Judul Materi
Program Studi
Fakultas
Universitas
Tanggal -bulan-tahun
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akhirnya penulis dapat
menyusun modul dengan baik dan tepat waktu. Modul ini
mengangkat topik ……….. untuk pertemuan ke ………… pada mata
kuliah ……… di semester ……….. tahun ajaran ……….. di program
studi ……….. Fakultas ………….. Universitas ………....
Nama Dosen
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Isi bahasan
Tujuan pembelajaran
Arti, Tujuan, Manfaat Retensi Rekam medis
Faktor-faktor Retensi Rekam medis di Rumah sakit
Rangkuman
Referensi
Nama Materi/ Topik
Isi bahasan
1. Arti, Tujuan, Manfaat Retensi Rekam medis
2. Faktor-faktor Retensi Rekam medis di Rumah sakit
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca modul ini, diharapkan peserta mampu:
Memahami tentang Retensi Rekam medis di Rumah sakit dan Faktor-
faktor yan mempengaruhi kegiatan Retensi
1. Definisi retensi
Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada fasilitas
pelayanan kesehatan (Permenkes RI Nomor 55 tahun 2013).
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis, yaitu
pada bab IV pasal 9 ayat 1 dan 2 yang berbunyi bahwa rekam
medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit
disimpan sekurang-kurangnya 2 tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat. Dilanjutkan dengan ayat ke 2 yang
berbunyi bahwa setelah batas waktu yang ada di ayat 1 di
lampaui, rekam medis dapat dimusnahkan (Kementerian
Kesehatan RI, 2008).
Sebelum pemusnahan dokumen rekam medis, maka harus
dilakukan retensi atau penyusutan dokumen rekam medis.
Menurut BPPRM tahun 2006, retensi memiliki pengertian
yaitu suatu kegiatan memisahkan atau memindahkan antara
dokumen rekam medis inaktif dengan dokumen rekam medis
yang masih aktif di ruang penyimpanan(filing). Selain itu
retensi dapat diartikan juga sebagai pengurangan jumlah
formulir yang terdapat di dalam berkas RM dengan cara
memilah nilai guna dari tiap-tiap formulir. Sesuai dengan
BPPRM tahun 2006, pemusnahan rekam medis adalah
kegiatan menghilangkan/ menghapus/ menghancurkan secara
fisik dokumen rekam medis yang telah mencapai 5 tahun
sejak terakhir berobat di rumah sakit. Dalam pemusnahan
berkas perlu dilihat pula dikarenakan tidak semua berkas bisa
dimusnahkan atau di retensi. Berkas yang tidak boleh di
retensi atau harus dilestarikan berkas pasien pengidap
penyakit langka, berkas kelahiran dan kematian pasien.
2. Tujuan retensi
Berdasarkan yang tertulis pada BPPRM tahun 2006, kegiatan
retensi dan pemusnahan dokumen rekam medis ini memiliki
beberapa tujuan, diantaranya:
a) Menjaga kerapihan penyusunan berkas RM aktif
b) Memudahkan dalam retrieval berkas RM aktif
c) Menjaga informasi medis yang masih aktif (yang masih
mengandung nilai guna)
d) Mengurangi beban kerja petugas dalam penanganan berkas
Aktif & In-aktif
3. Manfaat retensi
Penyusutan rekam medis dilakukan supaya tidak terjadi
penumpukan arsip dan penyusutan arsip rekam medis sangat
berpengaruh terhadap arsip yang memiliki nilai guna
kebuktian dan nilai guna hukum karena dapat digunakan
sebagai rujukan dalam suatu kasus pengadilan.
Penyusutan arsip rekam medis dilakukan secara bertahap
yaitu dimulai dari pemilihan, pemindahan, penilaian, dan
pemusnahan. Sebelum melakukan kegiatan penyusutan arsip
diperlukan suatu pedoman untuk menentukan jangka waktu
penyimpanan arsip atau disebut dengan jadwal retensi arsip
rekam medis (JRA).
Tugas latihan
4. Printer
Diperlukan jika sewaktu-waktu berkas yang
sudah di scan dan disimpan di computer
dibutuhkan oleh pasien, dokter, ataupun petugas
penegak hukum.
5. Alat penghancur
Alat penghancur adalah alat utama yang harus
ada dalam kegiatan retensi, untuk jenisnya alat
penghancur bisa berupa pembakar atau alat
yang mengubah lembaran rekam medis pasien
menjadi kepingan kecil untuk selanjutnya
dijadikan bubur kertas sehingga kebocoran
berkas bisa diminimalisir
d. SOP retensi
Fungsi SOP (Standart Oprasional Procedure) adalah
sistem yang disusun untuk memudahkan, dan menertibkan
suatu pekerjaan, dimana berisi urutan proses pekerjaan
mulaidari awal sampai akhir Sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan
supervisor (Indrawati, 2017).
SOP dibutuhkan oleh para petugas sebagai acuan
cara mereka bekerja dan melakukan retensi sehingga apa
yang mereka kerjakan tidak menyalahi aturan dan apa
yang mereka kerjakan lebih efisien. Jika tidak ada SOP
retensi maka petugas akan kebingungan bagaimana
petugas memulai dan bagaimana petugas melaksanakan
kegiatan retensi.
RANGKUMAN
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
REFERENSI **
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………