenik, terutama bila ada kontraindikasi
untuk splenektomi. Hampir semua pasien mengalami perbaikan
keluhan nyeri dan ≥ 50 % terjadi pengurangan ukuran lien. Iradiasi
splenik akan memberikan perbaikan sitopenia, diberikan dengan
fraksi kecil dengan pemantauan ketat. Dosis fraksi 15-100 cGy, 2-3
343
kali per minggu. Hasil sementara baru dapat dilihat setelah
beberapa bulan terakhir.
344
BAB III
Pembahasan
345
Myelofibrosis terjadi ketika cyt/o induk di medula spinalis
mengalami mutasi atau perubahan DNA (gen). Cyt/o induk ini
seharusnya memiliki kemampuan untuk membelah diri menjadi beberapa
sel khusus yang membentuk haemo, seperti eritrosit, leukosit dan
trombosit.
Setelah itu, cyt/o induk haemo yang bermutasi akan bereplikasi dan
membelah sehingga akan semakin banyak sel yang berubah. Kondisi ini
menyeba
bkan efek serius pada produksi hemocyte dan menyebabkan
pertumbuhan cicatrix di medula spinali
346
BAB IV
PENUTUP
347
BAB V
TERMINOLOGI
1. Myelofibrosis = pergantian sumsum tulang dengan jaringan ikat
Prefix =-
Prefix =-
Prefix =-
Prefix =-
348
5. Osteosclerosis= suatu kondisi pengerasan tulang yang tidak normal
Prefix =-
349
DAFTAR PUSTAKA
350
myelofibrosis: qualitative study findings. Health and Quality of Life
Outcomes; 2019.
351
MYELOMA MULTIPLE
Dosen pengempu
Disusun Oleh :
D3 RMIK
2021
352
BAB I
PENDAHULUAN
353
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada cyt plasma, jenis
leukosit yang dihasilkan dari medulla. Cyt plasma normalnya
menghasilkan protein yang disebut antibodi untuk membantu melawan
infeksi. Pada multiple myeloma, cyt plasma menjadi meningkat dari
kadar normal. Karena itu protein antibodi yang dihasilkan juga ikut
meningkat. Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kondisi ini dapat
berefek pada osteo, sistem imun, nephros dan kadar eritrosit.
354
2.3 Pathofisiologi Myeloma Multiple
355
- Tes laboratium multiple myeloma :
1. Tes darah: diperiksa jumlah sel darah dan substansi lainnya. Myeloma
multiple menyababkan tingginya kadar plasma sel dan kalsium.
2. Tes urin :labotarium memeriksa Bence Jones protein tipe dari protein
M dalam urin.
3. Radiologi : memeriksa adanya lesi osteolitik atau tulang yang patah.
4. Biopsi : cara untuk mengetahui sel mieloma ada di sumsum
tulang
- Ada 2 cara untuk mengambil sumsum tulang
1. bone marrow aspiration: menggunakan jarum yang tipis untuk
mengambil sample
2. bone marrow biopsy : menggunakan jarum yang padat/rapat untuk
mengambil potongan tulang dan sumsum tulang
1. Laboratorium
356
a. Tes emia : diperiksa jumlah haemocyt dan substansi
lainnya. Myeloma multiple menyababkan tingginya kadar
plasma cyt dan kalsium.
b. Tes urin :labotarium memeriksa Bence Jones protein tipe
dari protein M dalam urin.
2. Radiologi
memeriksa adanya lesi osteolitik atau osteo yang patah.
3. Endoskopi
a. Biopsi
cara untuk mengetahui cyt mieloma ada di medulla
357
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 gambar Myeloma Multiple
Normal abnormal
358
• Penurunan trombosit sehingga terjadi gangguan pembekuan
haemo.
2. Pada nephros
Penurunan fungsi nephros
3. Osteo
85% pasien mengalami kerusakan osteo. Paling sering di tulang
belakang, tulang bokong, dan tulang rusuk
3.2 Penyebab Multiple Myeloma
Penyebab multiple myeloma belum diketahui secara pasti.
Namun, kondisi ini sering dikaitkan dengan MGUS (monoclonal
gammopathy of undetermined significance). Sekitar 1 dari 100 orang
yang menderita MGUS diperkirakan akan mengalami multiple myeloma.
359
BAB IV
PENUTUP
Multiple myeloma adalah kanker sel plasma. Sel plasma normal
ditemukan di sumsum tulang dan merupakan bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh. Multiple myeloma memiliki manifestasi klinis tersering
berupa nyeri tulang.
Multiple Myeloma ditandai dengan adanya proliferasi neoplastik
>10% sel plasma di medulla . Beberapa bukti menunjukkan bahwa
lingkungan mikro medulla sel-sel tumor berperan penting dalam
patofisiolgi MM.
Penyebab dari myeloma cyt adalah dapat menyebabkan cyt lain
(osteoklast) menghancurkan bagian padat dari osteo dan menyebabkan
lesi osteolitik osteo melemah dan dapat memberikan risiko osteo patah.
Penunjang medis yang bisa dilakukan untuk penderita myeloma
multiple adalah tes haemo,tes urin, radiologi, dan biopsi.
360
BAB V
TERMINOLOGI
1. Myeloma = neoplasma ganas dari cyt plasma mengenai osteo
Prefix :-
Root :myel/o (sumsum tulang belakang)
Suffix : oma (tumor )
2. Anemia = sel darah merah kurang
Prefix : an (tanpa)
Root : emia (darah)
Suffix :-
3. Macroglobulinemia = peningkatan kadar makroglobin dalam
darah
Prefix : macro (besar)
Root :globulin(semua kelas protein), emia (darah)
Suffix :-
361
DAFTAR PUSTAKA
362
METHAEMOGLOBINEMIA
DosenPengampu :
dr. R. A. RengganisUlaran, MM
DisusunOleh :
D3 RMIK
2021
363
BAB I
PENDAHULUAN
Methaemoglobinemiaadalahkondisipeningkatanmethaemoglobi
ndalamdarah/haem( Medical Centric, 2021).
Methaemoglobinmerupakanpigmenhematogen yang dibentukdari
hemoglobin melaluioksidasi atom
besidarikeadaanferomenjadiferi(Dorland WAN Edisi 29,2015).
Etiologidaripenyakitinidapatdisebabkanolehefeksampingobat-
obatanataupaparanbahankimiadandapatditurunkansecaragenetik
(herediter).
Biasanyajumlahzatinidalamtubuhmanusiahanyasatupersen.Sela
inmengubahkulitmenjadibiru,
Methemoglobinemiamembuatsejumlahpenyakitlain, sepertikejang-
kejangkelainanjantung, hinggamenimbulkankematian. Hal
itudisebabkankarenaketidakmampuantubuhmengoksidasimethemoglobin
yang membawazatbesi.
364
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AnatomidanFisiologi
Didalamtubuhmanusiadarah (haeme) merupakankomponen yang
pentinguntukmenjagakondisifisiologis.Karenahaememempunyafungsiuta
mayaitusebagaialattransportasidenganmembawazat-zat yang
dibutuhkanolehsel-seldalamtubuh, antara lain O2, CO2, zatmetabolisme,
hormon, nutrisi (glukosa, vitamin dan protein) danelektrolit.
Haemesendirimempunyai 2 komponenyaitu plasma darah
(berfungsisebagaisistempenyanggauntukmempertahankankeadaanasam
-basa, melaluikandunganelektrolit yang terkandungdidalamnya) dansel-
seldarah (hemocyte), terdirisekitar 55% plasma darahdan 45%
hemocyte.
Gambar 2.1.1KomponenDalamDarah
Hemocytemeliputi :
- Seldarahmerah (Eritrosit) :berfungsidalamtransportasi O2dan
CO2.
- Seldarahputih(Leukosit)
:berperandalamimunitasataupertahanantubuhterhadapbendaasin
gmaupunmikroorganisme. Leukositsendiridibagimenjadi 2 :
365
1. Granulosit ( bernukleuskecil ), terdiriatas :
- Neutrofil
- Eosinofil
- Basofil
2. Agranulosit ( nukelusbesar), terdiriatas :
- Limfosit
- Monosit
- Kepingdarah (Trombosit) :berfungsidalam proses
pembekuanhaeme, yang berperanpentinguntuksistemhemostasis
(proses penghentianperdarahansecaraspontandariVascular yang
mengalamikerusakan) dalamtubuh.
2.2 DefinisiMethaemoglobinemia
Menurut Medical Centric, (2021)
methaemoglobinemiamerupakankondisipeningkatanmethaemoglobindala
mhaeme. Dengan kata lainsuatukelainanpadahaeme yang
menghasilkanjumlahmethaemoglobin yang abnormal atauberlebih.
PenyakitiniditandaidenganwarnakulitkebiruanataudikenaldenganCyanosi
s, biasadijumpaipadalabial dandigitimanus.MenurutKamusKedokteran
Dorland, (2015) Methaemoglobinmerupakanpigmenhematogen yang
dibentukdari hemoglobin melaluioksidasi atom besidarikeadaanfero
2+ 3+
(Fe ) menjadiferi (Fe ). SedangkanHemoglobin (Hb)
adalahzatwarnamerahdariseldarahmerah (eritrosit) yang
berfungsimengikat oxygen (O2) dalamparu-paru (pulmo)
denganmembentukoksihemoglobin, melaluisistemKardiovaskular,
zatinimencapaisemua organ danjaringan, di manaO2dilepaskanlagi
(KiranaRahardja, 2013). KarenakelainaniniHb yang membawa
O2tidakdapatmenyalurkannyakesel-seltubuh,
jikakadarmethaemoglobinberlebihmaka proses pendistribusian
O2akanterganggudanakibatnyaselakankekurangan O2.
366
Gambar 2.1.2 Oksidasi Atom Besi
2.3 PatofisiologiMethaemoglobinemia
EtiologidaripenyakitMethaemoglobinemiabervariasi,
tergantungdarijenisnya.
1. Diturunkan ( Kongenital / Herediter)
Bawaangenetikdari orang tua yang memiliki gen
pembawadaripenyakitini. Memiliki 2 tipediantaranya :
Tipe 1, eritrositkekuranganEnzim sitokrom-b5
reduktase(enzim yang
dapatmereduksimethemoglobinmenjadi hemoglobin
normal).
367
Gambar 3.3.1 Enzim Sitokrom-b5 Reduktase
Tipe 2, ketikaEnzim sitokrom-b5
reduktasetidakberfungsidengan normal.
2. Didapat ( Acquired )
DisebabkanolehAdverse Drugs Reaction
(Efeksampingobat) ataupaparanbahankimiatertentu, seperti
:
- Benzocaine
- Lidocaine
- Metoclopramide ( antimietikmeredakannausea
danvomitus )
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Phenytoin (obatkerasmengatasiSpasm)
368
- SakitKepala ( Cephalgia)
- Pusing ( Vertigo )
- Cepatlelah
- Kejang ( Spasm )
- Mual ( Nausea )
- Muntah ( Vomitus )
- SeranganJantung ( Cardiac Attack )
- Koma
- Kematian
2.5 PenatalaksanaanMethaemoglobinemia
KuratifterhadappenderitaMethaemoglobinemiaberbeda-beda,
padapenderitadengantipeparah, dapatdilakukan :
- Rutintransfusihaeme,
sebelumitudilakukanpemeriksaanpenunjangberupateshaemel
engkap.
369
- Terapioksigenhiperbarik( Hyperbaric Oxygen Therapy )
memberikan O2
murnididalamruangankhususbertekananudaratinggiuntukdhiru
ppasien.
- Pemberianobat ( Methylene Blue, Aspirin danAsamKarbonat)
UntukpenderitaMethaemoglobinemia yang
disebabkanolehfaktorkongenitaltidakmemungkinkanuntukdilakukannyapr
eventifkarenafaktorgenetik yang
berperandidalamnya.NamununtukmeminimalisirrisikodariMethaemoglobi
nemia yang didapat, dapatdilakukanhaldibawahini:
- Berianakmakananpadatsesuaidenganusianya.
- Saatmenggunakan air sumuruntukminum,
lubangsumurharusdirawatdenganbaikdantertutuprapatuntukm
enghindarikontakdenganbahankimia yang mengancamjiwa.
- Jikaharusmenggunakannya, harapbaca label benzocaine
dengantelitidanhindaripengunaanprodukinipadaanakdibawahu
sia 2 tahun.
- Hindarimerebus air sumur agar kandungannitrattidaknaik.
Bahkanmenggunakan filter danpemurni air
sekalipuntidakdapatsecaraefektifmenghilangkannitratataumen
gurangikandungannya.
- Permeriksaankesehatansecarateratur,
terutamabilamenggunakanobat-obatantertentu.
2.6 PenunjangMedisMethaemoglobinemia
TerapiOksigenHiperbarik (Hyperbaric Oxygen Therapy)
Hyperbaric Oxygen Therapy (HBO)
adalahsuatumetodepengobatandenganmenghirup O2murni (100%)
secaraterusmeneruspadatubuhdengantekananudaralebihbesardaritekan
anatmosfer normal (AryaBrahmanta, 2021).Terapi HBO
bergunauntukmeningkatkan O2
370
dalamhaemedanmenghasilkantekananparsialtinggi yang
berperanuntukregenerasijaringan.
Terapi HBO inidilakukanpadasuaturuanghiperbarik (hyperbaric
chambers) yang dibedakanmenjadi 2,
yaitumultiplacedanmonoplace.Multiplacedapatdigunakanuntukbeberapap
enderitadalamsaturuangdenganwaktu yang bersamaandenganbantuan
masker tiappasiennya,
sedangkanmonoplacedigunakanuntukpengobatansatu orang
pasiensajadalamsaturuang.
371
Gambar 3.2.3 HiperbarikMonoplace
372
BAB III
PEMBAHASAN
GambardariPenyakitMethaemoglobinemia
373
BAB IV
PENUTUP
Methaemoglobinemiamerupakansuatukelainanpadahaeme yang
menghasilkanjumlahmethaemoglobin yang abnormal atauberlebihan,
jugamerupakam hemoglobin yang membawa O2,
tetapitidakdapatmenyalurkan kesel-seltubuh, jikakadarberlebihanmaka
proses perindustrian O2akantergangguadanberakibatkekurangan O2.
Seperti yang sudahdijelaskandiatas,
penyakitiniditandaidenganwarnakulitkebiruanataudikenaldenganCyanosi
s, biasadijumpaipadalabialdandigitimanus.
374
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1. Methaemoglobinemia
Preffix met- = perubahan
Root Haem/o = darah
Globin = molekul protein
Suffix -emia = kondisidarah
2. Methaemoglobin
Preffix met- = perubahan
Root Haem/o = darah
Globin = molekuldarah
Suffix -
3. Haemoglobin
Preffix -
Root Haem/o = darah
Globin = molekuldarah
Suffix -
4. Haemostasis
Preffix -
Root Haem/o = darah
Suffix stasis = menghentikan
5. Cyanosis
Preffix -
Root cyan/o = biru/kebiruan
Suffix osis = kondisi/keadaan
375
DAFTAR PUSTAKA
376
Newman, Dorland W.A. 2015. KamusSakuKedokteran Dorland Edisi
29. Singapura: Elsevier.
Soeda, Akio; Hiroki Shibata, Takuya Morikawa, Kodai Suzuki, Shozo
Yoshida & Shinji Ogura. 2018. ―A New Mutation of Congenital
Methemoglobinemia Exacerbated After Methylene Blue
Treatment‖. The Journal of Wiley Online Library.2(05).199-
201.
Tjay, Tan HoandanKiranaRahardja. 2008. Obat-obatPentingKhasiat,
PenggunaandanEfek-efekSampingnya. Jakarta: PT Elex
Media Komputido.
377
PAROXYMAL NOCTURNAL
HEMOGLOBINURIA
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan,MM
Disusun Oleh :
Nurul Izzah Ningsih 205063
D3 RMIK
2021
378
BAB I
PENDAHULUAN
Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH) adalah kelainan
kronis yang ditandai dengan terjadinya perdarahan di derma dan
adanya haema saat buang air kecil. Kondisi ini umumnya terjadi
pada saat pengidap sedang tidur di malam hari. Paroksismal
nokturnal hemoglobinuria merupakan kelainan haema yang sangat
jarang terjadi.
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) adalah suatu
kelainan kronis didapat (acquired) yang ditandai terjadinya hemolisis
intravaskuler dan hemoglobinuria yang pada umumnya terjadi pada
saat pasien tidur di malam hari. Hal ini disebabkan oleh kelainan
seluler karena mutasi somatic pada totipoten hematopoetic stem cell
yang menyebabkan kerusakan intrinsik pada membran erytrocyte
sehingga lebih rentan terhadap aksi lisis dari komplemen. Insiden
PNH ini tersering pada usia 30-40 tahun dimana prevalensi
terjadinya sangat jarang yaitu 2 dari 1 juta orang di dunia.
Kebanyakan langkah kuratif PNH adalah untuk meringankan
symtomp dan mencegah terjadinya komplikasi. Namun, bila kamu
hanya menunjukkan beberapa symptom anemia, dokter dapat
meresepkan suplemen asam folat dan zat besi untuk membantu
medulla memproduksi erytrocyte yang sehat.
Terapi lainnya yang bisa dilakukan untuk mengobati PNH
adalah transfusi darah, pemberian obat pengencer darah, cangkok
medulla, dan pemberian eculizumab (Soliris), yaitu satu-satunya
obat yang direkomendasikan untuk PNH. Fitrach Desfiyanda ( 2018
).
379
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
380
penyakit ini juga dikenal dengan disease Marchiava-Micheli.3
Insidensi PNH sangat bervariasi pada berbagai populasi dan lebih
sering terjadi di Asia Tenggara. Insidensinya bervariasi, mulai dari 1-
1,5 kasus/juta populasi pada satu literatur, hingga 3-6 kasus/juta
populasi pada literatur lain. Kasus ini lebih sering dijumpai pada usia
dewasa muda walaupun juga bisa dijumpai pada anak-anak dan
orangtua, namun tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara
pria dan wanita.
Paroksismal noktural hamoglonuria (PNH) merupakan
kelainan darah non- keganasan yang ditandai oleh ekspansi cyt
punca (stem cells) hematopoetik dan cyt matur progeny di mana
seluruh cyt mengalami dificiensi protein yang berhubungan dengan
pembentukan glycosilphosphatidy inositol anchored ( GPI anchored
) . GPI anchored merupakan struktu kompleks yang berfungsi
mengatur protein permukaan cyt hematopoetik sera lisis sel darah
yang dimediasi oleh komplemen ( complement mediated lysis).
Difisiensi ini menyebabkan membrane eritrosit lebih rentan
terhadap aktivitas lisis dati komplemen. Sebagai symptom klinis,
pasien akan mengalami anemia hemolitik. Joseph Partogi Sibarani
( 2019 ).
2.3 Etiologi Paroxymal Nocturnal Hemoglobinuria
PNH disebabkan karena adanya kelainan seluler akibat mutasi
somatik pada hematopoietic stem cell. Hal yang menyebabkan
terjadinya defisiensi
pembentukan glycosylphosphatidylinositol (GPI) anchored, antara
lain yang paling umum adalah decay accelerating factor (DAF,
CD55) dan membrane inhibitor of reactive lysis (MIRL, CD59). Hal
ini menyebabkan kerusakan intrinsik pada membran erytrocyte,
sehingga lebih rentan terhadap aksi lisis dari komplemen. Riadi
Wirawan. Ema Puspadewi. Anidin Wijanarko. Indah Gianawati
(2004).
381
2.4 Diagnosis Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
Tampilan klinis yang utama dari PNH adalah anemia, sign
hemolisis, hemoglobinuria terutama pada malam hari atau
menjelang pagi hari dengan atau tanpa tanda-tanda trombosis.
Sebagai alat diagnosis, tes Ham telah dijadikan acuan untuk
diagnosis PNH dalam 2 dekade terakhir. Namun dengan
berkembangnya pengetahuan terhadap PNH, beberapa alat
diagnosis lain telah diajukan untuk PNH. Yang saat ini dijadikan alat
diagnosis baku emas adalah sitometri arus (flow citometry) yang
dapat menilai CD55 dan CD59.
Dari laboratorium dapat kita jumpai sign anemia
hemolitik seperti polikromasi dan retikulositosis serta pada hapusan
haema perifer yang sesuai dengan gambaran anemia hemolitik,
sering disertai gambaran anemia defisiensi besi, dapat pula
menyerupai anemia aplastik. Pada aspirasi medulla didapatkan
kesan hyperplasia eritropoesis atau hypoplasia. Pemeriksaan yang
sering dilakukan seperti HAM test dan sucrose water test dengan
hasil positif. Pada pemeriksaan urin didapatkan hemoglobinuria
atau, Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya konjungtiva
anemis, sklera ikterik serta splenomegali yang merupakan sign dari
reaksi hemolitik yang berlangsung kronik. Pada pemeriksaan
gambaran haema perifer ditemukan adanya gambaran eritrosit
normositik normokrom, polikromasi, fragmentosit, serta didapatkan
peningkatan dari LDH, bilirubin indirek, dan retikulositosis yang
merupakan sign adanya reaksi hemolitik. Pada urinalisa juga
didapatkan hemogloglobinuria sebagai sign reaksi hemolitik. Coomb
test didapatkan hasil negatif sehingga dapat dipikirkan etiologi
hemolitik pada pasien ini sebagai non-auto imun.
382
2.5 Penatalaksanaan Paroxysmal Nocturnal
Hemoglobinuria
Kuratif Paroxymal Nocturnal Hemoglobinuria
Tata laksana PNH masih sangat terbatas hingga saat ini.
Menurut sedana beberapa terapi standar yang diberikan pada
pasien PNH adalah transfusi darah dengan washed erythrocyte
( eritrosit cuci ), asam folat 1 mg/hari, sulfas ferosus 3 x 1 tablet
(bila terdapat deficiency besi), prednisone 20-60 mg/hari,
hormon androgen (fluoksimesteron 5-30 mg/hari, oksimetolon
10-50 mg/hari diberikan selama 6-8 minggu)- bila tidak ada
respon obat dihentikan-, antikoagulan (tidak terbukti bermanfaat
untuk mencegah terjadinya thrombosis), serta streptokinase
dan urokinase (bila ada trombosis). Adapun terapi definitive
PNH adalah transpaltasi sumsum tulang dan sel punca.
Transpaltasi sel punca merupakan terapi pilihan utama bagi
PNH yang sudah sukses dijalankan di Negara Negara maju.
Salah satu uji klinis di ranah PNH adalah GITMO (Gruppo
Italiano Trapianto Middolo Osseo) yang dilakukan oleh
sekelompok peneliti dan ahli hematologi dari University Napoli,
Italia. Studi ini berhasil melakukan analisis retrospektif terhadap
26 pasien PNH yang mendapat terapi transpaltasi sel punca
mulai dari tahun 1988 hingga 2006. Kesintasan bebas penyakit
selama 10 tahun (Kaplanmeier).
Preventif Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
383
Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria juga bisa disebabkan
oleh medulla yang lemah. Beberapa orang dengan jenis anemia
tertentu, seperti anemia aplastik lebih berisiko
mengidap paroxysmal nocturnal hemoglobinuria. Anemia
aplastik sendiri merupakan kelainan haema yang serius, ketika
myelo berhenti memproduksi sel darah baru. Langkah
penanganan pada pengidap paroxysmal nocturnal
hemoglobinuria adalah meringankan symptom yang ada, untuk
mencegah terjadinya komplikasi. kuratif juga akan dilakukan
tergantung dari seberapa parah kondisi pengidapnya. Jika
pengidap hanya menunjukkan symptom seperti anemia,
biasanya dokter akan memberikan zat besi dan asam folat guna
membantu myoli memproduksi erytrocyte yang sehat.
384
BAB III
PEMBAHASAN
Gamba 3.1 Disease Paroxymal Nocturnal Hemoglobinuria
385
BAB IV
PENUTUP
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) adalah suatu kelainan
kronis didapat (acquired) yang ditandai terjadinya hemolisis intravaskuler
dan hemoglobinuria yang pada umumnya terjadi pada saat pasien tidur
di malam hari. Merupakan kelainan yang sangat jarang, hingga saat ini
belum ada laporan mengenai disease ini yang dipublikasikan secara
resmi di Indonesia
386
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
Hemoglobinuria
(hemoglobin bebas di dalam urine)
P=-
R = hemoglobin (pigmen pembawa oksigen pada eritrosit)
Uria (air seni)
S=-
Anemia
(kurang darah)
P = an (tidak ada)
R = mia (darah)
S=-
Hyperplasia
(melebihi jumlah sel )
P = Hyper (melampaui)
R = Plasia (jumlah sel)
S=-
Immunology
(studi yang mempelajari tentang system kekebalan)
P=-
R = Imun (system kekebalan)
S = logy (studi tentang)
387
Dyspnea
(pernafasan ynga sukar atau sesak)
P = Dys (sulit)
R = pnea (bernafas)
S=-
388
DAFTAR PUSTAKA
Laurentius A. Pramono. Birry Karim. Martha Iskandar. Asnawi yanto (
2015 ). Diagnosis dan Tata laksana Paroksismal Nokturnal
Hemoglobinuria. 1-19
Joseph Partogi Sibarani ( 2019 ). Seorang Pria 21 Thun dengan Urin
Berwarna Gelap : Sebuah Laporan Kasus. 19-20
Fitrach Desfiyanda ( 2018 ). Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
(PNH) Dengan Hypercoagulable State.
Riadi Wirawan. Ema Puspadewi. Anidin Wijanarko. Indah Gianawati
(2004). Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria dengan disfagia :
suatu laporan kasus.
Niahimura J, Inoue N, Wada H, Ueda E, Pramoonjagi P, Hirota T. A
patient with paroxysmal nocturnal hemoglobinuria bearing four
independent PIG0A mutant clones. Blood 1997; 89(9): 3470-76.
389
POIKILOCYTOSIS
Dosen Pengampuh :
Disusun oleh:
D3 RMIK
2021
390
BAB I
PENDAHULUAN
391
nilai pH, pengatur). Ia melakukan proses pembekuan darah untuk
menutup luka (pembekuan darah). Darah sendiri terdiri dari beberapa
unsur yaitu plasma, sel darah merah (koagulasi), eritrosit, leukosit dan
keping darah (platelet).
392
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
393
tulang atau kelainan destruksi eritrosi. Dalam situasi normal, suatu
poikilocytosis merupakan penuaan eritrosit yang sejalan dengan
kekuatannya. Sebagian kecil dari membrannya terkelupas. Dalam
situasi yang abnormal, poikilocytosis menjadi sedemikian nyata
sehingga eritrosit terbentuk tetesan air mata (―teardrops‖). Jenis-jenis
poikilocytosis adalah sferosit,sistosit,sel target,sel bulan sabit,krenasi
sel,akantosit, tear drop cell, burr cell, dan ovalosit. (Anonim,2013)
394
4. Difisiensi piruvat kinase
5. sindrom Mcleod dimana kelainan genetic langka yang
memengaruhi saraf, cardio, darah,dan otak. Gejala biasanya
datang perlahan dan memulai pada pertengahan masa
dewasa
6. Sferositosis herediter
penybab poikilocytosis yang didapat meliputi.
7. Anemia difisiensi besi, bentuk paling umum dari anemia yang
terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi.
8. Anemia megaloblastik, anemia yang yang biasanya
disebabkan oleh kekurangan folat atau vitamin B12.
9. Anemia hemolitik autoimun, sekelompok gangguang yang
trjadi ketika sistem kekebalan secara kliru menghancurkan
eritrosit. Penyakit hati dan ginjal
10. Alkoholisme atau penyakit hati terkait alcohol
11. Keracunan timbal
12. Pengobatan kemotrapi
13. Infeksi parah
14. Kanker
15. myelofibrosis
395
Gejala umum kelainan terkait darah lainnya, seperti anemia,
meliputi
kelelahan
kulit pucat
kelemahan
sesak napas
Gejala khusus ini disebabkan oleh kurangnya oksigen yang dikirim ke
jaringan dan organ tubuh.
396
Perawatan untuk poikilositosis tergantung pada apa yang
menyebabkan kondisi tersebut. Misalnya, poikilositosis yang
disebabkan oleh rendahnya kadar vitamin B-12, folat, atau zat besi
kemungkinan besar akan diobati dengan mengonsumsi suplemen
dan meningkatkan jumlah vitamin ini dalam makanan Anda. Atau,
dokter mungkin mengobati penyakit yang mendasari (seperti
penyakit celiac) yang mungkin menyebabkan defisiensi pada
awalnya.
Pencegahan (prefentif)
397
2.6 Penunjang Medis
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: Kadar Hb menurun. Karena terjadi kekurangan
Fe,sedangkan Fe diperlukan untuk sintesis Hb, maka yang
pertama menurun adalah kadar Hb. Biasanya dibawah 10 g%
jumlah eritrosit: Bisa normal atau sedikit menurun.
MCHC: menurun, akan tampak eritrosit yang pucat (hipokrom);
MCH: bisa normal atau sedikit menurun. Bila anemia bertambah
berat, eritrosit akan mengecil (mikrositer).
Poikilocytosis dapat didiagnosis selama tes yang disebut hapus
darah. Selama pemeriksaan darah, ahli teknologi medis
menyebarkan lapisan tipis darah pada kaca mikrooskop dan
menodai darah untuk membantu membedakan sel. Ahli teknologi
kemudian melihat darah dibawah mikroskop, dimana ukuran dan
bentuk eritrosit dapat dilihat.
Pemeriksaan yang menunjukkan adanya proses hemolitik berupa
poikilocytosis, sel eritrosit berinti,retikulositopeni pada awal
anemia. Kadar hemoglobin 3 g/dL 9g/dL, jumlah leukosit
bervariasi disertai gambaran sel muda(metamielosit,mielosit,dan
promielosit), kadang disertai trombositopeni.
398
BAB III
PEMBAHASAN
NORMAL POIKILOCYTOSIS
OVALOSIT STOMATOSIT
399
penderita untuk mengonsumsi lebih banyak makanan sumber zat besi,
seperti daging, ikan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Pemberian
suplemen folat dan vitamin B12, bila penyebab eritrosit rendah adalah
kekurangan kedua nutrisi ini. Penderita juga dianjurkan untuk
mengonsumsi daging dan hati sapi, telur, alpukat, bayam, kacang-
kacangan, serta sereal yang diperkaya dengan folat dan vitamin B12.
Kemoterapi, radioterapi, dan/atau operasi, jika eritrosit rendah
disebabkan oleh kanker. Cuci darah dan pemberian hormon eritropoietin,
bila kadar eritrosit rendah dialami oleh pasien gagal ginjal stadium akhir.
Transfusi darah, bila penyebab rendahnya kadar eritrosit adalah
perdarahan.
Cara menurunkan eritrosit yang tinggi
Eritrosit tinggi biasanya dapat ditangani dengan cara mengobati penyakit
yang menyebabkannya. Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa Anda
lakukan, untuk menurunkan kadar eritrosit dalam tubuh yaitu dengan:
Berolahraga untuk meningkatkan fungsi cardio dan pulmo. Mengurangi
makan daging merah dan makanan mengandung zat besi tinggi,
Menghindari suplemen zat besi, Menjaga tubuh agar tetap terhidrasi,
Menghindari minuman diuretik (yang menyebabkan sering ingin buang
air kecil), seperti kopi atau minuman kafein lainnya, Menghentikan
kebiasaan merokok, Hindari penggunaan steroid dan obat-obatan
peningkat kinerja lainnya.
400
BAB IV
PENUTUP
Poikilocytosis adalah istilah yang digunakan untuk eritrosit
berbentuk abnormal dalam darah. Darah sendiri terdiri dari beberapa
unsur yaitu plasma darah , eritrosit, leukosit dan keping darah . Darah
teerdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan korpukuli.
Eritrosit adalah sel darah yang tidak memiliki inti, dimana tersusun dari
protein hemoglobin.
401
BAB IV
TERMINOLOGI
1. Poikilocytosis
P:-
R:-
S : Osis (Keadaan)
2. Homeostatis
P : Home/o (Sama)
R:-
S : Statis (Menghentikan)
402
DAFTARPUSTAKA
halodok "Hasil pemeriksaan darah"
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/anemia-142 diakses tanggal
6 juli 2021
repostitory "poikilositosis"
https://repository.maranatha.edu/3581/6/0110156_Conclusion.pdf
diakses tanggal 6 juli 2021
perbedaan anisositosis dan poikilositosis
https://doktermuslim.com/perbedaan-anisositosis-dan-poikilositosis/
Poikilositosis gejala dll https://id.drderamus.com/poikilocytosis-8739
https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/27376
403
POLISITEMIA VERA
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
D3 RMIK 202
404
BAB I
PENDAHULUAN
405
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
406
2.2 Pengertian Polisitemia Vera
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani dimana poly berarti banyak, cyt
berarti sel dan hemia berarti darah sedangkan vera berarti benar.
Polisitemia vera adalah kelainan pada sistem mieloproliferatif di mana
terjadi klon abnormal pada hemopoetik sel induk (hemopoetic stem cells)
dengan peningkatan sensitivitas pada growth factors yang berbeda untuk
terjadinya maturasi yang berakibat terjadi peningkatan banyak sel. Pada
polisitemia vera (PV), peningkatan volume sel darah merah disebabkan
oleh mieloproliferasi endogen. sifat sel asal dari cacat dikemukakan pada
banyak pasien oleh overproduksi granulosit dan trombosit sebaik sel
darah merah. (Hoffbrand V; 2014)
Penyakit ini termasuk langka dan lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan dengan wanita. Kondisi normal tubuh mengatur dan
menentukan jumlah sel-sel haima yang akan diproduksi sesuai yang
dibutuhkan. Gen JAK2 mengalami mutasi, sehingga medulla ossea akan
memproduksi erythrocyte secara berlebihan. Penyebab mutasi tersebut
belum diketahui secara pasti, namun risiko polisitemia vera akan
meningkat seiring bertambahnya usia, khususnya pada usia di atas 60
tahun.
Pada polisitemia vera (PV), peningkatan volume erythrocyte disebabkan
oleh mieloproliferasi endogen. sifat sel asal dari cacat dikemukakan pada
banyak pasien oleh overproduksi granulosit dan trombosit sebaik
erythrocyte.
408
lain.
Penyakit ini biasanya terdeteksi melalui tes haima,
khususnya pada pengecekan jumlah erythrocyte dalam
tubuh. Hasil pemeriksaan darah para pengidap
polisitemia vera adalah :
a. Peningkatan jumlah erythrocyte disertai kenaikan
jumlah platelet dan leukosit
b. Presentase erythrocyte dalam darah (hematokrit) yang
meningkat.
c. Peningkatan kadar hemoglobin.
d. Rendahnya kadar hormon eritropoietin yang
merangsang medulla ossea untuk memroduksi
erythrocyte.
Dokter menganjurkan beberapa pemeriksaan lebih lanjut,
misalnya pengecekan genetika pada gen JAK2 yang
dilakukan melalui tes haima dan pengambilan sampel
medulla ossea melalui biopsi. USG perut dilakukan guna
mendeteksi apakah pengidap mengalami gangguan limpa
atau tidak.
Diagnosa Banding :
Mutasi Jak2 tidak hanya terjadi pada penyakit polisitemia vera, namun
juga terjadi pada keganasan mieloproliferatif lain seperti Esensial
Trombositemia (ET)6 dan Mielofibrosis (MF). Sehingga ketiga penyakit
ini mempunyai keterkaitan yang unik. Mutasi Jak2 positif pada penderita
polisitemia vera sekitar 95%-100% sementara pada keganasan lain ET
dan MF ± 50-60%. Meskipun erirositosis bisa membedakan PV dari ET
dan MF,namun tidak semua pasien dengan gejala eritrositosis dengan
mutasi Jak2 akan berkembang menjadi PV.
409
2.5 PENATA LAKSANAAN Polisitemia Vera
410
a. Megeluarkan haima atau terapi phlebotomy. Cara ini dilakukan
dengan prosedur yang sama seperti saat mendonor haima dan
merupakan langkah penanganan pertama yang umumnya dianjurkan
oleh dokter.
b. Menurunkan produksi erythrocyte dengan obat-obatan hidroksi urea.
c. Mencegah penggumpalan haima melalui pemberian obat, seperti
aspirin berdosis rendah
Preventif
1. laboratorium
a. hitung haemo lengkap
Hasil hitung darah lengkap pada pasien akan
menunjukkan:
Peningkatan jumlah sel darah merah yang
disertai peningkatan jumlah keping haemo
dan leukosit
Peningkatan hematokrit, yaitu presentase
perbandingan eritrosit dengan volume haemo
411
Peningkatan kadar hemoglobin, yaitu protein
kaya zat besi dalam eritrosit
Penurunan kadar eritropoetin, yaitu hormon
yang merangsang medulla untuk
memproduksi eritrosit
b. Tes genetik
Tes genetik dilakukan dengan mengambil sampel
haemo pasien. Sampel haemo ini kemudian diteliti untuk
mendeteksi mutasi pada gen JAK2.
2. Endoskopi
a. Biopsi medulla
Biopsi medulla dapat membantu memastikan diagnosis
politisemia vera. Biopsi medulla dilakukan dengan mengambil
sampel dari cairan medulla untuk diperiksa di laboratorium.
3. Ultrasonografi
a. USG abdomen
412
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambar normal Polisitemia Vera
413
Eritrosit berfungsi membawa oksigen dalam haemo ke seluruh
tubuh. Jika jumlahnya terlalu banyak, haemo akan mengental dan
mengalir lebih lambat. Kondisi ini membuat organ tubuh tidak
mendapat pasokan oksigen yang cukup.
Para dokter umumnya membagi disease ini menjadi dua kategori
berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Polisitemia primer
Polisitemia primer merupakan jenis yang paling umum ditemukan.
Jenis polisitemia ini terjadi karena adanya perubahan atau mutasi
genetik JAK2.
Menurut MPN Research Foundation, sebanyak 95% penderita
polisitemia vera memiliki gen JAK2 yang bermasalah. Namun,
hingga saat ini belum ditemukan apa penyebab pasti dari mutasi
gen tersebut.
Polisitemia primer bukanlah kondisi yang diturunkan dari orangtua
ke anak. Namun, pada beberapa kasus, mutasi genetik ini bisa
menurun di keluarga.
2. Polisitemia sekunder
Polisitemia jenis ini tidak berkaitan dengan mutasi gen JAK2.
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen di dalam
tubuh, terutama darah.
414
Penyakit pulmo kronis (COPD) dan sleep apnea
Kondisi ini dapat mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Hal ini
dapat memicu peningkatan produksi hormon EPO dan sel darah
merah dalam tubuh.
Masalah pada nephros
Pada kasus yang jarang terjadi, produksi hormon EPO juga dapat
meningkat apabila ginjal mengalami kerusakan, seperti adanya
tumor atau penyempitan pembuluh darah.
415
BAB IV
Polisitemia vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel
induk hematopoetik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit
absolut dan volume darah total, biasanya disertai leukositosis,
trombositosis dan splenomegali.
Penyakit ini termasuk langka dan lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan dengan wanita. Kondisi normal tubuh mengatur dan
menentukan jumlah sel-sel haima yang akan diproduksi sesuai yang
dibutuhkan.
Polisitemia vera (primer) didasari adanya mutasi bawaan
(germline) atau mutasi somatik (yang didapat) terhadap
progenitor erythroid.
Tindakan yang dilakukan pada penyakit polisitemia vera adalah
hitung haemo lengkap, tes genetik,biopsi medulla,dan usg abdomen.
416
BAB V
TERMINOLOGI
1. Leukositosis ( Keadaan sel darah putih lebih dari normal )
Prefix :-
Root : Leukosit ( sel darah putih)
Suffix : Osis (keadaan)
417
DAFTAR PUSTAKA
Supandiman I, Sumahtri R. Polisitemia Vera. Pedoman Diagnosis dan
terapi Hematologi Onkologi Medik. 2003: 83-90.
Prenggono D. Polisitemia Vera Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi IV. Penerbit IPD FKUI. 2006: 702-705.
Pearson TC. (Chair), Messinezy M, Westwood N, Green AR., et al. A
Polycythemia Vera Update: Diagnosis, Pathobiology, and Treatment .
American Society of Haematology. Hematology 2000;51-69.
418
SPHEROCYTOSIS
Dosen Pengampu :
dr. R.A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh
Shabrina Akmalia 205032
Riswanda Kharisma Putri 205071
Salsa Bila Dwi Puspita 205110
D3 RMIK
2021
419
BAB I
PENDAHULUAN
Spherocytosis adalah adanya sferosit di dalam emia.
sekelompok klinis dan kelainan genetic herediter heterogeny
yang ditandai oleh adanya spherocytes, anemia hemolitik,
kerapuhan eritrosit abnormal, ikterik, splenomegaly. (Dorland,
edisi 29).
Sferositosis herediter (HS) adalah anemia hemolitik
herediter umum yang dikaitkan dengan gangguan pada lima
protein membran erythrocyte yang berbeda. Dalam setiap gen,
tipe varian atau lokasi tidak memprediksi keparahan disease
atau kemungkinan splenektomi. (Tole, S., Dhir, P., Pugi, J.,
Drury, L. J., Butchart, S., Fantauzzi, M., ... & Carcao, M. D,
2020).
Sferositosis herediter (HS) adalah anemia hemolitik
herediter yang paling umum karena terhadap perubahan protein
membran eritrosit. Ekspresi klinis HS berkisar dari bentuk klinis
diam dengan hemolisis kronis kompensasi yang baik untuk
transfusi parah- anemia ketergantungan. Berdasarkan kadar
hemoglobin dan jumlah retikulosit, keparahan klinis clinical HS
diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, sedang, atau berat.
(Starodubtseva, M. N., Mitsura, E. F., Starodubtsev, I. E.,
Chelnokova, I. A., Yegorenkov, N. I., Volkova, L. I., & Kharin, Y.
S. 2019).
Hereditary Spherositosis (HS) adalah membran eritrosit
yang paling umum kelainan yang menyebabkan anemia
hemolitik. Heterogenitas luas baik klinis dan laboratorium
manifestasi HS berkontribusi terhadap kesulitan yang terkait
dengan diagnosis gangguan ini (Trabelsi, N., Bouguerra, G.,
420
Haddad, F., Ouederni, M., Darragi, I., Boudrigua, I., ... & Abbes,
S. 2021).
Sferositosis merupakan jenis anemia hemolitik yang
paling sering dijumpai di Eropa dengan insidens 1 kasus per
5000 jiwa. Hingga saat ini belum tersedia data epidemiologi SH
di Indonesia. Rekam medis Poliklinik Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM belum mencatat pasien dengan
diagnosis SH. (Sari, T. T., & Ismail, I. C, 2016).
421
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
422
Spherocytosis merupakan kondisi gangguan yang
terjadi pada lapisan permukaan yang dikenal dengan istilah
membran– erythrocyte. Kondisi ini menyebabkan erythrocyte
berubah bentuk, dari berbentuk lapisan tipis dengan cekungan
menjadi sferis atau bulat. Cyt berbentuk sphero tersebut
memiliki fleksibilitas yang lebih rendah dibandingkan erythrocyte
yang normal
.
Etiologi Spherocytosis
Spherocytosis disebabkan oleh kelainan erythrocyte,
atau eritrosit . Sebuah disease kronis dengan kondisi
kesehatan jangka panjang dengan ada obatnya. Kelainan ini
disebabkan oleh mutasi pada gen yang berkaitan dengan
423
protein membran yang memungkinkan eritrosit berubah bentuk.
Eritrosit abnormal berbentuk bola ( sferositosis ) daripada
berbentuk cakram bikonkaf normal. Protein membran
disfungsional mengganggu kemampuan cyt untuk menjadi
fleksibel untuk melakukan perjalanan dari arteri ke kapiler
yang lebih kecil . Perbedaan bentuk ini juga membuat
erythrocyte lebih rentan pecah .
Sferositosis disebabkan oleh kelainan genetik. Orang
dengan riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan ini
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami
kondisi yang sama.
424
dapat menyebabkan icteric. Selain itu, bagian putih pada oculo
juga dapat berubah menjadi kekuningan.
Kuratif Spherocytosis
No Jenis Kuratif Penjelasan
1. Pemberian vitamin Asam folat, salah satu jenis
vitamin B, umumnya
direkomendasikan untuk
mereka dengan kondisi
sferositosis herediter. Asam
folat dapat membantu
pembentukan erythrocyte baru.
Dosis harian asam folat
merupakan pilihan penanganan
awal pada anak serta mereka
yang mengalami kondisi
sferositosis herediter ringan.
2. Pembedahan pengangkatan limpa dapat
425
(splenektomi) mencegah komplikasi yang
sering timbul akibat sferositosis
herediter. Erythrocyte dapat
tetap berbentuk sphero, namun
masa hidupnya dapat lebih
lama. Dapat membantu
mencegah timbulnya
cholelithiasis. Tidak semua
orang dengan kondisi ini
membutuhkan splenectomy.
Misalnya, kasus yang ringan
dapat ditangani tanpa tindakan
operatif.
3. Tranfusi emia Pada orang dengan anemia
yang berat, transfusi erythrocyte
biasanya dibutuhkan.
4. Terapi sinar Pada bayi yang mengalami
kekuningan, dokter dapat
menganjurkan terapi sinar, yang
juga dikenal dengan istilah
fototerapi.
426
Preventif Spherocytosis
427
BAB III
PEMBAHASAN
Erythrocyte normal
428
Erythrocyte normal mempunyai vo-lume 80-96 femtoliter
(1 fL = 10-15 liter) dengan diameter kira-kira 7-8 micron, sama
dengan inti limfosit micro. Erythrocyte yang berukuran lebih
besar dari inti limfosit kecil pada apus emiatepi disebut
makrositik. 1 Erythrocyte yang berukuran lebih kecil dari inti
limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter
memperkirakan volume erythrocyte dengan sampel jutaan
erythrocyte dengan mengeluarkan angka mean corpuscular
volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut.
429
BAB IV
PENUTUP
430
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1. Spherocytosis
Preffix : Spher/o (bulat/bola)
Root : Cyt/o (sel)
Suffix : Osis (keadaan)
*adanya kelainan darah genetik herediter yang ditandai oleh
adanya spherocytes dan anemia hemolitik
2. Splenomegaly
Preffix : -
Root : splen/o (limfa)
Suffix : megaly (pembesaran)
*pembesaran pada limfa
3. Splenectomy
Preffix :-
Root : Splen/o (limfa)
Suffix : Ectomy (pemotongan)
*pemotongan pada limfa
4. Tachycardia
Prefix : Tachy (cepat)
Root : Cardi/o (jantung)
Psedosuffix : ia
*detak jantung cepat
5. Chepalgia
Preffix :-
Root : Chepal (kepala)
431
Suffix : Algia (nyeri)
*rasa nyeri kepala
6. Erythrocyte
Preffix :-
Rood : erthyr/o (merah), cyt/o/e (sel)
Suffix :-
*sel darah merah
7. Cholelithiasis
Preffix :-
Root : Chole (empedu), Lith/o (batu)
Suffix : Iasis (keadaan)
*keadaan batu pada empedu
432
DAFTAR PUSTAKA
433
Spherositosis Herediter
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
Dwi Nawang Wulan 205055
D3 RMIK
2021
434
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
436
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
437
2.2 Definisi Spherositosis herediter
Spherositosis herediter Suatu disease genetik dari selaput membrane
eritrocyte yang secara klinis dikarakteristikan oleh anemia, icterus
(penyakit kuning) dan splenomegaly (pembesaran limpa). Pada
erytrocyte adalah lebih kecil, lebih bulat, dan lebih mudah rusak daripada
yang normal. erytrocyte ini mempunyai suatu bentuk yang berbentuk
bola daripada berbentuk lempeng cekung ganda yang di sebut
biconcave-disk shape dari erytrocyte yang normal.
438
berat dan amat sangat besar. Ini diistilahkan sebagai suatu aplastic
crisis. Jasnani, (2014).
439
Gen-gen HS yang untuk ANK1 telah dipetakan pada kromosom
8 dan, secara khusus, pada chromosome band 8p11.2. HS
diwariskan sebagai suatu ciri yang dominan, jadi jika seseorang
dengan HS reproduksi, anak-anak mereka (tidak peduli apakah ia
seorang anak laki atau anak perempuan) mempunyai suatu
kemungkinan sebesar 50:50 mendapat HS.
Sphereositosis herediter disebabkan oleh kelainan genetik.
Orang dengan riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
ini memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi
yang sama. Genetics Home Reference, (2013)
Symptom Sperositosis Herediter
a. Dapat berkisar dari ringan hingga berat dan mungkin termasuk
kulit pucat, kelelahan, anemia, icterus, cholelithiasis, dan
splenomegali
b. konjugasi berkepanjangan
c. engkorak menara, langit-langit gothic, jembatan hidung yang
luas, jarak jauh antara gigi.
440
eritrosit dikombinasikan dengan penentuan protein secara
kuantitatif.
441
2.6 Penunjang Medis Sperositosis Herediter
442
BAB III
PEMBAHASAN
443
mengalami sign klinis anemia kelelahan, misalnya dan icterus dari
peningkatan hemolisis.
Defek dasar pada sferositosis herediter melibatkan komponen
membran sitoskeleton termasuk spektrin, ankyrin, atau pita 4.2 Ini berarti
membran eritrocyte tidak stabil, dan ada bagian membran yang hilang
yang berarti cyt membulat, membuat sferosit, yang lebih gelap, eritrocyte
yang lebih kecil tanpa pusat pucat pada gambar di atas. Masalah besar
dalam gangguan ini adalah bahwa makrofag di spleen melihat cyt
abnormal ini dan memakannya sulit bagi sferosit untuk melewati tali
Bilroth mereka tidak bagus dan tidak dapat diubah bentuknya seperti
eritrocyte berbentuk cakram bikonkaf biasa, sehingga mereka ditahan di
spleen, sehingga memudahkan makrofag untuk menangkapnya.
Sferositosit juga lebih rapuh daripada eritrocyte normal, sehingga lebih
mudah pecah. Namun, pembuangan eritrocyte oleh spleen yang
merupakan etiologi utama anemia ini.
444
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pandangan jangka panjang untuk orang
dengan spherositosis herediter biasanya baik dengan pengobatan.
Namun, itu mungkin tergantung pada tingkat keparahan kondisi
pada setiap orang. Sering diklasifikasikan sebagai ringan, sedang
atau berat. Orang dengan SH yang sangat ringan mungkin tidak
memiliki sign dan symptom apapun kecuali pemicu lingkungan
menyebabkan timbulnya symptom. Dalam banyak kasus, tidak
diperlukan terapi khusus selain memantau anemia dan mengamati
sign dan symptom. Orang yang terkena dampak sedang dan parah
cenderung mendapat manfaat dari splenektomi. Kebanyakan orang
yang menjalani splenektomi mampu mempertahankan kadar
hemoglobin normal. Namun, orang dengan HS parah mungkin tetap
mengalami anemia pasca-splenektomi dan mungkin memerlukan
transfusi darah selama infeksi.
445
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
1.Spherositosis
P: -
R: spher/o (bulat), cyt/o (sel)
S: osis: kondisi
* kondisi gangguan yang terjadi pada lapisan permukaan membrane
eritrocyte
2. Splenectomy
P: -
R: splen/o (limfa)
S: ectomy (pemotongan)
*Pemotongan pada limfa
3.Splenomegaly
P:-
R : Splen/o (limfa)
S : Megaly (pembesaran)
*Pembesaran pada limfa
446
DAFTAR PUSTAKA
447
SYNDROME DYSMIELOPOETIK
Dosen Pengampuh
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
TRIA SITI NUR AZIZAH (205035)
D3 RMIK
2021
448
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor resiko untuk berkembangnya Syndrome Dysmielopoetik
antara lain , Usia. Studi populasi di Inggris menemukan bahwa secara
kasar insiden meningkat dari 0,5 dalam 100.000 populasi yang berusia
dibawah 50 tahun menjadi 89 dalam 100.000 populasi pada orang yang
berusia 80 tahun atau lebih.(Fitria Rahmawati, 2014)
Syndrome Dysmielopoetik atau Sindroma Dismielopoetik (SDM)
memang menyerang beberapa orang dengan symptomp yang
ditimbulkan seperti anemia karena memang disease ini berhubungan
dengan emia yang dimana kadarnya dalam tubuh sedang menurun
maka terjadilah syndrom ini (Hendrik,2014).
Syndrome Dysmielopoetik atau Sindroma Dismielopoetik (SDM)
ini meliputi disease yang sebelumnya disebut sebagai preleukemia,
smouldering leukemia, oligoblastic leukemia, hemopoetic dysplasia,
sindrom mielodisplastik, primary acquired sideroblastic anemia.
Manifestasi klinisnya disebabkan karena adanya sitopeni yaitu terjadi
ketika satu atau lebih, jenis eritrosit penderita lebih rendah dari yang
seharusnya atau dalam keadaan sedang menurun , baik tunggal maupun
kombinasi, yaitu keluhan-keluhan anemia yang , dan disebabkan oleh
perhaemoan karena trombopeni dengan segala akibatnya (WHO).
449
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
450
ketika satu atau lebih jenis eritrosit Anda lebih rendah dari yang
seharusnya., baik tunggal maupun kombinasi, yaitu keluhan-keluhan
anemia yang , dan disebabkan oleh perhaemoan karena trombopeni
dengan segala akibatnya (WHO).
452
Klasifikasi MDS menurut WHO (2016) adalah sebagai berikut:
453
iatrogenik telah terlibat dalam SDM (syndrom dysmielopoetik), termasuk
paparan kemoterapi (khususnya agen alkilasi), radiasi atau racun
lingkungan seperti benzena. MDS familial telah dilaporkan tetapi
merupakan entitas yang langka.
454
Entitas ini dikaitkan dengan prognosis yang buruk dibandingkan
dengan MDS de novo dan biasanya terjadi lima sampai tujuh tahun
setelah penggunaan agen kemoterapi. Agen alkilasi seperti siklofosfamid
telah dikaitkan dengan jenis SDM ini. SDM (syndrome dysmielopoetik )
umumnya dikaitkan dengan monosomi pada kromosom 5 atau 7 dan
sitogenetika kompleks. Jenis SDM (syndrome dysmielopoetik ) ini juga
biasanya berubah menjadi leukemia myeloid akut (AML.) Dalam tinjauan
retrospektif dari 112 pasien dengan SDM (syndrome dysmielopoetik) ,
55% berubah menjadi leukemia myeloid akut, sementara SDM
(syndrome dysmielopoetik ) de novo berubah menjadi AML hanya sekitar
30% dari waktu. Kelangsungan hidup keseluruhan rata-rata untuk SDM
(syndrome dysmielopoetik) sekunder, atau terkait teraphy, hanya sekitar
30 minggu.
455
2.4 Diagnosa dan Diagnosa Banding Syndrom
Dysmielopoetik
456
membuktikan kebenaran sitologi displastik dalam satu atau lebih
hematopoietic lineages. Keberadaan granulosit dengan nuclear
hipopigmentasi, yaitu, anomali pseudo-Pelger-Huet, mononuclear atau
mikromegakariosit, netrofil hipogranular atau megakariosit, makro-
ovalosit, dan akantosit mungkin akan jelas. Karena penemuan yang
tunggal bukan merupakan diagnosis MDS, kondisi yang poternsial
memberikan kontribusi harus dikeluarkan. Status gizi, penggunaan
alcohol dan obat-obatan, paparan dengan bahan kimia beracun, , terapi
sebelumnya dengan antineoplastik atau radioterapi dan faktor risiko
untuk harus diperhatikan (List and Doll,1998).
457
2.5 Penatalaksanaan Syndrom Dysmielopoetik
Teraphy (Kuratif)
458
600 mg/hari/oral dapat memberikan response rate 21 – 33 % setelah 3
minggu.
Pada pasien dengan dysmielopoetic syndrome, ditemukan
perubahan yang signifikan pada perhitungan Peripheral Blood .
Pemeriksaan Haemo merupakan tindakan kuratif pada penyakit ini ,pada
perhitungan Peripheral Blood , anemia muncul pada sebagian besar
kasus, baik berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari bisitopeni
atau pansitopenia., Adanya neutropenia atau trombositopenia tanpa
disertai anemia jarang terjadi(Young, 2008).
Pencegahan (Prefentif)
460
BAB III
PEMBAHASAN
461
3) Pasien dengan disease syndrome dysmielopoetik
462
BAB IV
PENUTUP
Syndrome Dysmielopoetik atau Sindroma Dismielopoetik (SDM)
adalah suatu sindrom yang di tandai oleh displasi dari sistem hemopoetik
(dysmyelopoesis, dyserthoropoesis, dan dysthrombopoesis), baik
tunggal maupun campuran, disertai dengan gangguan maturasi dan
diferensiasi yang sebelumnya belum diketahui. Jika penyebabnya
diketahui disebut SDM sekunder, misalnya defisiensi vitamin B12 atau
defisiensi asam folat, teraphy sitostatik, dan sebagainya.
463
BAB V
TERMINOLOGI
1. Dysmielopoetik
p : dys (abnormal)
r : myel/o (sum sum tulang belakang)
s : poetik ( pembentukan)
Arti keseluruhan : pembentukan abnormal pada sumsum tulang
2. Haemopoetic
P:-
R : haem/o (haemo)
S : poetik (pembentukan)
Arti keseluruhan : pembentukan haemo
3. Dysplasia
P : dys (abnormal)
R : plas (bentuk)
Ps : -ia
Arti keseluruhan :
pembentukan haemo
dengan bentuk
abnormal
4. Myelodisplastic
P: dys (abnormal)
R: myel/o (sumsum tulang)
S : plastic (perbaikan)
Arti keseluruhan : perbaikan abnormal pada sumsum tulang
5. Oligoblastic
P : olig/o- (hilang)
R :blast/o (benih)
464
Ps : ic (tidak terbentuknya calon haemo)
6. Neutropenia
P:-
R: neutr/o (yang dimaksut neutrofil)
S : penia (kekurangan/penurunan)
Arti Keseluruhan : kadar sel haemo putih dibawah normal
7. Sitopenia
P:-
R : Cyt/o (sel)
S : -penia (kekurangan/penurunan)
Arti : kondisi kurangnya sel dewasa
8. Thrombositopenia
P :-
R : Thrombocyt/o (trombosit/keping darah)
S : -Penia (kekurangan/Penurunan)
Arti : kondisi kadar trombosit dibawah normal
9. Gingivitis
P :-
R : -Gingiv/o (gusi)
S : -itis (peeradangan/inflamasi)
Arti : peradangan pada gusi
10. Hematoma
P :-
R : Hemat/o (darah)
S : -oma (tumor)
Arti : kumpulan darah abnormal diluar vascular
465
11. Hemoptysis
P :-
R : haem/o (darah)
S : -Ptysis (batuk)
Arti : Batuk Darah
12. Hematuria
P:
R : Hemat/o (darah)
S : -Uria (keadaan urin)
Arti : keadaan urin disertai darah
13. Pansitopeni
P : Pan- (semua/seluruh)
R : cyt/o (sel)
S : Penia (kekurangan/penurunan)
Arti : kondisi jumlah seluruh komponen darah dibawah normal
14. Dyserythropoiesis
P : Dys - (abnormal/sulit)
R : Erythr/o (merah / eritrosit)
S : poiesis (proses pembuatan)
Arti : kondisi abnormal dalam proses pembuatan sel darah
merah
15. Dysmyelopoesis
P : Dys- (abnormal/sulit)
R : Myel/o (sum sum tulang)
S : -poesis (proses pembuatan)
Arti : kondisi abnormal pada pembuatan sel sum sum tulang
466
16. Dysthrombopoesis
P : Dys- (abnormal/sulit)
R : Thromb/o (trombosit/keping darah)
S : -poesis (proses pembuatan)
Arti : kondisi abnormal pada pembuatan trombosit
17. Preleukemia
P : Pre- (Sebelum)
R : Leuk/o (putih)
S : -emia (kondisi darah)
Arti : sekumpulan gejala sebelum kanker darah (leukemia)
467
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I. (editors) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Pp: 663-5
Kantarjian HM,Keating MJ,Walters RS,Smith TL,Cork A,McCredie
KB,Freireich EJ, Therapy-related leukemia and myelodysplastic
syndrome: clinical, cytogenetic, and prognostic features. Journal
of clinical oncology : official journal of the American Society of
Clinical Oncology. 1986 Dec
Orazi A. Histopathology in the diagnosis and classification of acute
myeloid leukemia, myelodysplastic syndromes, and
myelodysplastic/myeloproliferative diseases. Pathobiology :
journal of immunopathology, molecular and cellular biology. 2007
York: McGraw Hill. Pp: 668-71.
http://www.google.co.id/http://ningrumwahyuni.wordpress.com/20
09/07/05/myelodysplasiasyndrome
Kantarjian HM, Keating MJ, Walters RS, Smith TL, Cork A, McCredie
KB, Freireich EJ, Leukemia terkait terapi dan sindrom
myelodysplastic: fitur klinis, sitogenetik, dan prognostik. Jurnal
onkologi klinis: jurnal resmi American Society of Clinical
Oncology. 1986 December
468
THALASSAEMIA
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Sakti Windu Maulana 203031
Rifky Armadiansyah 205070
Salma Nur Azizah 205109
D3 RMIK
2021
469
BAB I
PENDAHULUAN
470
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
471
Kelebihan besi dalam emia ditimbun dalam liver cells dan berikatan 13
dengan protein apoferitin untuk membentuk ferritin (senyawa protein).
Bila jumlah besi dalam plasma turun sangat rendah, besi yang
dikeluarkan dari ferritin di transport ke bagian-bagian tubuh yang
memerlukan. Hemoglobin yang dilepakan dari cyt, bila pecah akan
difagosit segera oleh cyt retikulosit. Selama beberapa hari kemudian
melepaskan besi dari hemoglobin kembali ke darah untuk digunakan
kembali. Bagian hem molekul hemoglobin diubah oleh retikuloendotel
melalui berbagai tingkatan menjadi pigmen empedu. Bilirubin yang
dilepskan ke dalam emia akan disekresi oleh hepat ke dalam chole.
(Aprilliani, S. D. (2020))
472
sehingga menghasilkan hemoglobin defective. Ketidakseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi hemolysis dan menimbulkan
anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantia α ditemukan pada thalassemia β dan
kelebihan rantai β dan gamma ditemukan pada thalassemia α. Kelebihan
rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin
intraeritrositik yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai
polipeptida α dan β, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan Heinz,
merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolysis. Reduksi dalam
hemoglobin menstimulasi bone barrow memproduksi RBC yang lebih.
Dalam stimulasi yang konstan pada bone barrow, produksi RBC di luar
menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus
menerus pada suatu dasar kronik dan dengan cepatnya destruksi RBC,
menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi
dan destruksi RBC menyebabkan bone barrow menjadi tipis dan mudah
pecah atau rapuh.
Mutasi yang terjadi pada DNA yang membuat hemoglobin pembawa
oksigen ke seluruh tubuh yang menyebabkan seseorang bisa mengidap
thalassaemia telah diteliti secara ekstensif. Mutasi di gen globin-β
dibuktikan terjadi di dalam region promotor dan tempat cap, di dalam
ekson dan intron, dan di taut penyambungan yang terdapat di batas
ekson-intron. Mutasi juga ditemukan di tempat poliadenilasi yang
kemudian penelitian mengenai efek mutasi tersebut telah membantu
mengungkapkan mekanisme bagaimana ekspresi gen diatur.
Symtomp talasemia
Thalassaemia merupakan disease keturunan yang menyebabkan
gangguan produksi eritrosit, sehingga eitrosit lebih cepat dihancurkan
(alodokter,2019). Oleh karena itu, penderita thalassaemia akan
473
mengalami symptom kekurangan haemo atau anemia. Symtomp anemia
tersebut antara lain:
1. Paleness
2. Fatigue
3. Ptosis
4. Cephalgia
5. Anoreksia
6. Brain fog
7. Agitasi
8. Palpitasi jantung
9. Dyspnea
474
Thalassaemia juga bisa muncul saat remaja, dewasa, atau
bahkan tidak timbul symptom sama sekali. Namun perlu diingat,
walaupun tidak muncul symptom, penderita tetap bisa menurunkan
thalassaemia kepada anaknya kelak.
C. Southern blotting
Cara ini digunakan untuk mendeteksi :
475
Delesi yang panjang (Large Deletion)
Mutasi titik, bila mutasi tersebut menghapus atau
menimbulkan tempat restriksi
D. Dot blotting
Dipakai untuk mendeteksi mutasi titik. Syarat-syaratnya adalah
mutasi tersebut telah diketahui sebelumnya. Bila mutasi belum diketahui
perlu diterapkan strategi lain, misalnya dengan menggunakan DGGE.
DGGE digunakan untuk mendeteksi mutan yang sebelumnya tak
diketahui. Bila DGGE menunjukkan adanya mutasi, maka selanjutnya
fragmen DNA tersebut ditentukan urutan nukleotidanya. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
2. Diagnosis prenatal
477
Untuk mencegahnya, penderita perlu mendapatkan
terapi kelasi. Obat yang diberikan dalam terapi ini bisa dalam
bentuk tablet maupun suntik, dan berfungsi untuk menarik zat
besi dari dalam tubuh. Terapi kelasi akan dimulai satu atau dua
tahun setelah penderita menjalani transfusi haemo rutin.
3. Splenektomi
Prosedur operasi pengangkatan limpa (splenektomi)
dilakukan jika organ limpa sudah sangat membesar, karena
pembesaran organ limpa (splenomegaly) akan memperparah
anemia yang dialami penderita.
Namun sebelum operasi, penderita akan diminta untuk
melakukan vaksinasi, seperti vaksinasi untuk penyakit hepatitis
B, pneumonia, dan meningitis. Hal ini dilakukan karena
penderita akan lebih berisiko untuk mengalami infeksi setelah
organ limpanya diangkat.
478
lemak, sayuran, dan buah-buahan. Penderita sebaiknya
membatasi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging
sapi dan ati ayam.
Olahraga secara rutin juga penting untuk dilakukan.
Namun, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter mengenai jenis
olahraga yang aman serta intensitasnya.
Untuk melindungi diri dari infeksi, penderita dianjurkan
untuk rajin mencuci tangan dan membatasi interaksi dengan
orang sakit. Perlindungan ini dibutuhkan terutama untuk
penderita yang sudah menjalani operasi pengangkatan limpa.
2.6 Penunjang medis
Terdapat banyak pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk thalassaemia. Walau demikian diagnosis pasti
hanya bisa didapati dengan pemeriksaan genetik.
Klinisi dapat mengarahkan pemeriksaan penunjang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Secara umum, pada saat
mendapat dugaan thalassaemia pasien dapat diperiksa
pemeriksaan haemo lengkap dan apusan haemo tepi. Bilirubin
dan retikulosit dapat juga diperiksa apabila terdapat dugaan
anemia hemolitik dan studi zat besi dapat dilakukan untuk
menyingkirkan anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan genetik PCR dapat kemudian dilakukan
untuk kembali mengkonfirmasi diagnosis thalassaemia setelah
elektroforesis Hb atau untuk mendiagnosis thalassaemia yang
tidak begitu terlihat secara klinis atau hasil elektroforesis Hb.
1. Pemeriksaan Hematologi
479
Pemeriksaan haemo lengkap dapat dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan oleh klinisi dan
dapat menegakkan diagnosis anemia.
Nilai bilirubin terutama bilirubin direk serta retikulosit
yang meningkat dapat mengarah pada suatu diagnosis anemia
hemolitik.
Apusan haemo tepi adalah pemeriksaan standar yang
dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap dan dapat
mengarahkan diagnosis pada thalassemia bila ditemukan
eritrosit mikrositik hipokrom.
2. Studi Zat Besi
Studi zat besi dapat dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding anemia defisiensi besi serta untuk memantau
efek samping kelebihan zat besi.
3. Elektroforesis Hemoglobin (Hb)
480
Elektroforesis Hb merupakan pemeriksaan yang wajib
dilakukan pada pasien yang diduga thalassaemia untuk menilai
persentase hemoglobin dalam haemo.
4. Pemeriksaan Genetik
481
Aspirasi sumsum tulang untuk menyingkirkan
diagnosis banding pada awal investigasi penyakit.
6. Pencitraan
482
Rontgen osteo untuk melihat fraktur dan deformitas
pada kasus thalassaemia berat yang tidak diberikan terapi
namun tidak harus dilakukan.
7. Pemeriksaan pada Cardio dan Hepar
Pemeriksaan pada cardio dan hepar untuk melihat
kadar besi dalam tubuh untuk melihat komplikasi dari transfusi
kronik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. CT scan dan MRI
483
c. Biopsi hepar bila perlu
BAB III
PEMBAHASAN
484
2. Perbedaan Pada Wajah
485
BAB IV
PENUTUP
486
BAB V
TERMINOLOGY
TERMINOLOGI MEDIS
1. Thalassaemia : kondisi dimana terjadi penurunan jumlah eritrosit
karena adanya penghancuran eritrosit secara berlebihan.
Prefix : thalass/o (lautan)
Roots : haem/o (darah)
Suffix : -ia (suatu keadaan)
2. Anemia : kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
(eritrosit) yang sehat atau ketika eritrosit tidak berfungsi dengan
baik.
Prefix : an (tidak)
Roots : haem/o (darah)
Suffix : -ia (suatu keadaan)
3. Splenomegaly : kondisi pembesaran pada organ limpa (splen),
yang bisa disebabkan oleh sejumlah penyakit atau infeksi.
Prefix : -
Roots : splen/o (limpa)
Suffix : megaly (pembesaran)
4. Hepatomegaly : kondisi membesarnya hati melebihi ukuran
normalnya.
Prefix : -
Roots : hepar/o (hati)
Suffix : megaly (pembesaran)
5. Pneumonia : peradangan pulmo yang disebabkan oleh infeksi.
Prefix : -
Roots : pneumo/pulmo (paru-paru)
Suffix : -ia (suatu keadaan)
487
6. Meningitis : kondisi ketika terjadi peradangan atau inflamasi pada
selaput otak (meningen).
Prefix : -
Roots : mening/o (membran)
Suffix : itis (peradangan)
488
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Rita, dkk. 2020. Kadar Ferritin dengan Status Gizi Pasien
Thalassemia β Mayor
Anak di RSAM Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada. Dapat di
akses di : https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Aprilliani, S. D. (2020). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
KLIEN ANAK DENGAN THALASEMIA YANG DIRAWAT DI
RUMAH SAKIT.
Sarwani Sri Rejeki, Dwi, dkk. 2012. Studi Epidemiologi Deskriptif
Talasemia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Dapat di akses di :
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/61
Regar, Joyce. 2009. Aspek Genetic Talasemia. Manado : Jurnal
Biomedik.
Dapat di akses
di:Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Biomedik/Article/View/829/647
Biokimia Kedoketran Dasar. (2000). Indonesia: Egc.
489
Thrombophilia
Dosen Pembimbing :
dr. R. A. Rengganis Ularan, M. M
Disusun Oleh
Zidane M 205040
Adesty R 205080
Fiqih A 205118
D3 RMIK
2021
490
BAB I
PENDAHULUAN
491
sepertiga kasus pasien dengan thrombophilia. Penelitian awal
untuk mengetahui prevalensi trombosis arteri serebral (stroke) pada
populasi muda tanpa faktor risiko vaskular lain berkisar antara 2-
10%. Penelitian kejadian stroke iskemik dan transcient ischemic
attack (TIA) pada pasien berusia di bawah 55 tahun tanpa faktor
risiko vaskular lain menyebutkan prevalensi sebesar 46%, hampir
satu dari setiap dua orang (Sudira, 2013).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami secara keseluruhan
mengenai disease thrombophilia.
492
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu thrombophilia.
b. Memahami etiologi dan patofisiologi dari thrombophilia.
c. Memahami cara pengobatan dan pencegahan terhadap
thrombophilia.
493
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
494
Thrombophilia dibagi menjadi dua, yaitu :
Thrombophilia herediter, yaitu thrombophilia yang terjadi
karena kelainan genetik yang menurun.
Thrombophilia acquired, yaitu thrombophilia yang terjadi
karena penyakit tertentu.
Pathofisiologi Thrombophilia
Menurut Dalimoenthe (2017) ada 3 hal yang mendasari
terjadinya thrombophilia, yaitu:
495
dan aktivasi vascular. Contohnya kerusakan endotel
vascular pada operasi pelvis atau patella merupakan faktor
predisposisi terjadinya trombosis vena.
Symptom Thrombophilia
Symptom thrombophilia disebabkan oleh gumpalan haemo. Apabila
lokasi dan symptom dari thrombophilia pada organ :
Ekstremitas Superior dan Inferior : nyeri apabila di tekan, dan
edema.
Abdomen : Vomitus, diare, abdominal pain.
Cardia : Dyspnea, Nausea, pusing, Hiperhidrosis, rasa tidak
nyaman di tubuh bagian atas, dan nyeri.
Pulmo : Dyspnea, Hiperhidrosis, febris, Hemoptysis, Takikardia,
Chest pain.
Cephal : Disartia, masalah penglihatan, pusing, dan cephalgia.
Etiologi Thrombopjilia
Thrombophilia dapat terjadi secara herediter ataupun acquired.
Secara teoritis etiologi thrombophilia adalah sebagai berikut :
Kejadian fisik, kimia atau biologis, seperti inflamasi akut
atau kronis.
Aktivasi trombosit yang tidak sesuai dan tidak terkontrol.
Terpicunya aktivasi sistem koagulasi yang tidak terkontrol.
496
Kontrol koagulasi yang tidak memadai terhadap fibrinolisis
yang terganggu.
Berbaring lama di tempat tidur.
Penggunaan obat hormonal (Estradiol valerate,
Conjugated Estrogen, dan Estriol).
Obesitas.
Diabetes Melitus.
2.5. Penatalaksanaan
497
Terdapat berbagai jenis antikoagulan. Jika penderita
membutuhkan perawatan di rumah sakit, maka antikoagulan yang
diberikan adalah heparin atau low molecular weight
heparin (LMWH). Heparin diberikan dengan cara diinfus atau
disuntikkan di bawah derma, sedangkan LMWH diberikan dengan
cara disuntikkan di bawah derma saja. Sementara itu, untuk kasus
rawat jalan, pada umumnya antikoagulan tablet seperti warfarin atau
rivaroxaban yang akan diberikan. Hal yang penting untuk
diperhatikan saat mendapatkan pengobatan antikoagulan adalah
pemantauan haemo agar tak terlalu encer, juga tak terlalu kental.
Preventif Thrombophilia
Kegiatan preventif pada thrombophilia dapat dilakukan beberapa
cara salah satunya berkaitan dengan pola hidup sehat, sebagai
contoh :
Menjaga bereat badan ideal.
Olahraga setidaknya 1 kali sehari dalam kurun waktu 3-5
kali per minggu.
Menghindari konsumsi obat hormonal.
Menghindari rokok dan alcohol.
Hindari posisi duduk melipat kaki dalam waktu yang lama
dan usahakan melakukan peregangan setidaknya satu
jam sekali.
498
2.6. Penunjang medis
Thrombophilia atau keadaan protombotik harus diketahui supaya dapat
dilakukan pengobatan untuk menghindari penyakit yang umumnya
fatal. Untuk pengobatan penyakit tromboemboli dipakai obat-obat
golongan anti trombosit, anti koagulan oral, heparin dan kadang-
kadang obat-obat fibrinotik untuk penderita gawat seperti infark
miokard akut dan emboli paru. Laboratorium yang dapat diperiksa
adalah darah rutin, kadar fibrinogen, kadar homosistein, antibodi
antifosfolipid, protein C, protein S, AT III, faktor V Leiden, faktor VIII,
D-Dimer, agregasi trombosit. Sesuai letak trombosis mungkin juga
diperiksa angiografi, venografi, CT-Scan kepala, dan lain-lain
tergantung manifestasinya.
499
BAB III
PEMBAHASAN
500
BAB IV
PENUTUP
501
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
Thrombophilia
Throm.bo.phil.ia (throm"bo-fil'e-a) thromb/o-' + -philial
Kecenderungan terjadinya trombosis. Keadaan ini dapat
bersifat familial, terdapat sebagai galur multifaktor dan
disebabkan oleh mutasi pada berbagai faktor pembekuan,
antikoagulan, atau trombolitik, baik tersendiri maupun
dalam kombinasi satu sama lain atau dengan berbagai
faktor lingkungan.
Thromb(o). [Yun. thrombos bekuan] bentuk gabung yang
menunjukkan hubungan dengan suatu bekuan atau
trombus.
Throm.bus (throm'bes) jam. throm‘bi [Yun. thrombos
bekuan] bekuan darah yang bersifat stasioner di
sepanjang dinding pembuluh darah, seringkali
menyebabkan obstruksi vascular. Beberapa ahli
membedakan pembentukan trombus dengan
pembentukan koagulasi atau bekuan sederhana.
-philia [Yun. philein mencintai] akhiran kata yang
menunjukkan (a) rasa senang atau rasa tertarik secara
mencolok atau abnormal atau (b) afinitas terhadap suatu
objek yakni kata dasar yang ditambahkan imbuhan ini.
503
504
ABSCESS OF SPLEEN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
D3 RMIK
2021
505
BAB I
PENDAHULUAN
Spleen adalah viscus yang kaya akan angio yang merupakan bagian dari
RES (sistem retikulo endotelial). Jika spleen diangkat secara
pembedahan, maka seseorang akan rentan terkena diseaseinfeksi.
Abscess Of Spleen biasanya bakteremia terutama disebabkan oleh
trauma, embolisasi atau hemoglobinopati. Keadaan ini cukup jarang
ditemui abscess spleen sebagai akibat perluasan fokus infeksi. Spleen
memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa dengan panjang
sekitar 10–12 cm dan berat kurang lebih 150–200 gram
506
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
510
Flu perut atau gastroenteritis adalah vomitus dan diarhea akibat
infeksi atau inflamasi pada dinding traktus digestivus, terutama
gaster dan intestinum.
6. Imunodefisiensi
Gangguan yang membuat tubuh tak bisa melindungi diri dari bakteri,
virus, dan parasit.
511
terutama jika perbedaannya signifikan atau besar, memerlukan
penyelidikan lebih jauh.
Tes pencitraan – biasanya, tes pencitraan seperti MRI atau CT scan
tidak diperlukan terutama karena limpasan sudah dapat dirasakan.
Namun mungkin dapat membantu untuk menilai lebih jauh sejauh
mana kerusakan limpanya.
Pengobatan (kuratif)
Pencegahan (prefentif)
512
BAB III
PEMBAHASAN
513
500 gram. beberapa penyakit yang menyebabkan pembengkakan limpa,
yaitu infeksi virus, seperti mononukleosis; infeksi parasit, seperti
toksoplasmosis, malaria, infeksi bakteri, seperti abses, sifilis,
endokarditis, penyakit leukemia (kanker darah), limfoma (kanker getah
bening), sarkoidosis, lupus, rheumatoid arthritis, penyakit hati, trauma /
cedera, dan penyakit lain(anemia hemolitik, gagal jantung, amyloidosis).
514
BAB IV
PENUTUP
515
BAB V
TERMINOLOGI
1. Infection bacteremia
Infection = diseaseyang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur, dan parasit)
Bacteremia = adanya bakteri dalam darah
P:-
R : Bacteri/o -> bakteri
S : -emia -> darah
2. Endocarditis Infektif
Endocarditis = peradangan lapisan di dalam
cardio(jantung)
P : Endo- -> di dalam
R : cardi/o -> jantung
S : -itis -> peradangan
Infektif = dapat menyebabkan infeksi
517
DAFTAR PUSTAKA
518
CYST OF SPLEEN
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan,MM
Disusun Oleh
Wahyuni Nur Amaliza Agustin 205039
Mochammad Khoirul Anam 205117
D3 RMIK
2021
519
BAB I
PENDAHULUAN
520
perawatan medis pasca operasi albendazole dengan albendazole
selama 6 bulan. Semua pasien pulih setelah perawatan. Insiden kista
limpa diseluruh dunia adalah 0,5-4%. Dan insiden tertinggi berada di Iran
yaitu 4%. (Neeteu Radhakrishnan.2021).
521
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
522
orang, dengan dimensi spleen yang lebih besar nampak pada laki-
laki dibanding dengan perempuan, serta pada orang yang lebih berat
ataupun lebih besar. Spleen yang berukuran normal mempunyai
panjang kraniokaudal sampai 12 cm. Sedangkan apabila panjang
spleen 12 cm hingga 20 cm maka menunjukan splenomegali, serta
panjang lebih dari 20 cm ialah definitif splenomegali masif. Berat
normal spleen orang dewasa ialah 70 gram sampai 200 gram; berat
spleen 400 gram hingga 500 gram menunjukkan splenomegali serta
berat limpa lebih besar dari 1000 gram definitif splenomegali masif.
Spleen yang berukuran normal umumnya tidak teraba pada orang
dewasa. Splenomegali bisa di nyatakan secara klinis ataupun
radiografi memakai ultrasound, pencitraan CT, ataupun MRI.
Splenomegali bisa jadi ialah keadaan sedangkan sebab disease
kronis ataupun bisa jadi sebab patologi kronis ataupun kronis yang
mendasarinya
524
3. Trombosis vena (trombosis vena portal atau hepatik): Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan vaskular yang menyebabkan
splenomegali.
525
sedikit membesar,spleen yang membesar (sedang), dan spleen
yang sangat membesar :
526
menjadi dua jenis: kista parasit dan kista non-parasit. Kista parasit
biasanya terlihat di daerah endemik dan terutama disebabkan oleh
infestasi Echinococcus granulosus.
Sebuah klasifikasi baru berdasarkan patogenesis sebenarnya dari kista
membagi kista limpa non-parasit sebagai bawaan, neoplastik, traumatis,
dan degeneratif. Primary cyst spleen merupakan 10% dari semua kista
cyst of spleen nonparasit. Kista ini terutama terlihat pada kelompok usia
pediatrik dan remaja. Biasanya mereka tidak menunjukkan symptom dan
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan USG. Signifikansi klinis
dikaitkan terutama karena potensi mereka untuk pecah, menginfeksi
atau berdarah, dan karena potensi diagnosis banding yang serius dari
lesi neoplastic di hipokondrium sinistra.
527
tidak teratur. Namun, diagnosis pasti hanya mungkin setelah
splenectomy ketika lapisan epitel dikonfirmasi oleh histopatologi
bersama dengan imunohistokimia. Kista epitel primer biasanya
soliter, tetapi bisa multipel.
Pengobatab (kuratif)
528
splenectomy. Perhatian yang cermat harus diberikan pada pasien
pasca-splenektomi yang datang dengan disease demam karena
mereka mungkin memerlukan terapi antibiotik empiris yang lebih
agresif.
Pencegahan (preventif)
529
internal sesekali, dinding kistik dapat menunjukkan kalsifikasi
lengkung atau seperti plak.
3. Tes darah – Tes ini mungkin akan diminta jika dokter curiga
masalah limpa berhubungan dengan infeksi atau gangguan
yang berkaitan dengan darah. Kelainan dari salah satu rentang
darah, terutama jika perbedaannya signifikan atau besar,
memerlukan penyelidikan lebih jauh.
530
BAB III
PEMBAHASAN
531
tumpul perut bagian atas dapat muncul karena efek massa dari kista
yang membesar atau ketegangan kapsul limpa.
Pada orang dewasa yang sehat, berat spleen yang normal adalah
sebesar 200 gram, sedangkan pada pembesaran limpa, berat limpa
dapat meningkat sampai 2 kilogram atau lebih. Terkadang, limpa
membesar terjadi akibat penumpukan jaringan lunak abses atau tumbuh
kista (tumor ganas).
532
BAB IV
PENUTUP
533
BAB V
TERMINOLOGI
534
DAFTAR PUSTAKA
535
HYPERSPLENISM dan
HYPOSPLENISM
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Rizma Putri Ulyatin 205028
Putri Nur Alifah 205066
Riki Eka Putra 205106
D3 RMIK
2021
536
BAB I
PENDAHULUAN
Spleen adalah jenis ductless. spleen adalah bagian dari sistem
peredaran atau sirkulasi.spleen memiliki beberapa fungsi(ductless).
Eritrosit disimpan di dalam spleen. Ketika tubuh memerlukan emia
tambahan karena gerak badan atau hemorrhage,spleen mengencang
atau berkontraksi.Splenomegaly yang terjadi menyebabkan
hypersplenism yaitu suatu sindrom klinik yang terdiri dari splenomegaly
dan pancytopenia sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah
haemotocyte termasuk jumlah leukosit. Sebagian besar pada penelitian
ini yaitu sejumlah 12 orang sebesar 80% memiliki jumlah leukosit yang
normal diantara 4.000 – 10.000/mm3. Pada hipertensi portal
menyebabkan adanya keadaan hypersplenism Meskipun splenomegaly
selalu ditemukan pada hypersplenism, namun banyak pasien dengan
splenomegaly yang tidak mengalami hypersplenism(Corwin 2007). Oleh
karena itu, sebagian besar sampel pada penelitian ini tidak terjadi
leukopeniadisebabkan karena tidak terjadinya hypersplenism.
Hypersplenism ialah keadaan dimana kerja spleen yang berlebihan dan
dapat menyebabkan patologi, spleen memfiltrasi unsur cyt dalam
haemosecara berlebihan(Corwin,2000). Hypersplenism bisa dibilang
merupakan gangguan umum yang dicirikan oleh limpanya yang
membesar yang menyebabkan kerusakan haemotocyte secara cepat
dan prematur(M Radosa Peck,2001). spleen adalah jenis ductless(M
Radosa Peck,2001). Spleen memiliki beberapa fungsi. eritrosit disimpan
di dalam limpa. Ketika tubuh memerlukan haemo tambahan karena
hemorrhage, spleen mengencang atau berkontraksi. Hypersplenism
merupakan keadaan patologi faal spleen yang mengakibatkan kerusakan
dN an gangguan sel darah merah(Corwin,2000) Hyposplenism adalah
kelainpenyakan yang disebabkan oleh beberapa patologihematology dan
537
immunology dan ditandai dengan gangguan fungsi limpa. Pada sicle cell
yang dianggap sebagai pola dasar dari kondisi yang berhubungan
dengan hyposplenism, spleen awalnya membesar karena penjeratan
eritrosit yang berlebihan.
538
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
540
Pada sickle cell yang dianggap sebagai pola dasar dari
kondisi yang berhubungan dengan hyposplenism, spleen
awalnya membesar karena penjeratan eritrosit yang berlebihan.
Atrofi dan degenerasi spleen ditemukan pada patologi lanjut.
Atrofi ini disebut autosplenektomi dan akibat dari beberapa
episode akut dari penjeratan volume eritrosit masih di spleen
tissue, diikuti oleh infark spleen.
Patologi celiac yang menyertai hyposplenism dan
Inflammatory bowel disease diduga disebabkan oleh hilangnya
limfosit yang berlebihan melalui mukosa enterik yang
meradang,yang menyebabkan atrofi retikuloendotelial spleen.
Blok retikuloendotelial karena kompleks imun yang bersirkulasi
juga bisa menjadi salah satu mekanisme utama yang tersirat.
Hal ini juga bisa berlaku dalam kasus hyposplenism yang
menyertai gangguan autoimun.
symptom :
1. Pembesaran Limpa (Splen/o)
2. Kadar salah satu atau beberapa haemotocyte
yang rendah
3. Merasa kenyang terlalu cepat setelah makan
541
4. left stomach pain
5. Mengalami infeksi berulang karena tubuh
kehilangan kemampuannya dalam melawan
infeksi (akibat spleen yang overaktif).
Diagnosa Kuantifikasi eritrosit berlubang:
Symptom :
1. limpa awalnya membesar karena penjeratan eritrosit yang
berlebihan.
2. Atrofi dan degenerasi limpa ditemukan pada patologi lanjut.
542
tidak meningkatkan risiko dan dapat memberikan hasil yang
lebih baik pada pasien dengan sirosis hepar dan hypersplenism.
Kuratif dan Prefentif
543
Menurut beberapa penelitian persentase infeksi serius pada
pasien hiposplenik setelah imunisasi dengan vaksin
pneumokokus telah berkurang secara signifikan. Ini bisa
membenarkan pemberian vaksin pneumokokus untuk semua
pasien hiposplenik dalam praktek klinis sehari-hari. Pengukuran
tahunan tingkat antibodi harus dilakukan, dan vaksinasi ulang
harus dilakukan jika tingkat ini rendah.
Tindakan
Ketika mendeteksi tanda-tanda disease, berkonsultasi
dengan dokter. Kebanyakan individu dengan hypersplenisme
sekunder memerlukan terapi untuk menyembuhkan disease
utamanya (seperti malaria kronis atau tuberkulosis). mengobati
penyakit utamanya akan membantu mencegah rusaknya
haemocyte dan kemungkinan pembesaran spleen. Umumnya,
perawatan untuk disease utama harus dilakukan sebelum
pertimbangan pengangkatan spleen splenectomy.
Pengobatan
Dalam pengobatan hypersplenizma dan icterus hemolitik
penting pencegahan infeksi,Septicemia, dan ketika mereka terjadi —
perawatan intensif. Anemia hemolitik Mikrosferocitarnaja (icterus
skaya bawaan gemolitiche) Ini adalah disease, diwarisi oleh
autosomal dominan dasar (di 20% pasien dengan kasus sporadis
disease Bo). Disease yang terkait dengan kerusakan struktur
membran eritrosit. Membran menjadi baik permeabel natrium, yang
mengarah ke peningkatan tekanan osmotik dalam eritrosit, dan ia
memperoleh bulat bentuk, menjadi lebih rapuh. Eritrosit rusak
ditangkap dan mengalami kehancuran cepat tka spleen baru,
544
mengembangkan anemia hemolitik. Ada juga pemandangan, bahwa
bentuk anemia spleen menghasilkan jumlah berlebihan auto-
hemolysins. Karena terlalu aktif spleen dan ada splenomegali.
545
Bilirubin: 0,1-1,2 mg/dL
Albumin: 3,5-5 g/dL
PT: 10,9-12,5 detik
1. Tes haemo
Pemeriksaan ini akan menginformasikan beberapa hal berikut ini :
2. Tes pencitraan
Pemeriksaan ini meliputi :
3. Analisis jaringan
Pemeriksaan ini juga dikenal sebagai biopsi hepat,
yang akan memeriksa sampel jaringan hepat. Kamu mungkin
perlu mendapatkan anestesi umum agar tidak merasa sakit
selama prosedur berlangsung. Dokter akan menyayat sedikit
pada derma dengan menggunakan jarum tipis panjang yang
mengarahkannya ke hepat untuk mengangkat sampel cyt
hepat. Setelah sampel diambil, sayatan akan dijahit kembali.
Sampel yang diambil kemudian diperiksa di bawah mikroskop
untuk memeriksa sel kanker, bakteri atau lemak pada hati.
Dengan begitu dokter akan terbantu untuk memastikan
penyebab sirosis.
.
547
BAB III
PEMBAHASAN
548
Spleen adalah jenis ductless . Spleen adalah bagian dari sistem
peredaran atau sirkulasi(C A Doan,1949). Berat normal spleen orang
dewasa adalah 70 g sampai 200 g, berat limpa 400 g sampai 500 g
menunjukkan splenomegali berat spleen lebih besar dari 1000 g definitif
splenomegali masif (Chapman, J., Bansal, P., Goyal, A., & Azevedo, A.
M. (2017)).
Pada kondisi normal, spleen hanya berukuran 11-20 cm,
dengan berat hingga 500 gram. Namun pada penderita splenomegali,
ukuran spleen bisa lebih dari 20 cm, dengan berat mencapai lebih dari 1
kg.
Pada kondisi abnormal spleen akan mengalami pembengkakan.
Pembengakan ini terjadi ketika organ spleen membesar. Pembengkakan
spleen biasanya ditandai dengan rasa sakit atau tidak nyaman di
abdomen kiri bagian atas. Seseorang dengan pembengkakan spleen
biasanya akan merasa lebih mudah kenyang, meski makan dalam porsi
sedikit. Hal ini terjadi karena spleen yang bengkak dan membesar mulai
menekan gastro.
Pembengkakan spleen yang menyebabkan tekanan pada organ
tubuh lainnya dapat memengaruhi aliran haemo menuju spleen dan
menyebabkan spleen tidak dapat menyaring haemo dengan baik. Salah
549
satu disease yang membuat spleen tidak normal atau membengkak
adalah sebagai berikut:
1. Infeksi
Beberapa infeksi yang bisa menyebabkan pembengkakan
spleen, yaitu infeksi virus, seperti mononukleosis, infeksi parasit, seperti
toksoplasmosis dan malaria; dan infeksi bakteri, seperti abses, sifilis, dan
endokarditis.
2. Kanker
Pembengkakan spleen bisa menjadi pertanda leukemia
disease (kanker darah) atau limfoma (kanker getah bening).
Pembengkakan spleen juga bisa menjadi pertanda kanker yang telah
menyebar atau metastasis.
3. Peradangan
Beberapa disease peradangan yang bisa menyebabkan
pembengkakan spleen di antaranya adalah sarkoidosis, lupus, dan
rheumatoid arthritis.
4. hepat disease
Jenis hepat disease yang dapat menyebabkan pembengkakan
spleen antara lain adalah sirosis dan fibrosis kistik.
5. Trauma atau cedera
Pembengkakan spleen juga bisa disebabkan oleh cedera
tumpul pada abdomen, misalnya benturan pada kecelakaan atau saat
berolahraga.
6. disease lain.
Beberapa disease lainnya yang menyebabkan pembengkakan
spleen adalah anemia hemolitik, heart failure, amiloidosis, atau disease
yang berhubungan dengan gangguan penyimpanan glikogen.
550
BAB IV
PENUTUP
Spleen adalah jenis ductless. spleen adalah bagian dari sistem
peredaran atau sirkulasi.spleen memiliki beberapa fungsi(ductless).
Eritrosit disimpan di dalam spleen. Ketika tubuh memerlukan
darah(haemo)tambahan karena gerak badan atau hemorrhage,spleen
mengencang atau berkontraksi. Splenomegaly yang terjadi
menyebabkan hypersplenism yaitu suatu sindrom klinikyang terdiri dari
splenomegaly dan pancytopeniasehingga menyebabkan terjadinya
penurunan jumlah haemotocyte termasuk jumlah leukosit.
Hyperplenism merupakan suatu keadaan patologik faal limpa
yang mengakibatkan kerusakandan gangguan pada haemotocyte. Pada
hypersplenism terjadi destruksi eritrosityang berlebihan. Sehingga usia
eritrosit menjadi lebih pendek (normalnya lebih kurang 120 hari),
terbentuk antibodi yang menimbulkan reaksi antigen sehingga rentan
terhadap destruksii, dan terbentuk faktor penghambat pertumbuhan
haemotocyte yang mempengaruhi penglepasan haemotocyte dari
medulla. Patologi celiac yang menyertai hyposplenism dan Inflammatory
bowel diseasediduga disebabkan oleh hilangnya limfosit yang berlebihan
melalui mukosa enterik yang meradang,yang menyebabkan atrofi
retikuloendotelial spleen.
Hyposplenism adalah kelainan yang disebabkan oleh beberapa
patologihematology dan imunology dan ditandai dengan gangguan
fungsi spleen. Pada kebanyakan kelainan hematology dan neoplastic,
hyposplenism mungkin disebabkan oleh infiltrasi jaringan limpa oleh cyt
tumor atau karena oklusi vaskular. Pada sickle cell, yang dianggap
sebagai pola dasar dari kondisi yang berhubungan dengan
hyposplenism, spleen awalnya membesar karena penjeratan eritrosit
yang berlebihan.
551
BAB V
TERMINOLOGI
Terminology Hypersplenism
1. Hypersplenism(pembesaran limpa): berlebih nya fungsi
hemolitik limpa, menyebabkan defisiensi unsur-unsur
haemotocyte, hiper selularitas medulla, dan splenomegaly
prefix : hyper(terlalu banyak)
root: spleen/o(limfa)
pseudosuffix : ism
2. Pancytopenia: penurunan abnormal semua elemen set haemo
Prefix :pan
root : cyt/o(sel)
pseudosuffix : penia(keadaa
Terminology Hyposplenism
1. Hyposplenism: menurunnya fungsi spleen, menyebabkan
peningkatan jumlah unsur-unsur haemotocyte
prefix : hypo(dibawah,difisiensi)
root :spleen/o(limfa)
pseudosuffix: ism
DAFTAR PUSTAKA
552
Lv, Y., Lau, W. Y., Li, Y., Deng, J., Han, X., Gong, X., ...& Wu,
H. (2016). Hypersplenism: history and current status. Experimental and
therapeutic medicine, 12(4), 2377-2382.
Peck-Radosavljevic, M. (2001).Hypersplenism. European
journal of gastroenterology &hepatology, 13(4), 317-323.
Doan, C. A. (1949). Hypersplenism. Bulletin of the New York
Academy of Medicine, 25(10), 625.
Dameshek, W. (1955).Hyposplenism. Journal of the American
Medical Association, 157(7), 613-613.
Kirkineska, L., Perifanis, V., &Vasiliadis, T. (2014).Functional
hyposplenism. Hippokratia, 18(1), 7.
Jandl JH, Aster RH, Forkner CE, Fisher AM, Vilter RW. Splenic
pooling and the pathophysiology of hypersplenism. Trans Am Clin
Climatol Assoc. 1967;78:9-27. PMID: 5339085; PMCID: PMC2441156.
dorland, W. n. (2002). Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 29. hooi
ping chee, 382,386.
553
INFARCTION OF SPLEEN
Dosen Pengampu:
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
D3 RMIK
2021
554
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu kondisi infark yang terjadi saat sirkulasi organ besar yang
mirip gland terletak dibagian sinistra atas rongga abdomen
mengalami tersumbat dan terjadi nekrosis (Dorland Edisi 29).
Spleen adalah viscus limfoid dalam tubuh yang memiliki fungsi
filtrasi emia dan koordinasi responimun. Spleen terdiri dari 2 bagian.
Lien adalah kelenjar yang terletak di regiohipogastrium sinistra,
didalamnya berisi banyak jaringan limfe dan cyt emia. Bagian yang
putih (pulpa alba) merupakan sistem kekebalan untuk melawan
infeksi dan bagian yang merah (pulpa rubra) bertugas membuang
bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam emia seperti eritrosit
yang rusak, spleen dapat membesar pada keadaan tertentu dengan
tujuan untuk melakukan fungsi pembersihan secara adekuat yang
biasa disebut dengan splenomegaly (Guyton & Hall, 200).
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2010 di Indonesia
berangkat untuk lebih mencirikan pengalaman modern infarction of
spleen. Penelitian ini melakukan tinjauan grafik dari 26 pasien yang
dirawat di rumah sakit dengan diagnosis infarction of spleen.
Diantaranya yang mengalami adalah pasien lansia dengan rata-rata
umur 50 tahun dengan keluhan pyrexia, splenomegali, nausea,
emesis, abdominal akut. (Jennifer:2020)
Sedangkan di Negara India diidentifikasi oleh peneliti 25 kasus
infraction of spleen dari 168.572 penerima selama 2 tahun, terhitung
dengan prevalensi 0,015%. 18 laki-laki dan 7 perempuan dengan
domin manusia 40 tahun. Dan keluhan yang dialaminya lebih besar
dari Indonesia dengan kisaran 3 sampai 76. (Jerrin Thomas : 126)
555
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Infarction of Spleen/Lien
Spleen terletak di Quadran atas sinistra abdomen, di
inferior diaphragma yang memanjang dari iga 9-11, terletak
dilateralis nephro dan posterolateral gaster, bagian
posterolateral disebut permukaan diaphragmatic dan bagian
anteromedeoial berisi hillus dimana A, V dan Nervus, masuk-
keluar melalui hillusini, dan spleen disuplai oleh A. Splenicus.
Struktur spleen capsul terdiri atas jaringan pengikat
yang iregular yang membungkus spleen, capsul akan menjulur
kedalam dinamakan trabecula berjalan A dan V trabecularis,
seldi sekitar trabecula akan terbagi menjadi - Pulpa Alba, pulpa
Rubra, yang mengelilingi pulpa putih. Pulpa Alba atau White
Plup of Spenic Nodule dihubungkan dengan arteri yang
mensuplai spleen, terdiri atas kelompok cyt limfatik (limfosit T, B
dan Makrofag), dipusat kelompok terdapat A. Centaralis.
Pulpa Rubra atau Red Pulp dihubungkan dengan vena
yang mensuplai spleen terdiri dari splenic Cords (mengandung
eritrosit, platelet, makrofag dan cyt plasma), splenic sinusoid
(berperan sebagai kapiler yang membawa emia. Fungsi spleen
adalah sebagai menginisiasi respon imun bila ada antigen
didalam emia, reservoir eritrosit dan platelet, memfagosit
eritrosit dan platelet yang defectiv, phagosit bacteri dan benda
asing lainnya. Fungsi spleen yang utama adalah menyaring
erythrocyte yang tidak dapat berfungsi dengan baik atau sudah
rusak (Meyta Wulandari, S.Si., S.T., M.Sc).
556
2.2 Definisi Infarction of Spleen
557
ini termasuk leukemia myelogenouskronis, myelofibrosis,
disease Gaucher, sindrom splenomegali malaria, AIDS dengan
kompleks mycobacterium avium, limfoma. Jarang, anatomi
vascular spleen yang abnormal dapat menyebabkan infark.
Sebuah varian anatomi yang dikenal sebagai spleen yang
mengembara telah diidentifikasi di mana spleen memiliki
perlekatan vaskular abnormal yang merupakan predisposisi
torsi. (Travis:2020)
558
pada fase splenektomipra-operasi untuk mengurangi
kehilangan emia selama operasi. (Kahwaji:2020)
Beberapa faktor dapat meningkatkan kecenderungan
pembentukan gumpalan, seperti infeksi spesifik (seperti infeksi
mononukleosis, infeksi cytomegalo ‗virus malaria, atau
babesiosis), kelainan pembekuan bawaan (trombofilia, seperti
Faktor V Leiden, sindrom anti fosfolipid), keganasan (seperti
cancer pancreas) atau metastasis, atau kombinasi dari faktor-
faktor ini.
Dalam beberapa kondisi, gumpalan emia terbentuk di
satu bagian system cardiovascular dan kemudian keluar dan
berpindah kebagian tubuh lain, yang bisa termasuk spleen.
Gangguan emboligenik ini termasuk fibrilasi atrium, foramen
ovale paten, endokarditis, atau emboli kolesterol.
(Chitioui:2018)
Infarction of spleen juga lebih sering terjadi pada
kelainan hematologi yang berhubungan dengan splenomegali,
seperti kelainan mieloproliferatif. Etiologi splenomegali lainnya
(misalnya, disease Gaucher atau hemoglobinopati) juga dapat
menjadi predisposisi infark. Infarction of spleen juga dapat
terjadi akibat krisis cyt sabit pada pasien sickle cyt anemia.
Baik splenomegali dan kecenderungan fitur pembentukan
bekuan pada kondis ini. Pada disease sickle sel anemia, infark
spleen berulang menyebabkan spleen tidak berfungsi
(autosplenektomi).
Faktor apa pun yang secara langsung mengganggu
arteri spleen dapat menyebabkan infark. Contohnya termasuk
trauma abdomen, diseksi aorta, torsi pada arteri spleen
(misalnya, pada spleen yang berkeliaran) atau kompresi
559
eksternal pada arteri oleh tumor. Ini juga bisa menjadi
komplikasi dari prosedur vaskular.
Infarction of spleen dapat disebabkan oleh vaskulitis
atau koagulasi intravaskular diseminata. Berbagai kondisi lain
telah dikaitkan dengan infarction of spleen dalam laporan
kasus, misalnya granulomatosis dengan poliiangitis atau kuratif
dengan obat-obatan yang mempengaruhi vasospasme atau
pembentukan gumpal anemia (trombosis arteri), seperti
vasokonstriktor yang digunakan untuk mengobati varises
esofagus, sumatriptan atau bevacizumab. Dalam tinjauan
kasus retrospektif satu pusat, orang-orang yang dirawat di
rumah sakit dengan diagnosis dikonfirmasi infarction of spleen
acut, emboli kardiogenik adalah etiologi dominan diikuti oleh
fibrilasi atrium, diseaseautoimun, infeksi terkait, dan
keganasan hematologis. Meskipun mereka sudah memiliki
factor risiko terkena infarction of spleen, ada sembilan orang
sebelumnya yang sehat. Dan di antara mereka, 5 dari 9
sindromanti fosfolipid diam atau disease katup mitral telah
diidentifikasi. Dua tetap kriptogenik. (MT Jaroch:1986)
560
dapat terjadi akibat komplikasi infark dan termasuk demam,
hipotensi, takikardia, distensi abdomen, dan perubahan status
mental.
Diagnosis lainnya
1. Acute leukimia
2. Cardioembolic origin
3. Cytomegalovirus
4. Hemoglobinopathy
5. Infectious Mononucleus
6. Infective endocarditis
7. Myelodysplastic Syndromes
8. Myelofibrosis
9. Wandering Spleen
561
2.6.Penunjang medis Infarction of Spleen
562
BAB III
PEMBAHASAN
563
Kontraksi aksial, CT (Computed Tomography) ditingkatkan
gambar dalam fase portovenous mengkonfirmasi spleen
yang membesar, mengandung heterogen yang digambarkan
meningkatlesi (tanda bintan
564
BAB IV
PENUTUP
Infarction of spleen merupakan masalah utama
patologi spleen dan merupakan komplikasi yang berhubungan
dengan beberapa disease serius gangguan, tetapi juga ditandai
dengan kecenderungan tinggi untuk penyembuhan lengkap,
sehingga pada spleen tanpa komplikasimanajemen infark
biasanya dibatasi untuk menutup pemantauan klinis, hidrasi,
antibiotik, analgesia dan berat molekul heparins.c. dan aspirin,
dengan resolusi gejala dalam 1 hingga 2 minggu. Untuk
mencegah OPSI,hanya dalam kasus gejala yang jelas dan
persisten atau karena timbulnya komplikasi, pendekatan bedah
mungkin diperlukan, laparoskopi atau laparotomi.
565
BAB V
TERMINOLOGI
566
6. Myelofibrosis : Penggantian sumsum tulang dengan jaringan
ikat
P:-
R : Myel/o (Sumsum tulang belakang);
Fibr/o (Jaringan Fibrosa)
S : Osis (Keadaan)
567
DAFTAR PUSTAKA
Chapman J, Helm TA, Kahwaji CI. Splenic Infarcts.2020 Aug 16. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Stat Pearls
Publishing; 2021 Jan–. PMID: 28613652.-PubMed
Jaroch MT, Broughan TA, Hermann RE. The natural history of splenic
infarction. Surgery. 1986;100:743–50.- PubMed
568
Lymfangioma
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
SAFFANA AUDREY HANIFIA 205108
D3 RMIK
2021
569
BAB I
PENDAHULUAN
570
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
571
kanker sehingga melalui jalur ini patogen tersebut akan di keluarkan
dalam bentuk hancur karena salah satu fungsi dari sistem ini adalah
sebagai sistem pertahanan tubuh. Yang termasuk dalam sistem
limfatik adalah pembuluh limfatik sertajaringan dan organ limfatik.
a. Pembuluh Limfatik
Pembuluh limfe mulai dari yang kecil yaitu kapiler
limfe, yang ada pada semua jaringan kecuali CNS, bone
marrow, dan jaringan yang tidak memiliki pembuluh darah
seperti cartilago, epidermis, dan kornea. Kelompok pembuluh
limfe superfisial terdapat di dalam dermis dan hipodermis,
sedangkan yang profunda ada di saluran tulang, otot, viscera,
dan struktur dalam lainnya.
572
b. rgan Limfatik
Organ limfatik dibagi menjadi dua yaitu organ limfatik primer
dan sekunder. Organ limfatik ini saling bekerja sama untuk
membentuk suatu pertahanan tubuh. Organ limfatik terdiri
dari sum-sum tulang dan timus. Sumsum tulang adalah
tempat hematopoeisis, terutama yang terkait dengan system
limfatik adalah limfosit B dan limfosit T. limfosit B diproduksi
dan dimatangkan di sum-sum tulang, sedangkan limfosit T
diproduksi di sumsum tulang dan dimatangkan di tymus.
Definisi Lymfangioma
Limfangioma adalah tanda menonjol kuning
573
kecokelatan atau merah di kulit, terdiri dari pembuluh limfatik
yang membesar (Baird, 2006). Limfangioma merupakan
malformasi pembuluh limfatik yang biasanya terjadi setelah
lahir (Daniel, 2007).
574
dimana saja pada kulit dan membran mukosa. Lokasi yang
paling umum adalah cephal dan cervic, dan selanjutnya pada
ekstremitas proksimal, pantat, dan badan. Namun,
limfangioma terkadang dapat ditemukan di dalam usus,
pankreas, dan mesenterium. Lesi kistik yang lebih dalam
biasanya terjadi di area yang longgar dan jaringan areolar,
biasanya leher, ketiak, dan selangkangan. Lesi pada kulit
tersebut dapat berupa lesi yang kecil dan berbatas jelas,
hingga luas, diffuse dan berbatas tidak jelas. Limfangioma
biasanya adalah bawaan lahir, dan pada umumnya muncul
sebelum usia 2 tahun. Limfangioma dapat secara tiba-tiba
muncul pada anak-anak dan terkadang pada remaja atau
dewasa (Glenn, 2005).
575
perifer. Pertumbuhan dihambatdalam elemen dermal dan
epiderma, menghasilkan bentuk kapiler. Bentuk kavernosa
subkutan terjadi pada jaringan otot atau kelenjar. Karena
mereka berasal dari jaringan yang bercabang lebih ke arah
perifer yang lebih mengembangkan limfatik dibandingkan
hygroma kistik, maka ukurannya lebih kecil dan ruang limfatik
yang lebih kecil. Limfangiohemangioma terbentuk ketika tunas
limfatik yang menyimpang mempertahankan hubungan
dengan sistem vena dimana mereka muncul dandengan
demikian tidak dapat sepenuhnya berdiferensiasi menjadi
limfatik.
Etiologi Lymfangioma
Penyebab terjadinya limfangioma dikarenakan oleh
malformasi congenital dari system limfatik. Faktor genetik,
paparan tembakau, konsumsi alkohol, virus dan defisiensi
makanan juga dapat menjadi penyebab terjadinya
limfangioma.
Dysphagia,
577
atau infeksi kronis lainnya, mengingat kasus
lymphangioma paling banyak terjadi diarea leher.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dilakukan dengan baik dan
inspeksi, serta palpasi dilakukan secara teliti dapat
dipakai sebagai dasar untuk penilaian yang baik
mengenai pembengkakan di leher. Untuk itu diperlukan
pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi
normal, patologi dan pola metastasis limfogen
tumortumor maligna di daerah kepala dan leher.
578
dapat diberikan terapi non bedah sambil dilakukan pengawasan
jika limfangioma tidak mempengaruhi fungsi kehidupan, karena
beberapa ahli bedah percaya bahwa lebih dari 15% dari lesi ini
akan mengecil dengan sendirinya. Namun jika lesi tidak mengecil
spontan pada usia 5 tahun, intervensi bedah diperlukan. Penulis
lain percaya bahwa eksisi harus dilakukan lebih cepat untuk
menghindari komplikasi seperti infeksi(Scwartz, 2011).
a) Farmakologi
Untuk malformasi limfatik lokal, berbagai agen farmakologis
telah digunakan di seluruh dunia untuk mengobati
limfangioma. Beberapa agen yang digunakan dalam terapi
sklerotik termasuk air mendidih, tetrasiklin, bleomycin, dan
cyclophosphamide (Scwartz, 2011). Pertimbangan khusus
harus diambil pada malformasi limfatik pada lidah atau glotis.
Malformasi pada lidah (sebelumnya dikenal sebagai
circumscriptum lymphangioma) harus dikelola dengan laser
resurfacing. Jika lesi ini cukup besar dan mengganggu
respirasi, operasi pengurangan lidah harus dilakukan.
Malformasi pada glotis harus diperlakukan dengan laser
karbon dioksida dan terapi debulking dengan manajemen
jalan nafas agresif (Scwartz, 2011). Aspirasi limfangioma
telah dilakukan di masa lalu tapi sebagian besar kurang
disukai karena tingkat kekambuhannya yang tinggi. Namun,
masih dapat digunakan untuk mengatasi limfangioma yang
mengancam kehidupan dimana membutuhkan pengurangan
sesegera mungkin (Scwartz, 2011).
579
jika secara anatomis memungkinkan. Dari berbagai teknik
bedah yang telah dieksplorasi selama bertahun-tahun, total
penghapusan tumor dengan tidak meninggalkan epitel kistik,
telah menjadi prosedur yang paling dapat diandalkan
(Scwartz, 2011). Pengelolaan bedah limfangioma difus
sering merupakan usaha yang kompleks dan seumur hidup
dengan tingkat morbiditas substansial. Pasien dan orang tua
harus menyadari hal ini sebelum operasi dilakukan, sehingga
kemungkinan komplikasi yang tinggi dapat difaktorkan ke
dalam keputusan-keputusan awal dalam manajemen
(Scwartz, 2011).
580
BAB III
PEMBAHASAN
581
B IV
PENUTUP
582
BAB V
TERMINOLOGI MEDIS
583
DAFTAR PUSTAKA
584
LYMPHOMA
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Alvia Nissa 205004
D3 RMIK
2021
585
BAB I
PENDAHULUAN
586
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
587
bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan
pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam
pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam
pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar
getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan
sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut,
hati, dan otak.
588
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-
hodgkin menjadi tiga kelompok utama, antara lain :
Limfoma Derajat Rendah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel
besar, limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran
sel besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar
590
cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan
toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
591
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di servikal terutama
supraklavikuler – aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hepar
teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk
menentukan kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila
area ini terlibat perlu diperiksa gastrointestinal sebab sering
terlibat bersama-sama.
3. Pemeriksaan laboratorium
592
hanya mempunyai subtipe difus, sitologi, biopsi aspirasi dapat
dipergunakan sebagai diagnosis definitif.
disease lain dalam diagnosis sitologi biopsi aspirasi Limfoma
Hodgkin ataupun Limfoma non-Hodgkin adalah adanya negatif
palsu termasuk di dalamnya inkonklusif. Untuk menekan jumlah
negatif palsu dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multipel hole
di beberapa tempat permukaan tumor. Apabila ditemukan juga
sitologi negatif dan tidak sesuai dengan gambaran klinis, maka
pilihan terbaik adalah biopsi insisi atau eksisi.
5. Histopatologi
593
Cara prosedur sedot lemak ini biasanya diawali dengan sayatan
pada area benjolan. Dokter kemudian akan menggunakan tabung
tipis yang berongga, yang disebut kanula, untuk dimasukkan ke
dalam sayatan. Kanula kemudian dipindahkan bolak-balik untuk
mengendurkan lemak, yang disedot melalui tabung. Prosedur
liposuction berguna untuk kondisi lipoma yang lebih besar, tetapi
prosedur ini sering dikaitkan dengan tingkat kekambuhan yang
lebih tinggi. Artinya, ada kemungkinan benjolan muncul kembali.
Prosedur untuk menghilangkan lipoma biasanya dilakukan cukup
dalam waktu sehari dan tidak perlu perawatan intensif, dan pasien
pulang ke rumah pada hari yang sama setelah prosedur ini dijalani.
3. Suntikan steroid
Suntikan steroid juga dapat digunakan tepat di area benjolan di
tubuh Anda. Perawatan ini dapat mengecilkan ukuran lipoma,
tetapi tidak sepenuhnya akan mengangkat atau menghapusnya
dari tubuh Anda. Lipoma adalah tumor jinak yang berarti bahwa
cukup besar kemungkinan bahwa benjolan ini tidak akan yang
menyebar. Kondisi ini tidak akan menyebar melalui otot atau
jaringan sekitarnya lainnya, dan tidak mengancam nyawa.Perlu
diketahui, tumor benjolan berisi lapisan lemak ini tidak dapat hilang
atau mengecil dengan sendirinya. Menggunakan kompres es atau
bahkan kompres air panas, tidak dapat mengecilkan jenis
gumpalan pada kulit yang berisi lemak ini. Hal ini karena pada
dasarnya benjolan terbentuk dari lemak dan membutuhkan
penanganan khusus dari dokter jika Anda ingin menghilangkannya.
Pencegahan (preventif)
1. Lakukan olahraga secara rutin yang dilakukan selama 30-40
menit minimal 5 kali dalam seminggu. Olahraga akan membantu
Anda dalam menjaga berat badan normal dan mencegah lemak
berlebih dalam tubuh.
594
2. Konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah, serta
makanan yang rendah lemak jenuh dan trans. Hal ini akan
membantu Anda terhindar dari lipoma.
3. Jaga berat badan normal. Dengan menjaga berat badan
normal, Anda akan terhindar dari lemak berlebih dan menurunkan
risiko Anda untuk memiliki lipoma di area tubuh.
4. Hindari konsumsi alkohol secara berlebih. Konsumsi alkohol
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini
membuat banyak lemak berlebih di dalam tubuh yang berpotensi
menimbulkan lipoma.
Pola hidup sehat tidak hanya mencegah lipoma, namun juga
beberapa penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, dan stroke. Dengan menerapkan pola
hidup sehat, risiko Anda terhadap penyakit-penyakit tersebut
menurun. Namun perlu dipahami bahwa Anda tetap memiliki risiko
terhadap penyakit tersebut, terlebih jika Anda memiliki riwayat
keluarga yang pernah mengalami disease tersebut.
2.6. Penunjang medis Lymphoma
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar
getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-
Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan
seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan
pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan. Stadium adalah cara
mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter
mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk
mendeteksi limfoma maligna, yaitu sebagai beikut :
595
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah
bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan
untuk memantau respon terhadap pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang
panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan medulla.
Sulit untuk mencegah limfoma, karena penyebabnya belum
diketahui dan banyak faktor yang mempengaruhi. Akan ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah limfoma
sesuai dengan faktor risikonya, antara lain:
596
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 Lymphoma normal
597
Cancer ganas selalu diawali dengan pertumbuhan cyt di dalam
tubuh yang di luar kendali. Cyt manapun di dalam tubuh bisa berubah
menjadi cyt cancer, termasuk pada leukocyte alias limfosit yang
mengatur sistem imunitas tubuh. Ketika limfosit menjadi cancer, Anda
akan mengalami limfoma Hodgkin atau limfoma non Hodgkin.
598
BAB IV
PENUTUP
Dari makalah di atas diketahui bahwa lymphoma
merupakan merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik.
Disease limfoma diklasifikasikan menjadi dua golonganya itu
disease Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin.
Penyebab disease lymphoma, diantaranya faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus (HIV) atau bakteria (
Helicobacter Pilori), virus human T-cell leukemia/lymphoma
(HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan toksin lingkungan
(herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
599
BAB V
TERMINOLOGI
1. Lymphoma = kanker kelenjar getah bening
Preffix =-
Root = lymp/o (limpa, kelenjar getah bening)
Suffix = oma (tumor)
2. Leukemia = banyaknya sel darah putih di dalam darah
Prefix =-
Root = leuk (putih)
Suffix = emia (kondisi darah)
600
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Text Book of Medical – Surgical Nursing
(Agung, Penerjemah). Philadelphia
601
Lymphangitis
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Aji Achmad Syahroni 205043
D3 RMIK
2021
602
BAB I
PENDAHULUAN
Limfangitis adalah peradangan pada saluran limfatik,
biasanya dalam jaringan subkutan. Hal ini terjadi baik sebagai proses
akut yang berasal dari bakteri atausebagai proses kronis dari mikotik,
mikobakteri, atau filaria. Limfangitis akut seringdisebabkan oleh
Streptococcus beta haemoliticus atau Staphylococcus aureus. Di
Amerika Serikat, limfangitis akut paling sering disebabkan oleh
Streptococcus grup A, dan limfangitis kronis biasanya disebabkan oleh
Sporothrix schenckii. Pada kasus
limfangitis yang berulang dapat kita curigai sebagai gejala awal dari kond
isi limfedema.
Limfedema dapat bermanifestasi sebagai
pembengkakan dari salah satu atau
lebih anggota badan. Pembengkakan mungkin juga terdapat pada daera
h lain,misalnya head dan cervic, mamma atau alat kelamin. Limfedema
adalah hasil dari akumulasi cairan dan elemen lainnya (misalnya protein)
dalam ruang jaringan karena ketidak-
seimbangan antara produksi dan transportasi cairan interstitial. Hal ini
muncul dari kelainan bawaan pada sistem limfatik, atau kerusakan
pembuluh limfatik dan / atau kelenjar getah bening. Pada pasien dengan
limfedema kronis,
sejumlah besar jaringan adiposa subkutan dapat terbentuk. Meskipun tid
ak sepenuhnya
dipahami, proliferasi adiposit ini mungkin menjelaskan mengapa pengob
atan
konservatif mungkin tidak sepenuhnya mengurangi pembengkakan dan
mengembalikan bentuk daerah yang terkena.
Limfedema dapat menimbulkan morbiditas
fisik dan psikologis yang signifikan. Peningkatan ukuran ekstremitas
603
dapat mengganggu mobilitas dan mempengaruhi penampilan tubuh.
Rasa sakit dan ketidaknyamanan merupakan gejala yang sering
dikeluhkan, dapat mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap
selulitis akut erisipelas dan ketergantungan jangka panjang pada
antibiotik. Lymphoedema adalah kondisi kronis yang tidak dapat
disembuhkan saat ini, namun dapat diatasi dengan manajemen yang
tepat jika diabaikan, itu dapat berkembang dan sulit untuk dikelola.
Pada kelahiran, sekitar 1: 6.000 orang dapat terkena limfedema primer
Prevalensi keseluruhan limfedema / edema kronis telah diperkirakan
sekitar 0,13-2%. Di negara maju, penyebab utama limfedema
diasumsikan sebagai pengobatan untuk kanker. Memang, terdapat
prevalensi sebesar 12-60% telah dilaporkan pada pasien dengan kanker
payudara dan 28-47% pada pasien yang dirawat karena kanker
ginekologi. Namun, hal itu menunjukkan bahwa terdapat seperempat
sampai setengah dari pasien limfedema, menderita bentuk lain dari
limfedema, misalnya limfedema primer dan limfedema terkait dengan
gangguan fungsi vena, trauma atau penyakit jantung. Pada daerah
abdomen dan toraks, aliran limf yang berasal dari trunkus
intestinalis,trunkus seliakus, dan trunkus mediastinalis masuk ke duktus
toraksikus, sementara dari trunkus lumbalis akan masuk ke sisterna kilus
(Y: cisterna = tempat air hujan, chylos = cairan" tempat cairan limf).
604
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan fisiologi
605
Limfangitis didefinisikan sebagai peradangan saluran limfatik
yang terjadi sebagai akibat dari infeksi di bagian distal saluran tersebut.
Sistem limfatik meliputi
a. jaringan pembuluh
b. kelenjar
c. dan organ yang terletak di seluruh tubuh.
606
dapat terlihat pada limfangitis akut terbentuk akibat prosesinflamasi di
dinding (dan ruang jaringan sekitarnya) dari saluran limfatik yang
berdilatasi. Obstruksi limfatik sering terjadi pada proses penyembuhan,
kadang-kadang menyebabkan limfedema persisten. Kutaneous
sporotrichosis limfatik, bentuk kronis limfangitis, menghasilkan gabungan
supuratif dan respon granulomatosa.
Etiologi Limfangitis
Limfangitis akut sering disebabkan oleh Streptococcus
beta haemoliticus atau Staphylococcus aureus.Di Amerika Serikat,
limfangitis akut paling sering disebabkan oleh Streptococcus grup A, dan
limfangitis kronis biasanya disebabkan oleh Sporothrix schenckii. Pada
individu dengan pertahanan host yang normal,spesies Streptococci beta
hemolytic grup A (GABHS) adalah penyebab paling umumdari
limfangitis, berkembang cepat dan terkait dengan komplikasi serius.
607
Diagnosis limfangitis dapat ditegakkan melalui anamnesis
dengan adanya riwayat trauma minor pada bagian distal lesi dan
pemeriksaan fisik berupa gambaran klinis khas limfangitis, yaitu adanya
garis linear ireguler dengan warna eritematosa yang memanjang dari
situs infeksi primer menuju nodus kelenjar limfe regional terdekat dari
lesi.
Diagnosis banding :
1. Limfadenitis
2. Limfedema
608
karena progres penyakit yang cukup cepat. Penyakit ringan sampai
sedang dapat dikelola dalam pengaturan rawat jalan. Dalam kasus
moderat, dosis awal ceftriaCone intramuskular (1g/1M) dapat diberikan,
diikuti oleh terapi oral dosis tinggi dengan penisilin V atau amoxcillin (500
mg / 6 jam) dengan pengawasan yang ketat. Dicloxacillin oral atau
cephalexin (500 mg / 6 jam) dapat diberikan jika ada kekhawatiran
mengenai kemungkinan etiologi staphylococca. Pasien dengan kondisi
yang lebih akut, harus dira!at di rumah sakit dan diberikan parenteral
penisilin G (2 juta U/4 – 6 jam). Jika etiologi staphylococcal dicurigai,
vankomisin (1 g/ 12 jam) harus diberikan. Jika ada kecurigaan
sporotrichoid oleh infeksi M. marinum, diagnosis harus dikonfirmasi oleh
demonstrasi basil tahan asam dan isolasi organisme. Trimethoprim-
sulfamethoxazole telah dilaporkan efektif dalam beberapa penelitian.
2.6. Pemeriksaan Penunjang Limfangitis
1. Pemeriksaan Labarotarium pada lymphangitis :
a) Tes emia
609
Rontgen dada atau CT scan pada area yang terkena dapat
membantu menentukan sumber infeksi atau menemukan tumor.
3. Endoskopi
a. Biopsi kelenjar getah bening
610
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 lymphangitis normal
611
Penyebab tidak normalnya lymphangitis dikarenakan kondisi
yang biasanya berasal dari infeksi kulit akut yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus. Infeksi ini disebabkan karena peradangan pada
node limfa. Selain itu, limfangitis juga dapat disebabkan oleh infeksi
parasit, infeksi mikobakterium, dan kanker. kondisi ini juga bisa muncul
akibat infeksi virus dan gigitan serangga atau laba-laba.
Pada orang dengan daya tahan tubuh yang normal, bakteri
streptokokus (jenis streptokokus grup A beta hemolitikus) merupakan
penyebab paling sering terjadinya limfangitis. Bakteri streptokokus
biasanya memasuki pembuluh-pembuluh ini melalui gesekan, luka atau
infeksi (terutama selulitis) di lengan atau tungkai. Kadangkala, limfangitis
juga dapat disebabkan oleh staphylococci atau bakteri lain, seperti jenis
Pseudomonas.
612
BAB IV
PENUTUP
Limfangitis adalah peradangan pada saluran limfatik,
biasanya dalam jaringan subkutan. Hal ini terjadi baik sebagai proses
akut yang berasal dari bakteri atau sebagai proses kronis dari mikotik,
mikobakteri, atau filaria.
Diagnosis limfangitis dapat ditegakkan melalui anamnesis
dengan adanya riwayat trauma minor pada bagian distal lesi dan
pemeriksaan fisik berupa gambaran klinis khas limfangitis.
Penyebab lymphangitis dikarenakan kondisi yang biasanya
berasal dari infeksi kulit akut yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus. Infeksi ini disebabkan karena peradangan pada node
limfa. Selain itu, limfangitis juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit,
infeksi mikobakterium, dan kanker.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
antibiotik dan antivirus yang berfungsi untuk menghentikan dan
membunuh bakteri atau kuman. Dan pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan tes emia,kultur emia, tes
pencintraan, dan biopsi kelenjar getah bening.
613
BAB V
TERMINOLOGI
1. Lymphangitis = peradangan pada saluran limfatik atau kelenjar
getah bening
Prefix :-
Root : lyhmpa (kelenjar getah bening)
Suffix : itis (peradangan)
2. Thrombophlebitis = inflamasi vena akibat adanya formasi
bekuan darah
Prefix :-
Root : thromb/o (trombus), phleb/o (vena)
Suffix : itis (peradangan)
614
DAFTAR PUSTAKA
616
LYMPHEDEMA
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun Oleh :
AZIZAH APRILIA ANGGRAENI 205005
D3 RMIK
2021
617
BAB I
PENDAHULUAN
Lymphedema merupakan kondisi yang terjadi akibat gangguan
transportasi aliran limfa yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
limfatik di ruang interstitial. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan
pada satu atau beberapa area tubuh. Lymphedema dapat terjadi pada
ekstremitas, batang tubuh, perut, kepala dan leher, genitalia eksterna
serta pada organ dalam.
Lymphedema dapat terjadi secara primer (lymphedema primer)
akibat dari gangguan sistem limfa secara kongenital, atau secara
sekunder (lymphedema sekunder) akibat faktor lain seperti infeksi dan
keganasan.
Terapi untuk lymphedema dapat berupa terapi non-operatif dan
terapi operatif. Terapi non-operatif paling sederhana dimulai dari edukasi
tentang perawatan derma dan elevasi plantar yang bisa dilakukan secara
berkelanjutan oleh pasien sendiri hingga terapi yang harus dilakukan
dengan bantuan dan pengawasan tenaga medis. Pemahaman klinisi
tentang tujuan terapi serta derajat lymphedema dapat membantu
efektifitas dalam tatalaksana lymphedema.
Lymphedema merupakan kondisi yang kronis dan progresif
sehingga jika tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan masalah
dalam aktivitas fisik dan gangguan psikologis.Pendekatan multidisiplin
harus dilakukan pada pasien dengan lymphedema secara holistik.
Kerjasama yang baik dalam tatalaksana antara spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi, kulit, bedah plastik/vaskular, serta fisioterapis, ahli gizi
dan psikolog dapat membantu pasien mencapai kualitas hidup yang
optimal. Walaupun belum ada terapi definitif yang dapat menyembuhkan
lymphedema, penegakan diagnosis serta tatalaksana yang sesuai dapat
mencegah progresi serta komplikasi yang dapat terjadi.
618
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
619
ketika kelenjar yang bermasalah atau abnormal. Pembengkakan dapat
diakibatkan nyeri , penurunan rentan gerak sendi atau kelemahan
musculus. Hal ini dapat akumulasi abnormal protein pada jaringan
interstisial.
620
Pasien dengan lymphedema akan merasakan seperti nyeri,
pembengkakan disertai rasa berat, penurunan fungsi anggota tubuh,
serta penurunan kualitas hidup. Jika tidak segera mendapatkan
penanganan, penumpukan cairan limfa dalam waktu lama akan
menstimulasi fibroblast, adiposit, keratinosit, serta infiltrasi neutrophil dan
kolagen yang menyebabkan terjadinya permasalahan pada kulit seperti
fibrosis limfostatik, pengerasan lapisan kulit, papilloma, serta lipatan kulit
semakin dalam, serta infeksi yang berulang seperti selulitis atau
limfangitis. Perubahan dari jaringan ikat subkutan, tekstur, serta suhu
pada kulit dapat dievaluasi lebih dalam dengan palpasi. Ketebalan dari
lapisan dermis dan terjadinya fibrosis dapat dinilai dengan Stemmer‘s
sign. Jika kulit pada dorsum jari tangan atau ibu jari kaki tidak bisa
diangkat dengan mudah, maka dapat diartikan Stemmer‘s sign positif,
yang menandakan terdapat fibrosis pada lapisan kulit. Namun demikian,
hasil negatif tidak mengekslusi kemungkinan adanya lymphedema.
2.4 Diagnosa dan Diagnosa banding Lymphedema
Lymphedema menyebabkan masalah fisik dan psikologis dan
mengganggu kualitas hidup, limfedema kurang dikenali dan tidak diobati.
Diagnosis lymphedema bersifat klinis dan tergantung pada anamnesis
yang rinci dan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Spesialis PMR
mengambil riwayat pasien dan keluarga dan melakukan pemeriksaan
klinis yang terdiri dari inspeksi, palpasi, penilaian ROM dan pemeriksaan
neurologis. Selain itu, pengukuran kuantitatif untuk kecacatan fungsional
dan kualitas hidup harus dilakukan dan konteks psikologis penyakit
(kecemasan, depresi, gangguan tidur, ketakutan akan kambuhnya
kanker, dan masalah seksualitas).
2.5 Penatalaksanaan Lymphedema
Pegobatan (Kuratif)
Jika sedang menjalani pengobatan kanker, segera
berkonsultasi dengan dokter jika merasakan gejala plantar atau
621
upper membengkak, memerah, febris , dan myalgia, untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penderita kanker berisiko
mengalami limfedema, baik akibat kanker maupun akibat efek
samping dari pengobatan kanker. Oleh karena itu, penderita kanker
harus rutin berkonsultasi dengan dokter selama menjalani
pengobatan kanker. Penderita kanker perlu berdiskusi lebih lanjut
dengan dokter onkologi mengenai manfaat dan risiko pengobatan
yang akan diberikan.
Pencegahan (Prefentif)
622
meningkatkan resiko kejadian lymphedema sekunder serta
perburukan lymphedema sebanyak 4-5 kali.
623
chyluria. Pada pemeriksaan imunoglobulin serum, kadar Ig E serum
yang meningkat ditemukan pada pasien dengan penyakit filaria aktif.
Perlu diingat bahwa pemeriksaan penunjang ini hanya dilakukan
jika gambaran klinis yang ada masih meragukan. Sebagian besar
penderita limfedema dapat didiagnosis melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat sehingga dapat langsung menjalani
terapi yang sesuai tanpa perlu melakukan pemeriksaan penunjang.
624
BAB III
PEMBAHASAN
625
BAB IV
PENUTUP
Menurut Carter et al (2020), lymphedema merupakan
pembengkakan terus menerus dibagian tubuh seperti upper atau
ekstermitas, terkadang pada wajah, karena penyumbatan dialiran limfatik
ketika glandula yang bermasalah atau abnormal. Pembengkakan dapat
diakibatkan myalgia, penurunan rentan gerak sendi atau kelemahan otot.
Hal ini dapat akumulasi abnormal protein pada jaringan interstisial.
Sistem limfatik terdiri atas jaringan limfatik dan pembuluh
limfatik. Jaringan limfatik merupakan jenis jaringan ikat yang
mengandung banyak sel limfosit. Pembuluh limfa merupakan pembuluh
yang membantu sistem kardiovaskular dalam mengembalikan cairan dari
ruangan jaringan tubuh, lalu pembuluh ini mengembalikan cairan ke
dalam hemo. Sistem limfatik pada dasarnya merupakan sistem
penyaluran dan tidak memiliki sirkulasi. Ukuran pembuluh limfa
bervariasi. Pada pembuluh limfa yang besar, terdapat muculus
nonstriated kontraktil untuk membantu aliran limfa.
626
BAB V
TERMINOLOGI
1. Lymphedema
P: -
R: lymph/o (limfa)
S: edema (penumpukan)
Artinya: penumpukan cairan limfa yang berlebih
2. Limfadenopati
P: -
R: limfa (getah bening)
Aden (kelenjar)
S: pathy (penyakit)
Artinya: penyakit kelenjar getah bening
3. Limfangiografi
P:-
R: lymph/o (getah bening)
angi/o (pembuluh)
S: graphy (alat rekam)
Artinya: alat perekam pembuluh getah bening
4. Filariasis
P: -
R : filaria (cacing filaria)
S : iasis (kehadiran)
Artinya: kehadiran cacing filarial
627
DAFTAR PUSTAKA
628
MESENTRIC LYMPHADENITIS
Dosen pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan,MM
Disusun Oleh :
Nurjihan Safitri 205103
D3 RMIK
2021
629
BAB I
PENDAHULUAN
Mesenteric adalah lipatan membrane yang menempelkan
enterik ke dinding abdomen dan menahannya di tempatnya.
Mesenteric lymphadenitis adalah inflamasi Lympha glands di
mesenteric. (mayoclinic,2021) Lympadentis adalah suatu kondisi di
mana lympha glands anda me-inflamasi. Ketika kondisi tersebut
mempengaruhi lympha glands di membrana yang menghubungkan
enterik anda ke dinding abdomen (mesenteric), itu disebut
mesenteric lymphadenitis (mez-un-ter-ik lim-fad-uh-nie-tis).
630
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi
Lympha glands atau lympha berperan penting dalam
mendukung sistem imun tubuh kita. Lympha glands menyaring
organisme berbahaya (seperti bacteria dan virus) sehingga tidak
menyebar luas ke organ tubuh lain. Pada kondisi normal, lympha
glands berukuran kecil, yaitu sebesar kacang polong. Namun ketika
terjadi inflamasi, glands ini akan megaly dan menyebabkan rasa
algia.mesenteric lymphadenitis paling sering dialami oleh anak-anak
dan remaja. Kondisi ini jarang sekali diderita oleh orang berusia 20
tahun ke atas. (dr.Joni Indah Sari,2020)
Organ ini menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh
anak. Sebab, lympha glands berperan membantu menyaring bacteria
dan berbagai jenis mikroorganisme lainnya dari tubuh. Sementara,
kondisi ini justru mempengaruhi lympha glands di jaringan mesenteric
yang bertanggung jawab untuk menghubungkan enterik ke lapisan
internal dinding abdomen. (kumparanmom,2021)
Lympha adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ini terdiri
dari jaringan lympha vas dan lympha glands. Lympha vas sangat mirip
dengan vas sanguineum yang mengumpulkan dan membawa hemo ke
seluruh tubuh. Namun, tugasnya bukan membawa hemo, melainkan
membawa cairan bening berair yang disebut lympha.
Cairan lympha juga mengandung leukosit, yang membantu
melawan infeksi. Cairan lympha akan menumpuk dan menyebabkan
megaly jika tidak dialirkan dengan baik. Lympha vans menarik cairan
lympha dari sekitar cell untuk dikirim ke toraks. Di sana, cairan lympha
terkumpul ke dalam vans besar yang mengalir ke vas sanguineum di
dekat cor. (Sarah Nafisah,2021)
631
Lympha vans mengirimkan cairan lympha melalui lympha
glands ke seluruh tubuh. (Sarah Nafisah,2021) Lympha glands adalah
struktur kecil yang berfungsi sebagai penyaring zat asing, seperti cell
karkinos dan infection. Mereka mengandung cell kekebalan yang bisa
membantu melawan infection dengan menyerang dan menghancurkan
mikroorganisme yang dibawa melalui cairan lympha. Lympha glands
terletak di banyak bagian tubuh, termasuk jugulum, aksila, toraks,
abdomen, dan pelvis.
Ada ratusan lympha glands di seluruh tubuh. Setiap lympha
glands menyaring cairan dan zat yang diambil oleh vas yang mengarah
ke bagian tertentu. Misalnya cairan lympha bergabung dengan cairan
lympha di brakium, kemudian mengalir ke toraks. (Sarah Nafisah,2021)
Cairan ini bisa menyaring melalui lympha glands di cubitus, atau di
bawah cubitus. Cairan dari kaput, derma kaput, dan facies mengalir
melalui lympha glands di jugulum.(Sarah Nafisah,2021) Beberapa
lympha glands berada jauh di dalam tubuh, seperti di antara pulmo atau
di sekitar enterik, untuk menyaring cairan di area tersebut.
a. Mesenteric Lymphadenitis
Lymphadenitis mesenteric adalah inflamasi Lympha
glands di mesenterium. (mayoclinic,2021) Lymphadenitis
adalah suatu kondisi di mana lympha glands anda me-inflamasi.
Ketika kondisi tersebut mempengaruhi lympha glands di
membrana yang menghubungkan enterik anda ke dinding
632
abdomen (mesenterium), itu disebut mesenteric lymphadenitis
(mez-un-TER-ik lim-fad-uh-NIE-tis). Mesenterium adalah lipatan
membrane yang menempelkan enterik ke dinding abdomen dan
menahannya di tempatnya.
b. Lymphadenomegaly
633
- Sign & Symptom
Symptom Mesenteric Lymphadenitis
Symptom mesenteric lymphadenitis yang umumnya
dialami oleh penderita meliputi:
Abdomengia pada bagian dexter inferior. Tapi algia juga bisa
terasa pada seluruh bagian abdomen. (Dr. Joni Indah
Sari,2020)
Lymphadenomegaly at mesenterium,diare,nausea,vomitus.
Symptom Lymphadenomegaly
Selain munculnya megaly, denomegaly juga dapat
menimbulkan symptom lain. Symptom yang dimaksud meliputi:
Febris,loss weight.anoreksia,sudor at
night,selesma,pharyngoalgia.
2.4 Diagnosa dan Diagnosa banding
Pemeriksaan penunjang
634
Dokter juga bisa menganjurkan serangkaian pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis mesenteric
lymphadenitis. (Dr. Joni Indah Sari,,2020) Pemeriksaan ini
umumnya terdiri dari hemo test guna mengevaluasi sign-sign
infection, serta test pencitraan pada abdomen (seperti CT scan
dan USG).
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan (kuratif)
Kuratif Mesenteric Lymphadenitis
Sebagian besar mesenteric lymphadenitis dapat membaik
sendiri dalam beberapa hari tanpa pengobatan spesifik. Namun
bila dokter mencurigai penyebabnya adalah mikroorganisme,
dokter akan meresepkan obat antibiotik. Sedangkan untuk
mengurangi intensitas symptom, dokter juga bisa memberikan
obat pereda algia. (Dr. Joni Indah Sari 2020) Contohnya,
ibuprofen atau acetaminophen.
Kuratif Lymphadenomegaly
Jenis obat lymphaden yang dapat digunakan untuk
mengatasi lymphadenomegaly antara lain:
Antibiotik,Antivirus,Obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS),Kortikosteroid,Kemoterapi (Dr. Kevin Adrian,2020)
Pencegahan (prefentif)
Prefentif Mesenteric Lymphadenitis
Untuk mempercepat proses pemulihan, penderita
dianjurkan untuk:
Cukup beristirahat.
Menggunakan kompres hangat pada abdomen guna
mengurangi symptom algia dan rasa tidak nyaman pada
abdomen.
635
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh untuk mencegah dehidrasi
akibat vomitus, febris, dan diare.
Pencegahan Lymphadenomegaly
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi
megaly. Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), berikut ini
perawatan mandiri untuk pencegahannya, yaitu:
- Kompres area yang megaly atau algia dengan kain basah yang
hangat.
- Istirahat yang cukup untuk memulihkan sistem kekebalan tubuh.
- Manfaatkan cool pack atau kompresan dingin bila air hangat
tidak efektif untuk meredakan inflamasi.
- Konsumsi obat pereda algia, contohnya ibuprofen, naproxen,
atau acetaminophen untuk mengurangi ketidaknyamanan.
- Gunakan obat antibiotik (harus dengan resep dokter), bila
lymphadenomegaly disebabkan oleh bacteria atau
mikroorganisme.
- Hindari pemberian aspirin pada anak karena risiko akan
mengidap sindrom Reye. Sindrom Reye adalah kondisi serius
yang dapat menyebabkan cereboheart megaly.
- Berkumurlah dengan air garam. Hal ini dilakukan jika
glandomegaly terjadi pada area jugulum, oto, kaput. Caranya
dengan melarutkan garam dengan air hangat. Gunakan air
tersebut untuk berkumur selama 10-20 detik, kemudian buang
airnya. Lakukan hal tersebut sebanyak 3-5 kali.
637
BAB III
PEMBAHASAN
Gambarg 3.2Lymphadenomegaly
(Mayoclinic,2020)
638
BAB IV
PENUTUP
639
BAB V
TERMINOLOGI
Mesenteric Lymphadenitis
(peradangan getah bening di rongga perut)
P :-
R : mesenteric = rongga perut
: lympha = getah bening
: den = kelenjar
S : itis : peradangan
Lymphadenosis
(peningkatan kelenjar getah bening)
P:-
R : lympha = getah bening
: den = kelenjar
S : osis : keadaan,peningkatan
640
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Joni Indah Sari yang ditinjau oleh Dr. Reni Utari dalam sehatq.com
(2020). Definisi kelenjar getah bening, tanda dan gejala, serta
diagnosis. 2-6,16-20.
641
SARKOIDOSIS
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
Novia Rizka Amalia 205023
Muhammad Reza Fahlevi 205061
Noor Alfi Laylin Nissa' 205101
D3 RMIK
2021
642
BAB I
PENDAHULUAN
643
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi
A. Anatomi Sarkoidosis
Sarkoidosis (juga dikenal sebagai penyakit Besnier-Boeck-
Schaumann ) adalah penyakit yang melibatkan kumpulan
abnormal sel-sel inflamasi yang membentuk benjolan yang
dikenal sebagai granulomata . Penyakit ini biasanya dimulai di
paru-paru, kulit, atau kelenjar getah bening. Yang kurang umum
terkena adalah mata, hati, jantung, dan otak.
B. Fisiologi Sarkoidosis
Sarcoid merupakan bentuk granuloma yang sangat populer yang
juga dikenal dengan penyakit granulomatous. Granuloma dapat
juga dipertimbangkan sebagai tumor yang tidak ganas. Tumor-
tumor ini dapat dilihat melalui mikroskop.
2.2 Definisi Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah kondisi di mana sel tubuh mengalami
inflamasi (Saydam,2011). Inflamasi ini menyebabkan terbentuknya
granuloma, yaitu sel inflamansi yang menumpuk. Sarkoidosis lebih
sering menyerang pulmo, tetapi juga bisa ditemui di organ tubuh lainnya,
seperti encephalon, oculus, derma, cardio, liver, limfa
644
Etiologi Sarkoidosis bisa dipicu oleh beberapa faktor, namun etiologi
pastinya masih belum diketahui. Sarkoidosis bisa dipicu oleh paparan
infeksi, debu, atau zat kimia. Paparan tersebut mengakibatkan reaksi
yang berlebihan dari sistem imunitas tubuh, sehingga membentuk reaksi
inflamasi dan granuloma , pada organ yang terkena. Seiring bertambah
besarnya granuloma pada organ yang terkena, maka fungsi organ juga
akan ikut terganggu
645
hingga bertahun-tahun (kronis), atau justru tidak menampakkan etiologi
sama sekali.
Pulmo
Penderita sarkoidosis akan mengeluh dypsnea yang disertai
mengi (bengek). Selain itu, penderita juga mengalami batuk
kering ( hemaxero ) dan angina pectoris
Oculus
Oculus yang mengalami sarkoidosis akan terasa sangat nyeri
dan sensitif terhadap cahaya. Selain oculo terlihat merah,
pandangan juga menjadi samar. Namun, kadang sarkoidosis
yang menyerang oculus juga bisa tidak menunjukkan symptoms
sama sekali, sehingga penting untuk memeriksakan oculi
secara rutin.
Derma
Pada derma penderita sarkoidosis akan timbul dermatitis atopic
(ruam) atau bercak yang berwarna merah keunguan (eritema).
Biasanya dermatitis atopik muncul di carpal (pergelangan
tangan) atau plantar, os.tibia. Area tersebut akan terasa hangat
atau lembut ketika disentuh. Penderita juga memiliki area
derma yang berwarna lebih gelap atau lebih terang. Symptoms
ini akan disertai pula dengan munculnya edema dibawah
derma, khususnya di area derma yang terdapat abses atau tato.
Kemunculan cacat atau noda bekas luka di bucco, naso, dan ot
(telinga) juga bisa menandai sarkoidosis.
646
Cardio
Penderita sarkoidosis pada cardio akan mengalami fatigue
(kelelahan), angina pectoris (nyeri dada), dypsnea (sesak
napas), denyut cardio yang tidak beraturan (aritmia),
cardiopathy, pembengkakan jaringan tubuh karena kelebihan
cairan (edema), hingga tidak sadarkan diri.
647
5. Biopsi, dengan mengambil sebagian kecil jaringan
dari bagian tubuh yang dicurigai sebagai granuloma,
dan diperiksa di bawah mikroskop.
1. Berhenti merokok
2. Sebisa mungkin menghindari paparan zat kimia
3. Mengatur pola makan dan diet sesaui rekomendasi dari dokter
4. Memenuhi asupan mineral
5. Istirahat yang cukup dan berolahraga
648
BAB III
PEMBAHASAN
NORMAL ABNORMAL
b.
bagian oculo yang terserang dan tidak terserang sarcoidosis
disease :
NORMAL ABNORMAL
649
NORMAL ABNORMAL
NORMAL
ABNOR
MAL
NORMAL ABNORMAL
650
CONTOH PERBEDAAN NORMAL DAN ABNORMAL
651
BAB IV
PENUTUP
652
BAB V
TERMINOLOGI
TERMINOLOGY MEDIS :
Sarcoidosis
PREFIK :-
Granuloma
PREFIK :-
Microscope
SUFFIX :-
Cardio
PREFIK :-
SUFFIX :-
Pulmo
PREFIK :-
SUFFIX :-
653
Oculo
PREFIK :-
SUFFIX :-
Limfa
PREFIK :-
SUFFIX :-
Derma
PREFIK :-
SUFFIX :-
Hyperpyrexia
654
DAFTAR PUSTAKA
655
SPLENOMEGALY
Dosen Pengampu :
dr. R. A. Rengganis Ularan, MM
Disusun oleh :
D3 RMIK
2021
656
BAB I
PENDAHULUAN
splenomegaly secara umum disebabkan disease yang
menyertai kondisi ini seperti infeksi, blood disorder disease, kista, dan
lain-lain. Selain itu terdapat juga kelainan splenomegaly yang timbul
pada anak-anak seperti pada thalasemia dan sickle cell disease. Kondisi
ini timbul akibat darah terperangkap di dalam splen dan tidak dapat
dialirkan ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan syok
hipovolemik akibat kekurangan aliran emia. Adanya kelainan cyt yang
terbentuk di organ splen seperti adanya metastase, neoplasma, atau
kelainan jaringan lemak. Splenomegaly terjadi akibat ketidakseimbangan
aliran emia dari angio splen menuju vena porta. Ganggun tersebut tidak
hanya mencederai splen, tetapi juga mengganggu fungsi organ hepat
dan cardio. (Di Sabatino, dkk. 2006) . Splenomegaly adalah kondisi
pembesaran pada organ splen, yang bisa disebabkan oleh sejumlah
disease atau infeksi. Pada kondisi normal, splen hanya berukuran 11-20
cm, dengan berat hingga 500 gram. Namun pada penderita
splenomegaly, ukuran splen bisa lebih dari 20 cm, dengan berat
mencapai lebih dari 1 kg. Splen adalah organ yang terletak di dalam
rongga abdomen, costae inferior sinistra. Organ ini memiliki sejumlah
fungsi, seperti menyaring dan menghancurkan hemocyt yang rusak dari
hemocyt yang sehat, menyimpan cadangan eritrosit dan trombosit, serta
mencegah infeksi dengan menghasilkan leukosit yang menjadi
pertahanan pertama dari organisme etiologi disease. Splenomegaly
dapat menyebabkan semua fungsi tersebut terganggu. Jirillo, E. (2003).
657
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dokter umumnya tidak dapat meraba splen yang berukuran normal saat
pemeriksaan fisik, namun splen yang membesar dapat teraba. Untuk
membantu mengidentifikasi etiologi dari splenomegaly, dapat dilakukan
pemeriksaan emia atau pencitraan. Penanganan dari splenomegaly
bertujuan untuk mengatasi etiologi yang mendasarinya. Splenectomy
yang membesar melalui prosedur operasi bukan merupakan
penanganan pertama yang dilakukan, namun dapat dibutuhkan.
659
splen. Pulpa putih splen merupakan suatu akumulasi terbesar dari
jaringan limfoid pada tubuh dan berfungsi sebagai tempat produksi dan
aktivasi limfosit, dimana kemudian cyt limfosit akan bermigrasi menuju
pulpa merah untuk mecapai lumensinusoid cyt. Cyt dan makrofag yang
ada di zona marginal, terlibat dalam proses penangkapan, pengolahan
dan presentasi dari antigen. Makrofag splen khususnya, beradaptasi
untuk dapat mengenali dan menghancurkan bakteri yang telah
teropsonisasi.Kedua cyt dendritic dan limfosit-T di dalam splen
menunjukkan aktivitas immunologis yang kuat.
Etiologi Splenomegaly
660
mononukleosis
• Individu dengan disease metabolik tertentu yang memengaruhi hepat
dan cardi
• Individu yang tinggal di atau berkunjung ke area di mana malaria sering
terjadi.
Symptom Splenomegaly
Kelelahan
Mudah mengalami hemorrhage
Penurunan berat badan
Derm dan dacryair menguning
661
Dokter dapat mendiagnosis splenomegaly dengan merasakan splen
yang membesar di abdominal superior sinistra. Namun bila diperlukan,
dokter akan memastikan diagnosis dengan menjalankan salah satu dari
tes berikut:
Kuratif Splenomegaly
662
Beberapa langkah berikut ini dapat membantu mengurangi risiko infeksi
pada pasien yang telah menjalani splenektomi:
Preventif Splenomegaly
664
BAB III
PEMBAHASAN
665
666
BAB IV
PENUTUP
667
BAB V
TERMINOLOGI
P=-
R= splen/o
S = megaly
Splenectomy ( pengangkatan limfa )
P=-
R = spleen/o
S = ectomy
668
DAFTAR PUSTAKA
669